SUPURATIF KRONIK
Otitis media supuratif akut maupun kronis, mempunyai potensi untuk menjadi
serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan dapat
menyebabkan kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan patologik
yang menyebabkan otore. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien otitis media
supuratif kronis (OMSK)
3. Pada operasi, ditemukan jalan penjalaran sawar tulang yang bukan karena
erosi.
Klasifikasi komplikasi OMSK
Adams dkk (1989) :
a. Komplikasi telinga tengah:
-
Perforasi
membran
timpani persisten
-
Erosi
Abses ekstradural
Trombosis
di
telinga
sinus
lateralis
-
b. Komplikasi
tulang
pendengaran
-
c. Komplikasi ekstradural:
Petrositis
d. Komplikasi
ke
susunan
saraf pusat :
dalam:
Meningitis
Fistula labirin
Abses otak
Labirinitis supuratif
Hidrosefalus otitis
Tuli
saraf(sensorineural)
Komplikasi ekstratemporal
Komplikasi intrakranial
Abses ekstradura
Kerusakan
Abses subdural
Abses otak
Meningitis
Tromboflebitis
tulang
pendengaran
-
Perforasi
membran
timpani
Komplikasi ke rongga mastoid
-
Petrositis
Mastoiditis koalesen
sinus
lateralis
-
Hidrosefalus otikus
Komplikasi ekstrakranial
-
Abses retroaurikular
Labirinitis
Abses Bezolds
Tuli saraf/sensorineural
Abses zigomatikus
Shambough (2003)
Komplikasi intratemporal
- Perforasi membran timpani
- Mastoiditis akut
- Paresis nervus fasialis
- Labirinitis
- Petrositis
Komplikasi ekstratemporal
- Abses subperiosteal
Komplikasi intrakranial
- Abses otak
- Tromboflebitis
- Hidrosefalus otikus
- Empiema subdural
- Abses subdural/ekstradura
1. ABSES OTAK
Abses otak sebagai komplikasi otitis media dapat ditemukan di serebelum,
fosa kranial posterior atau di lobus temporal, di fosa kranial media. Abses otak
biasanya merupakan perluasan langsung dari infeksi telinga dan mastoid atau
tromboflebitis. Umumnya didahului oleh suatu abses ekstradural.1
Abses otak otogenik merupakan salah satu komplikasi intrakranial yang sering
terjadi pada otitis media supuratif kronik tipe maligna. Mortalitasnya masih sangat
tinggi yaitu sekitar 40%. Penyebaran infeksi melalui beberapa cara 1) melalui tegmen
timpani yang membentuk abses temporal, 2) melalui sinus sigmoid ke fossa kranii
golongan penisilin untuk bakteri gram positif dan aminoglikosida untuk bakteri
gram negatif dan yang lebih penting bakteri anaerob. Kombinasi penisilin-resisten
penisilin dan aminoglikosida dapat digunakan untuk bakteri aerob gram positif
dan gram negatif. Kombinasi sefalosporin generasi tiga dan metronidazol yang
dapat melalui sawar darah otak dan efektif untuk bakteri anaerob. Harus
diusahakan agar dapat diperoleh bahan baku untuk kultur dan tes kepekaan
antibiotik. Kortikosteroid dapat diberikan sebagai terapi tambahan untuk
mengurangi pembengkakan otak dan efek desak ruang yang disebabkan oleh
abses.
