Anda di halaman 1dari 6

111Equation Chapter 1 Section 1EFEK FOTOLISTRIK

Nurmayani J.Said, Rahmayuni, Fitri Ayu Andari, Muhajrin, dan Ibnu Maksum
Laboratorium Fisika Modern Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Makassar.
Abstrak. Telah dilakukan percobaan mengenai Efek Fotolistrik yang bertujuan untuk mengamati perilaku
cahaya sebagai partikel menurut teori kuantum dan menentukan besarnya konstanta Planck. Pada percobaan ini
alat yang digunakan adalah perangkat pengukuran konstanta plank PC-101 dan 5 buah filter untuk pengambilan
data. Pada percobaan ini dilakukan dua kegiatan. Pada kegiatan pertama, pengambilan data yang dilakukan yaitu
dengan mengamati pengaruh intensitas cahaya terhadap perubahan kuat arus yang terbaca pada layar perangkat
percobaan serta pengaruh intensitas terhadap energy kinetic. Dan pada kegiatan kedua untuk mengamati
pengaruh frekuensi terhadap potensial penghenti. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa intensitas
cahaya berpengaruh terhadap kuat arus listrik namun perubahannya tidak signifikan, intensitas cahaya tidak
berpengaruh terhadap energy kinetic dan semakin besar frekuensi yang diberikan, maka potensial penghenti
juga semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa cahaya berperilaku sebagai partikel
sesuai dengan teori kuantum. Pada percobaan mengenai efek fotolistrik diperoleh nilai konstanta Planck sebesar
h=6,464 x 1034 J . s . nilai yang diperoleh melalui percobaan tidak jauh berbeda dengan nilai konstanta
Planck berdasarkan teori, yaitu 6,626 x 1034 Js dan melalui percobaan juga diperoleh nilai fungsi kerja
logam sebesar 2,397 x 1033 J . Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa cahaya berperilaku
sebagai partikel menurut teori kuantum. Ini ditunjukkan adanya perubahan arus akibat perubahan intensitas
cahaya namun potensial penghenti dipengaruhi oleh perubahan frekuensi.

KATA KUNCI: efek fotolistrik, konstanta Planck, teori kuantum


PENDAHULUAN
Radiasi benda hitam berdasarkan sejarah
merupakan fenomena yang pertama kali
dijelaskan oleh model kuantum. Pada akhir
abad ke-19, pada waktu yang sama dengan
pengambilan data radiasi termal, eksperimen
menunjukkan bahwa cahaya yang dating pada
permukaan logam tertentu menyebabkan
electron terpancar dari permukaan logam
tersebut. Fenomena tersebut diketahui sebagai
efek fotolistrik dan electron yang dipancarkan
disebut fotoelektron.
Efek fotolistrik merupakan gejala fisika
yang pertama kali ditemukan oleh hertz pada
tahun 1887 ketika mendemosntrasikan
keberadaan gelombang elektromagnetik. Pada
alat eksperimennya yang terdiri atas sebuah
antenna pemancar gelombang (transmitter) dan
penerima
gelombang (receiver),
Hertz
mengamati bahwa percikan bunga api yang
timbul pada receiver akan lebih mudah terjadi
jika katoda tempat terjadinya percikan api
tersebut disinari oleh cahaya yang berasal dari
percikan bunga api pada bagian pemancar..
setahun kemudian, Hallwachs mengamati
bahwa sebuah plat seng, yang bersifat lebih

negative dari pada lingkungannya akan


melepaskan electron jika disinari oleh sinar
ultraviolet. Setelah penemuan sebuah sinar
katoda yang diidentifikasi sebagai aliran
muatan-muatan negative, barulah diketahui
bahwa pemancar elektronlah yang menjadi
alasan terjadinya proses ini.
Analisis
semikuantitatif
gejala
efekfotolistrik pertama kali dilakukan oleh
Philips Lenard pada tahun 1902. Dalam
eksperimennya, Lenard menggunakan sebuah
tabung kaca yang divakumkan yang di
dalamnya terdapat dua buah elektroda. Satu
dari elektroda ini disebut katoda cahaya
(photicatoda) yang terbuat dari bahan
aluminium. Katoda ini disinari dengan cahaya.
E;ektroda lainnya, disebut anoda, diberi
potensial U yang lebih negative terhadap
katoda. Jika electron yang bermuatan negative
e dapat melewati beda potensial antara kedua
elektroda ini, maka akan terdeteksi arus pada
rangkaian luar tabung. Dari eksperimen ini,
Lenard mengamati bahwa terdapat sebuah
lonjakan arus jika nilai mutlak potensial jauh
di bawah sebuah nilai ambang. Nilai ambang
ini bergantung pada sumber cahaya yang
digunakan.

