Anda di halaman 1dari 18

Materi Kuliah Praktikum Biostatistik

Konsep Dasar Biostatistik


Oleh : Puspito Arum

A. Pengertian Biostatistik
Statistik adalah sekumpulan konsep dan metode yang digunakan untuk
mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data kuantitatif yang dipengaruhi
oleh berbagai sebab dalam situasi yang bervariasi dan tidak ada kepastian. Statistika
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari dan mengusahakan agar data mempunyai makna.
Terdapat tiga pengertian statistika yang berkembang saat ini, yaitu :
1. Statistika merupakan kumpulan angka yang dihasilkan dari pengukuran atau
perhitungan yang disebut data
2. Satistika diartikan pula sebagai statistik sampel
3. Statistika sebagai metode ilmiah yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
mengambil keputusan, mengadakan analisis data hasil penelitian, dan lain-lain.
Statistik kesehatan adalah data atau informasi yang berkaitan dengan masalah
kesehatan. Statistik kesehatan sangat bermanfaat untuk kepentingan administrasi, seperti
merencanakan program pelayanan kesehatan, menentukan alternatif penyelesaian masalah
kesehatan, dan melakukan analisis tentang masalah kesehatan selama periode waktu tertentu
(time series). Statistik kesehatan juga berguna untuk menentukan penyebab timbulnya
masalah kesehatan baru yang belum dikatehui atau untuk menguji manfaat terapi kesehatan
tertentu.
Metode statistik dalam bidang kesehatan merupakan alat bantu yang baik, tetapi
bukan merupakan satu-satunya alat bantu untuk menarik kesimpulan, karena ada banyak alat
atau metode pendukung lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan klinis, dan
lain-lain.
B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan individu dalam suatu batas tertentu, dimana hasil suatu
penelitian akan dilakukan generalisasi. Kumpulan individu yang akan diukur atau diamati
ciri0cirinya disebut populasi studi. Bila penelitian hanya dilakukan pada sebagian dari
anggota populasi, maka bagian tersebut dimanakan sampel. Dengan kata lain, sampel adalah
sebagian dari populasi yang nilai atau karakteristiknya diukur dan yang nantinya dipakai
untuk menduga karakteristik dari populasi.
Populasi studi ditentukan berdasarkan kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Populasi, berdasarkan besarnya, dibagi menjadi dua, yaitu populasi besar dan populasi kecil.
Populasi besar atau populasi tek terhingga adalah populasi yang memiliki jumlah individu
sedemikian banyaknya sehingga sulit untuk diketahui jumlahnya. Populasi kecil atau
populasi terbatas adalah populasi dengan jumlah unit dasar yang tidak banyak sehingga
jumlahnya mudah dihitung.
Contoh : Seorang peneliti ingin melakukan penelitian pada penderita hipertensi di
suatu wilayah kabupaten. Semua penduduk di kabupaten tersebut disebut populasi umum,
sedangkan semua penderita hipertensi yang terdapat di kabupaten tersebut disebut populasi
studi. Sampel adalah sebagian sebagian penderita hipertensi yang akan diteliti. Hasil
pengamatan pada sampel akan digeneralisir pada populasi studi.
Penelitian di bidang kesehatan pada umumnya dilakukan pada sampel. Alasan
mengapa penelitian dilakukan pada sampel dan bukan pada populasi, antara lain :
1. Adanya unit elemeter (jumlah individu dalam populasi) yang banyak
2. Adanya populasi yang homogen
3. Menghemat tenaga, biaya dan waktu
4. Akurasi pengukuran atau pemeriksaan
Pengambilan sampel, secara umum dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Dengan probabilitas (cara acak / random sampling)
2. Tanpa probabilitas (tanpa acak / non-random sampling)
Pengambilan sampel acak dilakukan secara objektif sedemikian rupa sehingga
probabilitas setiap unit diketahui dan setiap unit memiliki kesempatan yang sama untuk
menjadi sampel, sedangkan pengambilan sampel secara acak dilakukan sedemikian rupa

