Anda di halaman 1dari 12

Rumus struktur kafein adalah sebagai berikut :

Gambar 5.1 Rumus Struktur Kafein


Banyak senyawa nitrogen dalam tumbuhan mengandung atom nitrogen basa dan karena
itu diekstrak dari dalam tumbuhan itu dengan asam encer. Senyawa itu disebut dengan
alkoloid yang artinya mirip alkali. Contoh dari senyawa alkaloid adalah nikotina dan kafein
(Fessenden, 1999 : 269).
Untuk memahami prinsip-prinsip dasar ekstraksi, harus terlebih dahulu dibahas
berbagai istilah yang digunakan untuk menyatakan keefektifan pemisahan. Untuk suatu zat
terlarut A yang didistribusikan antara fase tak-tercampurkan a dan b hukum distribusi (partisi)
Nerust menyatakan, bahwa asal keadaan melekulnya sama dalam kedua cairan dan
temperatur adalah konstan:
= ..................

(5.1)

Dimana KD adalah sebuah tetapan yang dikenal sebagai koefesien distribusi (koefisien
partisi). Hukum ini seperti dinyatakan di atas secara termodinamis tidaklah benar-benar tepat
(misalnya, tak diperhitungkan aktivitas dari berbagai spesi itu, dan karenanya diharapkan
hanya akan berlaku dalam larutan encer dimana angka banding aktivitas itu mendekati satu),
tetapi merupakan suatu pendekatan yang berguna. Pada penerapan praktis ekstraksi pelarut
ini, kita tentukan dalam memperhatikan fraksi zat terlarut total dalam fase satu atau yang
lainnya, tidak peduli bagaimanapun cara-cara disosiasi, atau interaksinya dengan spasi-spasi
lain yang terlarut (Basset, 1994 : 165).
Di antara berbagai jenis metode pemisahan, ektraksi pelarut atau disebut ekstraksi air
merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah bahwa
pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini
didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu setara antara dua pelarut
yang tidak saling bercampur, seperti benzena, karbon hertoksida atau kloroform. Batasannya
adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut.
Terkini dapat digunakan untuk hal preperative, pemurnian, memperkaya pemisahan serta
analisis pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis,
kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat, dan digunakan untuk
ion-ion logam yang bertindak sebagai tracer (pengotor) dan ion logam dalam jumlah makro
logam (Khopkar, 1990 : 85).
Ekstraksi cairan-cairan merupakan suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam
air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada hakekatnya

tak tercampurkan dengan yang disebut pertama dan menimbulkan perpindahan satu atau
lebih zat terlarut (solute) kedalam pelarut yang kedua itu (Basset, 1994 : 165).
Kafein sendiri adalah zat yang secara ilmiah di produksi oleh dedaunan dan biji-bijian
tumbuhan. Kafein juga di produksi secara artifisial dan di tambahkan ke dalam beberapa
produk makanan. Kafein terdapat di dalam daun teh, biji, kopi, coklat, dan obat penghilang
rasa sakit. Pada minuman ringan juga sering di tambahkan dengan kafein (Anonym1, 2006).
Kafein merupakan alkoloid dengan nama 1,1,7-trimetil xanthina. Kafein berfungsi
sebagai stimulan. Merupakan hablur yang pahit dengan warna putih mengkilat, kristal
menjarum dengan titik mencair atau titik leleh 236C, dan tidak berbau. Kafein terdapat pada
teh, kopi, cola, mente, dan cokelat, selain itu kafein juga diperoleh dari sintesa kimia. Kadar
kafein dalam teh lebih besar dari pada dalam kopi. Kadar kafein dalam teh berkisar antara 24%, sedangkan dalam kopi hanya 0,5%. Kafein dapat bereaksi dengan iodium secara adisi,
sehingga kadar kafein dapat dihitung dengan menggunakan larutan iodium. Untuk reaksi
adisi dengan kafein digunakan iodium berlebih. Iodium dianalisa dengan titrasi reduksi
( Anonym2, 2003).
Kafein merupakan zat stimulan ringan yang dapat menyebabkan jantung jadi berdebar
dan menghilangkan rasa kantuk, banyak orang yang telah mengkonsumsi kafein menjadi
lebih enerjik dan bersemangat. Terlalu banyak mengkonsumsi kafein menyebabkan gelisah,
sensitif, insomnia, dan tremor. Kafein dapat bersifat racun. Kafein didapatkan dari isolasi
daun teh. Dalam daun teh tidak hanya mengandung kafein tapi juga substansi lain seperti
celulose. Warna coklat dari larutan coklat berasal dari pigmen flavonoid dan klorofil.
Walaupun klorofil larut dalam metilen clorida, tetapi kebanyakan substansi lain dalam teh
(Anonym3, 2006).
Partisi zat-zat terlarut antara 2 cairan yang tidak campur menawarkan banyak
kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis. Bahkan dimana tujuan primer bukan
analitis tapi preparatif, eksrtraksi pelarut merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang
menuju ke suatu produk murni itu dalam laboratorium organik, anorganik, atau biokimia.
Seringkali suatu pemisahan ekstraksi pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa menit (Day
dan Underwood, 1986 : 468).
Proses ekstraksi pelarut berlangsung dalam 3 tahap, yaitu :
1.

