Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN

Struktur kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan salah satu antimikroba dan antibiotika yang dapat bekerja
dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom subunit 50s dan
menghambat enzim peptidil transferase, sehingga ikatan peptide tidak terbentuk pada proses
sintesis protein kuman. Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi
kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakteriosid pada kuman-kuman tertentu. Kloramfenikol
kadang digunakan secara topical umtuk pengobatan infeksi mata karena spectrum antibakterinya
yang luas dan kemampuannya mempenetrasi jaringan ouler dan cairan bola mata.(Farmakologi
dan Terapi UI, 2007).
Antibiotika topikal memegang peranan penting pada penanganan kasus dibidang kulit.
Antibiotika topikal merupakan terapi ajuvan dengan obat oral. Penggunaan antimikroba topikal
dapat untuk infeksi superficial dengan area terbatas sedangkan penggunaan antibiotika topikal
dapat untuk infeksi dibawah permukaan kulit. Penggunaan rute topikal dapat mengurangi efek
samping pada saluran pencernaan, menurunkan potensi adanya interaksi obat dan meningkatkan
kepatuhan pasien. Krim kloramfenikol dapat digunakan untuk otitis eksterna, dermatitis, infeksi
eczema, lecet, luka bakar, mempercepat penyembuhan pada infeksi permukaan kulit, impetigo,
abses.

BAB II
TINJAUAN BAHAN AKTIF
1

Bahan
Kloramfenikol
(C11H12Cl2N2O5)
BM=323,1
(Sweetman,2009)

Sifat Fisiko Kimia


Serbuk kristalin, kristal jarum

Farmakologi
Aktivitas antimikroba :

atau plat lonjong berwarna

menghambat sintesis protein

putih, putih kelabu, putih

mikroba dengan mengikat

kelabu atau putih kekuningan.


Titik lebur : 149-153 C
pH = suspense 2,5% w/v

ribosom subunit 50 s.

adalah 4,5-7,5
pKa=5,5
sukar larut dalam air (1:400)
dalam kloroform dan eter,
mudah larut dalam etanol
(1:2,5), propilenglikol (1:7),
aseton dan etil asetat.
Log P (oktanol) = 1,1
Stabilitas maksimum = pH 6,0
Stabil pada kondisi netral atau

kloramfenikol adalah
antibiotic spectrum luas yang
mampu berefek bakteriostatik
pada bakteri gram positif,
gram negative, anaerob, dan
Ricketsia. Bagi bakteri
H.influenzae dan N.
meningitis kloramfenikol
bersifat bakterisidal.
Interaksi :
Kadar plasma fenitoin,

asam lemah
Terjadi photodegradasi dengan tolbutamid, chlorpropamid

Kloramfenikol sinamat
(C20H18Cl2N2O6)
BM=453,3
(Sweetman,2009)

cahaya dan harus disimpan

dan warfarin meningkat.

pada wadah yang tertutup

Bekerja antagonis dengan

rapat.

penicillin dan aminoglikosida.

Serbuk kristalin berwarna

putih hingga putih


kekuningan. Sangat sukar
larut air, larut 1:25 dalam
etanol, 1:50 dalam kloroform
dan 1:500 dalam eter.
Titik lebur : 119 C

Kloramfenikol palmitat
(C27H42Cl2N2O6)
BM=561,5
(Sweetman,2009)

Titik lebur : 87-95C


Serbuk halus, berwarna putih
atau hampir putih berupa
serbuk kristalin, bau lemah,
2

Kloramfenikol palmitat
terhidrolisis menjadi
kloramfenikol dalam saluran

praktis tidak larut air, larut

cerna.

sebagian dalam etanol (1:45),


mudah larut kloroform (1:6)
dan aseton, lrut dalam eter
(1:14) dan etil asetat, sangat
sukar larut dalam heksana.
Polimorfisme : 3 bentuk
kristallin dan 1 amorf (bentuk
aktif adalah polimorf B)
pH = Suspansi oral adalah 4,57,0)
Kloramfenikol sodium

Serbuk higroskopis berwarna

Terhidrolisis menjadi obat

suksinat
(C15Cl2N2NaO8)
BM=445,2
(Sweetman,2009)

putih hingga putih kekuningan


pH = setara 2,5%

bebas pada hepar, paru, ginjal,

kloramfnikol (6,4-7,0). Larut


dalam kurang dari satu bagian
air, 1:1 etanol., praktis tidak
larut dalam kloroform dan eter

dan plasma meskipun tidak


sempurna pada janin dan
neonates bahkan pada orang
dewasa hidrolisis terjadi
secara parsial dan bervariasi
sehingga kadar dalam darah
lebih rendah dibanding
pemberian peroral dan 30%
dosis utuh terekresi dalam
urin.

Bahan aktif terpilih : Kloramfenikol


Alasan : Digunakan bahan aktif kloramfenikol dikarenakan dalam literaur kloramfenikol
digunakan sediaan topical sedangkan kloramfenikol palmitat untuk oral dan kloramfenikol
sodium suksinat digunakan untuk parenteral. Selain itu dipilih kloramfenikol base agar bahan
aktif dapat langsung diabsorbsi tanpa perlu mengalami proses hidrolisis sepeti pada
kloramfenikol suksinat dan kloramfenikol palmitat
Dosis pemakaian :

Krim kloramfenikol mengandung 2% kloramfenikol dengan penggunaan beberapa kali sehari


( Farmakologi dan Terapi UI, 2007). Pada sediaan krim kloramfenikol yang beredar dipasaran,
penggunaannya sebanyak 3-4 kali sehari.

BAB III
PERSYARATAN UMUM SEDIAAN
4

3.1 Pengertian
1. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60%
dan dimaksudkan untuk penggunaan luar.
2. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut
atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
3, Menurut Pengantar Sediaan Farmasi (Ansel)
Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air dalam
minyak atau minyak dalam air. Istilah krim secara luas digunakan dalam farmasi dan
industry kosmetik. Apa yang disebut vanishing krim umumnya emulsi minyak dalam air
mengandung air dalam pesentase yang besar dan asam stearat. Setelah pemakaian krim, air
menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis.
3.2 Karakteristik Sediaan Krim Secara Umum
Menurut Frmakope Indonesia III
1. Krim rusak jika terganggu sstem campurannya terutama disebabkan perubahan suhu dan
perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan ata
pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampur satu sama lain.
2. Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim ang
dikehendaki. Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba,
cetaceum, setarium, setil alcohol, staril alcohol, trietanolamini stearat, dan golongan
sorbitan, polisorbat, polietilenglikol, sabun.
3. Zat pengawet yang umum digunakan adalah metal paraben 0,12% hingga 0,18 % atau
propel paraben 0,02% hingga 0,05%.
4. Disimpan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk.

3.3 Persayratan Sediaan Krim


1. Diamter fase terdisperse adalah 0,1-100 um
2. Mudah meneyebar ketika dioleskan
5

3. Stabil secara kimia dan fisika


4. Homogen ( fase dalam harus terdispersi merata dalam fase luar)
5. Mempunyai konsistensi yang sesuai ( setengah padat )
3.4 Tipe Krim
Terdapat dua tipe krim yaitu krim dimana fase air berada dalam fase minyak atau fase
minyak berada di dalam fase air. Pada krim diaman fase air berada dalam fase minyak dapat
digunakan emulgator woolfat, wool alcohol, ester asam lemak. Krim bentuk ini lebih disukai
daripada bentuk salep karena lebih mudah tedispersi dan kurang lengket. Pada krim dengan
fase minyak berada dalam fase air dapat digunakan emulgator campuran surfaktan atau
lakohol rantai panjang dan asam lemak. Krim bentuk ini mempunai sifat non oklusif, dapat
diencerkan oleh air, mudah dicucikan oleh air dan pada penggunaan tidak tampat atau tak
berbekas.

BAB IV
SPESIFIKASI SEDIAAN

No.

Jenis

Spesifikasi yang diinginkan

1.

Bentuk sediaan

Krim tipe o/w

2.

Kadar kloramfenikol

Kloramfenikol base 2%

Organoleptis
3.

Putih

Warna
Bau
Tekstur

Tidak berbau

4.

pH

Halus dan lembut


6,0 0,5

5.

Ukuran droplet

1-10 m

6.

Viskositas

10.000-50.000 mPas

7.

Rheology

Tiksotropi pseudoplastis

8.
9.

Berat per kemasan

20 gram

Kemudahan pengolesan

Mudah dioleskan

10.

Kemudahan pencucian

Mudah dicuci

11.

Target pengobatan

Appendage

Alasan :
1. pH 6,0 0,5 dipilih untuk spesifikasi karena pH stabilitas maksismum dari kloramfenikol
adalah 6,0 sehingga bahan aktif dapat stabil selama penyimpanan.
2. Ukuran droplet emulasi = 0,1-10um (Martin, halaman 1144)

BAB V
BAGAN ALIR
Bahan Obat Kloramfenikol

Sebagai antibiotik

Dibuat krim
o/w karena
bahan aktif
sukar larut
dalam air dan
untuk
meningkatkan
aseptabilitas

Ada 2 fase yang


tidak saling
campur (minyakair)

Perlu emulgator

Jenis emulgator:
- cetyl alcohol
- cetostearyl
alcohol
- SLS
- Span 80
- Tween 80
- Cetrimide

Emulgat:or
terpilih:
- Span 80
- Tween 80
- Cetostearyl
alcohol
- Cetrimide

Basis Krim

Fase minyak:
- Cetyl alcohol
- Asam stearat
- Cera alba
- Lanolin
- PEG 400
- Vaselin album
-Paraffin
solidum
- Paraffin
liquidum
- Cetrimide
- Cetostearyl
alcohol

Fase minyak
terpilih:
- Paraffin
Liquidum
- Vaselin album
-Cera alba
-Asam stearat

Penetrasi bahan
aktif sampai
appendages

Fase luar (air)


mudah
menguap

Mudah
terpenetrasi dan
tepat sasaran

Perlu
humektan

Perlu enhancer

Enhancer:
- DMSO
- Pirolidon
- Propilen glikol
- Asam oleat

Humektan:
- Propilen
glikol

Humektan
terpilih:
- Propilen
glikol

Enhancer
terpilih:
- Propilen glikol

Fase air media


pertumbuhan
mikroba

Perlu
pengawet

Pengawet:
- Na-benzoat
- Nipagin
- Nipasol

Pengawet
terpilih:
- Nipagin
- Nipasol

Fase minyak
mudah teroksidasi

Bahan aktif sukar


larut air

Perlu antioksidan

Ditambahkan
kosolven

Antioksidan:
- BHA
- BHT
- -tokoferol
Antioksidan
terpilih:
- BHT

Kosolven:
- Propilen glikol

Kosolven terpilih:
- Propilen glikol

BAB VI
BAHAN TAMBAHAN
Fungsi

Macam-macam

Bahan

Bahan dan

Basis

yang terpilih
1.Petrolatum
(soft paraffin)
Vaselin flavum
(Rowe et al,
2009)

Sifat Fisika Kimia

Kadar

Pemerian :
Kadar
Berwarna kuning pucat hingga kuning, Emolien topikal cream
10 30 %
dapat atau mudah ditembus cahaya,
Topical emulsion
massa yang lembut, tidak berbau, tidak 4 25%
Topical oinment up to
berasa, dan tidak berfluoresensi ketika
100%
dilebur.
Kelarutan :
Praktis tidak larut aseton, etanol,
gliserin, dan air. Larut dalam benzena,
CS2, CHCl3, eter, heksana, minyak

2.Paraffin
liquidum
(mineral oil)
(Rowe et al,
2009)

mineral, dan minyak menguap.


