PEWARNAAN SPORA
Nama
NPM
Wilda Sholihaturrabiah
260110130159
TTD
PEWARNAAN SPORA
1. Tujuan
Mengamati
endospora
bakteri
dengan
menggunakan
prosedur
pewarnaan spora (pewarnaan Klein). Memahami setiap langkah dan reaksireaksi kimia yang terjadi daam prosedur tersebut.
2. Prinsip
a. Pewarnaan Spora
Beberapa sel bakteri memiliki struktur yang aktif berupa sel vegetatif
dan struktur yang pasif yaitu spora. Spora selain merupakan struktur
yang inaktif juga dapat tahan terhadap kondisi yang kurang
menguntungkan bagi tumbuhan. Spora sepertinya halnya sel vegetatif
dapat diwarnai sehingga dapat diamati lebih seksama. Teknik
pewarnaannya adalah pewarnaan differensial, yaitu menggunakan lebih
dari pewarna, yang hasilnya dapat membedakan spora dari sel vegetatif.
b. Penetrasi zat warna
Penembusan zat warna ke dalam sel bakteri
c. Impermeabilitas Spora
Dinding spora bersifat impermeabel, tetapi zat-zat warna dapat diserap
kedalamnya dengan jalan memanaskan preparat. Sifat impermeabel ini
mencegah dekolorisasi spora oleh alkohol bila diperlakukan dalam
waktu yang sama seperti pada dekolorisasi sel-sel vegetatif
d. Teknik aseptis
Proses tanpa kontaminasi untuk menjamin preparasi bebas dari
mikroba kontaminan. Teknik aseptic digunakan sepanjang percobaan
berlangsung baik alat, bahan, lingkungan sekitar maupun praktikan.
Untuk alat dan bahan dapat diterapkan metode sterilisasi
3. Teori Dasar
Bakteri hidup sulit untuk dilihat dengan mikroskop cahaya terang biasa
karena bakteri itu tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri, walaupun
biakannya secara keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri sering diamati dalam
keadaan olesan terwarnai daripada dalam keadaan hidup. Yang dimaksud
dengan bakteri terwarnai adalah oganisme yang telah diwarnai dengan zat
pewarna kimia agar mudah dilihat dan dipelajari (Volk dan Whleer, 1998).
Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran,
bentuk, susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran zat
pewarna khusus diperlukan untuk melihat bentuk kapsul atau pun flagella, dan
hal-hal terperinci tertentu di dalam sel. Zat pewarna adalah garam yang terdiri
atas ion positif dan ion negatif, yang salah satu diantaranya berwarna (Volk dan
Whleer, 1998).
Langkah-langkah utama dalam persiapan spesimen mikroba untuk
pemeriksaan mikroskopik adalah (Pelczar, 1986) :
- Penempatan olesan atau lapisan spesimen pada kaca objek.
- Fiksasi olesan pada kaca objek.
- Aplikasi pewarna tunggal (pewarnaan sederhana) atau serangkaian
larutan pewarna atau reagen (pewarnaan diferensial.
Pewarnaan atau pengecatan terhadap mikroba, banyak dilakukan baik
secara langsung (bersama bahan yang ada) ataupun secara tidak langsung
(melalui biakan murni). Tujuan dari pewarnaan tersebut adalah pewarnaan
untuk (Suriawiria, 1985) :
- Mempermudah melihat bentuk jasad baik bakteri, ragi
fungi.
ataupun
bakteri spora adalah hijau. Bakteri yang tidak berspora cenderung tidak tahan
pengecatan karena hanya memiliki sel vegetatif. Saat diwarnai oleh malachite, sel
vegetatif dapat mengikat warna tetapi dapat luntur setelah dilunturkan karena
ikatannya tidak kuat. Setelah pewarnaan selanjutnya dengan safranin, sel vegetatif
mudah mengikat warna kembali. Oleh karena itu, hasil pewarnaan akhir adalah
merah muda dari safranin (Assani, 1994).
4. Alat dan Bahan
a. Alat
i. Bak pewarna
v. Kertas Saring
vi. Mikroskop
vii. Ose
iv. Kapas
b. Bahan
i. Sampel Bacillus
subtilis
iv. H2SO4 1%
dan
v. Alkohol 70%
vi. Air suling
vii. Minyak celup
c. Gambar Alat
Bak Pewarna
Botol Semprot
Kaca Obyek
Kapas
Kertas Saring
Mikroskop
Ose
Spirtus
5. Prosedur
Prosedur pertama yang dilakukan adalah pembuatan suspensi bakteri.