Ketika itu, teori fisika tidak dapat lagi


menjelaskan hasil pengamatan yang dilakukan
oleh Pillips Lenard, dan dalam kebuntuan
inilah, dating seorang pegawai kantor Paten
Swiss dengan jabatan ahli teknik kelas tiga,
Albert Eintein.
Einstein dengan menggunakan gagasan
kuanta Planck memberikan penjelasan teoritis
terhadap hasil pengamatan gejala efek
fofolistrik. Dan bagian akhir makalahnya yang
berjudul on a heuristic point of view
concerning the production and conversion of
ligh yang terbit pada tahun 1905,Einstein
menunjukkan bahwa secara tak langsung telah
terdapat bukti eksperimen akan keberadaan
kuanta cahaya. Dengan konsep kuanta cahaya
ini, Einstein menjelaskan data eksperimen efek
fotolistrik dengan baik. Dalam upaya
penjelasan
itu,
Einstein
merumuskan
persamaan yang menghubungkan antara
potensial ambang Uo dengan frekuensi cahaya
monokromatik v yang digunakan dalam
menyinari katoda, yaitu eUo = hv- W.
terdapat persamaan ini, Einstein menulis, jika
hasil penurunan persamaan ini benar, maka Uo
yang plot grafiknya dibuat dalam koordinat
Cartesian sebagai fungsi dari frekuensi cahaya
yang terpancar, akan diperoleh sebuah garis
linear, kemiringan garis ini
tidaklah
dipengaruhi oleh jenis bahan katoda yang kita
gunakan dalam percobaan.
TEORI
Efek fotolistrik adalah peristiwa
terlepasnya electron dari permukaan suatu
logam pada saat permukaan logam tersebut
disinari cahaya (foton) yang memiliki energy
lebih besar dari energy ambang (fungsi kerja)
logam. [1]
Pada percobaan efek fotolistrik, berkas
cahaya ditembakkan ke permukaan logam
yang diletakkan di dalam suatu tabung vakum
sehingga elektron terpencar keluar dari
permukaan, Seperti terlihat pada gambar
berikut:

GAMBAR 1. Rangkaian eksperimen efek


Fotolistrik
Di dalam emisi fotolistrik, cahaya yang
menumbuk sebuah benda menyebabkan
elektron terlepas.
Model gelombang klasik meramalkan
bahwa ketika intensitas cahaya dinaikkan,
amplitudo dan energi cahaya juga bertambah.
Hal ini akan menyebabkan semakin banyak
fotoelektron energitik yang dipancarkan. Akan
tetapi, menurut teori kuantum, kenaikan
frekuensi
cahaya
akan
menghasilkan
fotoelektron dengan energi yang membesar,
tidak bergantung pada intensitas. Bila
intensitas cahaya bertambah, jumlah elektron
yang dipancarkan juga bertambah.
Dengan menggunakan teori Planck,
Einstein menemukan gejala efek fotolistrik
dengan persamaan:

E h EK max W0

(1)

dengan EK max = energi kinetik maksimum


(eV), dan W 0 = fungsi kerja logam (eV).
Persamaan (1) memungkinkan pengukuran
konstanta Planck
(h)
dengan analisis
sebagai berikut. Cahaya dengan energi h v
menabrak elektron katode di dalam tabung
hampa. Elektron memanfaatkan energi
minimum W 0 untuk melepaskan diri dari
katoda, beberapa elektron keluar dengan energi
EK max . Umumnya, elektron
maksimum
tersebut dapat mencapai anoda dan dapat
diukur sebagai arus fotoelektron. Akan tetapi

dengan menerapkan potensial balik Vs antara


anoda dan katoda, arus fotolistrik dapat
dihentikan. Ekmax dapat ditentukan dengan
mengukur potensial balik minimum yang
diperlukan untuk menghentikan fotoelektron
dan mengurangi arus fotolistrik hingga
mencapai nol. Hubungan antar energi kinetik
dan potensial penghenti diberikan oleh:

EK mak e Vs

(2)

Dengan mensubstitusi persamaan (2) ke dalam


persamaan (2) diperoleh persamaan Einstein,

hv eVs W0

(3)