Jarak lebur : 38 - 600C
HLB = 9
Pemerian :
Topical emulsion = 1 Cairan minyak kental, tidak berwarna,
32 %
praktis tidak berbau, berasa saat dingin, Topical oinment = 0,1
dan memiliki bau khas petrolatum saat 95%
dipanaskan.
Kelarutan :
Praktis tidak

larut

dalam

etanol,

gliserin, dan air. Larut dalam aseton,


benzena, CHCl3, dan eter.
Inkompatibilitas dengan oksidan kuat.
Titik didih > 3600C
Viskositas (dinamik) = 110 230 cP

3.White wax

(200C)
HLB = 10,5
Pemerian :

(cera alba)

Tidak berasa, warna putih atau sedikit

(Rowe et al,

kuning berbentuk lembaran atau granul

2009)

sedikit tembus cahaya, berbau mirip


9

dengan cera flava namun kurang intens.


Aplikasi

dapat

meningkatkan

konsistensi krim dan menstabilkan


emulsi w/o.
Inkompatibilitas dengan oksidan.
Titik leleh = 61 - 650C
4.PEG 400

HLB = 10-16
Pemerian :

(Rowe et

Liquid grade (200-600). Cairan kental,

al,2009)

jernih, tidak berwarna, atau agak


kekuningan, bau dan rasa pahit khas
yang lemah.
Kelarutan :
Larut air, liquid PEG larut aseton,
alkohol, gliserin, dan glikol.
Mudah dihilangkan dari kulit dengan
pencucian,

tidak

berpenetrasi

menembus kulit.
Titik didih = 2380C
BJ = 1,11 1,14 g/cm3 (200C)
Viskositas dinamik = 105 130 cP
6.Stearic Acid

Pemerian:

Konsentrasi : 1-2%

(Rowe et

Serbuk glossy putih atau kekuningan,

al,2009)

bau lemah
Kelarutan:
Sangat larut dalam benzena, CCl4,
CHCl3, eter ; larut dalam etanol 95%,
heksan, propilenglikol, praktis tidak
larut air.
Titik leleh: 540 C
Inkompatibilitas:
Inkompatibel dengan oksidator, metal
hidroksi, naproxen, garam kalsium,
10

zinc

7.Cetyl alcohol

Pemerian:

Emolient: 2-5%

(Rowe et

Granul putih berlapis lilin, bau khas

Water absorbtion base:

al,2009)

Titik leleh: 46-530C, BJ: 0.908 g/cm3

5%

Kelarutan:
Larut dalam ethanol, ether (kelarutan
meningkat dengan kenaikan suhu);
praktis tidak larut air
Inkompatibilitas:
Inkompatibel dengan oksidator kuat
7.Cetostearyl

Pemerian:

alcohol

Granul putih, berbau manis, pada

(Rowe et

pemanasan mencair tidak berwarna/

al,2009)

kuning pucat
Titik leleh: 48-560C
Kelarutan:
Larut dalam ethanol (95%), ether, dan
minyak. Praktis tidak larut air.
Inkompatibilitas:
Inkompatibel dengan oksidator kuat

8.Lanolin/ Wool

dan garam-garam logam


Pemerian:

Fat

Warna

(Rowe et

dilelehkan

al,2009)

mengandung air 25% w/w

kuning

pucat,
berwarna

11

bau

khas,
kuning,

Titik leleh: 37-440C


Kelarutan:
Mudah larut dalam benzena, CHCl3,
ether, dan petroleum spiritusm sedikit
larut dalam ethanol 95% dingin, lebih
larut dalam etanol mendidih. Praktis
tidak larut air.
Inkompatibilitas:
Karena mengandung peroksi, dapat
9.Cetrimide

mempengaruhi stabilitas bahan aktif


Pemerian:

(Rowe et

Serbuk putih, dapat mengalir, memiliki

al,2009)

bau khas, sedikit pahit dan berasa


sabun.
Titik Leleh: 237-2430C
Kelarutan:
Larut dalam ethanol 95% ; kelarutan
dalam air 1:10
Inkompatiblitas:
Inkompatibel dengan sabun, anionik
surfaktan, konsentrasi tinggi non-ionik
surfaktan,

bentonite,

iodin,

phenylmercuri nitrate, alkali hidroksida


dan pewarna bersifat asam.
Bahan Terpilih :
Kombinasi basis padat, setengah padat, dan padat yaitu paraffin liquidum, vaselin album, cera
alba, asam stearat, dan cetyl alcohol untuk memperoleh kombinasi basis yang tepat sehingga
dapat memenuhi spesifikasi.

Fungsi

Macam-

bahan

macam bahan

Sifat Fisika Kimia

dan yang
12

Kadar

Pengaw

terpilih
Na Benzoat

Pemerian: Putih, kristal serbuk, tidak

et

(Rowe et al,

berbau, granul.

2009)

Kelarutan: dalam etanol 95% 1 : 7,5; air

15% - 30%

1:1,8 (25 oC); air 1:1,4 (100 oC); etanol


90% 1:50.
Inkompatibilitas: Inkompatibel dengan
4 bahan, yaitu gelatin, garam ferri,
garam Ca, dan garam logam berat,
termasuk

perak,

Akitivitas

sebagai

besidan

merkuri.

pengawaet

akan

menurun akibat adanya interaksi dengan


kaolin/surfaktan
menyebabkan

non

ionik,dapat

iritasi pada mata dan

kulit.
ADI: 5mg / BB
Propyl Paraben Pemerian: Kristal putih, serbuk tidak
(Nipasol)

berbau tidak berasa

(Rowe et al,

Kelarutan: dalam air 1:2500; etanol

2009)

1:1,1; gliserin 1:250; propilen glikol

0,01 0,6 %

1:3,9; etanol 50% 1:5,6; eter (sangat


larut).
Inkompatibilitas:

aktivitas

menurun

dengan adanya surfaktan non ionik,


magnesium,

alumunium

silikat,

magnesium trisilikat, yellow iron oxide,


ultra marine blue. Terjadi perubahan
warna akibat hidrolisis dengan asam
atau basa kuat.
Metil Paraben

ADI: 10 mg/kg BB
Pemerian: Hablur kecil, tidak berwarna,

(Nipagin)

putih berbau khas lemah, mempunyai

(Rowe et al,

rasa sedikit flaming.

2009)

Kelarutan:

dalam
13

etanol

1:1,1;

0,02 0,3 %

propilenglikol 1:3,9; air 1:2500; gliserin


1:250; sangat mudah larut dalam aseton,
etanol, dan eter
Inkompatibilitas:

Efektivitasnya

menurun dengan adanya surfaktan non


ionik karena terbentuk misel seperti
polisorbat 80, Bentonit, Magnesium
trisilikat,

Talk,

Tragakan,

sodium

alginat, minyak esensial, atropin dan


terhidrolisis dengan asam basa kuat.
Propilenglikol

ADI: 10mg/kg BB
Pemerian: cairan jernih, viskous, tidak

(Rowe et al,

berbau, higroskopis, tidak berwarna.

2009)

Kelarutan: dalam eter 1:6; campur


dengan air, dengan etanol

15 30 %

95%;

kloroform.
Inkompatibilitas: Inkompatibel dengan
reaksi oksidator sepeti KMnO4
ADI: 25 mg/kg BB
Bahan Terpilih :
Nipagin dan nipasolkarena nipagin larut dalam air dan nipasol larut dalam minyak
sehingga baik digunakan untuk sediaan cream yang mempunyai dua fase.
Penggunaan dengan kombinasi keduanya dapat meningkatkan efektvitas sebagai
pengawet

Fungsi

Macam-Macam

bahan

bahan dan yang

terpilih
Emulgator 1.Polysorbate 80

Sifat Fisika Kimia

Pemerian :

(Tween 80)

Berwarna kuning (25 oC), konsentrasi

(Rowe et al,

minyak (liquid) berasa pahit.

2009)

pH : 6-8 untuk 5% dalam larutan air.


Viskositas : 425 mPas.
14

Kadar

Larut dalam air dan etanol, tidak larut


dalam mineral oil, higroskopis.
Konsistensi : 1-10%
Surfaktan non ionic.
Inkompatibilitas :
Perubahan warna atau presipitasi terjadi
dengan berbagai bahan kimia terutama
fenol, tannin. Aktivitas mikroba dari
pengawet paraben dapat berkurang
2.Span 80/

dengan adanya tween 80.


Kelarutan :

Pemakaian tunggal

Sorbitan

Umumnya larut atau terdispersi dalam

pada emulsi w/o : 1-

Monooleat

minyak, larut dalam pelarut organik,

15%.

(Rowe et al,

umumnya tidak larut dalam air namun

Kombinasi dengan

2009)

terdispersi.

emulsifier hidrofilik

Surfaktan non ionic.

pada emulsi o/w : 110%

3.Cetostearyl
Alkohol
(Rowe et al,
2009)

Pemerian :
Putih atau tidak berwarna atau hampir
serpihan atau granul putih memiliki
karakteristik

rasa

manis.