sehingga probabilitas setiap unit tidak diketahui dan faktor subjektifitas memegang peran
penting.
Pengambilan sampel cara acak terbagi dalam beberapa cara, yaitu :
1. Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling)
2. Pengambilan sampel acak stratifikasi (stratified random sampling)
3. Pengambilan sampel acak bertahap (multistage random sampling)
4. Pengambilan sampel acak sistematis (systematic random sampling)
5. Pengambilan sampel acak kelompok (cluster random sampling)
Pengambilan sampel tanpa acak terbagi dalam beberapa cara, antara lain :
1. Pengambilan sampel seadanya (accidental sampling)
2. Pengambilan sampel berjatah (quota sampling)
3. Pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan (purposive sampling)
Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling)
Pengambilan sampel cara acak sederhana ini, peneliti harus terlebih dahulu
menghitung jumlah populasi yang akan dipilih sampelnya. Kemudian diambil dengan
menggunakan tabel random. (terlampir).
Pengambilan sampel acak stratifikasi (stratified random sampling)
Pada suatu penelitian, kadangkala ditemukan adanya pembatasan tertentu, sehingga
tiap kelompok (strata) dapat memberikan nilai yang berbeda. Jika sampling dilakukan pada
semua subjek dalam populasi sebagai satu kesatuan, maka akan diperoleh variasi sampel
yang sangat besar, dan kesimpulan yang diperoleh dapat menjadi bias. Oleh karena itu, dapat
dilakukan stratifikasi pada kelompok tersebut, sampel dipilih untuk setiap strata dan
hasilnyya digabungkan menjadi satu sampel yang bebas darivariasi untuk setiap strata.
Variabel yang sering dipakai sebagai variabel strattifikasi adalah jenis kelamin, umur, ras,
kondisi sosial ekonomi, status gizi, dan lain-lain.
Contoh :
Suatu penelitian ingin mengetahui asupan makan

berlebih pada 100 anak.

Berdasarkan penelitian terdahulu, diperoleh hasil bahwa anak laki-laki memiliki asupan

makan yang lebih besar dibanding anak perempuan. Peneliti ingin mengambil subjek
penelitian sebanyak 20 anak dari 100 anak yang ada, bila 20 anak itu diambil tanpa melihat
jenis kelaminnya, maka nilai yang diambil variabilitasnya akan sangat besar. Lebih baik jika
dilakukan sampling secara terpisah, misal 10 subjek diambil dari anak berjenis kelamin lakilaki dan 10 subjek diambil dari anak berjenis kelamin perempuan. dengan demikian 20
subjek yang diperoleh tidak menunjukkan varian antar strata, dan hasinya akan lebih baik
jika dibandingkan sampling tanpa stratisfikasi.
Pengambilan sampel acak bertahap (multistage random sampling)
Pengambilan sampel dengan cara ini merupakan salah satu model pengambilan
sampel secara acak yang pelaksanaannya dilakukan dengan membagi populasi menjadi
beberapa bagian (fraksi) kemudian diambil sampelnya. Sampel bagian (fraksi) yang
dihasilkan dibagi lagi menjadi bagian-bagian (fraksi-fraksi) yang lebih kecil kemudian
diambil sampelnya. Pembagian menjadi fraksi ini dilakukan terus sampai pada unut sampel
yang diinginkan. Unit sampel pertama disebut Primary Sampling Unit (PSU). Pengambilan
sampel dengan cara ini biasanya digunakan bila peneliti ingin mengambil sampel dengan
jumlah yang tidak banyyak pada populasi yang besar.
Contoh :
Suatu penelitian ingin melihat pelaksanaan PHBS yang dilakukan oleh penduduk
suatu kota. Dalam hal ini kota sebagai populasi, kelurahan sebagai PSU dan RT sebagai unit
sampel. Dipilih kelurahan yang ada dalam wilayah kota tersebut dengan cara acak
sederhana. Dari kelurahan yang terpilih, kemudian dipilih RW secara acak sederhana. Dari
RW yang terpilih kemudian dipilih RT yang akan dijadikan sebagai sampel secara acak
sederhana.
Pengambilan sampel acak sistematis (systematic random sampling)
Pengambilan sampel dengan cara ini ditentukan bahwa tiap subjek nomer ke-sekian
akan dijadikan sebagai sampel. Bila peneliti ini mengambil 1/n dari populasi, maka setiap
unit populasi nomer n akan dijadikan sebagai sampel.
Contoh :

