PENDAHULUAN
Struktur kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan salah satu antimikroba dan antibiotika yang dapat bekerja
dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom subunit 50s dan
menghambat enzim peptidil transferase, sehingga ikatan peptide tidak terbentuk pada proses
sintesis protein kuman. Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi
kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakteriosid pada kuman-kuman tertentu. Kloramfenikol
kadang digunakan secara topical umtuk pengobatan infeksi mata karena spectrum antibakterinya
yang luas dan kemampuannya mempenetrasi jaringan ouler dan cairan bola mata.(Farmakologi
dan Terapi UI, 2007).
Antibiotika topikal memegang peranan penting pada penanganan kasus dibidang kulit.
Antibiotika topikal merupakan terapi ajuvan dengan obat oral. Penggunaan antimikroba topikal
dapat untuk infeksi superficial dengan area terbatas sedangkan penggunaan antibiotika topikal
dapat untuk infeksi dibawah permukaan kulit. Penggunaan rute topikal dapat mengurangi efek
samping pada saluran pencernaan, menurunkan potensi adanya interaksi obat dan meningkatkan
kepatuhan pasien. Krim kloramfenikol dapat digunakan untuk otitis eksterna, dermatitis, infeksi
eczema, lecet, luka bakar, mempercepat penyembuhan pada infeksi permukaan kulit, impetigo,
abses.
BAB II
TINJAUAN BAHAN AKTIF
1
Bahan
Kloramfenikol
(C11H12Cl2N2O5)
BM=323,1
(Sweetman,2009)
Farmakologi
Aktivitas antimikroba :
ribosom subunit 50 s.
adalah 4,5-7,5
pKa=5,5
sukar larut dalam air (1:400)
dalam kloroform dan eter,
mudah larut dalam etanol
(1:2,5), propilenglikol (1:7),
aseton dan etil asetat.
Log P (oktanol) = 1,1
Stabilitas maksimum = pH 6,0
Stabil pada kondisi netral atau
kloramfenikol adalah
antibiotic spectrum luas yang
mampu berefek bakteriostatik
pada bakteri gram positif,
gram negative, anaerob, dan
Ricketsia. Bagi bakteri
H.influenzae dan N.
meningitis kloramfenikol
bersifat bakterisidal.
Interaksi :
Kadar plasma fenitoin,
asam lemah
Terjadi photodegradasi dengan tolbutamid, chlorpropamid
Kloramfenikol sinamat
(C20H18Cl2N2O6)
BM=453,3
(Sweetman,2009)
rapat.
Kloramfenikol palmitat
(C27H42Cl2N2O6)
BM=561,5
(Sweetman,2009)
Kloramfenikol palmitat
terhidrolisis menjadi
kloramfenikol dalam saluran
cerna.
suksinat
(C15Cl2N2NaO8)
BM=445,2
(Sweetman,2009)
BAB III
PERSYARATAN UMUM SEDIAAN
4
3.1 Pengertian
1. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60%
dan dimaksudkan untuk penggunaan luar.
2. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut
atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
3, Menurut Pengantar Sediaan Farmasi (Ansel)
Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air dalam
minyak atau minyak dalam air. Istilah krim secara luas digunakan dalam farmasi dan
industry kosmetik. Apa yang disebut vanishing krim umumnya emulsi minyak dalam air
mengandung air dalam pesentase yang besar dan asam stearat. Setelah pemakaian krim, air
menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis.
3.2 Karakteristik Sediaan Krim Secara Umum
Menurut Frmakope Indonesia III
1. Krim rusak jika terganggu sstem campurannya terutama disebabkan perubahan suhu dan
perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan ata
pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampur satu sama lain.
2. Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim ang
dikehendaki. Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba,
cetaceum, setarium, setil alcohol, staril alcohol, trietanolamini stearat, dan golongan
sorbitan, polisorbat, polietilenglikol, sabun.
3. Zat pengawet yang umum digunakan adalah metal paraben 0,12% hingga 0,18 % atau
propel paraben 0,02% hingga 0,05%.
4. Disimpan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk.
BAB IV
SPESIFIKASI SEDIAAN
No.
Jenis
1.
Bentuk sediaan
2.
Kadar kloramfenikol
Kloramfenikol base 2%
Organoleptis
3.
Putih
Warna
Bau
Tekstur
Tidak berbau
4.
pH
5.
Ukuran droplet
1-10 m
6.
Viskositas
10.000-50.000 mPas
7.
Rheology
Tiksotropi pseudoplastis
8.
9.
20 gram
Kemudahan pengolesan
Mudah dioleskan
10.
Kemudahan pencucian
Mudah dicuci
11.
Target pengobatan
Appendage
Alasan :
1. pH 6,0 0,5 dipilih untuk spesifikasi karena pH stabilitas maksismum dari kloramfenikol
adalah 6,0 sehingga bahan aktif dapat stabil selama penyimpanan.
2. Ukuran droplet emulasi = 0,1-10um (Martin, halaman 1144)
BAB V
BAGAN ALIR
Bahan Obat Kloramfenikol
Sebagai antibiotik
Dibuat krim
o/w karena
bahan aktif
sukar larut
dalam air dan
untuk
meningkatkan
aseptabilitas
Perlu emulgator
Jenis emulgator:
- cetyl alcohol
- cetostearyl
alcohol
- SLS
- Span 80
- Tween 80
- Cetrimide
Emulgat:or
terpilih:
- Span 80
- Tween 80
- Cetostearyl
alcohol
- Cetrimide
Basis Krim
Fase minyak:
- Cetyl alcohol
- Asam stearat
- Cera alba
- Lanolin
- PEG 400
- Vaselin album
-Paraffin
solidum
- Paraffin
liquidum
- Cetrimide
- Cetostearyl
alcohol
Fase minyak
terpilih:
- Paraffin
Liquidum
- Vaselin album
-Cera alba
-Asam stearat
Penetrasi bahan
aktif sampai
appendages
Mudah
terpenetrasi dan
tepat sasaran
Perlu
humektan
Perlu enhancer
Enhancer:
- DMSO
- Pirolidon
- Propilen glikol
- Asam oleat
Humektan:
- Propilen
glikol
Humektan
terpilih:
- Propilen
glikol
Enhancer
terpilih:
- Propilen glikol
Perlu
pengawet
Pengawet:
- Na-benzoat
- Nipagin
- Nipasol
Pengawet
terpilih:
- Nipagin
- Nipasol
Fase minyak
mudah teroksidasi
Perlu antioksidan
Ditambahkan
kosolven
Antioksidan:
- BHA
- BHT
- -tokoferol
Antioksidan
terpilih:
- BHT
Kosolven:
- Propilen glikol
Kosolven terpilih:
- Propilen glikol
BAB VI
BAHAN TAMBAHAN
Fungsi
Macam-macam
Bahan
Bahan dan
Basis
yang terpilih
1.Petrolatum
(soft paraffin)
Vaselin flavum
(Rowe et al,
2009)
Kadar
Pemerian :
Kadar
Berwarna kuning pucat hingga kuning, Emolien topikal cream
10 30 %
dapat atau mudah ditembus cahaya,
Topical emulsion
massa yang lembut, tidak berbau, tidak 4 25%
Topical oinment up to
berasa, dan tidak berfluoresensi ketika
100%
dilebur.
