1.
Patofisiologi Leukemia
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada
sumsum tulang yang lebih dari normal. Leukimia dapat disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya faktor genetik, sinar radioaktif, virus, dan zat kimia. Pada faktor genetik
yakni sindrom down, dimana terjadi Kelainan pada kromosom 21 yang dapat
menyebabkan terjadinya mutasi genetik kromosom yang akan mengakibatkan leukemia
akut. Paparan sinar radioaktif dapat menyebabkan terjadinya mutasi yang akan
mengakibatkan perubahan yang terjadi (DNA atau RNA) sehingga dapat merubah fungsi
seluler pada sel. Virus yang dapat menyebabkan leukemia yaitu enzyme reserve
transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia, juga ditemukan HTLV (virus
leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRN dan merupakan jenis khusus
leukemia/limfoma sel T, zat kimia seperti benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, dan
fenilbutazon dapat meningkatkan risiko terjadinya leukemia karena mengandung bahan
karsinogenik. Dari penyebab-penyebab ini akan menyebabkan terjadinya mutasi
(perubahan genetik) pada satu atau banyak sel pada sumsum tulang yang akan
mengakibatkan terjadinya perubahan fungsi sel darah putih dimana akan terjadi
peningkatan sel darah putih melebihi batas normal, hal ini juga akan mengakibatkan
tertekannya sel normal pada sumsum tulang, sel-sel tidak berfungsi seperti seharusnya
sel darah putih yang sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada
sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal
dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal,
merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel
darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi
untuk menyuplai oksigen pada jaringan. Pada leukemia penderita akan merasa lelah dan
lemah karena pada leukemia sel darah putih abnormal dapat memakan selnya sendiri
yang akan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuhhal ini juga disertai dengan
penurunan nafsu makan yang berdampak pada peurunan berat badan, juga dapat terjadi
anemia, pembesaran pada limpa dan akan tersa sakit jika disentuh, nyeri di tulang,
trombositopenia (penurunurunan jumlah trombosit pada tubuh) yang mengakibatkan
mudahnya terjadi perdarahan , demam, dan pembengkakan kelenjar limfe, jika
pembengkakan ini terjadi di dada maka dapat mengakibatkan sulit bernapas dan batuk.
(Pathway Terlampir)
2.
Hal-hal yang perlu dikaji dan apa kemungkinan data yang didapatkan :
a. Pengkajian Pola Gordon
Pemeliharaan dan Persepsi Terhadap Kesehatan
Kaji persepsi pasien tentang berat ringannya sakit, persepsi tentang tingkat
kesembuhan, pendapat pasien tentang keadaan kesehatan saat ini dan bagaimana
pasien mengatasi keluhan yang ditimbulkan dari Leukima
Hasil:
aktivitas
sehari-hari,
Hasil: Pada pasien yang mengalami Leukemia terjadi gangguan citra tubuh dan
harga diri rendah akibat dari pengobatan leukemia seperti kemoterapi yang
bingung.
Pola Keyakinan-Nilai
Kaji hubungan pasien dengan Tuhan, dalam keadaan sakit apakah klien
mengalami hambatan dalam ibadah atau tidak, apakah pasien merasa Tuhan akan
memberikan yang terbaik atau malah menyalahkan.
Hasil: Pada pasien yang mengalami Leukemia terjadi mengalami kelemahan
Inspeksi : bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran pada kelenjar limfe, ginjal,
terdapat bayangan vena,
- Palpasi : nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa
Pemeriksaan fisik untuk jenis LLA yaitu ditemukan splenomegali (86%),
hepatomegali, limfadenopati
- Perkusi : adanya asites atau tidak
- Auskultasi : peristaltik usus, palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan
limpa.
Pemeriksaan Genetalia
Pembesaran pada testis hematuria, kadang-kadang priapismus
Pemeriksaan integumen
- Kulit : Perdarahan kulit (pruritus, pucat, sianosis, ikterik, eritema, petekie,
ekimosis, ruam) , nodul subkutan, infiltrat, lesi yg tidak sembuh, luka bernanah,
diaforesis (gejala hipermetabolisme), peningkatan suhu tubuh.