Bila V dan v diplot, akan diperoleh


grafik sebagai berikut:
(volt)

Slope =

h/e

GAMBAR 2. Grafik hubungan potensial


penghenti dengan frekuensi

V s sama
Perpotongan kurva dengan
W
/e
dengan
dan kemiringan kurva
0
adalah h/e . Dengan mengetahui nilai e
, konstanta h dapat ditentukan. Sedangkan
v
perpotongan kurva dengan sumbu
memberikan harga frekuensi ambang dan
Vs
perpotongan kurva dengan sumbu
dalam arah negatif memberikan harga fungsi
kerja dari katoda.[2]
Frekuensi penggal
kerja

melalui

berkaitan dengan fingsi


hubungan

f c=

Wo
.
h

Frekuensi penggal bersesuaian dengan panjang


gelombang penggal c , dimana

c =

c
c
hc
=
=
f c Wo W o
h

Dan c adalah kelajuan cahaya. Panjang


gelombang yang lebih besar dari c datang
akan memiliki fungsi kerja W o dan bukan
hasil emisi fotoelektron.[3]
METODE EKSPERIMEN
Pada percobaan efek fotolistrik, alat dan
bahan yang digunakan yaitu: perangkat
pengukuran konstanta Planck PC-101, 5 buah
filter warna (merah, jingga, kuning, hijau, biru)
dan tisu untuk mengganti filter warna dengan
filter warna yang lain pada pengukuran filter
warna yang berbeda-beda.
Metode eksperimen yang dilakukan
yaitu dengan penyetelan perangkat pegukuran
konstanta Planck PC-101 sebelum digunakan
dengan mengatur posisi sumber cahaya dari
sensor sejauh 35 cm dan mengatur posisi
pengali arus atau current multiplier pada
x0,01. Selanjutnya dilakukan dua kegiatan
yaitu pada kegiatan pertama untuk mengetahui
pengaruh intensitas terhadap arus beserta
pengaruh intensitas cahaya terhadap energy
kinetic foto electron dan pada kegiatan kedua
untuk mengetahui hubungan frekuensi (f)
terhadap potensial penghenti (Vs).
Kegiatan pertama mengetahui pengaruh
(x
1014 Hz)
intensitas
cahaya terhadap kuat arus listrik
beserta pengaruh intensitas cahaya terhadap
energy kinetic foto electron dilakukan dengan
meletakkan filter berwarna biru pada jendela
tabung. Selanjutnya
mengatur intensitas
cahaya hingga terbaca arus pada layar. Setelah
arus terbaca pada layar, mengatur hingga
jumlah arus menjadi nol dan mengukur
potensial penghenti pada posisi tersebut.
Setelah mendapatkan potensial penghenti,
kemudian atur potensial penghalang yang lebih
kecil dari potensial penghenti ( V < Vs )
naikkan intensitas cahaya dan mengamati
perubahan arusnya. Selanjutnya mengatur
potensial penghalang sama dengan potensial
penghenti (V=Vs) kemudian menaikkan
intensitas cahayanya , lalu mengamati
perubahan arus. Dan yang terakhir potensial
penghalang lebih besar dari potensial
penghenti (V>Vs), kemudian menaikkan
intensitas cahaya pada masing-masing keadaan

serta mengamati perubahan pada arus hingga


diperoleh tiga data.

Keadaan
Perlakuan

Tidak Ada
Arus

Ada Arus
V < Vs

V = Vs

V > Vs

Kegiatan Kedua
TABEL 2. Hasil Pengamatan Pengaruh
panjang Gelombang terhadap
Potensial Penghenti

GAMBAR 3. Perangkat eksperimen efek


fotolistrik
Kegiatan Kedua, untuk mengetahui
pengaruh frekuensi
terhadap potensial
penghenti (Vs) dilakukan dengan mengganti
filter warna biru yang digunakan pada kegiatan
pertama dengan filter warna yang lain.
Kemudian memasang potensial penghalang
pada posisi nol. Mengatur intensitas cahaya
sampai terbaca arus pada layar. Setelah arus
terbaca pada layar, selanjutnya mengatur arus
tersebut menjadi nol dan mengukur potensial
penghenti pada posisi tersebut. Kemudian
menganti filter warna yang digunakan dengan
filter warna yang lain (jingga, kuning, hijau,
biru) dan mengulangi langkah yang sama
untuk filter warna yang berbeda sehingga
diperoleh lima data.
HASIL EKSPERIMEN DAN
ANALISIS DATA
Hasil Pengamatan
Kegiatan Pertama
TABEL 1. Hasil Pengamatan Pengaruh
Intensitas Cahaya terhadap
Kuat Arus