Suspensi bakteri dibuat terdiri dari biakan bakteri dan NaCl fisiologis yang
ditambah dengan pewarna karbol fukhsin dengan perbandingan 1:1 dalam
tabung reaksi. Campuran tersebut dipanaskan dalam pemanas air bersuhu 800C
selama 10 menit dan dijaga jangan sampai mendidih atau kering. Kemudian
kaca obyek yang bersih disediakan dan ditandai menggunakan spidol untuk
memperjelas daerah olesan. Suspensi bakteri diambil menggunakan ose dan
dioleskan pada kaca objek pada daerah yang telah ditandai. Penyiapan olesan
dilakukan secara aseptis. Olesan digenangi olesan H2S04 1% selama 2 detik,
lalu cuci dengan air suling. Kemudian olesan digenangi dengan pewarna
tandingan biru metilen selama 5 menit, zat warna yang berlebih dibuang dan
preparat dibilas dengan air suling, lalu dikeringkan dengan kertas saring. Pada
preparat diteteskan sedikit minyak imersi, lalu diamati di bawah mikroskop.
Pengamatan dimulai dengan obyektif berkekuatan terendah 10X, lalu ganti
dengan lensa obyektif berkekuatan 100X. Hasil pengamatan digambar dan
diberi keterangan.
6. Hasil Pengamatan
7. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengamati endospora bakteri
dengan menggunakan prosedur pewarnaan spora (pewarnaan Klein).
Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi daam prosedur
tersebut. Dimana zat pewarna yang digunakan yaitu karbol fukhsin dan
pewarna tandingannya yaitu metilen blue.
Penyiapan suspensi bakteri dibuat dengan mencampurkan campuran
biakan bakteri Bacillus subtilis dan NaCl fisiologis dengan pewarna karbol
fukhsin dalam tabung reaksi dengan perbandingan 1:1. Perbandingan ini agar
seluruh bakteri dapat menyerap zat warna dengan baik. Setelah itu campuran
tidak terlalu tebal agar bakteri tidak menumpuk dan agar lebih mudah
mengeringkannya.
Setelah
itu,
kaca
obyek
difiksasi
dengan
cara
melewatkannya di atas nyala api sekitar tiga kali. Kaca obyek hanya dilewatkan
agar bakteri pada olesan yang telah dibuat tidak mati karena suhu yang terlalu
panas. Tujuan dari fiksasi ini adalah pelekatan bakteri supaya pada saat
pembilasan, bakteri tersebut tidak ikut hilang terbawa air. Selain itu fiksasi juga
berfungsi untuk menonaktifkan enzim lytic sehingga bakteri tidak mengalami
lisis dan berubah bentuk pada saat diamati. Fiksasi dilakukan setelah olesan
pada kaca preparat sudah kering. Jika olesan belum kering akan menyebabkan
sel-sel mikroorganisme yang bersangkutan menjadi tidak beraturan bentuknya.
Setelah preparat difiksasi, preparat tersebut digenangi larutan H2SO4 1
% selama 2 detik. H2SO4 berperan untuk mengecilkan kembali pori-pori bakteri
agar saat pencucian pewarna fukhsin tetap terjerap dan tidak luntur. Dalam
penambahan H2SO4 ini tidak boleh terlalu lama atau terlalu banyak karena akan
mempengaruhi hasil pengamatan pada mikroskop. Selanjutnya preparat
digenangi pewarna metilen blue selama 5 menit. Metilen blue berperan sebagai
pewarna tandingan yang akan mewarnai badan vegetatif dari bakteri. Badan
vegetatif ini tidak dapat menahan pewarna utama karena ikatannya tidak kuat
sehingga ketika diwarnai dengan pewarna yang berbeda badan vegetatif
tersebut akan menyerap pewarna tandingan. Setelah 5 menit, pewarna yang
berlebih dibuang dan dibilas dengan air suling secara perlahan kemudian
dikeringkang menggunakan kertas saring.
Preparat yang sudah siap kemudian diamati dibawah mikroskop dan
dicari fokusnya secara perlahan. Pengamatan dilakukan dengan perbesaran
paling kecil yaitu 10X dan dicoba hingga perbesaran 100x.
Dalam percobaan ini, spora dari bakteri Bacillus subtilis tidak dapat
diamati. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, pertama karena pewarna
Jakarta.
