Tanggal
Nama Anggota
: 1. Ayu Zuraida
(1308305030)
(1308305031)
(1308305033)
4. Kadek Sudarmini
(1308305034)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
Dasar Teori
Radiasi adalah pancaran energy dari suatu sumber energy ke
lingkungannya. Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia, sehingga
untuk mengenalinya diperlukan suatu alat bantu pendeteksi yang disebut
dengan detektor radiasi. Ada beberapa jenis detektor yang secara spesifik
mempunyai kemampuan untuk melacak keberadaan jenis radiasi tertentu
yaitu detektor alpha, detektor gamma, detektor neutron, dll. Radiasi dapat
berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui proses ionisasi, eksitasi
dan lain-lain. Dengan menggunakan sifat-sifat tersebut kemudian digunakan
sebagai dasar untuk membuat detektor radiasi.
Beberapa jenis radiasi dari radioaktif, yaitu radiasi alpha, betha dan gamma.
Radiasi alpha pada umumnya dipancarkan oleh elemen berat, yaitu unsure
yang nilai massanya besar, tetapi tetapi tenaga ikatnya rendah. Radiasi alpha
ini daya jangkauannya atau daya tembusnya sangat rendah sekali. Hal ini
disebabkan karena radiasi alpha bermassa 4 dan bermuatan positif, padahal
di alam banyak sekali electron bebas yang bermuatan negative, sehingga
mudah sekali dihentikan oleh elketron-elektron tersebut. Geraknya lambat
karena massanya 4 (relatif berat). Radiasi alpha memiliki jangkauan di udara
yang sangat pendek, sekitar 2-3 cm, sehingga untuk perlindungan diri
(proteksi radiasi) terhadap radia alpha bisa dihentikan dengan menutup
memakai sehelai kertas.
Radiasi beta sebenarnya ada dua macam, yaitu Beta min dan Beta plus yang
keduanya memilki sifat berlainan. Pemakaina mindan plus adalah untuk
menyatakan muatan listrik yang dibawa oleh zarah radiasi beta.ditinjau
darisegi struktu atomnya, radiasi beta min ini terjadi pada atom yang
kelebihan electron. Radiasi beta min pada umumnya disertai juga dengan
radiasi gamma. Radiasi beta plus serupa dengan pancaran elktron positif atau
positron dari inti atom. Radiasi beta plus terjadi pada atom yang kelebihan
potron.
Peristiwa absorbsi adalah salah satu bentuk kehilangan energy zarah radiasi
beta bila mengenai medium. Berbeda dengan radiasi partikel bermuatan (a
atau b), daya tembus radiasi gamma dan sinar-X sangat tinggi bahkan tidak
dapat diserap secara keseluruhan.
(1)
adalah koefisien serap linier bahan terhadap radiasi gamma dan sinar-X.
sangat dipengaruhi oleh jenis bahan penyerap, nomor atom (Z) dan densitas
(r) serta energi radiasi yang mengenainya. Nilai tebal bahan penyerap dapat
dalam satuan panjang (mm ; cm) ataupun dalam satuan massa persatuan luas
(gr/cm2). Terlihat bahwa persamaan (1) di atas merupakan persamaan
eksponensial seperti persamaan peluruhan radioaktif.
Bila di peluruhan radioaktif dikenal istilah waktu paro, disini terdapat istilah
tebal paro (HVL = half value layer) yaitu tebal bahan yang dapat menyerap
separo dari intensitas mula-mula atau intensitas yang diteruskan tinggal
separonya. Istilah lain adalah TVL (tenth value layer) yaitu tebal bahan yang
dapat menyerap 90% intensitas mula-mula atau intensitas yang diteruskan
tinggal sepersepuluh (10%) nya. Nilai HVL dan TVL suatu bahan ditentukan
dari koefisien serap linier () nya dengan persamaan berikut.
0,693
2,303
HVL=
; TVL=
(2)
Perhitungan intensitas radiasi yang masih diteruskan setelah melalui suatu
bahan penyerap (penahan radiasi) lebih mudah bila menggunakan konsep
HVL dan TVL ini dibandingkan harus menggunakan persamaan dasarnya
1 n
1 m
I x=
I 0; I x =
I0
(3)
2
10
()
( )
III.
Cara Kerja
A. Absorbsi Sinar-X oleh beberapa ketebalan material
1. Terlebih dahulu tempatkan material absorber (aluminium) dengan
ketebalan yang berbeda pada pemegang sampel G dan kemudian
masukkan pada lubang yang berhubungan dengan pengaruhnya (berada
pada bagian belakang) peralatan I pada posisi 0 mm.
2. Arahkan salah satu material absorber kea rah datangnya sinar-X (A)
(kolimator) dengan memutar pengarah yang berada pada bagian belakang
peralatan sinar-X.
3. Operasikan peralatan sinar-X dengan membawa tombol (c) ke posisi On.
Pilih tinggi tegangan UA (h) pada level 2, dan arus Iem (i) pada 0,05 mA.
4. Hidupkan alat pencacah dengan menekan tombol pada posisi On. Baca
besar tegangan pada voltmeter, yang memberikan besar tegangan U A =
2.103
.V
5. Baca cacahan per menit, kemudian ulangi lagi untuk ketebalan yang
berbeda. Catatlah hasilnya dalam bentuk tabel.
B. Absorbsi sinar-X oleh berbagai macam absorber (material dengan bilangan
atomik Z berbeda)
1. Rangkailah peralatannya.
2. Terlebih dahulu tempatkan material absorber (dengan beberapa jenis
material dengan ketebalan yang sama d=0,5 mm dengan bilangan atomik
yang berbeda : Aluminium (Z=13); Iron (Z=26); Copper (Z=29);
Zicronium (Z=40); Silver (Z=47) pada pemegang sampel G dan
kemudian
masukkan
pada
lubang
yang
berhubungan
dengan
peralatan sinar-X.