Pembentukkan kompleks yidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi.

2.

Distribusi dari kompleks yang terekstraksi

3.

Interaksinya yang mungkin dalam fase organik.

(Khopkar, 2003 : 79).

Tiga metode dasar dalam ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap (batch) ekstraksi
kontinyu dan conter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana.
Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan
pelarut semula. Kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi
zat yang akan di ekstraksi pada kedua lapisan. Setelah ini tercapai, lapisan didiamkan dan
dipisahkan. Metode ini sering digunakan untuk pemisahan analitik. Kesempurnaan ekstraksi
tergantung pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika jumlah
ekstraksi yang dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit (Khopkar,
2003 : 75).
http://choalialmu89.blogspot.com/2010/10/percobaan-v-ekstraksi-kafein-dari-daun.html
Ekstraksi adalah metode pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih
senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan pada prinsip kelarutan. Jenis ekstraksi ada
tiga yaitu, ekstraksi cair-cair, ekstraksi padat-cair, dan ekstraksi asam-basa. Dalam percobaan
03 akan dilakukan ekstraksi padat-cair, dimana zat yang akan diekstraksi terdapat dalam fasa
padat, yaitu kafein yang berada di dalam daun teh.
Kafein adalah senyawa yang termasuk dalam golongan alkaloid, yaitu senywa yang
mengandung atom nitrogen dalam strukturnya dan banyak ditemukan dalam tanaman. Uji
alkaloid dapat dilakukan dengan uji kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menentukan Rf
noda yang dihasilkan, dan dapat juga dilakukan dengan uji alkaloid yang ditandai dengan
adanya endapan berwarna jingga.
analisa
Pada percobaan kali ini kami menggunakan metode ekstraksi padat-cair untuk memisahkan
kafein dari daun teh. Sederhananya, metode ekstraksi padat-cair berarti mengekstraksi suatu
zat dari fasa padat (daun teh) kemudian mengubahnya menjadi fasa cair (larutan kafeindiklorometana). Efesiensi ekstraksi padat-cair ditentukan oleh besarnya ukuran partikel zat
padat yang mengandung zat organik dan banyaknya kontak dengan pelarut. Oleh karena itu,
dalam pelaksanaan percobaan ekstraksi kafein dari daun teh kami melakukannya dua kali
dengan tujuan agar kafein yang terekstraksi semakin banyak.
Cara pertama untuk mendapatkan kafein dari daun teh adalah dengan menyeduh teh dengan
air panas untuk memperoleh ekstrak teh. Tujuan penggunaan air panas karena pada umumnya
suatu zat akan lebih mudah larut dalam pelarut (air) panas dibandingkan dalam pelarut (air)