Kelarutan :
Praktis tidak larut aseton, etanol,
gliserin, dan air. Larut dalam benzena,
CS2, CHCl3, eter, heksana, minyak
2.Paraffin
liquidum
(mineral oil)
(Rowe et al,
2009)
larut
dalam
etanol,
3.White wax
(200C)
HLB = 10,5
Pemerian :
(cera alba)
(Rowe et al,
2009)
dapat
meningkatkan
HLB = 10-16
Pemerian :
(Rowe et
al,2009)
tidak
berpenetrasi
menembus kulit.
Titik didih = 2380C
BJ = 1,11 1,14 g/cm3 (200C)
Viskositas dinamik = 105 130 cP
6.Stearic Acid
Pemerian:
Konsentrasi : 1-2%
(Rowe et
al,2009)
bau lemah
Kelarutan:
Sangat larut dalam benzena, CCl4,
CHCl3, eter ; larut dalam etanol 95%,
heksan, propilenglikol, praktis tidak
larut air.
Titik leleh: 540 C
Inkompatibilitas:
Inkompatibel dengan oksidator, metal
hidroksi, naproxen, garam kalsium,
10
zinc
7.Cetyl alcohol
Pemerian:
Emolient: 2-5%
(Rowe et
al,2009)
5%
Kelarutan:
Larut dalam ethanol, ether (kelarutan
meningkat dengan kenaikan suhu);
praktis tidak larut air
Inkompatibilitas:
Inkompatibel dengan oksidator kuat
7.Cetostearyl
Pemerian:
alcohol
(Rowe et
al,2009)
kuning pucat
Titik leleh: 48-560C
Kelarutan:
Larut dalam ethanol (95%), ether, dan
minyak. Praktis tidak larut air.
Inkompatibilitas:
Inkompatibel dengan oksidator kuat
8.Lanolin/ Wool
Fat
Warna
(Rowe et
dilelehkan
al,2009)
kuning
pucat,
berwarna
11
bau
khas,
kuning,
(Rowe et
al,2009)
bentonite,
iodin,
Fungsi
Macam-
bahan
macam bahan
dan yang
12
Kadar
Pengaw
terpilih
Na Benzoat
et
(Rowe et al,
berbau, granul.
2009)
15% - 30%
perak,
Akitivitas
sebagai
besidan
merkuri.
pengawaet
akan
non
ionik,dapat
kulit.
ADI: 5mg / BB
Propyl Paraben Pemerian: Kristal putih, serbuk tidak
(Nipasol)
(Rowe et al,
2009)
0,01 0,6 %
aktivitas
menurun
alumunium
silikat,
ADI: 10 mg/kg BB
Pemerian: Hablur kecil, tidak berwarna,
(Nipagin)
(Rowe et al,
2009)
Kelarutan:
dalam
13
etanol
1:1,1;
0,02 0,3 %
Efektivitasnya
Talk,
Tragakan,
sodium
ADI: 10mg/kg BB
Pemerian: cairan jernih, viskous, tidak
(Rowe et al,
2009)
15 30 %
95%;
kloroform.
Inkompatibilitas: Inkompatibel dengan
reaksi oksidator sepeti KMnO4
ADI: 25 mg/kg BB
Bahan Terpilih :
Nipagin dan nipasolkarena nipagin larut dalam air dan nipasol larut dalam minyak
sehingga baik digunakan untuk sediaan cream yang mempunyai dua fase.
Penggunaan dengan kombinasi keduanya dapat meningkatkan efektvitas sebagai
pengawet
Fungsi
Macam-Macam
bahan
terpilih
Emulgator 1.Polysorbate 80
Pemerian :
(Tween 80)
(Rowe et al,
2009)
Kadar
Pemakaian tunggal
Sorbitan
Monooleat
15%.
(Rowe et al,
Kombinasi dengan
2009)
terdispersi.
emulsifier hidrofilik
3.Cetostearyl
Alkohol
(Rowe et al,
2009)
Pemerian :
Putih atau tidak berwarna atau hampir
serpihan atau granul putih memiliki
karakteristik
rasa
manis.
Pada
4.Cetrimide
(Rowe et al,
2009)
Pemerian :
Secara umum
Putih hingga putih kekuningan, serbuk
digunakan : 0,1-1%
yang mudah mengalir. Bau dan rasa
w/v dalam larutan
karakter khusus, rasa bersabun.
aqua sebagai
Kelarutan :
antiseptic topical
Sangat larut dalam kloroform, etanol
untuk kulit.
(95%), dan air. Praktis tidak larut dalam
eter.
Surfaktan kationik.
Inkompatibilitas :
Dengan
sabun,
surfaktan
ionic,
dengan
bentonit,
iodine,
2-5% ( emulsifying
agent)
6.Na Lauryl
Sulfat (Rowe et
al, 2009)
Pemakaian : 0,5-2,5
%
Alasan:
Dipilih kombinasi emulgator karena jika digunakan emulgator tunggal dikhawatirkan
akan menghasilkan emulsi yang cair dan konsistensi yang kurang baik. Penggunaan
variasi nilai HLB kombinasi emulgator span 80 dan tween 80untuk mendapatkan krim
yang stabil. Penggunaan surfaktan (cetrimide) dan fatty alcohol (cetostearyl alcohol)
untuk menghasilkan konsistensi yang baik (umumnya 1:4 sampai 1:9).