Pada

pemanasan melebur sampai jernih, tidak


berwarna atau larutan berwarna kuning
pucat dari bahan tersuspensi.
Kelarutan :
larut dalam etanol (95%), eter, dan
minyak. Praktis tidak larut dalam air.
Stabilitas :
Stabil pada kondisi penyimpanan
normal, yaitu ditempatkan pada wadah
tertutup dingin dan tempat yang kering.
Fatty Alkohol.
Inkompatibilitas :
Inkompatibel dengan bahan oksidasi
kuat dan garam-garam logam.
15

4.Cetrimide
(Rowe et al,
2009)

Pemerian :
Secara umum
Putih hingga putih kekuningan, serbuk
digunakan : 0,1-1%
yang mudah mengalir. Bau dan rasa
w/v dalam larutan
karakter khusus, rasa bersabun.
aqua sebagai
Kelarutan :
antiseptic topical
Sangat larut dalam kloroform, etanol
untuk kulit.
(95%), dan air. Praktis tidak larut dalam
eter.
Surfaktan kationik.
Inkompatibilitas :
Dengan

sabun,

surfaktan

ionic,

surfaktan nonionic. Pada konsentrasi


tinggi

dengan

bentonit,

iodine,

fenilmerkuri nitrat, alkali hidroksida,


5.Cetyl alcohol
(Rowe et al,
2009)

larutan aqua bereaksi dengan metal.


Pemerian :
Seperti lilin, serpihan putih, granul atau

2-5% ( emulsifying
agent)

kubus. Memiliki bau khas yang dapat


memusingkan dan rasa lemah
Titik Leleh : 45-520C
Kelarutan :
Bebas larut dalam etanol (95%), heksan,
eter, propilenglikol, minyak tumbuhan.
Praktis tidak larut air.
Viskositas : 7 mPas pada suhu 50oC.
Inkompatibilitas :

6.Na Lauryl
Sulfat (Rowe et
al, 2009)

Oxidizing agent kuat.


Pemerian :
Kristal berwarna putih atau kekuningan,
bisa juga berbentuk serbuk halus,
bersifat seperti sabun, berasa pahit.
pH : 7,0-9,5 (1% b/v aqueous solution).
Aktivitas mikroba : efektif pada bakteri
gram positif, gram negatif, dan
berpotensi untuk fungi.
Critical Misel Concentration : 8,2
mmol/L
16

Pemakaian : 0,5-2,5
%

BJ : 1,07 g/cm3 pada 20oC.


Titik lebur : 204oC-207oC.
Kelarutan :
Mudah larut dalam air, praktis tidak
larut dalam kloroform, dan eter.
Surfaktan ionic.
Inkompatibilitas :
Bereaksi dengan surfaktan kationik
karena kehilangan aktivitasnya sehingga
konsentrasinya menurun dan akhirnya
terjadi presipitasi dengan beberapa
garam alkaloid dan mengendap dengan
garam potasium.
Bahan terpilih :
1. Kombinasi Span 80 dan Tween 80
2. Kombinasi cetrimide dan cetostearyl alcohol

Alasan:
Dipilih kombinasi emulgator karena jika digunakan emulgator tunggal dikhawatirkan
akan menghasilkan emulsi yang cair dan konsistensi yang kurang baik. Penggunaan
variasi nilai HLB kombinasi emulgator span 80 dan tween 80untuk mendapatkan krim
yang stabil. Penggunaan surfaktan (cetrimide) dan fatty alcohol (cetostearyl alcohol)
untuk menghasilkan konsistensi yang baik (umumnya 1:4 sampai 1:9).

Fungsi bahan

Macam-Macam bahan
dan yang terpilih

17

Sifat Fisika Kimia

Kadar

Enhancer

Pirolidon C4H7NO BM :

Pemerian: Cairan tidak berwarna

85.11 (Rowe et al,2009)

keabuan abuan atau kristal jarum


putih dengan bau kharakteristik
TD:245 C
pH: 8,2-10,8, 10% larutan air (v/v)
np25: 1,480-1,490
kelarutan:campur
ethanol995%),

air,
propa2-ol,

dan

pelarut organik lain


inkompabilitas:

inkompatibel

dengan oksidator dan asam kuat


stabilitas+penyimpanan: stabil bila
tetap tertutup dalam wadah asli.
Sebaiknya disimpan pada wadah
tertutup dan terlindung cahaya serta
oksidasi pada suhu dibawah 20C
keamanan: toksik melalui cerna dan
rute subkutan
1. Propilen glikol

Pemerian: cairan jernih tidak

Topikal

C3H8O2 BM : 76.09

berwarna, kental, tidak berbau,

=15%

(Rowe et al,2009)

manis
TD:188 C
Densitas:1,038 gr/cm3 (20 C)
np20: 1,4324
kelarutan: campur aseton,
chlorofrom, ethanol(95%),
gliserin dan air. Larut dalam 6
bagian ether, tidak campur
dengan light mineral oil, namun
larut pada beberapa minyak
essensial
inkompabilitas: inkompatibel
dengan oksidator seperti

18

KMnO4
stabilitas+penyimpanan: stabil
pada suhu sejuk dalam wadah
tertutup, namun teroksidasi
pada suhu tinggi dengan wadah
terbuka. Sangat stabil bila
dicampur ethanol(95%),
gliserin atau air. Penyimpanan
pada wadah tertutup ditempat
sejuk dan kering serta terhindar
cahaya
keamanan:
LD50(mouse,SC):17,34
g/KgBB
LD50(rat,SC): 22,5
g/KgBB
2. Asam oleat

Pemerian

:Coklat

pucat

(C18H34O2) BM :

kekuningan, cairan berminyak dan

282. (Rowe et

berbau khas seperti lemak babi.

al,2009)

TD: 363 C
P: 0,895 g/cm3
Kelarutan: larut dalam benzene,
chloroform, ethanol(95%), ether,
minyak mudah menguap praktis
tidak larut air
Inkompabilitas:

inkompatibel

dengan kalsium, alumunium, logam


berat, larut iodium, asam perklorat,
dan oksidator. Bereaksi dengan
alkali membentuk sabun

Bahan Terpilih:
19

Propilen glikol propilen memiliki banyak fungsi selain sebagai enhancer, sehingga dapat
mengurangi penambahan bahan lain. Propilen glikol dapat berfungsi sebagai koslven yang
dapat meningkatkan kelarutan bahan aktif sehingga semakin banyak bahan aktif dalam
bentuk molekuler maka semakin banyak bahan obat yang terpenetrasi.
Fungsi bahan

Macam-Macam

Sifat Fisika Kimia

Kadar

bahan dan yang


terpilih
1. Ascorbyl

pemerian:

serbuk

Palmitate

putih, kuning

C22H38O7

TL:107-117 C

tidak

berbau,

BM: 414,54 Kelarutan: ethanol 1:8 (20 C)


(Rowe

et

1:1,7 (70 C)

al,2009)

Methanol 1:1,55 (20C)


Peanut oil 1:3300
Ether 1:132
Propanol 1:20(20 C)
1:5 (70 C)
Air praktis tidak larut (20 C)
1:500 (70 C)
1:100 (100 C)
Stabilitas+penyimpanan: stabil pada
kondisi kering, namun bertahap
teroksidasi menjadi tidak berwarna
bila

terpapar

cahaya

dan

kelembapan. Sebaiknya disimpan


pada wadah kedap udara pada 8-15
C dan terlindung cahaya
Inkompabilitas:

inkompatibel

dengan oksidator
Keamanan: non irritant
2. Butylated
Hydroxyani

Pemerian : serbuk putih atau

B-carotene

hampir

0,001% b/b

20

putih

atau

putih

sole

kekuningan. Lilin padat samara

Oils

C11H16O2

dengan

tabs 0,02%

BM:180,25

aromatic

b/b

( Handbook

TD: 264 C (745 mmHg)

Formulasi

of

Densitas: 1,117 gr/cm3

topical 0,02-

Pharmaceuti

TL:47 C

0,5% b/b

cal

Flashpoint: 130 C

Excipient 6th

Kelarutan:

ed page 73)

Air praktis tidak larut

bau

Sangat

berkarakteristik

larut

methanol,

dalam
ether,

>50%
hexane,

chloroform, dan larutan alkali


hidroksida
Inkompatibilitas: oksidator
Stabilitas+penyimpanan:
menjadi tidak berwarna dan
kehilangan
terpapar
dalam

aktivitas
cahaya.

wadah

bila

Disimpan

tertutup

dan

terlindung dari cahaya, pada


tempat yang dingin dan kering
3. Butylated

Pemerian: serbuk putih kuning

0,0075-

Hydroxy

pucat dengan bau fenol samara

0,1%

Toluene

TD:265 C

C15H24O

TL:70 C

BM: 220,35

MC: < 0,05%

(Rowe

Koefisien partisi: 4,17-5,80

al,2009)

et

Densitas: 1,031 g/cm3


N :1,485
Inkompabilitas:
dengan

inkompatibel

oksidator

Terdekomposisi

kuat

kuat.
bila

dipanaskan dengan katalis asam


21

and

Stabilitas

penyimpanan:

kehilangan aktifitas bila terpapar


cahaya

dan

kelembapan

sebaiknya disimpan pada wadah


tertutup dan terlindung cahaya
di tempat dingin dan kering
Bahan terpilih:
BHT karena kelarutan BHT dalam minyak lebih tinggi dari BHA sehingga potensi
antioksidannya lebih besar

BAB VII
FORMULA KRIM KLORAMFENIKOL
Formula I
Bahan
Chloramphenicol
Liquid parafin (or arachidis oil)

Jumlah
q.s
20 %

Cetomacrogol emulsifying wax

10 %

Fungsi
Bahan aktif
Basis
Emulsifying agent,

solubilizing agent
Water
to 100 %
Fase air
Cara pembuatan : krim dibuat dengan cara fusi sesuai dengan formula baku.
Chloramphenicol dicampurkan pada krim yang telah dingin dengan cara tertuasi.
(Mc Carthy, Tj. 1975. The effect of Vehicle Composition on The Release of Chloramphenicol
from Creams and Eye Ointments. SA Medical Journal, p.1259-1262)
Formula 2
Bahan

Jumlah
22

Fungsi

Chloramphenicol
Cera lanette
Cetioli
Cera alba
Nipagin
Talc venet
Cetaci
Aqua
m.f.ungt
s.u.e
(FMS, p.82)

0,300
1
0,600
0,230
0,030
0,900
0,050
ad 10

Bahan aktif
Emulgator
Emolient
Basis
Pengawet
Higroscopis effect
Emolient
Fase air

Formula 3
Cremor Chloramphenicol

Bahan
Jumlah
Chloramphenicol
2
Propylenglycolum
10
Cremor cetomacrogolis
ad 100
(Formularium Der Nederlandse Apothekers, p.413)

23

Fungsi
Bahan aktif
Enhancer, Cosolven
Basis krim jadi

RANCANGAN FORMULA KRIM KLORAMFENIKOL

No

Bahan

Fungsi

Rentang
Pemakaian

Formula 1
Persen

Jumla

Formula 2
Persen

Jumlah

Pemakaia

Pemakaia

(gram)

n
2

(gram)
0.4

n
2

0.4

12

2.4

10

1.