Ingin dipilih 20 dari 400 individu yang ada dengan cara sampling sistematik. Dengan
demikian diperlukan 20/400 = 1/20 bagian dari populasi yang akan dijadikan sebagai subjek
penelitian. Individu dengan nomer 20 dan kelipatannya yang akan dijadikan sebagai subjek
penelitian. Mula-mula setiap subjek diberi nomer urut, dari 1 sampai 400. Kemudian, tiap
pasien ke-20 akan dijadikan subjek penelitian, sehingga pada akhirnya yang akan
diikutsertakan menjadi subjek penelitian adalah subjek dengan nomer urut 20, 40, 60, 80,
100, 120, dan seterusnya.
Pengambilan sampel acak kelompok (cluster random sampling)
Pengambilan sampel dengan cara ini apabila peneliti akan mengadakan penelitian
dengan mengambil kelompok unit dasar sebagai sampel. Cluster sampling dapat pula
dilakukan dengan membagi populasi studi menjadi beberapa bagian (blok) sebagai cluster
dan dilakukan pengambilan sampel kelompok (cluster) tersebut.
Contoh :
Suatu penelitian ingin melihat status gizi murid Sekolah Dasar di suatu kota, maka
diambil sampel sekolah sebaggai unit sampel. Bila seluruh murid SD sampel ditteliti status
gizinya, makan disebut One Stage Simple Cluster Sampling. Namun bila setelah diperoleh
sampel SD kemudian dilakukan pengambilan sampel lagi terhadap siswa yang berada di SD
tersebut, maka disebut Two Stage Simple Cluster Sampling.
Pengambilan sampel seadanya (accidental sampling)
Accidental sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan secara subjektif
oleh peneliti dengan memperhatikan sudut kemudahan, tempat pengambilan sampel dan
jumlah sampel yang akan diambil. Cara ini sering dipergunakan dalam bidang sosiial
ekonomi dan politik untuk mengetahui opini masyarakat terhadap suatu hal.
Contoh :
Bila suatu penelitian ingin meneliti pendapat masyarakat tentang larangan buang
sampah sembarangan. Pengambilan sampel dilakukan cukup dengan cara peneliti berdiri di
suatu tempat dan menanyakan pendapat orang yang sedang lewat. Jumlah dan orang yang
dijadikan subjek penelitian tergantung keinginan peneliti.

Pengambilan sampel berjatah (quota sampling)