Fungsi bahan
Macam-Macam bahan
dan yang terpilih
17
Kadar
Enhancer
Pirolidon C4H7NO BM :
air,
propa2-ol,
dan
inkompatibel
Topikal
C3H8O2 BM : 76.09
=15%
(Rowe et al,2009)
manis
TD:188 C
Densitas:1,038 gr/cm3 (20 C)
np20: 1,4324
kelarutan: campur aseton,
chlorofrom, ethanol(95%),
gliserin dan air. Larut dalam 6
bagian ether, tidak campur
dengan light mineral oil, namun
larut pada beberapa minyak
essensial
inkompabilitas: inkompatibel
dengan oksidator seperti
18
KMnO4
stabilitas+penyimpanan: stabil
pada suhu sejuk dalam wadah
tertutup, namun teroksidasi
pada suhu tinggi dengan wadah
terbuka. Sangat stabil bila
dicampur ethanol(95%),
gliserin atau air. Penyimpanan
pada wadah tertutup ditempat
sejuk dan kering serta terhindar
cahaya
keamanan:
LD50(mouse,SC):17,34
g/KgBB
LD50(rat,SC): 22,5
g/KgBB
2. Asam oleat
Pemerian
:Coklat
pucat
(C18H34O2) BM :
282. (Rowe et
al,2009)
TD: 363 C
P: 0,895 g/cm3
Kelarutan: larut dalam benzene,
chloroform, ethanol(95%), ether,
minyak mudah menguap praktis
tidak larut air
Inkompabilitas:
inkompatibel
Bahan Terpilih:
19
Propilen glikol propilen memiliki banyak fungsi selain sebagai enhancer, sehingga dapat
mengurangi penambahan bahan lain. Propilen glikol dapat berfungsi sebagai koslven yang
dapat meningkatkan kelarutan bahan aktif sehingga semakin banyak bahan aktif dalam
bentuk molekuler maka semakin banyak bahan obat yang terpenetrasi.
Fungsi bahan
Macam-Macam
Kadar
pemerian:
serbuk
Palmitate
putih, kuning
C22H38O7
TL:107-117 C
tidak
berbau,
et
1:1,7 (70 C)
al,2009)
terpapar
cahaya
dan
inkompatibel
dengan oksidator
Keamanan: non irritant
2. Butylated
Hydroxyani
B-carotene
hampir
0,001% b/b
20
putih
atau
putih
sole
Oils
C11H16O2
dengan
tabs 0,02%
BM:180,25
aromatic
b/b
( Handbook
Formulasi
of
topical 0,02-
Pharmaceuti
TL:47 C
0,5% b/b
cal
Flashpoint: 130 C
Excipient 6th
Kelarutan:
ed page 73)
bau
Sangat
berkarakteristik
larut
methanol,
dalam
ether,
>50%
hexane,
aktivitas
cahaya.
wadah
bila
Disimpan
tertutup
dan
0,0075-
Hydroxy
0,1%
Toluene
TD:265 C
C15H24O
TL:70 C
BM: 220,35
(Rowe
al,2009)
et
inkompatibel
oksidator
Terdekomposisi
kuat
kuat.
bila
and
Stabilitas
penyimpanan:
dan
kelembapan
BAB VII
FORMULA KRIM KLORAMFENIKOL
Formula I
Bahan
Chloramphenicol
Liquid parafin (or arachidis oil)
Jumlah
q.s
20 %
10 %
Fungsi
Bahan aktif
Basis
Emulsifying agent,
solubilizing agent
Water
to 100 %
Fase air
Cara pembuatan : krim dibuat dengan cara fusi sesuai dengan formula baku.
Chloramphenicol dicampurkan pada krim yang telah dingin dengan cara tertuasi.
(Mc Carthy, Tj. 1975. The effect of Vehicle Composition on The Release of Chloramphenicol
from Creams and Eye Ointments. SA Medical Journal, p.1259-1262)
Formula 2
Bahan
Jumlah
22
Fungsi
Chloramphenicol
Cera lanette
Cetioli
Cera alba
Nipagin
Talc venet
Cetaci
Aqua
m.f.ungt
s.u.e
(FMS, p.82)
0,300
1
0,600
0,230
0,030
0,900
0,050
ad 10
Bahan aktif
Emulgator
Emolient
Basis
Pengawet
Higroscopis effect
Emolient
Fase air
Formula 3
Cremor Chloramphenicol
Bahan
Jumlah
Chloramphenicol
2
Propylenglycolum
10
Cremor cetomacrogolis
ad 100
(Formularium Der Nederlandse Apothekers, p.413)
23
Fungsi
Bahan aktif
Enhancer, Cosolven
Basis krim jadi
No
Bahan
Fungsi
Rentang
Pemakaian
Formula 1
Persen
Jumla
Formula 2
Persen
Jumlah
Pemakaia
Pemakaia
(gram)
n
2
(gram)
0.4
n
2
0.4
12
2.4
10
1.
Kloramfenikol
Bahan Aktif
2.
Base
Asam Stearat
Basis
1-20%
13
2.6
Vaselin album
Minyak
Basis
4-25%
11
2.2
Cera alba
Minyak
Basis
5.
Parafin liquidum
Minyak
Basis
6.
7.
8.
Span 80
Tween 80
Propylene glycol
Minyak
Emulgator
Emulgator
Kosolven,
Nipagin
Nipasol
BHT
enhancer
Humektan
Preservative
Perservative
Antioksidan
4.
9.
10
11.
1.2
1.6
1-10%
1-10%
2-8%
3.35
6.65
15
0.7
1.3
3
5.7
4.3
15
1.14
0.86
3
15%
0.02-0.3%
0.01-0.6%
0.0075-
0.2
0.02
0.1
0.04
0.004
0.02
0.2
0.02
0.1
0.04
0.004
0.02
42.68
8.5
42.68
8.5
Formula 3
Persen
Jumla
Formula 4
Persen
Jumlah
Pemakaia
Pemakaia
(gram)
n
2
(gram)
0.4
n
2
0.4
0.1%
12.
Air
No
Bahan
Fungsi
Rentang
Pemakaian
1.
Kloramfenikol
Bahan Aktif
Base
Vaselin album
Basis
4-25%
13
2.6
13
2.6
Cetyl alcohol
Minyak
Basis
2-5%
Parafin liquidum
Minyak
Basis
1.2
1.2
Cetostearyl
Minyak
Emulgator
14,4
2.88
13.71
2.74
4.
5.
16%
24
6.
7.
8.
9
10.
alcohol
Na Lauryl Sulfate
Propylene glycol
Emulgator
Kosolven,
16%
2-8%
1,6
15
0.32
3
2.29
15
0.46
3
Nipagin
Nipasol
BHT
enhancer
Humektan
Preservative
Persevative
Antioksidan
15%
0.02-0.3%
0.01-0.6%
0.0075-
0.2
0.02
0.1
0.04
0.004
0.02
0.2
0.02
0.1
0.04
0.04
0.02
42,68
8,5
42.68
8.5
0.1%
11.
Air
No
Bahan
Fungsi
Rentang
Pemakaian
Formula 5
Persen
Jumla
Formula 6
Persen
Jumlah
Pemakaia
Pemakaia
(gram)
n
2
(gram)
0.4
n
2
0.4
1.
Kloramfenikol
Bahan Aktif
Base
Vaselin album
Basis
4-25%
13
2.6
13
2.6
Cetyl alcohol
Minyak
Basis
2-5%
0.6
0.6
4.
Parafin liquidum
Minyak
Basis
1.6
1.6
5.
