LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STROKE
DIRUANG INTENSIVE CARE UNIT RSUD UNGARAN SEMARANG
Disusun Oleh :
SYAHABUDDIN NAUFAL
G3A014062
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STROKE
Definisi
Secara umum gangguan pembuluh darah otak atau stroke merupakan
gangguan sirkulasi serebral. Merupakan suatu gangguan neurologik fokal yang
dapat timbul sekunder dari suatu proses patologis pada pembuluh darah serebral,
misalnya trombosis, embolus, ruptura dinding pembuluh atau penyakit vascular
dasar, misalnya aterosklerosis, arteritis, trauma, aneurisme dan kelainan
perkembangan.
Stroke dapat juga diartikan sebagai gangguan fungsional otak yang bersifat:
- fokal dan atau global
- akut
- berlangsung antara 24 jam atau lebih
- disebabkan gangguan aliran darah otak
- tidak disebabkan karena tumor/infeksi
Stroke dapat digolongkan sesuai dengan etiologi atau dasar perjalanan
penyakit. Sesuai dengan perjalanan penyakit ,stroke dapat dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu :
1. Serangan iskemik sepintas/ TIA ( Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis
setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala
yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang
dari 24 jam
2. Progresif/ inevolution (stroke yang sedang berkembang) stroke yang terjadi
masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat
dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari
3. Stroke lengkap/completed : gangguan neurologis maksimal sejak awal
serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana deficit neurologisnya pada
saat onset lebih berat, bisa kemudian membaik/menetap
bermacam-macam.
Kerusakan
dapat
terjadi
melalui
mekanisme berikut :
b.
c.
4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
5. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
b.
c.
TIA 24%
d.
e.
f.
DM 9%
Kemudian ada yang menunjukan bahwa yang selama ini dianggap
Merokok, memang merokok dapat merusak arteri tetapi tidak ada bukti
kaitan antara keduanya itu.
b.
Seks dan seksual intercouse, pria dan wanita mempunyai resiko yang
sama terkena serangan stroke tetapi untuk MCI jelas pria lebih banyak
daripada wanita.
d.
e.
Riwayat keluarga.
PATHWAY
Makanan
Merokok
Kolesterol
lemak
dan
Hipertensi
Penumpuka
meningkat
Tahanan
nikotin
di pembuluh darah
di
perifer
meningkat
pembuluh darah
Lanjut Usia
Elastisitas
pembuluh
darah menurun
Hipertensi/hipotensi
Hemisfer kiri
vaskuler)
Penurunan
fungsi
Kenaikan TIK
Pecah/bekuan darah
motorik
Gangguan
pergerakan
PTIK
tubuh
Gangguan
mobilitas
fisik
Lobus parietalis
Lobus temporalis
Lobus frontalis
Rangsangan
bicara
Hambatan
terganggu
gerak/lumpuh
Gangguan
Kerusakan
Defisit
Komunikasi verbal
integritas kulit
diri
perawatan
Diagnosis
Pada diagnosis penyakit serebrovaskular, maka tindakan arteriografi adalah
esensial untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan. CT Scan kepala
dan MRI merupakan sarana diagnostik yang berharga untuk menunjukan adanya
hematoma, infark atau perdarahan. EEG dapat membantu dalam menentukan
lokasi.
Penatalaksanaan
Secepatnya pada terapeutik window (waktu dari serangan hingga mendapatkan
pengobatan maksimal)
Therapeutik window ini ada 3 konsensus:
1. Konsensus amerika : 6 jam
2. Konsensus eropa: 1,5 jam
3. Konsensus asia: 12 jam
Prinsip pengobatan pada therapeutic window:
1. Jaringan penubra ada aliran lagi sehingga jaringan penubra tidak menjadi
iskhemik.
2. Meminimalisir jaringan iskhemik yang terjadi.
Terapi umum
Untuk merawat keadaan akut perlu diperhatikan faktor faktor kritis sebagai
berikut :
1. Menstabilkan tanda tanda vital
a. memepertahankan saluran nafas (sering melakukan penghisapan
yang dalam , O2, trakeotomi, pasang alat bantu pernafasan bila
batang otak terkena)
b. kendalikan tekanan darah sesuai dengan keadaan masing masing
individu ; termasuk usaha untuk memperbaiki hipotensi maupun
hipertensi.
2. Deteksi dan memperbaiki aritmia jantung
3. Merawat kandung kemih. Sedapat mungkin jangan memasang kateter
tinggal; cara ini telah diganti dengan kateterisasi keluar masuk setiap 4
sampai 6 jam.
4. Menempatkan posisi penderita dengan baik secepat mungkin :
a. penderita harus dibalik setiap jam dan latihangerakan pasif setiap 2
jam
b. dalam beberapa hari dianjurkan untuk dilakukan gerakan pasif
penuh sebanyak 50 kali per hari; tindakan ini perlu untuk
mencegah tekanan pada daerah tertentu dan untuk mencegah
kontraktur (terutama pada bahu, siku dan mata kaki)
Terapi khusus
Ditujukan untuk stroke pada therapeutic window dengan obat anti agregasi
dan neuroprotektan. Obat anti agregasi: golongan pentoxifilin, tielopidin, low
heparin, tPA.