Pengambilan sampel dengan cara ini hampir sama dengan accidental sampling, tetapi
dengan kendali yang lebih baik untuk meminimalisir terjadinya bias. Pelaksanaan
pengambilan sampel dengan cara ini sangat tergantung pada peneliti, tetapi dengan kriteria
dan jumlah yang telah ditentukan sebelumnya.
Contoh :
Suatu penelitian ingin mengamati tentang tingkat pendapatan masyarakat. Kemudian
ditentukan jumlah orang yang akan ditelitoi, misal 50 orang, terdiri dari 25 laki-laki dan 25
perempuan, dengan kriteria usiia 25 40 tahun. Dua puluh lima leaki-laki dan 25 perempuan
mana yang akan diwawancarai tergantung sepenuhnya pada peneliti.
Pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan (purposive sampling)
Dikatakan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan jika cara pengambilan
sampel dilakukan sedemikian rupa sehingga keterwakilannya ditentukan oleh peneliti
berdasarkan pertimbangan orang-orang yang telah berpengalaman.
Jumlah atau banyaknya sampel yang digunakan dalam suatu penelitian harus dapat
mewakili populasinya. Jumlah atau besar sampel dipengaruhi oleh :
1. Biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia
2. Jumlah variabel
3. Variasi variabel
4. Presisi (d)
5. Derajad kepercayaan, derajad kepercayaan () yang sering digunakan adalah
90% (Z = 1,64) ; 95% (Z = 1,96) ; 99% (Z = 2,58)
Metode perhitungan jumlah sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian. Beberapa
metode perhitungan jumlah sampel, yaitu :
1. Estimasi proporsi
2. Estimasi rata-rata
3. Uji hipotesa beda rata-rata pada 2 kelompok independen
4. Uji hipotesa beda rata-rata berpasangan

Simbol
Sampel

Populasi

Rerata

Proporsi

Varian

Standar deviasi

Estimasi proporsi
Digunakan jika ingin mengetahui proporsi suatu kejadian.

n=
Estimasi rata-rata
Digunakan untuk mengukur variabel yang bersifat kontinyu.

n=
Uji hipotesa beda rata-rata pada 2 kelompok independen
Digunakan jika ingin menguji pernedaan antara 2 rata-rata pada kelompok / populasi
independen

n=

Kekuatan uji () yang umum digunakan adalah 99% (z = 2,33) ; 95% (z = 1,64) ;
90% (z = 1,28) ; 80% (0,84)
Pada umumnya nilai tidak diketahui, sehingga umumnya diperkirakan dari
varians gabungan dari studi pendahuluan.

Sp =

Uji hipotesa beda rata-rata berpasangan


Digunakan jika ingin menguji perbedaan rata-rata antara sebelum dan sesudah
intervensi diberikan

n=

C. Jenis data dan Skala Data


Data, berdasarkan cara pengumpulannya, dibagi menjadi data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang pengumpulannya dilakukan secara langsung oleh
peneliti. Data primer

memiliki keuntungan, yaitu data yang diperoleh sesuai dengan

kebutuhan peneliti, namun data primer juga memiliki kekurangan karena membutuhkan
waktu, tenaga dan biaya yang cukup besar dalam proses pengumpulannya. Data sekunder
adalah data yang diperoleh dari orang lain, tempat lain, atau sumber data lain dan
pengumpulannya tidak dilakukan oleh peneliti sendiri. Data sekunder memiliki keuntungan
dalam hal waktu, biaya dan tenaga, tetapi data yang diperoleh seringkali tidak lengkap atau
tidak sesuai dengan kebutuhan.
Dalam menentukan metode statistik mana yang akan digunakan, maka harus
diketahui dulu jenis data dan bentuk hipotesa penelitiannya. Data terbagi menjadi dua jenis,
yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam
bentuk kata, kalimat, dan atau gambar. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka,
atau data kualitatif yang diubah dalam bentuk angka (misal dengan skoring). Data kuantitatf
dibagi menjadi dua, yaitu data diskrit / nominal dan data kontinum.

Skala data atau juga disebut skala variabbel atau skala ukuran, yang sering digunakan
terdiri dari 4 macam, yaitu skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio.
Skala
Pengukuran

Sifat Variabel

Contoh

Statistik yang Sesuai

Bukan peringkat

Jenis kelamin,
golongan
darah

Rendah

Peringkat dengan
interval yang tidak
dapat diuukur

Tingkat
pendidikan,
status sosial,
status gizi
Suhu tubuh,
IQ

Jumlah, rate, risiko


relatif, Chi squarre,
Fischer, MantelHaenzel, regresi
kualitatif
Sama dengan nominal,
median, korelasi
peringkat
Sama dengan ordinal,
mean, simpang baku,
uji t, anova, regresi,
korelasi