Cetostearyl
Minyak
Emulgator
16%
14.4
2.88
1.6
6.
7.
alcohol
Na Lauryl Sulfate
Propylene glycol
Emulgator
Kosolven,
16%
2-8%
1.6
15
0.32
3
2
15
0.4
3
Nipagin
Nipasol
BHT
enhancer
Humektan
Preservative
Persevative
Antioksidan
15%
0.02-0.3%
0.01-0.6%
0.0075-
0.2
0.02
0.1
0.04
0.004
0.02
0.2
0.02
0.1
0.04
0.004
0.02
0.1%
42.68
8.5
9.
48.68
9.7
8.
9
10.
11.
Air
25
No
Bahan
Fungsi
Rentang
Pemakaian
Formula 7
Persen
Jumlah
Pemakaia
(gram)
n
2%
0.4
13%
2.6
1.
Kloramfenikol
Bahan Aktif
2.
Base
Asam Stearat
Basis
1-20%
Vaselin album
Minyak
Basis
4-25%
4.
Cera alba
Minyak
Basis
11%
2.2
Parafin liquidum
Minyak
Basis
6%
1.2
Span 80
Tween 80
Propylene glycol
Minyak
Emulgator
Emulgator
Kosolven,
1-10%
1-10%
2-8%
5.8%
4.2%
15%
1.16
0.84
3
Nipagin
Nipasol
BHT
enhancer
Humektan
Preservative
Persevative
Antioksidan
15%
0.02-0.3%
0.01-0.6%
0.0075-
0.2
0.02
0.1
0.04
0.004
0.02
42.68
8.5
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
0.1%
12.
Air
Perbandingan surfaktan dan fatty alcohol yang tepat menghasilkan konsistensi yang baik (umumnya
1:4 sampai 1:9) Penggunaan dalam sediaan 16%
Oleh sebab itu, dipilih kombinasi Cetostearyl alcohol (fatty alcohol) dengan Na lauryl sulfate
(surfaktan) dengan perbandingan 9 : 1 (formula 3) dan 6 : 1 (formula 4)
PERHITUNGAN JUMLAH EMULGATOR
26
= 15
Vaselin album
=8
Cetyl alcohol
= 15
Cera alba
=9
Parafin liquidum
= 10-12
Cetostearyl alcohol
= 15
Span 80
= 4.3
Tween 80
= 15
Formula 1
Asam stearate =
Vaselin album =
Parafin liquidum=
Span 80 (HLB = 4.3)
4.3
3.6
11.4
15
7.1
7.1/10.7 x 2 = 1.3
Formula 2
Vaselin album =
Cera alba
27
4.3
6.1
6.1/10.7 x 2 = 1.14
4.6
4.6/10.7 x 2 = 0.86
8.9
15
1
x 3.2=0.32 g
10
Cetostearyl alcohol =
9
x 2=2.88 g
10
Formula 4
Na Lauryl Sulfate : Cetostearyl alcohol = 1 : 6
1
x 3.2=0.46 g
7
Na Lauryl Sulfate =
Cetostearyl alcohol =
6
x 3.2=2.74 g
7
Formula 6
Na Lauryl Sulfat : Cetostearyl alcohol = 1:4
Na Luril Sulfat = 1/5 x 2 = 0.4 g
Cetostearyl alcohol = 4/5 x 2 = 1.6 g
Vaselin album
x=
2.6
x 8=3.5
6
28
Cera alba
x=
Parafin liquidum =
2.2
x 9=3.3
6
x=
1.2
x 10=2
6
6.2
6.2/10.7 x 2 = 1.16
4.5
4.5/10.7 x 2 = 0.84
8.8
15
No
Bahan
Fungsi
1.
Kloramfenikol
Bahan Aktif
2
3
4.
Base
Vaselin album
Cetyl alcohol
Parafin
Basis Minyak
Basis Minyak
Basis Minyak
5.
liquidum
Cetostearyl
6.
7.
Rentang
Pemakaian
Formula 6
Persen
Jumlah
Scale up
Jumlah
Pemakaian
2
(gram)
0.4
(gram)
4.8
4-25%
2-5%
13
3
8
2.6
0.6
1.6
31.2
7.2
19.2
Emulgator
16%
1.6
19.2
alcohol
Na Lauryl
Emulgator
16%
0.4
4.8
Sulfate
Propylene
Kosolven,
2-8%
15
36
29
glycol
8.
9
10.
Nipagin
Nipasol
BHT
11.
Air
enhancer
Humektan
Preservative
Persevative
Antioksidan
15%
0.02-0.3%
0.01-0.6%
0.0075-
0.2
0.02
0.1
0.04
0.004
0.02
0.48
0.048
0.24
0.1%
42.68
48.68
9.7
140.5mL
30
CARA PEMBUATAN
Formula 1
31
IPC : Homogenitas,
Kecepatan Pengadukan
Formula 2
32
IPC : Homogenitas,
Kecepatan Pengadukan
Formula 3
33
IPC : Homogenitas,
Kecepatan Pengadukan
Formula 4
34
IPC : Homogenitas,
Kecepatan Pengadukan
Formula 5
Nipagin 0.04 gram dalam 0.16
gram Propilenglikol + Na Lauryl
Sulfat 0.32 gram + Aqua bebas CO2
IPC : Homogenitas,
Kecepatan Pengadukan
35
Formula 6
IPC : Homogenitas,
Kecepatan Pengadukan
Formula 7
IPC : Homogenitas,
Kecepatan Pengadukan
Formula SCALE UP
Larutkan 4.8 gram
Kloramfenikol Base
dalam 33.84 gram
IPC
: Suhu Pemanasan,
Propilenglikol
di
pengadukan,
homogenitas
cawan porselin
39
BAB VIII
RANCANGAN EVALUASI DAN HASIL EVALUASI
1. Organoleptis
Bau
: Tidak Berbau
Warna
: Putih Kekuningan
Konsistensi
: Lembut
2. pH
Alat
Cara
: pH meter
:
3. Viskositas
Alat
Cara
4. Daya Sebar
Alat
: lempeng kaca
Cara
a.
tambahkan beban seberat 50 mg, diamati penyebaranya selama 1 menit dan catat
luas permukaannya
d.
e.
f.
Hasil pengamatan :
Keterangan : pengamatan dilakukan setiap 1 menit
5. Penentuan ukuran droplet
Alat
: Mikroskop cahaya
41
Cara
:
a) Kalibrasi skala okuler
Himpitkan garis awal skala okuler dengan garis awal skala objektif,
kemudian tentukan garis yang tepat berhimpit pada kedua skala
b) Buat emulsi encer partikel yang akan diamati di atas objek glass, tutup dengan
cover glass
c) Ambil mikrometer objektif, ganti dengan objek glass yang berisi
sampel,kemudiaan mulai pengukuran diameter droplet ( > 300 droplet )
d) Lakukan pengelompokan, tentukan ukuran droplet terkecil dan terbesar dari
seluruh sampel, bagilah ke dalam beberapa interval dan kelas
e) Tentukan dln, dsn, dvn, dsl, dvs, dwm.