Kloramfenikol

Bahan Aktif

2.

Base
Asam Stearat

Basis

1-20%

13

2.6

Vaselin album

Minyak
Basis

4-25%

11

2.2

Cera alba

Minyak
Basis

5.

Parafin liquidum

Minyak
Basis

6.
7.
8.

Span 80
Tween 80
Propylene glycol

Minyak
Emulgator
Emulgator
Kosolven,

Nipagin
Nipasol
BHT

enhancer
Humektan
Preservative
Perservative
Antioksidan

4.

9.
10
11.

1.2

1.6

1-10%
1-10%
2-8%

3.35
6.65
15

0.7
1.3
3

5.7
4.3
15

1.14
0.86
3

15%
0.02-0.3%
0.01-0.6%
0.0075-

0.2
0.02
0.1

0.04
0.004
0.02

0.2
0.02
0.1

0.04
0.004
0.02

42.68

8.5

42.68

8.5

Formula 3
Persen

Jumla

Formula 4
Persen

Jumlah

Pemakaia

Pemakaia

(gram)

n
2

(gram)
0.4

n
2

0.4

0.1%
12.

Air

No

Bahan

Fungsi

Rentang
Pemakaian

1.

Kloramfenikol

Bahan Aktif

Base
Vaselin album

Basis

4-25%

13

2.6

13

2.6

Cetyl alcohol

Minyak
Basis

2-5%

Parafin liquidum

Minyak
Basis

1.2

1.2

Cetostearyl

Minyak
Emulgator

14,4

2.88

13.71

2.74

4.
5.

16%
24

6.
7.

8.
9
10.

alcohol
Na Lauryl Sulfate
Propylene glycol

Emulgator
Kosolven,

16%
2-8%

1,6
15

0.32
3

2.29
15

0.46
3

Nipagin
Nipasol
BHT

enhancer
Humektan
Preservative
Persevative
Antioksidan

15%
0.02-0.3%
0.01-0.6%
0.0075-

0.2
0.02
0.1

0.04
0.004
0.02

0.2
0.02
0.1

0.04
0.04
0.02

42,68

8,5

42.68

8.5

0.1%
11.

Air

RANCANGAN FORMULA KRIM KLORAMFENIKOL SAAT OPTIMASI

No

Bahan

Fungsi

Rentang
Pemakaian

Formula 5
Persen

Jumla

Formula 6
Persen

Jumlah

Pemakaia

Pemakaia

(gram)

n
2

(gram)
0.4

n
2

0.4

1.

Kloramfenikol

Bahan Aktif

Base
Vaselin album

Basis

4-25%

13

2.6

13

2.6

Cetyl alcohol

Minyak
Basis

2-5%

0.6

0.6

4.

Parafin liquidum

Minyak
Basis

1.6

1.6

5.

Cetostearyl

Minyak
Emulgator

16%

14.4

2.88

1.6

6.
7.

alcohol
Na Lauryl Sulfate
Propylene glycol

Emulgator
Kosolven,

16%
2-8%

1.6
15

0.32
3

2
15

0.4
3

Nipagin
Nipasol
BHT

enhancer
Humektan
Preservative
Persevative
Antioksidan

15%
0.02-0.3%
0.01-0.6%
0.0075-

0.2
0.02
0.1

0.04
0.004
0.02

0.2
0.02
0.1

0.04
0.004
0.02

0.1%
42.68

8.5

9.

48.68

9.7

8.
9
10.
11.

Air

25

No

Bahan

Fungsi

Rentang
Pemakaian

Formula 7
Persen
Jumlah
Pemakaia

(gram)

n
2%

0.4

13%

2.6

1.

Kloramfenikol

Bahan Aktif

2.

Base
Asam Stearat

Basis

1-20%

Vaselin album

Minyak
Basis

4-25%

4.

Cera alba

Minyak
Basis

11%

2.2

Parafin liquidum

Minyak
Basis

6%

1.2

Span 80
Tween 80
Propylene glycol

Minyak
Emulgator
Emulgator
Kosolven,

1-10%
1-10%
2-8%

5.8%
4.2%
15%

1.16
0.84
3

Nipagin
Nipasol
BHT

enhancer
Humektan
Preservative
Persevative
Antioksidan

15%
0.02-0.3%
0.01-0.6%
0.0075-

0.2
0.02
0.1

0.04
0.004
0.02

42.68

8.5

5.
6.
7.
8.

9.
10
11.

0.1%
12.

Air

Perbandingan surfaktan dan fatty alcohol yang tepat menghasilkan konsistensi yang baik (umumnya
1:4 sampai 1:9) Penggunaan dalam sediaan 16%
Oleh sebab itu, dipilih kombinasi Cetostearyl alcohol (fatty alcohol) dengan Na lauryl sulfate
(surfaktan) dengan perbandingan 9 : 1 (formula 3) dan 6 : 1 (formula 4)
PERHITUNGAN JUMLAH EMULGATOR

26

HLB masing-masing bahan


Asam stearate

= 15

Vaselin album

=8

Cetyl alcohol

= 15

Cera alba

=9

Parafin liquidum

= 10-12

Cetostearyl alcohol

= 15

Span 80

= 4.3

Tween 80

= 15

Formula 1
Asam stearate =

Vaselin album =
Parafin liquidum=
Span 80 (HLB = 4.3)
4.3

3.6

11.4
15

7.1

7.1/10.7 x 2 = 1.3

Tween 80 (HLB =15)


Span yang dibutuhkan = 0.7 gram
Tween yang dibutuhkan = 1.3 gram

Formula 2
Vaselin album =

Cera alba

Parafin liquidum = 1,6/6 x 10 = 8,9


Span 80 (HLB = 4.3)

27

4.3

6.1

6.1/10.7 x 2 = 1.14

4.6

4.6/10.7 x 2 = 0.86

8.9
15

Tween 80 (HLB =15)


Span yang dibutuhkan = 1.14 gram
Tween yang dibutuhkan = 0.86 gram

Formula 3 dan Formula 5


Na Lauryl Sulfate : Cetostearyl alcohol = 1 : 9
Na Lauryl Sulfate =

1
x 3.2=0.32 g
10

Cetostearyl alcohol =

9
x 2=2.88 g
10

Formula 4
Na Lauryl Sulfate : Cetostearyl alcohol = 1 : 6

1
x 3.2=0.46 g
7

Na Lauryl Sulfate =

Cetostearyl alcohol =

6
x 3.2=2.74 g
7

Formula 6
Na Lauryl Sulfat : Cetostearyl alcohol = 1:4
Na Luril Sulfat = 1/5 x 2 = 0.4 g
Cetostearyl alcohol = 4/5 x 2 = 1.6 g
Vaselin album

x=

2.6
x 8=3.5
6

28

Cera alba

x=

Parafin liquidum =

2.2
x 9=3.3
6

x=

1.2
x 10=2
6

HLB Butuh ; 8.8


Span 80 (HLB = 4.3)
4.3

6.2

6.2/10.7 x 2 = 1.16

4.5

4.5/10.7 x 2 = 0.84

8.8
15

Tween 80 (HLB =15)


Span yang dibutuhkan = 1.16 gram
Tween yang dibutuhkan = 0.84 gram

Formula Terpilih Untuk Scale Up

No

Bahan

Fungsi

1.

Kloramfenikol

Bahan Aktif

2
3
4.

Base
Vaselin album
Cetyl alcohol
Parafin

Basis Minyak
Basis Minyak
Basis Minyak

5.

liquidum
Cetostearyl

6.
7.

Rentang
Pemakaian

Formula 6
Persen
Jumlah

Scale up
Jumlah

Pemakaian
2

(gram)
0.4

(gram)
4.8

4-25%
2-5%

13
3
8

2.6
0.6
1.6

31.2
7.2
19.2

Emulgator

16%

1.6

19.2

alcohol
Na Lauryl

Emulgator

16%

0.4

4.8

Sulfate
Propylene

Kosolven,

2-8%

15

36

29

glycol
8.
9
10.

Nipagin
Nipasol
BHT

11.

Air

enhancer
Humektan
Preservative
Persevative
Antioksidan

15%
0.02-0.3%
0.01-0.6%
0.0075-

0.2
0.02
0.1

0.04
0.004
0.02

0.48
0.048
0.24

0.1%
42.68

48.68

9.7

140.5mL

30

CARA PEMBUATAN
Formula 1

Nipasol 0.004 gram dalam 0.02


Propilenglicol + Parafin liquidum
1.2 gram + Asam stearate 2.6
gram + Vaselin album 2.2 gram +
Span 80 0.67 gram

Nipagin 0.04 gram dalam 0.16 gram


Propilenglikol + Tween 80 6.65 gram
+ Aquades bebas CO2
Lebur di penangas air dengan
wadah cawan porselin sambil
diaduk sampai suhu 65 C hingga
homogen

Lebur di penangas air dengan wadah


cawan porselin sambil diaduk sampai
suhu 60 C hingga homogen
IPC : Suhu Pemanasan,
pengadukan, homogenitas

Larutkan 0.4 gram


Kloramfenikol Base
dalam 2.82 gram
Propilenglikol di
cawan porselin

Tambahkan fase minyak ke fase


air sedikit demi sedikit sambil
terus diaduk
Terus aduk cepat dan kuat,
tambahkan sedikit BHT dan
Kloramfenikol Base dalam
propilenglikol

Terus aduk campuran tersebut hingga


terbentuk massa semisolid hingga suhu
kamar

IPC : Suhu Pemanasan,


pengadukan, homogenitas
IPC : Kec. Pengadukan,
Kec. Penambahan, suhu
masing-masing fase
BHT 0.02 gram +
Parafin Liquidum

IPC : Suhu, homogenitas,


kecepatan pendinginan,
Kecepatan pengadukan

Timbang berat akhir


Tambahkan aqua bebas CO2 hingga 20
gram

31

IPC : Homogenitas,
Kecepatan Pengadukan

Formula 2

Nipasol 0.004 gram dalam 0.02


Propilenglicol + Parafin liquidum
1.6 gram + Cera alba 2 gram +
Vaselin album 2.4 gram + Span 80
1.14 gram

Nipagin 0.04 gram dalam 0.16 gram


Propilenglikol + Tween 80 0.86 gram
+ Aquades bebas CO2

Lebur di penangas air dengan


wadah cawan porselin sambil
diaduk sampai suhu 75 C hingga
homogen

Lebur di penangas air dengan


wadah cawan porselin sambil
diaduk sampai suhu 70 C hingga
homogen
IPC : Suhu Pemanasan,
pengadukan, homogenitas