Mengenai kapan tindakan bedah boleh dilakukan terdapat beberapa pendapat
dari para ahli. Saat kondisi pasien sudah stabil maka tindakan mastoidektomi dapat
dilakukan dan biasanya 3-4 hari sesudah kraniotomi atau dapat lebih cepat tergantung
keadaan umum pasien. Akan tetapi sebelum tindakan bedah dilakukan maka diberikan
dulu antibiotik spectrum luas selama 1 minggu.2
Pendapat lain mengatakan bahwa operasi mastoid dan bedah saraf dilakukan
pada waktu yang berdekatan. Kontaminasi infeksi yang terus menerus dari mastoid ke
jaringan otak akan menyebabkan respon pengobatan menjadi buruk. Selnajutnya ada
yang berpendapat bahwa idelanya kedua operasi dilakukan bersamaan. Bila
pengobatan infeksi telah berhasil mengurangi edema jaringan otak maka operasi
mastoid harus dilaksanakan. Untuk penanganan abses dilakukan oleh bedah saraf
dengan pendekatan aspirasi mealalui sawar, eksisi abses, insisi terbuka abses dan
evakuasi pus.2
pada anak-anak yang biasanya berhubungan dengan otitis media akut, tetapi juga
ditemukan pada orang dewasa dengan otitis kronis.4
Demam yang tidak dapat diterangkan penyebabnya merupakan tanda pertama
dari infeksi pembuluh darah. Pada mulanya suhu tubuh turun naik, tetapi setelah
penyakit menjadi berat didapatkan kurve suhu yang naik turun dengan sangat curam
disertai dengan menggigil. Kurve suhu demikian menandakan adanya sepsis.
Rasa nyeri biasanya tidak jelas, kecuali bila sudah terdapat abses perisinus.
Kultur darah biasanya positif,terutama bila darah diambil ketika demam. 1,2
Pengobatan harus dengan jalan bedah, membuang sumber infeksi di sel-sel
mastoid, membuang tulang yang berbatasan dengan sinus (sinus plate) yang nekrotik
atau membuang dinding sinus yang infeksi atau nekrotik. Jika sudah terbentuk
trombus harus juga dilakuakan drainase sinus dan mengeluarkan trombus. Sebelum
itu dilakukan dulu ligasi vena jugulare interna untuk mencegah trombus terlepas ke
paru dan kedalam tubuh lain.1,2 Gold standar untuk pemeriksaan tromboflebitis sinus
lateralis adalah angiografi serebral.2
3. ABSES EKSTRADURAL
Abses ekstradural adalah terkumpulnya nanah diantara duramater dan tulang.
Pada otitis media supuratif kronis keadaan ini berhubungan dengan jaringan granulasi
dan kolesteatoma yang menyebabkan erosi tegmen timpani atau mastoid.1,2
Gejalanya terutama berupa nyeri telinga hebat dan nyeri kepala. Dengan foto
rontgen mastoid yang baik, terutama posisi Schuller, dapat dilihat kerusakan di
lempeng tegmen (tegmen plate) yang menandakan tertembusnya tegmen. Pada
umumnya abses ini baru diketahui pada waktu operasi masteidektomi. 1,2
Abses ekstradural didahului dengan hilangnya tulang, baik melalui
demineralisasi pada infeksi akut atau erosi dengan kolesteatoma pada penyakit kronis.
Jika kolesteatoma yang tidak terinfeksi mungkin hanya mengekspos duramater tanpa
reaksi inflamasi. Jika kolesteatoma terinfeksi hal ini terkait dengan pembentukan
jaringan granulasi dan pembentukan nanah antara tulang dan duramater. Massa yang
membesar tersebut dapat menyebabkan meningkatnya ketegangan intrakranial ,
menyebabkan timbulnya tanda-tanda neurologis fokal dan edema papil . Kadangkadang bisa mengikis tengkorak dari dalam ke luar menyebabkan abses subperiosteal
yaitu disebut Pott klasik tumor.5
5. MENINGITIS
Komplikasi otitis media ke susunan saraf pusat yang paling sering ialah
meningitis.1,2,9 Keadaan ini dapat terjadi oleh otitis media akut, maupun kronis, serta
dapat terlokalisasi, atau umum (general). Walau secara klinik kedua bentuk ini mirip,
pada pemeriksaan likuor serebrospinal terdapat bakteri pada bentuk yang umum,
sedangkan pada bentuk yang terlokalisasi tidak ditemukan bakteri.1,2,6
Meningitis adalah infeksi akut pada sistem saraf, dimana meningen berfungsi
untuk melindungi otak dan medula spinalis. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri,
virus dan infeksi local misalnya abses otak.6
Patofisiologi
Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar pertahanan telingan tengah yang
normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur di sekitarnya.