dingin, sehingga semakin banyak ekstrak teh yang diperoleh. Ekstrak teh yang diperoleh
tidak hanya mengandung kafein tapi juga ada senyawa-senyawa lain yang ikut larut terutama
senyawa tanin. Tannin adalah senyawa phenolic yang larut dalam air. Di dalam air, tanin
membentuk koloid dan memiliki rasa asam dan sepat.
Senyawa utama yang ingin kami isolasi adalah senyawa kafein, oleh karena itu tanin harus
dapat dipisahkan. Cara untuk memisahkan kafein dengan tanin adalah dengan menambahkan
natrium karbonat dan diklorometana. Natrium karbonat adalah senyawa yang bersifat basa
sehingga akan bereaksi dengan tanin yang bersifat asam membentuk garam, garam ini larut
dalam air tapi tidak larut dalam diklorometana. Diklorometana merupakan senyawa non-polar
yang dapat melarutkan kafein yang juga merupakan senyawa non-polar. Saat penambahan
diklorometana ke dalam ekstrak teh, corong pisah dikocok perlahan dengan sesekali
membuka kran corong pisah untuk mengeluarkan uap yang dihasikan oleh senyawa volatile
yang terdapat dalam ekstrak teh. Pengocokan ini bertujuan untuk memperbanyak peluang
kontak antara kafein dengan diklorometana agar semakin banyak kafein yang larut dalam
diklorometana, tapi pengocokan jangan terlalu kuat karena akan mengakibatkan pembentukan
emulsi antara diklorometana dengan air oleh garam tanin yang bersifat surfaktan anion.
Setelah proses ini selesai akan didapat larutan air-garam dan kafein-diklorometana yang
berwarna bening. Untuk memisahkan keduanya ditambahkan kalsium klorida anhidrat
kemudian didekantasi atau disaring menggunakan kertas saring biasa. Kalsium klorida
anhidrat ini berfungsi untuk absorpsi eksoterm air sehingga setelah dilakukan penyaringan,
filtrat yang diperoleh adalah murni larutan kafein-diklorometana.
Larutan senyawa kafein-diklorometana kemudian didistilasi dengan metode distilasi
sederhana karena perbedaan titik didihnya yang jauh. Distilasi ini berfungsi untuk
memisahkan kafein dari diklorometana. Produk dari distilasi adalah kristal kafein. Dari
percobaan dihasilkan kristal kafein sebanyak 0,05g dari 37g daun teh, artinya teh tersebut
mengandung sekitar 0,135% kafein. Pada literatur, disebutkan bahwa pada umumnya teh
mengandung 2-4% kafein, itu berarti ada galat sebesar 95,5% antara hasil percobaan dan
literatur. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya saat penambahan
diklorometana corong pisah dikocok terlalu pelan sehingga kontak antara kafein dan
diklorometana kurang, akibatnya hanya sedikit kefein yang terlarut dalam diklorometana.
Penyebab lain adalah mungkin teh yang kami gunakan sebagai sampel telah mengalami

proses dekafeinasi, yaitu proses pengurangan senyawa kafein dari benda yang memuatnya
(dalam hal ini adalah teh).
Dari kristal kafein ini kami dapat menentukan titik leleh kafein, yaitu 221C. Pada literatur,
disebutkan bahwa titik leleh kafein adalah 234-236C artinya ada galat sekitar 5,96% dengan
hasil percobaan yang kami lakukan. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya
mungkin larutan hasil ekstraksi tidak murni 100% kafein-diklorometana sehingga hasil
distilasi yang diperoleh tidak murni 100% kristal kafein, atau dapat juga disebabkan
kesalahan praktikan saat melakukan uji titik leleh, mengingat metodenya menggunakan pipa
kapiler sehingga perlu ketelitian tinggi untuk mengamati sekaligus membaca skala suhunya.
Untuk membuktikan bahwa kristal yang diperoleh adalah kristal kafein maka dilakukan uji
alkaloid, kafein termasuk dalam senyawa alkaloid. Uji ini dilakukan dengan melarutkan
kristal dalam air kemudian ditetesi pereaksi Meyer dan Dragendorff. Dari hasil percobaan
didapat larutan kristal + Degendorff menghasilkan warna jingga dan pada larutan kristal +
Meyer menghasilkan warna kuning. Hasil ini menunjukkan kristal tersebut mengandung
senyawa alkaloid yang artinya kristal tersebut benar merupakan kristal kafein.
Seharusnya dari kristal kafein yang diperoleh juga dapat ditentukan Rf dari kafein
menggunakan metode uji KLT. Tapi saat percobaan kami tidak berhasil melakukan uji KLT,
noda pada pelat KLT tidak menunjukkan hasil yang seharusnya sehingga Rf tidak dapat
ditentukan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya kesalahan saat
melakukan elusi, baik metodenya atau karena keadaan eluennya yang kurang baik dengan
alasan pada uji titik leleh galat yang diperoleh kecil dan pada uji alkaloid hasilnya positif tapi
pada uji KLT tidak berhasil.
http://blogs.itb.ac.id/susianah/2012/11/04/kafein-dalam-teh-laporan-praktikum-kimiaorganik/
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun
teh, daun mete, biji kola, biji coklat dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki berat
molekul 194,19 gram/mol. Dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6,9 (larutan kafein 1 %
dalam air ). Secara ilmiah, efek kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang
ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan jantung, serta
memberikan efek samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia) dan