Amati warna sediaan, jika fase dalam terwarnai tipe emulsi adalah w/o
Sediaan diencerkan dengan air, apabila dapat diencerkan dengan air, maka tipe
emulsi adalah o/w
42
c) Conductivity test
7. Uji aseptabilitas
Cara
:
a) Tentukan kriteria asptabilitas yang akan diuji
b) Lakukan skoring angka pada masing-masing kriteria
c) Gunakan subyek dengan kriteria tertentu
d) Subyek harus mengisi/menandatangani persyaratan kesediaan menjadi subyek
(Form Informed Consent)
e) Jelaskan hal-hal yang harus dilakukan subyek supaya hasil tidak bias
f) Lakukan perhitungan data hasil uji untuk setiap kriteria, kalikan dengan skor
masing-masing
g) Tampilkan data dalam bentuk gambar/grafik
d. Volume media reseptor 500.0 mL buffer Phosphat pada pH 6.0 dan volume
sampling5.0 mL
e. Memasukkan sejumlah tertentu sampel ke dalam sel difusi lalu dimasukkan ke
dalam media disolusi demngan segera
f. Alat dijalankan
g. Mengambil sampel dengan waktu sampling 0.5; 10; 15; 30; 45; 60; 90; 120
h. Menggantikan media disolusi yang terambil (5.0 mL) dengan media disolusi yang
baru
i. Sampel diamati pada spektrofotometri maksimum bahan aktif obat
Tahap perhitungan :
a. Memasukkan data absorbansi pada kurva baku sehingga diperoleh kadar (ug/
mL); melakukan koreksi wurster = kadar korelasi + kadar (volume sampling/
volume media) + jumlah kadar sebelumnya
b. Menghitung jumlah bahan obat yang terlepas dari media (ug) = (a) x volume
media
c. Menghitung jumlah bahan obat yang terlepas per satuan luas (ug/ cm 2) ( (b) x
luas permukaan membrane)
d. Membuat kurva jumlah bahan obat yang terlepas per satuan luas vs waktu
e. Menarik garis regresi linear pada saat sudah tercapai steady state
f. Slope yang didapat adalah fluks (ug/cm2 menit)
g. Permeabilitas membrane (cm/ menit) didapat dengan cara membagi fluks
dengan konsentrasi awal
h. Lag time didapat dengan cara ekstrapolasi garis linear (Jumlah kumulatif obat
per satuan luas dianggap = 0)
44
9. Penetapan Kadar
Alat : HPLC
Preparasi larutan Standar
a. Memindahkan sekitar 40 mg kloramfenikol standar, menimbang scara akurat
kemudian memasukkannya ke dalam labu ukur 100.0 mL
b. Melarutkan (a) ke dalam methanol sampai tepat tanda
c. Memindahkan 10.0 mL larutan (b) ke dalam labu ukur 50.0 mL, dilarutkan dengan
fase gerak ad tanda
d. Menyaring (c) dengan kertas saring milipore 0.4 um, hasil penyaringan digunakan
sebagai larutan standar
Preparasi Laruatan Uji
a. Memindahkan Kloramfenikol Cream yang telah ditimbang secara seksama
b. Menambahkan sekitar 80 mL methanol, kemudian disonikasi 10 menit
c. Mendinginkan (b) dalam temperature kamar
d. Menambahkan methanol dalam (c) ad tepat tanda kemudian kocok
e. Memindahkan 10.0 mL larutan (d) ke dalam labu ukur 50 mL
f. Menyaring (e) dengan kertas milipore 0.5 um, hasil penyaringan digunkan
sebagai larutan uji
Pepton P
Ekstrak ragi p
3.0 gram
Ekstrak daging p
1.5 gram
45
Glukosa p
1.0 gram
Agar p
15.0 gram
Air p
1000.0 mL
Menyiapkan baku
Melarutkan sejumlah baku pembanding Kloramfenikol yang ditimbang seksama (Tidak perlu
dikeringkan sebelumnya) dalam pelarut yang tertera pada penimbangan
Mengencerkan hingga kadar yang dikehendaki
Menyiapkan dalam lemari pendingin dan digunakan dalam waktu yang ditentukan
Saat penetapan dibuat pengenceran dari larutan persediaan, 5 atau lebih larutan untuk
pengujian dengan kadar yang bertahap (gunakan pengencer akhir yang dinyatakan dan urutan
kadar dengan dosis yang ditentukan
d. Menyiapkan contoh
Membuat larutan persediaan serta enceran larutan uji dengan pengencer akhir
yang sama dengan untuj baku pembanding
e. Penyiapan inokulum
Menginokulasikan bahan segar E coli dari agar miring / biakan lain ke permukaan
250 mL media agar I dalam sebuah botol roux
46
HASIL EVALUASI
1. Organoleptis
Bau sediaan
: Tak berbau
Warna sediaan
: Putih
Tekstur sediaann
: Lembut
47
48
2. pH
Replikasi
pH
1
2
3
5,40
5,09
5,45
Suhu
(oC)
26,0
24,0
25,7
Rata-rata pH = 5.31
Kesimpulan : Tidak memenuhi spesisfikasi
3. Viskositas
Viskositas kloramfenikol krim = 10000 mPaS
Kesimpulan : memenuhi spesifikasi
4. Daya Sebar
y=0.0327 x +3,6094
r=0.9526
kapasitas penyebaran=4,2
daya sebar=0.0327
cm
menit
cm
g menit
49
Daya Sebar
5
4
3
Diameter (cm) 2
1
0
0
10
20
30
40
Beban (gram)
Beban
Diameter
(gram)
Kaca
1
2
5
10
15
20
30
40
50
(cm)
3,5
3,6
3,7
3,9
4,0
4,1
4,2
4,2
4,2
4,2
50
50
60
1. Mikroskopik
Dye solubility test
Teteskan zat warna metilen blue pada emulsi yang ada di objek glass, lalu
tutup dengan cover glass.