Larutkan 0.4 gram


Kloramfenikol Base
dalam 2.82 gram
Propilenglikol di
cawan porselin

Tambahkan fase minyak ke fase


air sedikit demi sedikit sambil
terus diaduk
Terus aduk cepat dan kuat,
tambahkan sedikit BHT dan
Kloramfenikol Base dalam
propilenglikol

Terus aduk campuran tersebut hingga


terbentuk massa semisolid hingga suhu
kamar

IPC : Suhu Pemanasan,


pengadukan, homogenitas
IPC : Kec. Pengadukan,
Kec. Penambahan, suhu
masing-masing fase
BHT 0.02 gram +
Parafin Liquidum

IPC : Suhu, homogenitas,


kecepatan pendinginan,
Kecepatan pengadukan

Timbang berat akhir


Tambahkan aqua bebas CO2 hingga 20
gram

32

IPC : Homogenitas,
Kecepatan Pengadukan

Formula 3

Nipasol 0.004 gram dalam 0.02


Propilenglicol + Vaselin album
2.6 gram+ Cetyl alcohol 1 g+
Parafin liquidum 1.2 gram +
Cetostearyl alcohol 2.88 gram

Nipagin 0.04 gram dalam 0.16


gram Propilenglikol + Na Lauryl
Sulfat 0.32 gram + Aqua bebas
CO2

Lebur di penangas air dengan


wadah cawan porselin sambil
diaduk sampai suhu 65 C hingga
homogen

Lebur di penangas air dengan


wadah cawan porselin sambil
diaduk sampai suhu 60 C hingga
homogen
IPC : Suhu Pemanasan,
pengadukan, homogenitas

Larutkan 0.4 gram


Kloramfenikol Base
dalam 2.82 gram
Propilenglikol di
cawan porselin

Tambahkan fase minyak ke fase


air sedikit demi sedikit sambil
terus diaduk ad terbentuk emulsi
Terus aduk cepat dan kuat,
tambahkan sedikit BHT dan
Kloramfenikol Base dalam
propilenglikol

Terus aduk campuran tersebut hingga


terbentuk massa semisolid hingga suhu kamar

IPC : Suhu Pemanasan,


pengadukan, homogenitas
IPC : Kec. Pengadukan,
Kec. Penambahan, suhu
masing-masing fase
BHT 0.02 gram +
Parafin Liquidum

IPC : Suhu, homogenitas,


kecepatan pendinginan,
Kecepatan pengadukan

Timbang berat akhir


Tambahkan aqua bebas CO2 hingga 20
gram

33

IPC : Homogenitas,
Kecepatan Pengadukan

Formula 4

Nipagin 0.04 gram dalam 0.16


gram Propilenglikol + Na Lauryl
Sulfat 0.64 gram + Aqua bebas CO2

Nipasol 0.004 gram dalam 0.02


Propilenglicol + Asam Stearat1.4
g+Parafin liquidum 1.6 g + Cetosteary
Alcohol 2.56 g + Cera alba 1.8 g

Lebur di penangas air dengan


wadah cawan porselin sambil
diaduk sampai suhu 65 C hingga
homogen

Lebur di penangas air dengan


wadah cawan porselin sambil
diaduk sampai suhu 60 C hingga
homogen
IPC : Suhu Pemanasan,
pengadukan, homogenitas

Larutkan 0.4 gram


Kloramfenikol Base
dalam 2.82 gram
Propilenglikol di
cawan porselin

Tambahkan fase minyak ke fase


air sedikit demi sedikit sambil
terus diaduk ad terbentuk emulsi
Terus aduk cepat dan kuat,
tambahkan sedikit BHT dan
Kloramfenikol Base dalam
propilenglikol
Terus aduk campuran tersebut hingga
terbentuk massa semisolid hingga suhu
kamar

IPC : Suhu Pemanasan,


pengadukan, homogenitas
IPC : Kec. Pengadukan,
Kec. Penambahan, suhu
masing-masing fase
BHT 0.02 gram +
Parafin Liquidum

IPC : Suhu, homogenitas,


kecepatan pendinginan,
Kecepatan pengadukan

Timbang berat akhir


Tambahkan aqua bebas CO2 hingga 20
gram

34

IPC : Homogenitas,
Kecepatan Pengadukan

Formula 5
Nipagin 0.04 gram dalam 0.16
gram Propilenglikol + Na Lauryl
Sulfat 0.32 gram + Aqua bebas CO2

Nipasol 0.004 gram dalam 0.02


Propilenglicol + vaselin album 2.6 g
+Parafin liquidum 8 g + Cetyl Alcohol
0.6 g

Lebur di penangas air dengan


wadah cawan porselin sambil
diaduk sampai suhu 65 C hingga
homogen

Lebur di penangas air dengan


wadah cawan porselin sambil
diaduk sampai suhu 60 C hingga
homogen
IPC : Suhu Pemanasan,
pengadukan, homogenitas

Larutkan 0.4 gram


Kloramfenikol Base
dalam 2.82 gram
Propilenglikol di
cawan porselin

IPC : Suhu, homogenitas,


kecepatan pendinginan,
Kecepatan pengadukan

IPC : Suhu Pemanasan,


pengadukan, homogenitas

Tambahkan fase minyak ke fase


air sedikit demi sedikit sambil
terus diaduk ad terbentuk emulsi
Terus aduk cepat dan kuat,
tambahkan sedikit BHT dan
Kloramfenikol Base dalam
propilenglikol

Terus aduk campuran tersebut hingga


terbentuk massa semisolid hingga suhu
kamar
Timbang berat akhir

IPC : Homogenitas,
Kecepatan Pengadukan

Tambahkan aqua bebas CO2 hingga 20


gram

35

IPC : Kec. Pengadukan,


Kec. Penambahan, suhu
masing-masing fase
BHT 0.02 gram +
Parafin Liquidum

Formula 6

Nipasol 0.004 gram dalam 0.02


Propilenglicol + vaselin album 2.6
g+Parafin liquidum 1.6 g + Cetyl
Alcohol 0.6 g

Nipagin 0.04 gram dalam 0.16


gram Propilenglikol + Na Lauryl
Sulfat 0.4 gram + Aqua bebas CO2

Lebur di penangas air dengan


wadah cawan porselin sambil
diaduk sampai suhu 65 C hingga
homogen

Lebur di penangas air dengan


porselin sambil
IPCwadah
: Suhucawan
Pemanasan,
diaduk
sampai
suhu
60 C hingga
Tambahkan fase minyak ke fase
pengadukan, homogenitas
homogen
air sedikit demi sedikit sambil
terus diaduk ad terbentuk emulsi
Larutkan 0.4 gram
Kloramfenikol Base
dalam 2.82 gram
Propilenglikol di
cawan porselin

IPC : Suhu Pemanasan,


pengadukan, homogenitas

IPC : Kec. Pengadukan,


Terus aduk campuran tersebut hingga Kec. Penambahan, suhu
terbentuk massa semisolid hingga suhu masing-masing fase
kamar
Terus aduk cepat dan kuat,
tambahkan sedikit BHT dan
Timbang Base
beratdalam
akhir
Kloramfenikol
BHT 0.02 gram +
propilenglikol
Parafin Liquidum

IPC : Suhu, homogenitas,


kecepatan pendinginan,
Kecepatan pengadukan

IPC : Homogenitas,
Kecepatan Pengadukan

Tambahkan aqua bebas CO2 hingga 20


36
gram

Formula 7

Nipasol 0.004 gram dalam 0.02


Propilenglicol + Parafin liquidum
1.2 gram + Vaselin album 2.6
gram + Span 80 1.16 gram +Cera
alba 2.2 gram

Nipagin 0.04 gram dalam 0.16 gram


Propilenglikol + Tween 80 0.84 gram
+ Aquades bebas CO2

Lebur di penangas air dengan


Lebur di penangas air dengan
wadah cawan porselin sambil
wadah cawan porselin sambil
: Suhu Pemanasan,
diaduk sampai suhu 75IPC
C hingga
diaduk
sampai
suhu
70
C
hingga
pengadukan,
homogenitas
IPC : Suhu Pemanasan,
homogen
homogen
pengadukan, homogenitas Tambahkan fase minyak ke fase
IPC : Kec. Pengadukan,
air sedikit demi sedikit sambil
Kec.
Penambahan, suhu
terus diaduk ad terbentuk emulsi
masing-masing fase
Larutkan 0.4 gram
Kloramfenikol Base
dalam 2.82 gram
Propilenglikol di
cawan porselin

Terus aduk cepat dan kuat,


tambahkan sedikit BHT dan
Kloramfenikol Base dalam
propilenglikol
37
Tambahkan aqua bebas CO2 hingga 20
gram

BHT 0.02 gram +


Parafin Liquidum

IPC : Suhu, homogenitas,


kecepatan pendinginan,
Kecepatan pengadukan

Terus aduk campuran tersebut hingga


terbentuk massa semisolid hingga suhu
kamar

Timbang berat akhir

IPC : Homogenitas,
Kecepatan Pengadukan

Formula SCALE UP
Larutkan 4.8 gram
Kloramfenikol Base
dalam 33.84 gram
IPC
: Suhu Pemanasan,
Propilenglikol
di
pengadukan,
homogenitas
cawan porselin

Lebur di penangas air dengan


38
wadah hingga
cawan porselin sambil
Terus adukfase
campuran
Tambahkan
minyaktersebut
ke
fase
diaduk
sampai
terbentuk
semisolid
hingga
suhusuhu 65 C hingga
air sedikitmassa
demi sedikit
sambil
kamar emulsi homogen
terus diaduk ad terbentuk

Nipasol 0.048 gram dalam 0.24 g


Propilenglicol + vaselin album 31.2
g+Parafin liquidum 19 g + Cetyl
Alcohol 7.2 g

Nipagin 0.48 gram dalam 1.92


gram Propilenglikol + Na Lauryl
Sulfat 4.8 gram + Aqua bebas CO2
140.4 mL

Lebur di penangas air dengan


wadah cawan porselin sambil
diaduk sampai suhu 60 C hingga
homogen

IPC : Suhu Pemanasan,


pengadukan, homogenitas

IPC : Kec. Pengadukan,


Kec. Penambahan, suhu
masing-masing fase
Terus aduk cepat dan kuat,
tambahkan sedikit BHT dan
Kloramfenikol Base dalam
propilenglikol

IPC : Suhu, homogenitas,


kecepatan pendinginan,
Kecepatan pengadukan

39

BHT 0.24 gram +


Parafin Liquidum 2
gram

BAB VIII
RANCANGAN EVALUASI DAN HASIL EVALUASI

1. Organoleptis
Bau

: Tidak Berbau

Warna

: Putih Kekuningan

Konsistensi

: Lembut

2. pH
Alat
Cara

: pH meter
:

a. Timbang 1 gram sediaan ditambah air bebas CO 2 sampai volume 20 ml kemudian


aduk sampai homogen.
b. Cuci electrode dengan aquadest sampai bersih lalu keringkan.
c. Mengkalibrasi electrode dengan larutan dapar standar dengan ph tertentu (sekitar
ph sediaan yang akan di ukur)
40

d. Bersihkan electrode dengan aquadest sampai bersih lalu keringkan.


e. Ukur ph sediaan dan catat angka yang terbaca.
f. Hitung ph dengan mengurangi faktor koreksi.
g. Lakukan sebanyak 3 kali.