- Kuku : rapuh, bentuk sendok / kuku tabuh, sianosis perifer. g.
Pemeriksaan Ekstremitas
Adakah sianosis, kaji kekuatan otot, apakah adanya nyeri tulang dan sendi (karena
infiltrasi sumsum tulang oleh sel-sel leukemia)
Pemeriksaan fisik untuk jenis LLA yaitu ditemukan splenomegali (86%),
hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimosis, dan perdarahan
retina. Pada penderita LMA ditemukan hipertrofi gusi yang mudah berdarah.
Kadang-kadang ada gangguan penglihatan yang disebabkan adanya perdarahan
fundus oculi. Pada penderita leukemia jenis LLK ditemukan hepatosplenomegali dan
dari 50.000/mm3.
Pemeriksaan sumsum tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan
keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia
(blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang
tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam
sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh
limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95%
pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B. Sedangkan pada penderita
LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah
megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari
30.000/mm3.
Biopsi Limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal
dari jaringan limpa yang terdesak seperti limfosit normal, RES, granulosit dan
pulp cell.
Pemeriksaan Sitogenik
Pemeriksaan kromosom merupakan pemeriksaan yang sangat diperlukan dalam
diagnosis leukemia karena kelainan kromosom dapat dihubungkan dengan
3.
c. Keletihan b.d dengan status penyakit ditandai dengan lesu, peningakatan kebutuhan
istirahat dan mengatakan perasaan lelah
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis d.d
mengeluh makan dan kurang minat pada makanan
e. Resiko infeksi berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh primer yang tidak
4.
5.
adekuat.
Asuhan Keperawatan
(Terlampir)
Discharge Planning
Perawatan di rumah :
mendukung klien tetap beraktifitas
memonitor reaksi klien setelah beraktivitas
berikan makanan tinggi asam folat (kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau,
daging), vitamin c
ijinkan penderita untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan.
perbaikan gizi saat selera makan penderita meningkat
Tindakan saat terjadi kekambuhan, pada umumnya serangan yang timbul adalah pusing,
pucat, dan sesak nafas, hal-hal yang perlu di perhatikan :
segera ambil posisi nyaman dengan tinggikan kepala di tempat tidur
hindari kerumunan orang
sirkulasi udara cukup
Intervensi keperawatan penderita leukemia anak di rumah pada prinsipnya sama dengan
penatalaksanaan perawatan akut :
Aspek kesehatan fisik dan mengatasi manifestasi klinis (physical well-being and
symptoms)
A. Memantau respons anak terhadap pengobatan kemoterapi.
a. Diare
Berikan cairan per oral. Lakukan perawatan kulit pada bokong dan daerah
perineum. Pantau efektivitas obat anti diare. Hindari makanan dan buahbuahan tinggi-selulose. Beri makan sedikit tapi sering jika mungkin beri
b.
lapar. Hindari minum sebelum makan. Tekankan pada anak bahwa makan
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
penyakitnya.
Buatkan kamar protektif yang semi steril mendekati ruangan isolasi di
rumah sakit.
c.
Minta anak memakai masker bila keluar rumah atau bersama orang lain
terutama bila sedang menderita neutropenik berat (leukosit kurang dari
d.
1000/mm3).
Cuci tangan dengan alkohol 80%. Gunakan semprotan alkohol untuk cuci
e.
f.
neutrofil)
Perawatan gigi dan mulut harus dikerjakan setiap hari. Setiap habis makan
dan terutama kalau mau tidur harus dilakukan sikat gigi (dengan sikat gigi
g.
infeksi kulit.
h. Makanan hygienis.
i. Jaga kebersihan diri anak termasuk kuku yang bersih.
C. Pantau adanya tanda dan gejala komplikasi
a. Somnolens radiasi: Dimulai 6 minggu setelah menerima radiasi kraniospinal,
anak menunjukkan keletihan berat dan anoreksia selama kira-kira 1 sampai 3
minggu. Orang tua sering kali merasa khawatir tentang terjadinya kambuhan
b.
c.
perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan oleh pasien dan
b.
keluarganya.