O/W
O/W
Spesifikasi : krim O/W kloramfenikol
2. Makroskopik
Drop diluents test
Krim O/W kloramfenikol setelah ditambah dan divampur air campur
dengan air
Kesimpulan :
Krim kloramfenikol sesuai spesifikasi
6. Penentuan ukuran droplet
1. Kalibrasi micrometer okuler
51
1.0
0.7
0.5
0.7
0.3
0.5
0.6
0.3
0.7
0.4
0.9
1.0
1.0
0.9
0.2
0.3
0.5
0.4
1.0
0.4
0.5
0.6
0.5
0.6
0.6
0.8
0.5
0.6
0.4
0.5
0.8
0.2
0.8
0.6
0.7
0.4
0.3
0.7
0.2
0.4
0.5
0.7
0.7
0.3
0.2
1.0
0.6
0.5
0.4
0.7
0.3
0.2
0.6
0.4
1.1
0.9
0.3
0.3
1.2
0.8
0.3
0.7
0.2
0.5
0.5
0.3
0.7
0.5
0.7
0.5
0.9
0.5
1.1
1.0
0.7
1.0
0.5
0.4
0.4
0.5
0.4
0.4
0.4
0.3
0.4
0.6
0.4
0.6
0.5
0.5
0.7
0.5
0.3
1.3
1.0
0.7
0.5
0.6
0.5
0.4
0.2
0.6
0.5
0.4
0.4
0.4
0.8
0.5
0.8
0.7
= 10 X
= 10 X
= 100 X
0.6
0.5
0.5
0.8
0.5
0.5
0.7
0.6
0.6
0.2
0.4
0.6
0.3
0.8
0.3
0.3
0.4
0.2
0.5
0.4
0.5
0.4
0.5
0.5
0.5
0.4
0.3
0.5
0.4
0.5
0.6
0.5
0.7
0.5
0.8
0.4
0.2
0.2
0.2
0.4
0.4
0.7
52
0.7
0.5
0.2
0.6
0.5
0.9
0.7
0.3
0.8
0.5
1.2
0.3
0.5
0.2
0.8
0.6
0.5
0.4
0.3
0.3
0.6
0.5
0.2
0.2
0.8
0.4
0.9
0.8
0.8
0.8
1.0
0.5
0.4
0.7
0.5
0.3
0.7
0.3
0.6
0.5
0.5
0.4
0.9
0.3
0.9
0.6
0.5
1.0
0.9
0.7
0.8
0.7
0.4
0.6
0.2
0.5
0.3
0.5
0.5
0.7
0.8
0.6
0.3
0.5
0.3
0.8
0.3
0.3
0.5
0.4
0.6
0.4
0.5
0.8
0.2
0.3
0.4
0.2
0.3
0.4
0.7
1.1
0.3
0.2
0.2
0.4
0.5
0.9
0.7
0.4
0.4
0.8
0.4
0.4
0.5
0.2
0.4
0.4
0.5
0.3
0.5
0.4
0.7
0.6
0.3
0.6
0.5
0.3
0.9
0.8
0.4
0.5
0.5
0.4
0.7
0.8
0.5
0.8
0.5
0.6
0.5
0.3
0.3
0.5
0.2
0.8
partikel
M ok
M ob
(n)
0.2
23
(m)
10
0.2 X 9.56 X 10
0.3
32
0.3 X 9.56 X
10
10
= 2,86
0.4
50
0.4 X 9.56 X
10
10
= 3,82
0.5
70
0.5 X 9.56 X
10
10
= 4,78
0.6
30
0.6 X 9.56 X
10
10
= 5,74
= 6.69
= 1,91
0.7
34
0.7 X 9.56 X
10
10
0.8
29
0.8 X 9.56 X
10
10
= 7,64
0.9
11
0.9 X 9.56 X
10
10
= 8,60
= 9,56
1.0
10
1.0 X 9.56 X
10
10
1.1
1.1 X 9.56 X
10
10
= 10,52
1,2
1.2 X 9.56 X
10
10
= 11,47
1,3
1.3 X 9.56 X
10
10
= 12,42
300
Rentang
rentang 10,51
=
=1,17
kelas 9
Jarak
Mean
partikel
ukuran
(m)
jarak
(n)
1.91-3.08
>3.08-4,25
>4.25-5.42
>5.42-6.59
>6.59-7.76
>7.76-8.93
>8.93-10.1
>10.1-11.27
>11.27-12.44
ukuran
(d)
2.50
3.66
4.74
6.00
7.18
8.34
9.52
10.68
11.85
nd
nd3
nd3
343.75
669.78
1572.732
1080
3247.801
765.1116
906.304
684.3744
702.1125
859.375
2451.395
7454.75
6480
23319.21
6381.031
8628.014
7309.119
8320.033
2148.438
8972.105
35335.51
38880
167431.9
53217.8
82138.69
78061.39
98592.39
9971.966
71202.93
564778.3
nd2
55
50
70
30
63
11
10
6
5
137.5
183
331.8
180
452.34
91.74
95.2
64.08
59.25
300
1594.91
dln(diameter panjangratarata)=
dsn( diameter luas ratarata)=
nd 1594.91
=
=5,32 m
n
300
n d2
9971,966
=
=5,76 m
n
300
n d3
71202.93
=3
=6,19 m
n
300
n d 2 9971,966
=
=6,25 m
nd
1594.91
3
54
n d 71202.93
=
=7,14 m
2
n d 9971.966
n d 4 564778.3
=
=7,93 m
n d 3 71202.93
7. Uji Asseptabilitas
Sediaan dioleskan pada 20 orang responden yang terdiri dari :
Pria berusia 19 -25 tahun sebanyak 5 orang
Wanita berusia 19 25 tahun sebanyak 15 orang
Kriteria
Kemasan
Sediaan
Bau/aroma
sediaan
Kemudahan
dikeluarkan
dari kemasan
14
12
12
12
Kemudahan
dioleskan
Kelembutan
sediaan
Penampilan
sediaan
(warna,
bentuk,
tekstur)
Kemudahan
dicuci dengan
air
13
15
11
Keterangan
1 = sangat buruk
2 = buruk
3 = baik
4 = sangat baik
1 = sangat buruk
2 = buruk
3 = baik
4 = sangat baik
1 = sangat buruk
2 = buruk
3 = baik
4 = sangat baik
1 = sangat buruk
2 = buruk
3 = baik
4 = sangat baik
1 = sangat buruk
2 = buruk
3 = baik
4 = sangat baik
1 = sangat buruk
2 = buruk
3 = baik
4 = sangat baik
1 = sangat buruk
2 = buruk
3 = baik
4 = sangat baik
55
Kemasan Sediaan
3; 5%
1; 25%
2; 70%
Bau/Aroma Sediaan
56
Kemudahan Dioleskan
1; 14%
3; 29%
2; 57%
57
Kelembutan Sediaan
Penampilan Sediaan
(warna, bentuk, tekstur)
58
4; 15%
1; 5%
2; 25%
3; 55%
BAB IX
PEMBAHASAN
Kloramfenikol merupakan salah satu antimikroba dan antibiotika yang dapat bekerja
dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom subunit 50s dan
menghambat enzim peptidil transferase, sehingga ikatan peptide tidak terbentuk pada proses
sintesis protein kuman.