Pertahanan pertama ini adalah mukosa vakum timpani yang juga seperti mukosa
saluran napas, mampu melokalisasi infeksi. Bila sawar ini runtuh, masih ada sawar
kedua yaitu dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini runtuh,
maka struktur lunak disekitarnya akan terkena. Runtuhnya periosteum akan
menyebabkan terjadinya abses subperiosteal, suatu komplikasi yang relatif tidak
berbahaya. Apabila infeksi mengarah ke dalam, ke tulang temporal, maka akan
menyebabkan parese nervus fasialis atau labirinitis. Bila ke arah cranial, akan
menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis, meningitis, dan abses
otak. 7
Bila sawar tulang timpani terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu
jaringan granulasi akan terbentuk. Pada otitis media supuratif akut atau suatu
eksaserbasi akut penyebaran biasanya melalui osteotromboflebitis (hematogen).
Sedangkan pada kasus yang kronis, penyebaran terjadi melalui erosi tulang. Cara
penyebaran lainnya adalah toksin masuk melalui jalan yang sudah ada, misalnya
melalui fenestra rotundum, meatus akustikus eksternus, duktus perilimfatik dan
duktus endolimfatik.7
Dari gejala dan tanda yang ditemukan, dapat diperkirakan jalan penyebaran
suatu infeksi telinga tengah ke intrakranial dapat melalui penyebaran hematogen,
melalui erosi tulang, melalui penyakit yang sebelumnya ada. Perjalanan
komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3
macam lintasan : 8 , 1 0
1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak
Melalui jalan yang sudah ada, seperti garis fraktur tulang temporal,
bagian tulang yang lemah atau defek karena pembedahan, dapat
memudahkan masuknya infeksi
2. Menembus selaput otak
Dimulai begitu penyakit mencapai duramater. Duramater sangat resisten terhadap
penyebaran infeksi, akan menebal, hiperemi, dan lebih melekat ke tulang. Jaringan
9
granulasi terbentuk pada duramater yang terbuka dan ruang subdural yang
berdekatan.
3. Masuk ke jaringan otak
Pembentukan abses biasanya terjadi pada daerah diantara ventrikel dan
permukaan korteks atau tengah lobus serebelum. Cara penyebaran infeksi ke
jaringan otak ini dapat terjadi baik akibat tromboflebitis atau perluasan infeksi ke
ruang Virchow Robin yang berakhir di daerah vaskuler subkorteks.
Gambar 3. Algoritma Pedoman Tatalaksana OMSK + Komplikasi.1
OMSK + KOMPLIKASI
KOMPLIKASI
INTRATEMPORAL
ABSES
SUBPERIOSTEAL
LABIRINITITIS
PARESIS FASIAL
PETROSITIS
ANTIBIOTIK DOSIS
TINGGI
MASTOIDEKTOMI
DEKOMPRESI N.VII
PETROSEKTOMI
KOMPLIKASI
INTRAKRANIAL
ABSES EKSTRADURAL
TROMBOFLEBITIS SINUS
LATERAL
MENINGITIS
ABSES OTAK
HIDROSEFALUS OTITIS
RAWAT INAP
PERIKSA SEKRET TELINGA
ANTIBIOTIK I.V DOSIS TINGGI 715HARI KONSUL SPESIALIS
SARAF/SARAF ANAK
MASTOIDEKTOMI ANESTESI
LOKAL/UMUM
DAFTAR PUSTAKA
OPERASI BEDAH SARAF
10
2014.
http://in-
of
otitis
media.
2006.
11