Syarat-syarat diet di rumah
Energi tinggi, yaitu 36 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 32 kkal/kg BB untuk
perempuan. Apabila pasien berada dalam keadaan gizi kurang, maka
kebutuhan energi menjadi 40 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 36 kkal/kg BB
untuk perempuan. Protein tinggi, yaitu 1-1,5 g/kg BB. Lemak sedang, yaitu
15-20% dari kebutuhan energi total. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari
kebutuhan energi total. Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin A, B
kompleks, C dan E. Bila perlu ditambah dalam bentuk suplemen. Bila
c.
d.
e.
f.
penatalaksanaan
nyeri
nonfarmakologik pada anak usia prasekolah, antara lain: mainan, buku cerita
bergambar, mencari gambar tersamar, mendengarkan musik atau dongeng
melalui headset, menonton video, imajinasi emotif-menggunakan super-hero
favorit anak untuk melawan nyeri, pernafasan terkontrol, stimulasi kutan,
c.
6.
mahanimbine (1, 60,1 mg), girinimbine (2, 70,2 mg), murrayacine (3, 4,5 mg),
murrayazoline (4, 6,3 mg) dan murrayanine (5, 9,9 mg).
C: Compare
Dalam penelitian ini tidak ada yang menjadi perbandingan dalam melakukan percobaan
O: Outcome
Semua ekstrak kasar akar termasuk senyawa terisolasi, mahanimbine, mahanine, dan
murraya Folin- A menunjukan aktivitas sitotoksik yang signifikan terhadap garis sel
CEM-SS (Leukimia limfoblastik T) dengan IC%) 3 mg/mL. Girinimbine menghambat
aktivasi EBV pada pengkajian aktifitas pemicu antikanker.
T: Time
Setelah 48 jam, kelangsungan hidup sel diperiksa menggunakan pewarna biru tripan,
kemudian sel-sel dipindahkan ke dalam tabung eppendorf dan berputar ke bawah pada
1000 rpm selama 10 menit Supernatan yang pelet sel 1 mL PBS ditambahkan ke dalam
sel mencuci dan diulang dua kali, kemudian kembali berputar ke bawah pada 1000 rpm
selama 10 menit.
B. Analisis jurnal leukimia 2
Outcomes after Induction Failure in Childhood
Acute Lymphoblastic Leukemia
Hasil setelah kegagalan induksi pada anak-anak leukemia limfoblastik akut
Kegagalan terapi remisi-induksi adalah peristiwa langka tapi sangat merugikan pada
anak-anak dan remaja dengan leukemia limfoblastik akut (ALL).
P: Population
1041 dari 44.017 pasien (2,4%) 0-18 tahun dengan yang baru didiagnosis leukemia
limfoblastik akut (LLA) yang dirawat dengan total 14 kelompok belajar kooperatif.
I: Intervention
Kami mengidentifikasi kegagalan induksi, yang didefinisikan oleh kegigihan ledakan
leukemia dalam darah, sumsum tulang, atau situs extramedullary setelah 4 sampai 6
minggu terapi remisi-induksi, di 1041 dari 44.017 pasien (2,4%) 0-18 tahun dengan
yang baru didiagnosis yang dirawat dengan total 14 kelompok belajar kooperatif
antara tahun 1985 dan 2000. Kami menganalisis hubungan antara karakteristik
penyakit, pengobatan diberikan, dan hasil pada pasien ini.
C: Compare
Yang enjadi perbndingan pada penelitian ini yakni anak dengan leukemia
limfoblastik akut sel T dan leukemia limfoblastik akut sel B
O: Outcome
Pediatric ALL dengan kegagalan induksi sangat heterogen. Pasien yang memiliki
leukemia T-cell tampaknya memiliki hasil yang lebih baik dengan transplantasi sel
induk alogenik dibandingkan dengan kemoterapi, sedangkan pasien yang memiliki
prekursor leukemia sel-B tanpa fitur yang merugikan lainnya tampaknya memiliki
hasil yang lebih baik dengan kemoterapi.
T: Time
Pada penelitian ini dilakukan dengan tindak lanjut periode median selama 8,3 tahun.