denyut jantung tak beraturan (tachycardia). Kopi dan teh banyak mengandung kafein
dibandingkan jenis tanaman lain, karena tanaman kopi dan teh menghasilkan biji kopi dan
daun

teh

yang

sangat

cepat,

sementara

penghancurannya

sangat

lambat

(Hermanto, 2007:1).
Ekstraksi adalah suatu produk pemisahan suatu zat dari campuranyya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran
bahan padat dan cair tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan
mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya, komponen bercampur sangat erat,
peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil atau tersedia dalam konsentrasi
yang telalu rendah. Dalam hal semacam itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses
yang dapat digunakan atau yang paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan ester untuk
essence pada sirup, pengambilan kafein dari daun teh dan pelarutaan komponen-komponen
kopi dengan menggunakan air panas. Saat ekstraksi, larutan ekstrak yang tercemar harus
dibersihkan. Suatu pelarut yang digunakan sedapat mungkin memiliki kemampuan
melarutkan ekstrak yang besar, sehingga kebutuhan pelarut lebih sedikit(Anonim, 2010:1).

V-2
Untuk memahami prinsip dasar ekstraksi,harus terlebih dahulu dibahas beberapa istilah yang
digunakan untuk menyatakan koefisien pemisahan. Untuk suatu zat terlarut A yang
didistribusikan antara dua fase tak tercampurkan antara a dan b, hukum distribusi (partisi)
Nernst,

menyatakan

bahwa

asal

keadaan

V-3
molekulnya sama dalam kedua cairan dan temperatur adalah konstan dengan persamaan
sebagai berikut :
Konsentrasi zat terlarut dalam pelarut a = [A]a
=KD

...

(1)

Konsentrasi zat terlarut dalam pelarut b = [B]b


Dimana KD adalah sebuah tetapan yang dikenal sebagai koefisien distribusi (koefisien
partisi). Hukum ini seperti dinyatakan di atas secara termodinamis tidaklah benar-benar tepat

(misalnya, tak diperhitungkan aktivitas dari berbagai spesies itu dan karenanya diharapkan
hanya akan berlaku dalam larutan encer dimana angka banding aktivitas itu mendeteksi satu,
tetapi merupakan suatu pendekatan yang berguna). Pada penerapan praktik ekstraksi pelarut
ini, terutama dalam memperhatikan fraksi zat terlarut total dalam fase yang satu atau yang
lainnya, tanpa peduli bagaimana cara-cara disosiasi, asosiasi atau interaksinya dengan spasispasi lain yang terlarut (Basset, 1994:383).
Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik di jaringan tumbuhan
kering adalah dengan cara mengekstraksi serbuk bahan dengan alat soxhlet dengan
menggunakan sederetan pelarut secara berganti-ganti dengan ester, eter, minyak bumi dan
kloroform (untuk memisahkan lipid dan terpenoid). Kemudian digunakan alkohol dan etil
asetat (untuk senyawa yang lebih polar). Metode ini berguna bila kita bekerja dengan skala
gram. Ekstrak yang diperoleh dijernihkan dengan penyaring menggunakan celite dan pompa
air, lalu dipekatkan dalam hampa. Sekarang hal ini biasanya dilakukan dalam penguap putar
yang akan memekatkan larutan menjadi volume kecil tanpa terjadi pencairan pada suhu
antara 300C dan 400C (Harborne, 1987:210).
Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik
dan populer. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam
tingkat makro maupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut
dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti
benzena, karbon titraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer
pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat dipergunakan untuk hal
preparative, pemurnian, memperkaya pemisahan serta analisis pada semua skala kerja
(Khopkar, 1990:85).