3. Viskositas
Alat
Cara

: viskosimeter Cup and Bob


:

a. Masukkan sejumlah sampel ke dalam cup


b. Masukkan rotor ke dalam cup, diatur sampai rotor tercelup
c. Hidupkan alat
d. Catat viskositas yang terbaca

4. Daya Sebar
Alat

: lempeng kaca

Cara

a.

500 mg sediaan di tengah-tengah lempeng kaca, kemudian ditutup dengan


lempeng kaca yang sudah diketahui penyebarannya

b. tunggu terjadinya penyebaran selama 1 menit, catat luas penyebarannya


c.

tambahkan beban seberat 50 mg, diamati penyebaranya selama 1 menit dan catat
luas permukaannya

d.

demikian seterusnya sampai tidak terlihat perubahan luas permukaan

e.

buat grafik anatar beban vs luas penyebarannya

f.

tentukan slope yang merupakan nilai daya sebarnya

Hasil pengamatan :
Keterangan : pengamatan dilakukan setiap 1 menit
5. Penentuan ukuran droplet
Alat

: Mikroskop cahaya
41

Cara

:
a) Kalibrasi skala okuler

Pasang mikrometer okuler dan objektif pada tempatnya

Amati sampai kedua skala terlihat jelas di bawah mikroskop

Himpitkan garis awal skala okuler dengan garis awal skala objektif,
kemudian tentukan garis yang tepat berhimpit pada kedua skala

Tentukan harga skala okuler, misalnya 9 skala okuler = 10 skala objektif,


maka 1 skala okuler = 10/9 skala objektif

b) Buat emulsi encer partikel yang akan diamati di atas objek glass, tutup dengan
cover glass
c) Ambil mikrometer objektif, ganti dengan objek glass yang berisi
sampel,kemudiaan mulai pengukuran diameter droplet ( > 300 droplet )
d) Lakukan pengelompokan, tentukan ukuran droplet terkecil dan terbesar dari
seluruh sampel, bagilah ke dalam beberapa interval dan kelas
e) Tentukan dln, dsn, dvn, dsl, dvs, dwm.

6. Penentuan tipe emulsi


a) Dye solubility test

Sediaan ditambah zat warna larut air ( Methylen Blue )

Amati warna sediaan, jika homogen tipe emulsi adalah o/w

Sediaan ditambah zat warna larut minyak ( Sudan II )

Amati warna sediaan, jika fase dalam terwarnai tipe emulsi adalah w/o

b) Drop diluent test

Sediaan diencerkan dengan air, apabila dapat diencerkan dengan air, maka tipe
emulsi adalah o/w
42

Sediaan diencerkan dengan minyak, apabila dapat diencerkan dengan minyak,


maka tipe emulsi adalah w/o

c) Conductivity test

Sediaan digunakan sebagai penghantar listrik yang dihubungkan dengan lampu,


bila lampu menyala, tipe emulsi o/w

Apabila lampu tidak menyala, tipe emulsi w/o

7. Uji aseptabilitas
Cara

:
a) Tentukan kriteria asptabilitas yang akan diuji
b) Lakukan skoring angka pada masing-masing kriteria
c) Gunakan subyek dengan kriteria tertentu
d) Subyek harus mengisi/menandatangani persyaratan kesediaan menjadi subyek
(Form Informed Consent)
e) Jelaskan hal-hal yang harus dilakukan subyek supaya hasil tidak bias
f) Lakukan perhitungan data hasil uji untuk setiap kriteria, kalikan dengan skor
masing-masing
g) Tampilkan data dalam bentuk gambar/grafik

8. Uji Pelepasan dan Uji Penetrasi


Alat : Membran selofal dan alat uji disolusi Erweka
Cara Kerja :
a. Membuat kurva baku bahan aktif
b. Membrane pelepasan yang digunakan adalah membrane selofan (direndam dulu di
air selama 1 jam) supaya pori-pori membrane terbuka
c. Suhu percobaan 32 C dengan kecepatan pengadukan 100 rpm
43

d. Volume media reseptor 500.0 mL buffer Phosphat pada pH 6.0 dan volume
sampling5.0 mL
e. Memasukkan sejumlah tertentu sampel ke dalam sel difusi lalu dimasukkan ke
dalam media disolusi demngan segera
f. Alat dijalankan
g. Mengambil sampel dengan waktu sampling 0.5; 10; 15; 30; 45; 60; 90; 120
h. Menggantikan media disolusi yang terambil (5.0 mL) dengan media disolusi yang
baru
i. Sampel diamati pada spektrofotometri maksimum bahan aktif obat
Tahap perhitungan :
a. Memasukkan data absorbansi pada kurva baku sehingga diperoleh kadar (ug/
mL); melakukan koreksi wurster = kadar korelasi + kadar (volume sampling/
volume media) + jumlah kadar sebelumnya
b. Menghitung jumlah bahan obat yang terlepas dari media (ug) = (a) x volume
media
c. Menghitung jumlah bahan obat yang terlepas per satuan luas (ug/ cm 2) ( (b) x
luas permukaan membrane)
d. Membuat kurva jumlah bahan obat yang terlepas per satuan luas vs waktu
e. Menarik garis regresi linear pada saat sudah tercapai steady state
f. Slope yang didapat adalah fluks (ug/cm2 menit)
g. Permeabilitas membrane (cm/ menit) didapat dengan cara membagi fluks
dengan konsentrasi awal
h. Lag time didapat dengan cara ekstrapolasi garis linear (Jumlah kumulatif obat
per satuan luas dianggap = 0)

44

9. Penetapan Kadar
Alat : HPLC
Preparasi larutan Standar
a. Memindahkan sekitar 40 mg kloramfenikol standar, menimbang scara akurat
kemudian memasukkannya ke dalam labu ukur 100.0 mL
b. Melarutkan (a) ke dalam methanol sampai tepat tanda
c. Memindahkan 10.0 mL larutan (b) ke dalam labu ukur 50.0 mL, dilarutkan dengan
fase gerak ad tanda
d. Menyaring (c) dengan kertas saring milipore 0.4 um, hasil penyaringan digunakan
sebagai larutan standar
Preparasi Laruatan Uji
a. Memindahkan Kloramfenikol Cream yang telah ditimbang secara seksama
b. Menambahkan sekitar 80 mL methanol, kemudian disonikasi 10 menit
c. Mendinginkan (b) dalam temperature kamar
d. Menambahkan methanol dalam (c) ad tepat tanda kemudian kocok
e. Memindahkan 10.0 mL larutan (d) ke dalam labu ukur 50 mL
f. Menyaring (e) dengan kertas milipore 0.5 um, hasil penyaringan digunkan
sebagai larutan uji

10. Uji Potensi Antibiotika secara Mikrobiologi dengan Metode Turbidimetri


(Farmakope Indonesia III)
a. Menyiapkan Media Uji (Media 1)
-

Pepton P

Digesti Pankreatik kasein 4.0 gram

Ekstrak ragi p

3.0 gram

Ekstrak daging p

1.5 gram
45

Glukosa p

1.0 gram

Agar p

15.0 gram

Air p

1000.0 mL

1. Melarutkan bahan-bahan dalam air hingga 1 liter


2. Mangatur pH larutan menggunakan NaOHatau HCl 1 N hingga sesudah sterilisasi
uap air, pH media disolusi dengan yang tertera (pH setelah sterilisasi 6.6 1)
b. Menyiapkan larutan pembanding persediaan
Untuk antibiotic Kloramfenikol digunakan pelarut awal alcohol (10 mg/mL) air dan
pengencer air dengan kadar persediaan akhir 1 mg/mL dan dosis tengah 2.5 ug/mL
c.

Menyiapkan baku

Melarutkan sejumlah baku pembanding Kloramfenikol yang ditimbang seksama (Tidak perlu
dikeringkan sebelumnya) dalam pelarut yang tertera pada penimbangan
Mengencerkan hingga kadar yang dikehendaki
Menyiapkan dalam lemari pendingin dan digunakan dalam waktu yang ditentukan
Saat penetapan dibuat pengenceran dari larutan persediaan, 5 atau lebih larutan untuk
pengujian dengan kadar yang bertahap (gunakan pengencer akhir yang dinyatakan dan urutan
kadar dengan dosis yang ditentukan
d. Menyiapkan contoh

Membuat larutan persediaan serta enceran larutan uji dengan pengencer akhir
yang sama dengan untuj baku pembanding

Penetapan menggunakan 5 tingkat dosis baku, memerlukan hanya 1 tingkat dosis


nContoh : pada kadar perkiraan sama dengan dosis tengah baku

e. Penyiapan inokulum

Menginokulasikan bahan segar E coli dari agar miring / biakan lain ke permukaan
250 mL media agar I dalam sebuah botol roux

46

Menyebarkan suspense secara merata ke atas permukaan agar dengan bantuan


butiran kaca steril danj inkubasikan pada t = 32-35 C selama 24 jam

Pada akhir periode inkubasi, dibuat suspense persediaan dengan mengumpulkan


biakan permukaan ke dalam 50 mL larutan NaCl p 0.9 % steril

Mengencerkan sebagian suspense persediaan dengan menambah sejumlah volume


air steril atau larutan NaCl 0.9 % steril

HASIL EVALUASI
1. Organoleptis
Bau sediaan

: Tak berbau

Warna sediaan

: Putih

Tekstur sediaann

: Lembut
47

Kesimpulan : Memenuhi Spesifikasi

48

2. pH

Replikasi

pH

1
2
3

5,40
5,09
5,45

Suhu
(oC)
26,0
24,0
25,7

Rata-rata pH = 5.31
Kesimpulan : Tidak memenuhi spesisfikasi
3. Viskositas
Viskositas kloramfenikol krim = 10000 mPaS
Kesimpulan : memenuhi spesifikasi
4. Daya Sebar

y=0.0327 x +3,6094

r=0.9526

kapasitas penyebaran=4,2

daya sebar=0.0327

cm
menit

cm
g menit

49

Daya Sebar
5
4

f(x) = 0.01x + 3.74


R = 0.66

3
Diameter (cm) 2
1
0
0

10

20

30

40

Beban (gram)

Beban

Diameter

(gram)
Kaca
1
2
5
10
15
20
30
40
50

(cm)
3,5
3,6
3,7
3,9
4,0
4,1
4,2
4,2
4,2
4,2

5. Penentuan tipe emulsi

50

50

60

1. Mikroskopik
Dye solubility test
Teteskan zat warna metilen blue pada emulsi yang ada di objek glass, lalu
tutup dengan cover glass.