Kuat

Sama dengan interval

Kuat

Nominal

Ordinal

Interval

Rasio

Peringkat dengan
interval yang dapat
diukur, namun tidak
memiliki nilai 0 (nol)
mutlak
sama dengan skala
interval, namun
memiliki nilai 0 (nol)
mutlak

D. Jenis-jenis Variabel

Berat badan,
penghasilan,
kadar ureum

Kekuatan

Sedang

Variabel adalah karakteristik subjek penelitian yang berbeda dari satu subjek dengan
subjek lainnya. Variabel adalah karakteristik suatu benda atau subjek, bukan bendanya itu
sendiri. Berdasarkan fungsinya dalam konteks penelitian secara keseluruhan dan dalam
hubungan antar variabel, terdapat beberapa jenis variabel, yaitu bariabel bebas, variabel
terikat, variabel antara, variabel perancu dan variabel lain.
Variabel bebas adalah variabel yang apabila berubah dapat menyebabkan perubahan
variabel lain. Variabel yang berubah akibat adanya perubahan variabel lain disebut vatiabel
terikat. Nama lain untuk variabel bebas antara lain variabel independen, prediktor, risiko,
atau kausa, sedangkan nama lain untuk variabet terikat adalah variabel tergantung, variabel
dependen, efek, hasil, atau outcome. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
tidak selalu merupakan hubungan sebab akibat.
Variabel antara adalah variabel yang berada diantara variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel antara menghubungkan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
perancu (confounding variable) adalah jenis variabel yang berhubungan dengan variabel
terikat, tapi bukan merupakan variabel antara.

E. Jenis-jenis Penelitian
Pembagian desain penelitian yang ssering digunakan adalah pembagian desain
mejadi penelitian deskriptif dan penelitian analitik. Penelitian deskriptif adalah penelitian
yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau melihat gambaran dari fenomena yang
ditemukan, baik yang berupa faktor risiko maupun efek atau hasil. Peneliti tidak mencoba
untuk mencari hubungan antara faktor risiko serta mengapa dan bagaimana efek terjadi.
Peneliti pada penelitian analitik mencoba mencari hubungan antar variabel. Pada jenis
penelitian ini peneliti melakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan. Oleh karena itu,
pada penelitian analitik perlu dibuat hipotesis.
Desain penelitian analitik pada umumnya dibagi menjadi penelitian observasional
dan penelitian eksperimental. Penelitian observasioanal adalah penelitian yang hanya
melihat fenomena yang ada tanpa memberikan intervensi tertentu pada subjek penelitian.
Penelitian observasional umumnya dibagi dalam tiga jenis, yaitu penelitian cross sectional,
penelitian kasus kontrol (case control), dan penelitian kohort. Penelitian eksperimental atau

intervensional atau penelitian percobaan adalah penelitian dimana peneliti memberikan


perlakuan tertentu kepada sampel penelitian, dan pada umumnya peneliti sudah mengkontrol
variabel-variabel yang ada.

Cross sectional
Dalam penelitian cross sectional, peneliti melakukan observaso atau pengukuran
variabel pada satu saat. Satu saat artinya tiap subjek hanya diobservasi satu kali, baik untuk
melihat faktor risiko maupun efek, jadi pada studi cross sectional peneliti tidak melakukan
tindak lanjut.
Pada jenis penelitian ini akan dapat dihitung nilai rasio prevalensi (prevalens ratio).
Rasio prevalensi memberikan gambaran peran faktor risiko terhadap terjadinya efek.
Kasus kontrol
Pada penelitian kasus kontrol, peneliti melakukan pengukuran variabel bebas (faktor
risiko) dan variabel terikat (efek) tidak dalam satu waktu. Pada penelitian ini, peneliti
melakukan identifikasi subjek yang terkena efek (disebut kasus) dan subjek yang tidak
terkena efek (disebut kontrol), kemudian diikuti secara retrospektif (waktu mundur) ada atau
tidaknya faktor risiko yang didiga berperan.