Filter
Warna

Panjang
Gelombang,
(nm)

Frekuensi,
v
(x1014Hz)

Potensial
henti, Vs
(volt)

Merah
Jingga
Kuning
Hijau
Biru

635
570
540
500
460

4,72
5,26
5,56
6,00
6,52

0.33
0.58
0.95
0.93
1.05

Analisis Data
Kegiatan Kedua
1.5
f(x) =10.4x - 1.5
R = 0.84
potensial penghenti (Volt)
0.5
0
4

frekuensi (Hertz)

GAMBAR 4. Grafik hubungan


potensial penghenti dengan frekuensi

antara

Berdasarkan grafik hubungan antara


potensial penghenti dengan frekuensi
di atas diperoleh,

V s=0,4035 v1,4966

dimana,

eV s=hv +W o
W
h
V s= ( 1014 ) v + o
e
e

Menentukan konstanta Planck

h
14
m= (10 )
e
h=( 0,4035 ) x ( 1,602 x 1019 ) x 1014
33
0,6464 x 10 J . s
h=6,464 x 1034 J . s

( 6,6266,464 ) x 1034
diff =
x 100
( 6,626+ 6,464 ) x 1034
2
( 6,6266,464 ) x 1034
diff =
x 100
6,545 x 1034
2,47
Menetukan fungsi kerja Wo

Wo
(1014 )
e
W o =( 1,4966 ) x ( 1,602 x 1019 ) x 1014
33
2,397 x 10 J
c=

PEMBAHASAN
Percobaan
efek
fotolistrik
yang
dilakukan dua kegiatan yaitu Pada kegiatan
pertama yang dilakukan untuk mengetahui
pengaruh intensitas cahaya terhadap arus listrik
dan pengaruh intensitas cahaya terhadap
energy kenetik fotoelektron dan pada kegiatan
kedua dilakukan untuk mengetahui hubungan
frekuensi terhadap potensial henti.
Kegiatan pertama ini dapat diketahui
bahwa intensitas cahaya mempengaruhi arus
fotolistrik dimana pada saat tidak ada cahaya,
tidak ada arus yang terbaca pada layar
sedangkan ketika intensitas dinaikkan dan ada
cahaya, terdapat arus pada layar.
Kebergantungan kuat arus foto elektrik
terhadap intensitas cahaya ini sesuai dengan
konsep cahaya sebagai gelombang (fisika
klasik). Jika intensitas cahaya dinaikan maka
energi yang diterima elektron juga akan
meningkat. Akibatnya energi atau cacah
elekron-foto yang dihasilkan juga meningkat
sehingga arus fotoelektrik yang dihasilkan juga
meningkat.
Namun, berdasarkan teori kuantum,
kenaikan intensitas cahaya menunjukan
kenaikan cacah foton yang menumbuk
permukaan
logam.
Ini
mengakibatkan
bertambahnya cacah elektron foto yang
dilepaskan logam. Dengan demikian semakin
besar arus foto elektrik yang dihasilkan namun

perubahan arus yang terjadi tidak signifikan.