Digunakan bahan aktif kloramfenikol dikarenakan dalam literaur kloramfenikol
digunakan sediaan topical sedangkan kloramfenikol palmitat untuk oral dan kloramfenikol
sodium suksinat digunakan untuk parenteral. Selain itu dipilih kloramfenikol base agar bahan
aktif dapat langsung diabsorbsi tanpa perlu mengalami proses hidrolisis sepeti pada
kloramfenikol suksinat dan kloramfenikol palmitat. Kloramfenikol dibuat dalam tipe krim air
dalam minyak karena karena pada krim tipe minyak dalam air, air mudah menguap pada saat
dioleskan sehingga konsentrasi kloramfenikol dalam minyak lebih besar dan menurut teori
difusi pasif, lebih banyak jumlah kloramfenikol yang terpenetrasi. Selain itu dipilih krim tipe
minyak dalam air dikarenakan mudah tercucukan oleh air sehingga lebih aseptabel.
59
Bahan tambahan yang terdapat dalam formula krim o/w ini adalah basis krim, emulgator,
kosolven, preservative, antioksidan, humektan, dan enhancer. Kombinasi basis krim yang
berupa fase cair, fase padat dan fase minyak bertujuan digunakan untuk mermbuat konsistensi
krim yang baik dalam artian viskositasnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil sehingga
dapat mudah untuk dioleskan dan dapat menempel pada kulit. Penggunaan emulgator
digunakan karena krim terdiri dari dua fase yaitu fase cair dan fase minyak sehingga perlu
emulgator agar kedua fase tersebut bercampur. Kosolven bertujuan untuk melarutkan bahan
obat kloramfenikol agar bahan obat dalam bentuk molekuler sehingga penetrasinya lebih baik
dibandingan jika bahan obat dalam bentuk partikel. Kosolven yeng dipilih adalah propilen
glikol karena kelautan kloramfenikol dalam propilen glikol besar yakni 1:7. Preservatif
digunakan karena di dalam krim terdapat sejumlah air yang merupakan media tumbuhnya
bakteri sehingga perlu penambahan preservative untuk mencegah terurainya bahan aktif atau
bahan tambahan lain yang terdapat dalam krim yang diakibatkan oleh bakteri. Antioksidan
dipakai karena terdapat bahan tambahan yaitu basis minyak yang mudah teroksidasi yang
mengganggu kestabilan sediaan krim. Humektan ditambahkan karena air dapat menguap
sehingga perlu penambahan humektan agar kompisisi air dalam sediaan tidak berubah. Selain
itu humektan digunakan untuk melembabkan kulit sehingga meningkatkan penetrasi bahan
aktif meleui mekanisme sponge effect. Enhancer bertujuan untuk meningkatkan penetrsi
bahan aktif karena tujuan terapinya berada di appendage.
formula krim kloramfenikol tipe o/w dimana formula 1 dan formula 2 menggunakkan
komposisi basis yang berbeda dengan emulgator span 80 dan tween 80. Komposisi masingmasing emulgator dihitung dengan menggunakan rumus HLB. Spade formula 3 dan Formula
4 digunakan emulgator kombinasi antara surfaktan dan fatty alcohol dengan komposisi basis
yang sama. Fatty alcohol yang digunakan adalah cetostearyl alcohol sedangkan surfaktan
yang digunakan adalah natrium laurel sulfat. Perbandingan antara natrium laurel sulfat dan
cetosteraryl alcohol yang digunakan adalah 1:9 untuk formula 3 dan 1:6 untuk formula 4.
Span 80 dan twees 80 merupakan suatu surfaktan. Surfaktan yang dapat menstabilkan emulsi
bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi molekul atau ion pada
permukaan antara minyak/air sehingga
pengurangan sejumlah energi bebas permukaan secara nyata adalah fakta bahwa tetesan
dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren yang mencegah penggabungan tetesan yang
mendekat. Sedangkan mekanisme cetostearyl alkohol sebagai emulgator adalah membentuk
lapisan dengan surfaktan di permukaan droplet fase minyak, selain itu cetostearyl alkohol
dapat membentuk lapisan bilayer cetostearyl alcohol dan surfaktan sehingga antara lapisan ini
60
dan permukaan fase minyak terdapat fase gel yang mengelilingi droplet fase minyak sehingga
mencegah penggabungan antar droplet.
Metode pembuatan yang dilakukan adalah mencampur masing-masing fase minyak dan
fase air dimana bahan-bahan yang larut air dicampurkan dalam fase air dan bahan yang larut
fase minyak dilartukan dalam fase minyak. Masing-masing fase dipanaskan 5 derajat Celsisus
lebih tinggi dari suhu titik lebur basis minyak yang paling tinggi kurang lebih 65-70 derajat
agar ketika dicamurkan dengan fase air tidak terjadi penggumpalan basis minyak yang
mengakibatkan krim menjadi kasar atau tidak homogen. Celsius. Untuk fase air dipanaskan 5
derajat Celsisus lebih tinggi dibandingkan fase minyak karena suhu air lebih mudah turun
dibandingkan dengan fase minyak. Pemanasan fase minyak dan fase air dilakukan pada di
penangas air. Pencampuran dilakukan dengan cara mencampur fase minyak ke dalam fase air
pada suhu yang hampir sama lalu dilakukan pengadukan secara konstan di pengangas air.
Setelah itu diturunkan dari penangas air dengan tetap melakuakan pengadukan secara konstan
dan sekeliling cawan dilapisi kasin agar tidak terjadi pendinginan secara mendadak yang
dapat mengakibatkan tidak homogennya campuran fase minyak dan fase air karena sudah ada
fase minyak yang memadat terlebih dahulu. Pengadukan harus selalu konstan dan dengan
cepat agar droplet fase terdispersi (fase minyak) tidak menggabung satu sama lain dan agar
emulsi krim tidak pecah. Selain itu hal ini dilakukan agar ukuran droplet halus, dimana
droplet yang halus menghasilkan emulsi yang lembut dan stabil. Penambahan BHT sebagai
antioksidan dilakukan setelah campuran diturunkan dari penangas air dan suhunya turun
menjadi sekitar 60
Sedangkan untuk formula 2, pH nya memenuhi spesifikasi yaitu 6 tetapi konsistensinya yang
terlalu encer. Sehingga untuk memperbaiki formula 2 tersebut dibuat formula 7 dengan
meningkatkan komposisi vaselin album dan cera alba sedangkan konsentrasi paraffin
liquidum diturunkan. pH memenuhi spesifikasi yaitu 6 namun ternyata terjadi pemisahan
fase minyak dan fase air ketika krim sudah jadi. Pecahnya krim kemungkinan disebabkan
tingginya konsentrasi cera alba pada formula, dimana titik leleh cera alba jauh lebih tinggi
dibandingkan titik leleh komponen minyak lain dalam formula. Tingginya titik leleh ini
menunjukkan bahwa cera alba memiliki gaya antarmolekul (kohesi) yang kuat dan cenderung
bergabung satu sama lain, sehingga homogenisasi atau emulsifikasi harus dengan gaya yang
kuat dan cepat untuk menghindari cepatnya bergabung molekul cera alba satu dengan yang
lainnya. Tetapi pada praktikum ini digunakan stamper dan dilakukan secara manual, berarti
energi yang digunakan untuk emulsifikasi kurang kuat, sehingga pengecilan droplet dan
pelapisan droplet tersebut oleh emulgator tidak sempurna, emulsi atau krim yang dihasilkan
pun tidak stabil. Sehingga untuk formula 2 dan formula 7 tidah dipilih untuk di scale up.