O/W

Spesifikasi : krim O/W kloramfenikol


Teteskan zat warna metilen sudan III pada emulsi yang ada di objek glass, lalu
tutup dengan cover glass.

O/W
Spesifikasi : krim O/W kloramfenikol
2. Makroskopik
Drop diluents test
Krim O/W kloramfenikol setelah ditambah dan divampur air campur
dengan air
Kesimpulan :
Krim kloramfenikol sesuai spesifikasi
6. Penentuan ukuran droplet
1. Kalibrasi micrometer okuler

51

2.5 skala okuler = 2.6 skala objektif


6 skala okuler = 5,7 skala objektif
2.5 5,7
+
1 skala okuler = 2.6 6 =0,956 skala objektif
2
1 skala objektif = 0.01 mm 10 m
1 skala okuler = 0.00956 mm = 9.56 m
2. Hasil pengamatan diameter partikel
Perbesaran okuler
Perbesaran objektif
Perbesaran total
0.5
0.6
0.5
0.6
0.7
0.8
0.5
0.6
0.4
0.5
0.7
1.0
1.2
0.7
0.2.
0.7
0.7
0.5
0.8
0.3
0.4
0.5

1.0
0.7
0.5
0.7
0.3
0.5
0.6
0.3
0.7
0.4
0.9
1.0
1.0
0.9
0.2
0.3
0.5
0.4
1.0
0.4
0.5
0.6

0.5
0.6
0.6
0.8
0.5
0.6
0.4
0.5
0.8
0.2
0.8
0.6
0.7
0.4
0.3
0.7
0.2
0.4
0.5
0.7
0.7
0.3

0.2
1.0
0.6
0.5
0.4
0.7
0.3
0.2
0.6
0.4
1.1
0.9
0.3
0.3
1.2
0.8
0.3
0.7
0.2
0.5
0.5
0.3

0.7
0.5
0.7
0.5
0.9
0.5
1.1
1.0
0.7
1.0
0.5
0.4
0.4
0.5
0.4
0.4
0.4
0.3
0.4
0.6
0.4
0.6

0.5
0.5
0.7
0.5
0.3
1.3
1.0
0.7
0.5
0.6
0.5
0.4
0.2
0.6
0.5
0.4
0.4
0.4
0.8
0.5
0.8
0.7

= 10 X
= 10 X
= 100 X
0.6
0.5
0.5
0.8
0.5
0.5
0.7
0.6
0.6
0.2
0.4
0.6
0.3
0.8
0.3
0.3
0.4
0.2
0.5
0.4
0.5

0.4
0.5
0.5
0.5
0.4
0.3
0.5
0.4
0.5
0.6
0.5
0.7
0.5
0.8
0.4
0.2
0.2
0.2
0.4
0.4
0.7

52

0.7
0.5
0.2
0.6
0.5
0.9
0.7
0.3
0.8
0.5
1.2
0.3
0.5
0.2
0.8
0.6
0.5
0.4
0.3
0.3
0.6

0.5
0.2
0.2
0.8
0.4
0.9
0.8
0.8
0.8
1.0
0.5
0.4
0.7
0.5
0.3
0.7
0.3
0.6
0.5
0.5
0.4

0.9
0.3
0.9
0.6
0.5
1.0
0.9
0.7
0.8
0.7
0.4
0.6
0.2
0.5
0.3
0.5
0.5
0.7
0.8
0.6
0.3

0.5
0.3
0.8
0.3
0.3
0.5
0.4
0.6
0.4
0.5
0.8
0.2
0.3
0.4
0.2
0.3
0.4
0.7
1.1
0.3
0.2

0.2
0.4
0.5
0.9
0.7
0.4
0.4
0.8
0.4
0.4
0.5
0.2
0.4
0.4
0.5
0.3
0.5
0.4
0.7
0.6
0.3

0.6
0.5
0.3
0.9
0.8
0.4
0.5
0.5
0.4
0.7
0.8
0.5
0.8
0.5
0.6
0.5
0.3
0.3
0.5
0.2
0.8

D (ukuran x partikel faktor kalibrasi x


Ukuran partikel
(skala okuler)

partikel

M ok
M ob

(n)

0.2

23

(m)
10
0.2 X 9.56 X 10

0.3

32

0.3 X 9.56 X

10
10

= 2,86

0.4

50

0.4 X 9.56 X

10
10

= 3,82

0.5

70

0.5 X 9.56 X

10
10

= 4,78

0.6

30

0.6 X 9.56 X

10
10

= 5,74
= 6.69

= 1,91

0.7

34

0.7 X 9.56 X

10
10

0.8

29

0.8 X 9.56 X

10
10

= 7,64

0.9

11

0.9 X 9.56 X

10
10

= 8,60
= 9,56

1.0

10

1.0 X 9.56 X

10
10

1.1

1.1 X 9.56 X

10
10

= 10,52

1,2

1.2 X 9.56 X

10
10

= 11,47

1,3

1.3 X 9.56 X

10
10

= 12,42

300

Rentang

= nilai maks-nilai min


= 12,42-1,91
= 10,51
53

Jumlah kelas = 1+3.3 log 300


= 9.17 9 kelas
Interval kelas =

rentang 10,51
=
=1,17
kelas 9

Jarak

Mean

partikel

ukuran
(m)

jarak

(n)

1.91-3.08
>3.08-4,25
>4.25-5.42
>5.42-6.59
>6.59-7.76
>7.76-8.93
>8.93-10.1
>10.1-11.27
>11.27-12.44

ukuran
(d)
2.50
3.66
4.74
6.00
7.18
8.34
9.52
10.68
11.85

nd

nd3

nd3

343.75
669.78
1572.732
1080
3247.801
765.1116
906.304
684.3744
702.1125

859.375
2451.395
7454.75
6480
23319.21
6381.031
8628.014
7309.119
8320.033

2148.438
8972.105
35335.51
38880
167431.9
53217.8
82138.69
78061.39
98592.39

9971.966

71202.93

564778.3

nd2
55
50
70
30
63
11
10
6
5

137.5
183
331.8
180
452.34
91.74
95.2
64.08
59.25

300

1594.91

dln(diameter panjangratarata)=
dsn( diameter luas ratarata)=

nd 1594.91
=
=5,32 m
n
300

n d2
9971,966
=
=5,76 m
n
300

dvndiameter volume ratarata =3

n d3
71202.93
=3
=6,19 m
n
300

dsl(diameter luas panjang ratarata)=

n d 2 9971,966
=
=6,25 m
nd
1594.91
3

dvs (diameter volume luas ratarata)=

54

n d 71202.93
=
=7,14 m
2
n d 9971.966

dwm( diameter volume bobot ratarata)=

n d 4 564778.3
=
=7,93 m
n d 3 71202.93

Kesimpulan : Memenuhi spesifikasi

7. Uji Asseptabilitas
Sediaan dioleskan pada 20 orang responden yang terdiri dari :
Pria berusia 19 -25 tahun sebanyak 5 orang
Wanita berusia 19 25 tahun sebanyak 15 orang
Kriteria
Kemasan
Sediaan
Bau/aroma
sediaan
Kemudahan
dikeluarkan
dari kemasan

14

12

12

12

Kemudahan
dioleskan

Kelembutan
sediaan
Penampilan
sediaan
(warna,
bentuk,
tekstur)
Kemudahan
dicuci dengan
air

13

15

11

Keterangan
1 = sangat buruk
2 = buruk
3 = baik
4 = sangat baik
1 = sangat buruk
2 = buruk
3 = baik
4 = sangat baik
1 = sangat buruk
2 = buruk
3 = baik
4 = sangat baik
1 = sangat buruk
2 = buruk
3 = baik
4 = sangat baik
1 = sangat buruk
2 = buruk
3 = baik
4 = sangat baik
1 = sangat buruk
2 = buruk
3 = baik
4 = sangat baik
1 = sangat buruk
2 = buruk
3 = baik
4 = sangat baik

55

Kemasan Sediaan

3; 5%
1; 25%

2; 70%

Bau/Aroma Sediaan

56

Kemudahan Dikeluarkan Dari Kemasan

Kemudahan Dioleskan

1; 14%
3; 29%

2; 57%

57

Kelembutan Sediaan

Penampilan Sediaan
(warna, bentuk, tekstur)

58

Kemudahan Dicuci Dengan Air

4; 15%

1; 5%
2; 25%

3; 55%

Kesimpulan : Memenuhi Spesifika

BAB IX
PEMBAHASAN
Kloramfenikol merupakan salah satu antimikroba dan antibiotika yang dapat bekerja
dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom subunit 50s dan
menghambat enzim peptidil transferase, sehingga ikatan peptide tidak terbentuk pada proses
sintesis protein kuman.
Digunakan bahan aktif kloramfenikol dikarenakan dalam literaur kloramfenikol
digunakan sediaan topical sedangkan kloramfenikol palmitat untuk oral dan kloramfenikol
sodium suksinat digunakan untuk parenteral. Selain itu dipilih kloramfenikol base agar bahan
aktif dapat langsung diabsorbsi tanpa perlu mengalami proses hidrolisis sepeti pada
kloramfenikol suksinat dan kloramfenikol palmitat. Kloramfenikol dibuat dalam tipe krim air
dalam minyak karena karena pada krim tipe minyak dalam air, air mudah menguap pada saat
dioleskan sehingga konsentrasi kloramfenikol dalam minyak lebih besar dan menurut teori
difusi pasif, lebih banyak jumlah kloramfenikol yang terpenetrasi. Selain itu dipilih krim tipe
minyak dalam air dikarenakan mudah tercucukan oleh air sehingga lebih aseptabel.
59

Bahan tambahan yang terdapat dalam formula krim o/w ini adalah basis krim, emulgator,
kosolven, preservative, antioksidan, humektan, dan enhancer. Kombinasi basis krim yang
berupa fase cair, fase padat dan fase minyak bertujuan digunakan untuk mermbuat konsistensi
krim yang baik dalam artian viskositasnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil sehingga
dapat mudah untuk dioleskan dan dapat menempel pada kulit. Penggunaan emulgator
digunakan karena krim terdiri dari dua fase yaitu fase cair dan fase minyak sehingga perlu
emulgator agar kedua fase tersebut bercampur. Kosolven bertujuan untuk melarutkan bahan
obat kloramfenikol agar bahan obat dalam bentuk molekuler sehingga penetrasinya lebih baik
dibandingan jika bahan obat dalam bentuk partikel. Kosolven yeng dipilih adalah propilen
glikol karena kelautan kloramfenikol dalam propilen glikol besar yakni 1:7. Preservatif
digunakan karena di dalam krim terdapat sejumlah air yang merupakan media tumbuhnya
bakteri sehingga perlu penambahan preservative untuk mencegah terurainya bahan aktif atau
bahan tambahan lain yang terdapat dalam krim yang diakibatkan oleh bakteri. Antioksidan
dipakai karena terdapat bahan tambahan yaitu basis minyak yang mudah teroksidasi yang
mengganggu kestabilan sediaan krim. Humektan ditambahkan karena air dapat menguap
sehingga perlu penambahan humektan agar kompisisi air dalam sediaan tidak berubah. Selain
itu humektan digunakan untuk melembabkan kulit sehingga meningkatkan penetrasi bahan
aktif meleui mekanisme sponge effect. Enhancer bertujuan untuk meningkatkan penetrsi
bahan aktif karena tujuan terapinya berada di appendage.