V-4
Tanaman mengandung basa heterosiklik tambahan yang banyak diantaranya merupakan
preparat penting dalam bidang farmakologi. Sebagai contoh adalah derivat xantin termetilasi
(1,3,7- trimetil xantin) pada kopi yaitu kafein. Selain itu juga teofilin (1,3 dimetil xantin)
pada teh dan teobromin (3,7 dimetil xantin) pada kakao. Dengan struktur sebagai berikut:
(Murray, 2003:115)

Kafein

teofilin

teobromin

Gambar 5.1 struktur kafein, teofilin dan teobromin


Umumnya garam logam yang sederhana cenderung lebih dapat larut dalam pelarut yang
sangat polar seperti air daripada dalam pelarut organik yang tetapan dielektriknya jauh lebih
rendah. Banyak ion disolvasikan oleh air, dan energi solvasi itu disumbangkan untuk merusak
kisi kristal garam. Lagi pula dibutuhkan kerja yang lebih kecil untuk memisahkan ion-ion
yang muatannya berlawanan dalam pelarut yang dielektrik tinggi. Kemudian biasanya
diperlukan terbentuknya suatu spesies yang tak bermuatan jika suatu ion ahrus diekstrak dari
dalam air ke dalam suatu pelarut organik.
Sebaiknya kadang-kadang suatu proses tak bermuatan yang dapat diekstrak ke dalam
suatu pelarut organik maka diperoleh lewat asosiasi ion-ion yang muatannya berlawanan.
Dalam proses ini agaknya jika komponen tetap bersama-sama spesies itu akan disebut
molekul,akan tetapi jika komponen itu cukup dipisahkan dengan air, maka hal itu tidak dapat
dideteksi sebagai suatu kesatuan. Sebab itu, entitas itu akan disebut suatu pasangan ion jika
muncul dalam suatu pelarut tak polar (Day dan Underwood, 1986:472).
http://heldaniastory.blogspot.com/2010/10/ekstraksi-kafein-dari-daun-teh.html
Alkaloid adalah senyawa organik mirip alkali yang mengandung atom nitrogen yang bersifat
basa dalam cincin heterosiklik. Karena bersifat basa, tumbuhan yang mengandung alkaloid
biasanya terasa pahit. Keberadaan alkaloid pada tumbuhan sendiri tidaklah merupakan zat
metabolisme, namun lebih merupakan senyawa metabolit sekunder yang memiliki lebih
banyak fungsi eologis daripada fungsi merabolisme itu sendiri. Beberapa ahli menyatakan
bahwa alkaloid berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit,
pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion.
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin
dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan
alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang
mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan

suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid
juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur
mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.
Tipe alkaloid yang digunakan dalam praktikum ini adalah kafein yang diekstraksi dari
Camellia sinensis sinensis.
Kafein adalah sejenis senyawa alkaloid yang termasuk golongan metilxanthine (1,3,7trimethylxantine). Efek psikologis yang dihasilkan dapat beragam dan bisa menyebabkan
ketergantungan. Kafein cukup banyak terkandung dalam the (30-75 mg/cangkir), selain itu
daun teh juga mengandung tannin dan sejumlah kecil klorofil. Struktur kafein terbangun dari
system cincin purin, yang secara biologis penting dan diantaranya banyak ditemukan dalam
asam nukleat.
Ekstraksi adalah metode pemisahan senyawa yang melibatkan proses pemindahan satu atau
lebih senyawa dari satu fasa ke fasa lain, serta didasarkan kepada prinsip kelarutan. Ekstraksi
terdiri atas tiga jenis. Ekstraksi cair-cair memiliki prinsip bahwa suatu senyawa kurang larut
dalam pelarut yang satu dan sangat larut dalam pelarut lainnya (prinsip beda kelarutan).
Ekstraksi padat-cair biasa mengekstrak zat padat dari zat cair. Ekstraksi asam-basa
merupakan jenis ekstraksi yang didasarkan pada sifat asam dan basa senyawa organik (misal:
ekstraksi alkaloid di praktikum modul 8). Pada praktikum ini dilakukan ekstraksi padat-cair
kafein dari teh dan ekstraksi cair-cair.
Kromatografi adalah suatu metode yang digunakan untuk memisahkan senyawa organik dan
anorganik sehingga senyawa tersebut dapat dianalisis dan dipelajari. Dengan menganalisis
senyawa, kita dapat mengetahui apa saja unsur-unsur yang membentuknya. Kromatografi
juga merupakan metode sisik yang baik untuk digunakan sebagai metode analisis suatu
campuran dan pelarutnya.
Metode kromatografi memisahkan dua atau lebih senyawa atau ion berdasarkan pada
perbedaan migrasi dan distribusi senyawa atau ion tersebut dalam dua fasa yang berbeda. zat
terlarut dalam suatu fasa gerak mengalir pada suatu fasa diam. Hal ini menjadi sebab
keberadaan fasa gerak dan fasa diam dalam semua jenis kromatografi. Pada posisi yang
berbeda-beda, senyawa atau ion ini akan tertahan dan terabsorpsi pada fasa diam, dan
kemudian satu persatu akan terbawa kembali oleh fasa gerak yang melaluinya.