Pada formula 3 hasil yang didapatkan adalah pH memenuhi spesifikasi yaitu 6 namun
konsistensinya agak keras sehingga sulit untuk dioleskan hal ini terjadi juga pada formula 4
yang memiliki konsistensi yang sama seperti formula 3. Sehingga dilakukan optimasi
kembali terhadap formula 3 (formula 5) dengan mengurangi fase minyak dengan menurunkan
komposisi cetyl alcohol dan meningkatkan jumlah paraffin liquidum dengan komposisi
emulgator surfaktan:fatty alcohol = 1:9. pH memenuhi spesifikasi yaitu 6 tetapi hasil yang
didapatkan adalah konsistensinya yang masih agak keras sehingga masih sukar dioleskan.
Kemuadian dilakukan optimasi kembali (formula 6) dengan menurunkan komposisi
emulgator total menjadi 10% dengan perbandingan surfaktan:fatty alcohol = 1:4. Hal ini
dilakukan karena cetostearyl alcohol dan natrium lauril sulfat yang berupa massa padat ikut
berperan menambah konsistensi dari formula sehingga jumlahnya dikurangi agar didapat
konsistensi yang diinginkan. Pada formula 6 ini dihasilkan krim yang memenuhi pH
spesifikas yatu 6i dan konsistensinya paling baik diantara formula yang lain, sehingga dipilih
untuk dioptimasi. Pada saat optimasi jumlah air ang berkurang adalah 2 ml sehingga pada
scale up jumlah air yang ditambahkan adalah 2x 12 = 24 mL air.
Evaluasi yang dilakukan pada sediaan yang di scale up telah memberikan hasil yang
hampir semuanya memenuhi spesifikasi sediaan yang telh ditentukan sebelumnya, kecuali
spesifikasi mengeni pH. Sebelumnya, ditentukan spesifikasi pH sebesar 6 0,5 berdasarkan
pH stabilitas maksimum dari Kloramfenikol, tetapi hasil yang didapatkan pH sediaan setelah
penyimpanan) sekitar 5,31. Memang hasil pH ini tidak memenuhi spesifikasi, tetapi masih
62
dapat diterima oleh kulit (sesuai pH kulit 4 6,8) sehingga kecil kemungkinan untuk
mnyebabkan iritasi. Adanya penurunan Ph ini kemungkinan disebabkan oleh air yang
digunakan dalam sediaan memiliki pH 5 dan paparan CO2 dalam udara selama penyimpanan
juga turut berkontribusi dalam penutunan pH sediaan.
BAB X
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Uji organoleptis sediaan memenuhi spesifikasi sediaan, tekstur yang halus dan
lembut, warna sediaan yang putih dan tidak berbau.
2. Uji pH rata-rata sediaan tidak memenuhi spesifikasi yaitu 5,31
3. Uji tipe emulsi sediaan adalah krim tipe o/w dengan ukuran droplet (dln) yang
sesuai spesifikasi yaitu sekitar 5,32 m
4. Uji viskositas sediaan tidak memenuhi spesifikasi sediaan yaitu 10.000 cPs.
5. Uji daya sebar sediaan, kapasitas penyebaran 4,2 cm/menit dan daya sebar 0,0327
cm/gram.menit.
6. Uji aseptabilitas sediaan ini sesuai dengan spesifikasi untuk bau dan aroma,
kemudahan dioleskan dan kelembutan, kemudahan dicuci serta kemudahan
dikeluarkan dari kemasan dengan pendapat responden yang secara umum baik.
B. SARAN
63
NO
PERNYATAAN
Kemasan sediaan
Bau/aroma sediaan
Kemudahan dioleskan
Kelembutan sediaan
SKALA PENILAIAN
2
3
4
Lampiran 1
KUESIONER KRIM KLORAMFENIKOL
Keterangan : 1 = sangat buruk; 2 = buruk; 3 = baik; 4 = sangat baik
NO
SKALA PENILAIAN
1
2
3
4
PERNYATAAN
Kemasan sediaan
64
Bau/aroma sediaan
Kemudahan dioleskan
Kelembutan sediaan
65
Loramfen
Krim Kloramfenikol 2 %
Komposisi :
Tiap 20 gram mengandung
Kloramfenikol base400 mg
Cara Kerja :
Kloramfenikol merupakan suatu antibiotikum yang memiliki spectrum bakteri
yang luas, berfungsi untuk mengobati infeksi pada kulit, termasuk infeksi
sekunder yang umumnya menyertai radang kulit.
Brosur
Cara Pakai :
Umumnya 3 4 kali sehari dioleskan pada bagian kulit yang sakit sesuai
petunjuk dokter
Peringatan dan Perhatian :
1. Hindarkan penggunaan disekitar mata dan mulut
2. Hati hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui, tidak
digunakan penggunaan jangka panjang dan pada area luas
3. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan super infeksi. Jika hal
ini terjadi maka pengobatan harus dihentikan dan diganti dengan
pengobatan lain yang tepat
4. Tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang pada anak anak
Efek Samping :
Rasa terbakar, gatal, iritasi, kulit kering, dan hipopigmentasi
Kontra Indikasi :
Penderita dengan tuberkolosa kulit dan infeksi jamur (mikosis)
Simpan pada suhu kamar (26 300 C), terlindung oleh cahaya
No Batch : 322C4653
No Reg : DKL7800140499A1
Exp Date : 8 Mei 2017
PT. SONO INDONESIA
66
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, B.G. 2010. Basic and Clinical Pharmacology 10th Edition. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.
67
Sweetman, SC. 2009. Martindale 36th Edition. Everbest Printing Corporation. Etd :
China.
The united State Pharmaceutical Convention 2009. The United Stated Pharmacopeia
32. The National Formulary 27 Volume I. United Book. Press : Maryland.
68