Pada jenis penelitian ini dapat dihitung nilai rasio odds (odds ratio). Odds adalah
perbandingan antara peluang terjadinya sesuatu. Rasio odds adalah besarnya peran faktor
risiko yang diteliti terhadap terjadinya efek.
Kohort
Berbeda dengan penelitian kasus kontrol yang dimulai dari identifikasi efek, pada
penelitian kohort faktor risiko lah yangg diidentifikasi terlebih dahulu, kemudian subjek
diikuti secara prospektif (waktu ke depan) selama periode tertentu untuk menemukan ada
tidaknya efek. Pada penelitian kohort murni, peneliti mengikuti subjek yang belum
memperoleh pajanan faktor risioko dan belum mengalami efek.

Sebagian subjek akan

terpajan oleh faktor risiko secara alami, sedangkan sebagian lagi tidak. Subjek yang terpajan
akan menjadi kelompok yang diteliti (kasus), sedangkan subjek yang tidak terpajan akan
menjadi kelompok kontrol. Kedua keompok subjek akan diikuti selama periode waktu
tertentu dan ditentukan apakah terjadi efek.
Pada penelitian ini dapat dihitung nilai risiko relatif, yaitu perbandingan antara
insiden efek pada kelompok dengan faktor tisiko dengan insiden efek kelompok tanpa faktor
risiko.
F. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil
penelitian. Data yang disajikan harus sederhana dan jelas agar mudah dibaca. Penyajian data
juga bertujuan agar pembaca dapat dengan mudah memahami apa yang disajikan untuk
selanjutnya dilakukan penilaian, perbandinagn, dan lain-lain.
Bentuk penyajian data disesuaikan dengan data yang tersedia dan tujuan yang ingin
dicapai. Penyajian data dapat berupa :
- Tulisan (tekstular)
- Tabel (tabular)
- Grafik
1. Tulisan (tekstular)
Penyajian data dalam bentuk tulisan banyak digunakan dalam bidang sosial ekonomi,
psikologi, dan lain-lain, dan berperan sebagai laporan hasil penelitian kualitatif. Penyajian

data dalam bentuk tertulis dalam bidang kesehatan biasanya digunakan untuk memberi
informasi tentang gambaran umum dari penelitian yang dilakukan, baik tentang gambaran
lokasi, karakteristik sampel, dan lain-lain.
Contoh :
Rerata konsumsi energi balita yang menderita KEP pada kelompok kasus sebesar
548 kkal, sedangkan pada kelompok kasus sebesar 1.588 kkal. Konsumsi energi
dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok defisit energi dan kelompok cukup
energi. Sembilan puluh dua koma tiga persen mengalami defisit energi, karena konsumsi
energi masih dibawah 70% angka kecukupan energi berdasarkan umur mereka. Hasil
penelitian ini serupa dengan hasil penelitian Tari di kecamatan Sembungharjo yang
memperoleh hasil bahwa sebagian besar (80%) balita KEP memiliki tingkat konsumsi energi
kategori defisit.
2. Tabel (tabular)
Penyajian data dalam bentuk tabel merupakan penyajian data dalam bentuk angka
yang disusun secara teratur dalam kolom dan baris. Penyajian data dalam bentuk tabel
banyak digunakan pada penulisan laporan hasil penelitian dengan maksud agar pembaca
mudah memperoleh gambaran rinci tentang hasil penelitian yang telah dilakukan.
Tabel yang lengkap terdiri dari nomor tabel, judul tabel, catatan pendahuluan, badan
tabel, catatan kaki, dan sumber tabel.
Beberapa bentuk tabel yang sering digunakan adalah :
- Tabel induk (master table)
- Tabel sinopsis
- Tabel distribusi
- Tabulasi silang
a. Tabel induk
Tabel induk ini berfungsi sebagai referansi. Tabel induk juga sering disebut
sebagai tabel referensi yang dapat diambil sebagian dan disisipkan dalam
penulisan laporan. Tabel induk memuat data dari semua variabel yang
dikumpulkan. Tabel induk tidak digunakan untuk menarik kesimpulan apapun.