Nama
NPM
Wilda Sholihaturrabiah
260110130159
TTD
3. Teori Dasar
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya
sangat tebal sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi
harus dengan pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri
tahan asam (BTA) karena dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu
dicuci dengan larutan pemucat. Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen
pada
manusia
contohnya
adalahMycobacterium
tuberculosis.
meningitidis,
dan
Nocandia
gonorrhoeae.
Mycobacterium
bovis, Mycobacterium
leprae, Nocandia
tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA). Penularan
Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan pernafasan (Syahrurachman,
1994).
Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan
kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok
bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna
pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat (alkohol
asam). Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri yang
tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi
dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna (Lay,
1994).
v. Kertas Saring
vi. Mikroskop
vii. Ose
iv. Kapas
b. Bahan
i. Suspensi bakteri
saprofit
metilen blue
alkohol
(3%HCl dalam
iii. Asam
dan
alkohol 95%)
iv. Alkohol 70%
v. Air suling
vi. Minyak celup
c. Gambar Alat
Bak Pewarna
Botol Semprot
Kaca Obyek
Kapas
Kertas Saring
Mikroskop
Ose
Spirtus
5. Prosedur
Suspensi bakteri Mycobacterium tuberculosis dibuat. Kaca obyek
disiapkan, lalu ditetesi alkohol 70% dan digosok dengan kapas hingga bebas
lemak. Buat daerah pengolesan pada kaca obyek dengan menggunakan spidol.
Olesan dibuat diatas kaca obyek dengan ose yang sudah disterilkan dengan api.
Kemudian preparat digenangi dengan pewarna karbol fuksin selama 5 menit,
sambil dipanaskan di atas penangas air. Preparat dijaga jangan sampai terlalu
panas, mendidih atau kering. Lalu, buang zat warna yang berlebih, dan preparat
dibilas dengan air suling. Preparat dibilas dengan zat pemucat alkohol asam
selama 15 detik atau sampai belakang olesan bewarna merah muda pucat.
Selanjutnya, preparat digenangi dengan pewarna tandingan biru metilen selama
2 menit, zat warna dibuang yang berlebih, lalu dibilas dengan air suling dan
dikeringkan dengan kertas saring. Minyak imersi diteteskan sebanyak 1 tetes
pada preparat, lalu pengamatan dilakukan dibawah mikroskop cahaya. Dimulai
dengan dengan perbesaran 10X, kemudian diganti dengan perbesaran 100X.
Hasilnya diamati dan digambar.
6. Hasil Pengamatan
7. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengamati dua kelompok bakteri,
yaitu bakteri tahan asam, dengan menggunakan prosedur pewarnaan tahan
asam (pewarnaan Zielh-Neelsen) dan memahami setiap langkah dan reaksireaksi kimia yang terjadi dalam prosedur tersebut. Dimana zat pewarna yang
digunakan yaitu karbol fukhsin dan pewarna tandingannya yaitu metilen blue.
Selanjutnya dibuat olesan bakteri. Untuk membuat olesan bakteri,
disiapkan kaca obyek yang sebelumnya telah direndam dengan larutan etanol
agar bebas dari lemak. Kaca obyek kemudian dikeringkan dan bagian
bawahnya ditandai dengan spidol untuk membuat daerah pengolesan.
Setelah
itu,
kaca
obyek
difiksasi
dengan
cara
melewatkannya di atas nyala api sekitar tiga kali. Kaca obyek hanya dilewatkan
agar bakteri pada olesan yang telah dibuat tidak mati karena suhu yang terlalu
panas. Tujuan dari fiksasi ini adalah pelekatan bakteri supaya pada saat
pembilasan, bakteri tersebut tidak ikut hilang terbawa air. Selain itu fiksasi juga
berfungsi untuk menonaktifkan enzim lytic sehingga bakteri tidak mengalami
lisis dan berubah bentuk pada saat diamati. Fiksasi dilakukan setelah olesan
pada kaca preparat sudah kering. Jika olesan belum kering akan menyebabkan
sel-sel mikroorganisme yang bersangkutan menjadi tidak beraturan bentuknya.
Setelah preparat difiksasi, dilakukan proses pewarnaan. Untuk
menetukan sifat bakteri yang termasuk bakteri tahan asam dan bakteri tidak
tahan asam harus diwarnai dengan pewarnaan khusus. Preparat kemudian