Jadi efek fotolistrik dapat dijelaskan jika
cahaya dipandang sebagai partikel yang
disebut foton. Besar energi yang dimiliki oleh
foton sebesar E = h.f.
Selanjutnya pada kegiatan pertama,
dapat juga diketahui pengaruh intensitas
cahaya terhadap energy kenetik fotoelektron.
Pada pengamatan pengaruh intensitas cahaya
terhadap energy kinetic fotoelektron, dimana
terdapat tiga keadaan yang berbeda, yaitu
ketika potensial penghalang dibuat lebih kecil
dari potensial penghenti (V<Vs), potensial
penghalang sama besar potensial penghenti
(V=VS), dan potensial penghalang lebih besar
dari potensial penghenti (V>VS). Berdasarkan
hasil pengamatan terhadap ketiga keadaan
tersebut diperoleh bahwa perubahan arus
terjadi ketika potensial penghalang dibuat lebih
kecil dari potensial penghenti (V<Vs), dimana
pada saat potensial penghenti lebih kecil dari
pada potensial penghalang arus masih ada yang
tebaca pada layar, pada potensial penghalang
sama besar potensial penghenti (V=VS) tidak
ada arus yang terbaca pada layar, dan pada saat
potensial penghalang lebih besar dari potensial
penghenti (V>VS), juga tidak terjadi perubahan
arus. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas
cahaya tidak mempengaruhi energy kinetic
karena pada saat percobaan kegiatan pertama
ini meskipun intensitas dinaikkan, tetap tidak
terbaca arus pada layar ketika potensial
penghalang sama dengan potensial penghenti
dan ketika potensial penghalang lebih besar
daripada potensial penghenti. Hal ini sesuai
denga teori bahwa energi kinetik elektron-foto
tidak bergantung pada besarnya intensitas
cahaya. Hal ini juga sesuai dengan persamaan
hv=Ek+Wo , dimana Ek=e.VS, dimana Vs
merupakan
potensial
penghenti
yang
dipengaruhi oleh besar frekuensi dan panjang
gelombang. Besarnya potensial penghenti
berbanding lurus terhadap frekuensi. Hal
tersebut terlihat dari data pada tabel
pengamatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
energi kinetik tidak berpengaruh pada besarnya
intensitas cahaya tetapi dipengaruhi oleh
besarnya frekuensi ambang.
Pada kegiatan kedua yang dilakukan
untuk mengetahui hubungan
frekuensi
terhadap potensial penghenti. Dari hasil
pengamatan yang dilakukan dapat diketahui
bahwa semakin besar frekuensi
maka
potensial penghenti juga semakin besar. Data
yang diperoleh diplot grafik hubungan antara

frekuensi dengan potensial penghenti, dari plot


grafik tersebut dapat ditentukan besarnya
konstanta planck.
h=6,464 x 1034 J . s .
Menurut teori besarnya konstanta Planck
yaitu 6,626 x 1034 Js . Untuk mengetahui
besarnya perbedaan antara yang di dapat
melalui praktikum dengan nilai secara teori,
dilakukan perhitungan %diff, dan besarnya %
diff yang diperoleh yaitu sebesar 2,47 .
Berdasarkan nilai %diff yang diperoleh dapat
diketahui bahwa percobaan yang dilakukan
telah benar dimana besarnya nilai konstanta
planck secara teori dengan konstanta planck
yang diperoleh secara praktikum hampir sama.
Selain itu, melalui plot grafik juga dapat
diketahui besarnyan fungsi kerja logam yaitu
Fungsi
kerja
ini
2,397 x 1033 J .
berhubungan dengan jenis plat yang
digunakan. Namun pada praktikum yang
dilakukan terjadi kesalahan dimana nilai
potensial penghenti pada filter kuning lebih
besar daripada nilai potensial penghenti filter
hijau, dimana seharusnya nilai filter warna
hijau yang
harus lebih besar. Hal ini
disebabkan karena alat yang digunakan sangat
sensitive dan sumber cahaya pada alat ketika
dinaikkan intensitasnya terkadang padam dan
langsung menyala terang yang seharusnya
ketika intensitas cahaya dinaikkan pada alat,
lampu sumber cahaya harusnya semakin
terang.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil eksperimen dapat
disimpulkan bahwa cahaya berperilaku sebagai
partikel menurut teori kuantum. Hal ini terlihat
dari Intensitas cahaya mempengaruhi kuat arus
listrik, semakin besar intensitas cahayanya
maka semakin besar pula kuat arus namun
tidak sifnifikan dan intensitas cahaya tidak
mempengaruhi energy kinetic. Tetapi energy
kinetic dipengaruhi oleh frekuensi yaitu ketika
frekuensi dirubah, potensial penghentinya juga
ikut berubah. Konstanta
Planck
yang
diperoleh berdasarkan hasil analisis grafik
34
sebesar
Nilai
6,464 x 10 J . s .
tersebut menunjukkan nilai mendekati
konstanta Planck secara teori sebesar
6,626 x 1034 Js .
REFERENSI
Daud Mallago, Jasruddin. 2005. Pengantar
Fisika Modern. Makassar : Badan
Penenrbit Universitas Negeri Makassar.
Subaer, Momang. 2014. Penuntun Praktikum
Eksperimen Fisika I . Makassar:
Laboratorium Fisika Modern Jurusan
Fisika FMIPA UNM.
Serway, Jewett. 2010. Fisika Untuk Sains dan
Teknik buku tiga edisi keenam. Jakarta:
Penerbit Salemba Teknik.

Anda mungkin juga menyukai