Tipe kromatografi yang digunakan pada percobaan ini adalah kromatografi lapis tipis.
Metode ini menggunakan material adsorben pada pelat kaca, plastik atau alumunium tipis.
Metode ini merupakan metode yang sederhana dan cepat untuk menguji kemurnian suatu
senyawa organik.
KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa senyawa yang sifatnya hidrofobik
seperti lipida lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas.
KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang
diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi
senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat
kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang
tidak bereaksi dengan pereaksi pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat.
Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai
Rf untuk senyawasenyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai R f dari senyawa standar.
Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi
dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu
lebih kecil dari 1,0.
http://fateisnotafake.wordpress.com/2009/09/07/pemisahan-senyawa-organik-ekstraksiisolasi-kafein-dari-teh-dan-uji-alkaloid/
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat
terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut
dari suatu pelarut ke pelarut lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan
alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau
termis

yang

telah

dibicarakan(Suparmi

2010).

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam
pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk
ke

dalam

pelarut(Medicafarma

2010).

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam
labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam

simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun
kembali ke labu alas bulat melaluyi pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna
ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi
telah

mencapai

20-25

kali.

Ekstrak

yang

diperoleh

dikumpulkan

dipekatkan(Medicafarma:

dan
2010).

Alkaloid yang mengandung suatu system cincin-cincin pirolizidina disebut alkaloid


pirolizidina

N
Alkaloid ini yterdapat dimana-mana di alam anekaragam tumbuhan. Mereka menarik
perhatian karena merupakan racun yang kumuh bagi hewan yang merumput, dengan
mengakibatkan sirosis hati, tumor hati, dan kehamilan. Telah diidentifikasikan sekitar 100
alkaloid pirolizidina. Kebanyakan terdapat di alam sebagai ester yang dapat dihidrolisis
menjadi suatu asam karboksilat yang disebut asam nesat (necid acid) dan suatu amino alcohol
(pirolizidina tersubtitusi) yang disebut nesina(Fessenden dan Fessenden. 1982 : ).
Banyak senyawa nitrogen dalam tumbuhan mengandong atom nitrogen basa dan karena itu
dapat diekstrak dari dalam bahan tubuhan itu dengan asam encer. Senyawa itu disebut
alkaloid yang artinya mirip alkali. Setelah ekstraksi, alkaloid bebas dapat diperoleh dengan
pengolahan

lanjutan

Ekstraksi

Regenerasi
(Fessenden

dengan
R3N:

R3NH+Cldan

basa
+

OH-

dalam
HCl

R3N:

Fessenden.

air.
R3NH+Cl-

H2O
1982:

Cl).

Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah : ekstraksi bertahap (batch), ekstraksi
kontinu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi kontinu digunakan bila perbandingan
distribusi relative kecil sehingga pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapa tahap
ekstraksi. Efisiensi yang tinggi pada ekstraksi kontinu bergantung pada viskositas fase dan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan tercapainya kesetimbangan(Khopkar.
2008:

).

Kafein merupakan salah satu senyawa turunan Xantin yang banyak terdapat dalam teh, kopi,
dan coklat, mempunyai rumus C8H10O2N4. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa the
memiliki kandungan kafein yang lebih banyak dibandingkan dengan kopi. Struktuf kafein
adalah

sebagai

berikut

Kafeina atau lebih populernya kafein, ialah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan

berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretic ringan. Kafeina
dijumpai secara alami pada bahan pangan seperti biji kopi, daun teh, buah kola, gurana, dan
mate. Pada tumbuhan, ia berperan sebagai pestisida alami yang melumpuhkan dan ematikan
serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman tersebut. Ia umumnya dikonsumsi oleh
manusia dengan mengekstraksinya dari kopi dan daun teh. Minuman yang mengandung
kafeina, seperti kopi, teh, dan minuman ringan sangat digemari. Kafeina merupakan zat
psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia(Wikipedia. 2010).
http://arfan-syam.blogspot.com/2011/01/laporan-praktikum-kimia-organik.html

Anda mungkin juga menyukai