Operasikan peralatan sinar-X dengan membawa tombol (c) ke posisi On.
Pilih tinggi tegangan UA (h) pada level 4, dan arus Iem (i) pada 0,05 mA.
Hidupkan alat pencacah dengan menekan tombol pada posisi On.
Baca cacahan per menit, kemudian ulangi lagi untuk bahan bahan yang
berbeda (dengan nomor atom yang berbeda). Catatlah hasilnya dalam
bentuk tabel.
IV.
Hasil Pengamatan/Percobaan
1. Absorpsi Sinar X oleh beberapa ketebalan material
Tabel, d (mm)
0,5 mm
0,5 mm
0,5 mm
0,5 mm
0,5 mm
Tabel, d (mm)
1,0 mm
1,0 mm
1,0 mm
1,0 mm
1,0 mm
Cacahan / menit
62,0/menit
63,0/menit
59,7/menit
60,2/menit
61,1/menit
rata-rata = 61,2 /menit
Cacahan / menit
60,3/menit
60,5/menit
60,0/menit
60,3/menit
60,6/menit
Tabel, d (mm)
1,5 mm
1,5 mm
1,5 mm
1,5 mm
1,5 mm
Cacahan / menit
60,0/menit
59,6/menit
63,0/menit
61,2/menit
60,3/menit
rata rata = 60,82/menit
Tabel, d (mm)
2,0 mm
2,0 mm
2,0 mm
2,0 mm
2,0 mm
Cacahan / menit
62,8/menit
59,9/menit
60,8/menit
61,2/menit
61,8/menit
rata rata = 61,3/menit
Tabel, d (mm)
2,5 mm
2,5 mm
2,5 mm
2,5 mm
2,5 mm
Cacahan / menit
59,7/menit
60,5/menit
61,1/menit
60,8/menit
61,7/menit
rata rata = 60,76 / menit
Tabel, d (mm)
3,0 mm
3,0 mm
3,0 mm
3,0 mm
3,0 mm
Cacahan / menit
60,9/menit
61,2/menit
62,1/menit
60,1/menit
61,5/menit
rata rata = 61,16 / menit
Material
Plastik
Bilangan Atomik , Z
Ps
Cacahan / menit
61,2/ menit
60,8/ menit
61,9 / menit
62,1 / menit
62,4 / menit
rata rata = 61,68 / menit
Material
Aluminium
Bilangan Atomik , Z
Al
Material
Besi
Bilangan Atomik , Z
Fe
Material
Tembaga
Bilangan Atomik , Z
Cu
Cacahan / menit
60,2/ menit
63,1 / menit
62,5 / menit
68,9 / menit
61,1/ menit
rata-rata = 63,16 / menit
Cacahan / menit
59,3 / menit
60,1/ menit
60,0/ menit
59,8 / menit
59,9 / menit
rata rata = 59,82 / menit
Cacahan / menit
59,5/ menit
59,7 / menit
60,0/ menit
59,8 / menit
60,0/ menit
rata rata = 59,8/ menit
Material
Zirkanium
Bilangan Atomik , Z
Zr
Cacahan / menit
61,7 / menit
61,5 / menit
60,9 / menit
61,4/ menit
60,0 / menit
rata-rata = 61,1 / menit
Material
Perak
Bilangan Atomik , Z
Ag
Cacahan / menit
61,4/ menit
61,0/ menit
60,9 / menit
61,5/ menit
61,2 / menit
rata rata = 61,2 / menit
V.
(k)
3,0
2,5
2,0
Koefisien
absorbsi
1,5
1,0
0,5
61,2
60,34
60,83
61,3
60,76
Cacahan/menit
Material
Ag
Zr
Cu
Fe
61,16
Al
Ps
61,68
63,16
59,82
59,8
61,1
61,2
Cacahan/menit
Analisa Data:
Pada percobaan ini, ketebalan sangat berpengaruh terhadap cacahan yang terjadi.
Karena semakin tebal suatu material maka dalam waktu yang sama cacahan yang
dihasilkan semakin sedikit. Tetapi pada praktikum yang kami lakukan hasil yang
didapat sangat berbeda dengan teorinya. Hal ini disebabkan karena alat yang digunakan
mengalami kerusakan sehingga dapat mempengaruhi hasil yang didapat. Selain itu
ketelitian praktikum juga dapat mempengaruhi hasil yang didapat. Dalam kegiatan
praktikum yang telah dilakukan ketelitian merupakan hal yang sangat penting, karena
jika kita tidak tepat dalam menghitung waktu yang diperlukan untuk mencacah suatu
material maka data yang kita dapatkan tidak akan akurat. Selain itu ada praktikum yang
telah dilakukan kami mengalami beberapa kendala pada saat praktikum. Kendala
tersebut seperti kesulitan dalam penggunaan alat alat yang tesedia di laboratorium dan
ketakutan akan radiasi yang dapat ditimbulkan oleh alat alt yang ada. Akan tetapi
semua itu dapat teratasi dengan adanya arahan dan bimbingan dari dosen dan teknisi,
selaku pembimbing kami di laboratorium.
VI.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Putra, dkk. 2014. Modul Praktikum Biofisika. Jimbaran : Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.
http://pelajaranfisika.ac.id/internal/1310990/sinar-x.html (diakses pada tanggal
25 April 2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi (diakses pada tanggal 25 April 2014)
http://tugasmahasiswasibuk.blogspot.com/2012/09/radiasi-sinar-x.html
(diakses pada tanggal 25 April 2014)
http://www.slideshare.net/endangjmanik/sinar-x (diakses pada tanggal 25
April 2014)
LAMPIRAN