1. Pentoxifilin
Mempunyai 3 cara kerja:
Sebagai anti agregasi menghancurkan thrombus
Meningkatkan deformalitas eritrosit
Memperbaiki sirkulasi intraselebral
2. Neuroprotektan
Pengobatan konservatif
Pada percobaan vasodilator mampu meningkatkan aliran darah otak (ADO),
tetapi belum terbukti demikian pada tubuh manusia. Dilator yang efektif untuk
pembuluh di tempat lain ternyata sedikit sekali efeknya bahkan tidak ada efek
sama sekali pada pembuluh darah serebral, terutama bila diberikan secara oral
(asam nikotinat, tolazolin, papaverin dan sebagainya), berdasarkan uji klinis
ternyata pengobatan berikut ini masih berguna : histamin, aminofilin,
asetazolamid, papaverin intraarteri.
Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darah otak.
Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit
seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini
dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol
ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian:
1. Perubahan pada tingkat kesadaran atau responivitas yang dibuktikan dengan
gerakan, menolak terhadap perubahan posisi dan respon terhadap stimulasi,
berorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
2. Ada atau tidaknya gerakan volunteer atau involunter ekstremitas, tonus otot,
postur tubuh, dan posisi kepala.
3. kekakuan atau flaksiditas leher.
4. Pembukaan mata, ukuran pupil komparatif, dan reaksi pupil terhadap cahaya
dan posisi okular.
5. Warna wajah dan ekstremitas, suhu dan kelembaban kulit.
6. Kualitas dan frekuensi nadi, pernapasan, gas darah arteri sesuai indikasi, suhu
tubuh dan tekanan arteri.
7. kemampuan untuk bicara
8. Volume cairan yang diminum dan volume urin yang dikeluarkan setiap 24
jam.
Diagnosa yang mungkin muncul:
1. Kerusakan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, kontrol
2. perfusi jaringanm tidak efektif berhubungan dengan perdarahan otak. Oedem
otak
3. Kurang perawatan diri b.d kelemahan fisik
4. Kerusakan komunikasi verbal b.d kerusakan otak
5. Resiko kerusakan integritas kulit b.d faktor mekanik
6. Resiko infeksi b.d penurunan pertahanan primer
RENCANA KEPERAWATAN
N
o
1.
2.
Diagnosa Tujuan/KH
Kerusaka
n
mobilitas
fisik b.d
penuruna
n
kekuatan
otot
Intervensi
Ambulasi/ROM
1. Terapi latihan
normal
Mobilitas sendi
dipertahankan
o Jelaskan
pada
KH:
klien&kelg
tujuan
o Sendi tidak
latihan
pergerakan
kaku
sendi.
o Tidak terjadi
o Monitor
atropi otot
lokasi&ketidaknyama
nan selama latihan
o Gunakan
pakaian
yang longgar
o Kaji
kemampuan
klien
terhadap
pergerakan
o Encourage ROM aktif
o Ajarkan
ROM
aktif/pasif
pada
klien/kelg.
o Ubah posisi klien tiap
2 jam.
o Kaji
perkembangan/kemaj
uan latihan
2. Self care Assistance
o Monitor kemandirian
klien
o bantu perawatan diri
klien
dalam
hal:
makan,mandi,
toileting.
o Ajarkan
keluarga
dalam
pemenuhan
perawatan diri klien.
Perfusi
o NOC: perfusi Perawatan sirkulasi
jaringan
Peningkatan perfusi jaringan
jaringan
cerebral
otak
cerebral.
tidak
Setelah
efektif
Aktifitas :
dilakukan
b.d
1. Monitor
status
tindakan
perdarah
neurologik
keperawatan
an otak,
selama 5 x 24 2. monitor status respitasi
oedem
jam
perfusi 3. monitor bunyi jantung
4. letakkan kepala dengan
jaringan
Rasional
Pergerakan
bertujuan
mempertahankan
sendi
aktif/pasif
untuk
fleksibilitas
1. mengetahui kecenderungan
tk kesadaran dan potensial
peningkatan
TIK
dan
mengetahui lokasi. Luas dan
kemajuan kerusakan SSP
2. Ketidakteraturan pernapasan
dapat
memberikan
gambaran
lokasi
kerusakan/peningkatan TIK
3. Bradikardi dapat terjadi
3.
4.
adekuat
posisi agak ditinggikan
sebagai
akibat
adanya
dengan
dan dalam posisi netral
kerusakan otak.
indikator :
5. kelola obat sesuai order 4. Menurunkan tekanan arteri
o Perfusi
6. berikan Oksigen sesuai
dengan
meningkatkan
indikasi
drainase & meningkatkan
jaringan yang
sirkulasi
adekuat
5.
Pencegahan/pengobatan
didasarkan
penurunan TIK
pada tekanan
6.