No.

Umur

Jenis
kelamin

Pekerjaan

Pendidikan

BB

TB

IMT

Asupan
makan

Tingkat
aktifitas

dsb

1
2
3
4
5
6
7
8
dst

b. Tabel sinopsis
Tabel sinopsis ini berisi semua variabel yang dikumpulkan dan ditulis dalam
kolom dan baris dengan urutan yang sama. Tabel ini memiliki arti penting dalam
perencanaan suatu penelitian, karena dengan adanya tabel sinopsis dapat diketahui
jumlah tabel yang akan dihasilkan dalam laporan hasil penelitian dan variabel
yang akan dicari hubungannya, sehingga memudahkan penulisan laporan.
Variabel 1

Variabel 2

Variabel 3

Variabel 4

Variabel 5

Variabel 1
Variabel 2
Variabel 3
Variabel 4
Variabel 5
c. Tabel distribusi
-

Distribusi frekuensi

Tabel 3. Distribusi bayi gakin yang memperoleh suplementasi


menurut status peningkatan Z score BB/U di Kecamatan Pedurungan
Status Peningkatan Z score BB/U
Jumlah
%
Meningkat
40
46
Tidak Meningkat
47
54
Jumlah
87
100

Distribusi frekuensi kumulatif


Tabel 2. Distribusi bayi gakin yang memperoleh suplementasi menurut tingkat
pendidikan orang tua di Kecamatan Pedurungan
Tingkat Pendidikan
Jumlah
%
%Kumulatif
SD

40

46

46

SLTP

30

34

80

SLTA

10

11

91

100

87

100

PT
Jumlah
-

Distribusi mean

Tabel 2. Distribusi bayi gakin yang memperoleh suplementasi menurut


tingkat pendidikan orang tua di Kecamatan Pedurungan
Keadaan
Z score BB/U
Mean
SD
Sebelum diberi suplementasi
-1.298
0,136
Setelah diberi suplemantasi
-1,273
0,131
Peningkatan
0,025
d. Tabulasi silang
Tabulasi silang disusun berdasarkan banyaknya baris dan kolom. Tabel jenis ini
banyak digunakan pada perhitungan statistik inferensial untuukk pengujian
hipotesa.
Bagan untuk tabulasi silang, antara lain :
-

Tabel dengan 2 baris dan 2 kolom, disebut tabel 2 x 2


Judul Kolom
Judul Baris
Jumlah

Jumlah

Tabel dengan 2 baris dan 3 kolom, disebut tabel 2 x 3


Judul Kolom

Jumlah

Judul Baris
Jumlah

Tabel dengan 3 baris dan 3 kolom, disebut tabel 3 x 3


Judul Kolom

Jumlah

Judul Baris
Jumlah
Contoh :
Kategori Pola
Asuh

Status Peningkatan Z score


Tidak meningkat

Meningkat

Jumlah

Kurang

29 (69,0%)

14 (33,0%)

43 (100%)

Bagus

9 (27,3%)

24 (72,2%)

33 (100%)

Jumlah

38 (50%)

38 (50%)

76 (100%)

3. Grafik
a. Batang sederhana
Contoh 1 : Distribusi IMT menurut jenis kelamin, laki-laki 24,2 ; perempuan
23,4

Coontoh 2 : Perbedaan kadar protein umbi-umbian yang mengalami


pengeringgan dengan berbagai suhu

b. Batang klaster
Contoh : Tingkat keaktifan kader posyandi dari tahun ke tahun

c. Pie chart
Contoh : Proporsi karyawan menurutkategori IMT

Anda mungkin juga menyukai