Menurunkan hipoksia
nadi
perifer,
kehangatan
kulit,
urine
output
yang
adekuat
dan
tidak
ada
gangguan pada
respirasi
Resiko
Pasien
tidak 1. Mengobservasi&melapo 1. Onset infeksi dengan system
infeksi
mengalami
rkan tanda&gejal infeksi,
imun
diaktivasi&tanda
b.d
infeksi
spt kemerahan, hangat,
infeksi muncul
penuruna KH:
rabas dan peningkatan 2. Klien dengan netropeni
n
o Klien
bebas
suhu badan
tidak memproduksi cukup
pertahan
respon inflamasi karena itu
dari
tanda- 2. mengkaji suhu klien
primer
netropeni setiap 4 jam,
panas
biasanya
tanda infeksi
melaporkan
jika
tanda&sering
merupakan
o Klien mampu
temperature lebih dari
satu-satunya tanda
menjelaskan
380C
3. Nilai
suhu
memiliki
tanda&gejala
3. Menggunakan
konsekuensi yang penting
infeksi
thermometer elektronik
terhadap pengobatan yang
atau
merkuri
untuk
tepat
mengkaji suhu
4. Nilai lab berkorelasi dgn
4. Catat7laporkan
nilai
riwayat klien&pemeriksaan
laboratorium
fisik
utk
memberikan
5. kaji
warna
kulit,
pandangan menyeluruh
kelembaban kulit, tekstur 5. Dapat mencegah kerusakan
dan
turgor
lakukan
kulit, kulit yang utuh
dokumentasi yang tepat
merupakan
pertahanan
pada setiap perubahan
pertama
terhadap
6. Dukung untuk konsumsi
mikroorganisme
diet
seimbang, 6. Fungsi imun dipengaruhi
penekanan pada protein
oleh intake protein
untuk
pembentukan
system imun
Defisit
Klien
dapat 1. Observasi kemampuan 1. Dengan
menggunakan
perawata memenuhi
klien
untuk
mandi,
intervensi langsung dapat
n diri b.d kebutuhan
berpakaian dan makan.
menentukan
intervensi
kelemaha perawatan diri
2. Bantu klien dalam posisi
yang tepat untuk klien
n fisik
5.
KH:
duduk, yakinkan kepala
-Klien terbebas
dan bahu tegak selama
dari bau, dapat
makan dan 1 jam setelah
makan
sendiri,
makan
dan
berpakaian 3. Hindari
kelelahan
sendiri
sebelum makan, mandi
dan berpakaian
4. Dorong klien untuk tetap
makan sedikit tapi sering
Resiko
NOC:
NIC: Berikan manajemen
kerusaka mempertahankan tekanan
n
integritas kulit
1. Lakukan
penggantian
intagritas Setelah dilakukan
alat tenun setiap hari dan
kulit b.d perawatan 5 x 24
tempatkan kasur yang
faktor
jam
integritas
sesuai
mekanik kulit
tetap 2. Monitor kulit adanya
adekuat dengan
area kemerahan/pecah2
indikator :
3. monitor
area
yang
Tidak
terjadi
tertekan
kerusakan kulit 4. berikan masage pada
ditandai dengan
punggung/daerah yang
tidak
adanya
tertekan serta berikan
kemerahan, luka
pelembab pad area yang
dekubitus
pecah2
5. monitor status nutrisi
lajutan
kerusakan
integritas kulit
3. Area
yang
tertekan
biasanya
sirkulasinya
kurang
optimal
shg
menjadi pencetus lecet
4. Memperlancar sirkulasi
5. Status nutrisi baik dapat
membantu
mencegah
keruakan integritas kulit.
Kurang
pengetah
uan b.d
kurang
mengaks
es
informasi
kesehata
n
Pengetahuan
klien meningkat
KH:
-Klien & keluarga
memahami
tentang penyakit
Stroke, perawatan
dan pengobatan
1. Mengkaji
kesiapan&kemampuan
klien untuk belajar
2. Mengkaji
pengetahuan&ketrampil
an klien sebelumnya
tentang
penyakit&pengaruhnya
terhadap
keinginan
belajar
3. Berikan materi yang
paling penting pada
klien
4. Mengidentifikasi sumber
dukungan
utama&perhatikan
kemampuan klien untuk
belajar & mendukung
perubahan perilaku yang
diperlukan
5. Mengkaji
keinginan
keluarga
untuk
mendukung perubahan
perilaku klien
6. Evaluasi
hasi
pembelajarn klie lewat
demonstrasi&menyebaut
kan kembali materi yang
diajarkan
Daftar Pustaka
Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses
keperawatan), Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih
bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made
karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek
Klinis, alih bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta.
Corwin, 2000, Hand Book Of Pathofisiologi, EGC, Jakarta.
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan
Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian
perawatan
Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M.,
Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta.
Tim spesialis dr. penyakit dalam RSUP dr.Sardjito, 2004, Kuliah ilmu
penyakit dalam PSIK UGM, Yogyakarta.
Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications,
Second edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork.
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification,
Philadelphia, USA
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome
Classifications, Philadelphia, USA
Wilkinson, Judith, 2007, Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, EGC, Jakarta.