Pada awalnya dibuat empat

formula krim kloramfenikol tipe o/w dimana formula 1 dan formula 2 menggunakkan
komposisi basis yang berbeda dengan emulgator span 80 dan tween 80. Komposisi masingmasing emulgator dihitung dengan menggunakan rumus HLB. Spade formula 3 dan Formula
4 digunakan emulgator kombinasi antara surfaktan dan fatty alcohol dengan komposisi basis
yang sama. Fatty alcohol yang digunakan adalah cetostearyl alcohol sedangkan surfaktan
yang digunakan adalah natrium laurel sulfat. Perbandingan antara natrium laurel sulfat dan
cetosteraryl alcohol yang digunakan adalah 1:9 untuk formula 3 dan 1:6 untuk formula 4.
Span 80 dan twees 80 merupakan suatu surfaktan. Surfaktan yang dapat menstabilkan emulsi
bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi molekul atau ion pada
permukaan antara minyak/air sehingga

menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena

pengurangan sejumlah energi bebas permukaan secara nyata adalah fakta bahwa tetesan
dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren yang mencegah penggabungan tetesan yang
mendekat. Sedangkan mekanisme cetostearyl alkohol sebagai emulgator adalah membentuk
lapisan dengan surfaktan di permukaan droplet fase minyak, selain itu cetostearyl alkohol
dapat membentuk lapisan bilayer cetostearyl alcohol dan surfaktan sehingga antara lapisan ini
60

dan permukaan fase minyak terdapat fase gel yang mengelilingi droplet fase minyak sehingga
mencegah penggabungan antar droplet.
Metode pembuatan yang dilakukan adalah mencampur masing-masing fase minyak dan
fase air dimana bahan-bahan yang larut air dicampurkan dalam fase air dan bahan yang larut
fase minyak dilartukan dalam fase minyak. Masing-masing fase dipanaskan 5 derajat Celsisus
lebih tinggi dari suhu titik lebur basis minyak yang paling tinggi kurang lebih 65-70 derajat
agar ketika dicamurkan dengan fase air tidak terjadi penggumpalan basis minyak yang
mengakibatkan krim menjadi kasar atau tidak homogen. Celsius. Untuk fase air dipanaskan 5
derajat Celsisus lebih tinggi dibandingkan fase minyak karena suhu air lebih mudah turun
dibandingkan dengan fase minyak. Pemanasan fase minyak dan fase air dilakukan pada di
penangas air. Pencampuran dilakukan dengan cara mencampur fase minyak ke dalam fase air
pada suhu yang hampir sama lalu dilakukan pengadukan secara konstan di pengangas air.
Setelah itu diturunkan dari penangas air dengan tetap melakuakan pengadukan secara konstan
dan sekeliling cawan dilapisi kasin agar tidak terjadi pendinginan secara mendadak yang
dapat mengakibatkan tidak homogennya campuran fase minyak dan fase air karena sudah ada
fase minyak yang memadat terlebih dahulu. Pengadukan harus selalu konstan dan dengan
cepat agar droplet fase terdispersi (fase minyak) tidak menggabung satu sama lain dan agar
emulsi krim tidak pecah. Selain itu hal ini dilakukan agar ukuran droplet halus, dimana
droplet yang halus menghasilkan emulsi yang lembut dan stabil. Penambahan BHT sebagai
antioksidan dilakukan setelah campuran diturunkan dari penangas air dan suhunya turun
menjadi sekitar 60

C sebab BHT merupakan bahan yang tidak panas. Sedangkan

penambahan kloramfenikol dalam bentuk terlarut di dalam propilenglikol (sebelumnya


dilakukan optimasi kelarutan kloramfenikol dalam propilenglikol dan didapatkan
kelarutannya sebesar 0,4 g dalam 2,8 gram propilenglikol) dilakukan setelah campuran inti
emulsi menurun suhunya sekitar 55 oC karena kloramfenikol tidak tahan panas. Pada akhir
pembuatan dilakukan penambahan aquadest bebas CO 2 untuk mengganti aquadest yang
hilang saat pemanasan. Lalu dilakukan pengadukan yang kuat agar pengenceran dengan
aquadest ini dapat homogen dengan sistem yang terbentuk sebelumnya. Setelah itu dilakukan
pengecekan pH dengan indikator universal agar dapat dilakukan evaluasi manakah formula
yang memberikan pH yang mendekati spesifikasi. Selain itu, IPC pada masing-masing tahap
juga perlu diperhatikan.
Pada formula 1 hasil yang didapatkan adalah pH memenuhi spesifikasi yaitu 6 namun
konsistensi sangat encer. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya basis minyak padat
yang ditambahkan pada formula sehingga formula 1 tidak terpilih untuk di scale up.
61

Sedangkan untuk formula 2, pH nya memenuhi spesifikasi yaitu 6 tetapi konsistensinya yang
terlalu encer. Sehingga untuk memperbaiki formula 2 tersebut dibuat formula 7 dengan
meningkatkan komposisi vaselin album dan cera alba sedangkan konsentrasi paraffin
liquidum diturunkan. pH memenuhi spesifikasi yaitu 6 namun ternyata terjadi pemisahan
fase minyak dan fase air ketika krim sudah jadi. Pecahnya krim kemungkinan disebabkan
tingginya konsentrasi cera alba pada formula, dimana titik leleh cera alba jauh lebih tinggi
dibandingkan titik leleh komponen minyak lain dalam formula. Tingginya titik leleh ini
menunjukkan bahwa cera alba memiliki gaya antarmolekul (kohesi) yang kuat dan cenderung
bergabung satu sama lain, sehingga homogenisasi atau emulsifikasi harus dengan gaya yang
kuat dan cepat untuk menghindari cepatnya bergabung molekul cera alba satu dengan yang
lainnya. Tetapi pada praktikum ini digunakan stamper dan dilakukan secara manual, berarti
energi yang digunakan untuk emulsifikasi kurang kuat, sehingga pengecilan droplet dan
pelapisan droplet tersebut oleh emulgator tidak sempurna, emulsi atau krim yang dihasilkan
pun tidak stabil. Sehingga untuk formula 2 dan formula 7 tidah dipilih untuk di scale up.
Pada formula 3 hasil yang didapatkan adalah pH memenuhi spesifikasi yaitu 6 namun
konsistensinya agak keras sehingga sulit untuk dioleskan hal ini terjadi juga pada formula 4
yang memiliki konsistensi yang sama seperti formula 3. Sehingga dilakukan optimasi
kembali terhadap formula 3 (formula 5) dengan mengurangi fase minyak dengan menurunkan
komposisi cetyl alcohol dan meningkatkan jumlah paraffin liquidum dengan komposisi
emulgator surfaktan:fatty alcohol = 1:9. pH memenuhi spesifikasi yaitu 6 tetapi hasil yang
didapatkan adalah konsistensinya yang masih agak keras sehingga masih sukar dioleskan.
Kemuadian dilakukan optimasi kembali (formula 6) dengan menurunkan komposisi
emulgator total menjadi 10% dengan perbandingan surfaktan:fatty alcohol = 1:4. Hal ini
dilakukan karena cetostearyl alcohol dan natrium lauril sulfat yang berupa massa padat ikut
berperan menambah konsistensi dari formula sehingga jumlahnya dikurangi agar didapat
konsistensi yang diinginkan. Pada formula 6 ini dihasilkan krim yang memenuhi pH
spesifikas yatu 6i dan konsistensinya paling baik diantara formula yang lain, sehingga dipilih
untuk dioptimasi. Pada saat optimasi jumlah air ang berkurang adalah 2 ml sehingga pada
scale up jumlah air yang ditambahkan adalah 2x 12 = 24 mL air.
Evaluasi yang dilakukan pada sediaan yang di scale up telah memberikan hasil yang
hampir semuanya memenuhi spesifikasi sediaan yang telh ditentukan sebelumnya, kecuali
spesifikasi mengeni pH. Sebelumnya, ditentukan spesifikasi pH sebesar 6 0,5 berdasarkan
pH stabilitas maksimum dari Kloramfenikol, tetapi hasil yang didapatkan pH sediaan setelah
penyimpanan) sekitar 5,31. Memang hasil pH ini tidak memenuhi spesifikasi, tetapi masih
62

dapat diterima oleh kulit (sesuai pH kulit 4 6,8) sehingga kecil kemungkinan untuk
mnyebabkan iritasi. Adanya penurunan Ph ini kemungkinan disebabkan oleh air yang
digunakan dalam sediaan memiliki pH 5 dan paparan CO2 dalam udara selama penyimpanan
juga turut berkontribusi dalam penutunan pH sediaan.

BAB X
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Uji organoleptis sediaan memenuhi spesifikasi sediaan, tekstur yang halus dan
lembut, warna sediaan yang putih dan tidak berbau.
2. Uji pH rata-rata sediaan tidak memenuhi spesifikasi yaitu 5,31
3. Uji tipe emulsi sediaan adalah krim tipe o/w dengan ukuran droplet (dln) yang
sesuai spesifikasi yaitu sekitar 5,32 m
4. Uji viskositas sediaan tidak memenuhi spesifikasi sediaan yaitu 10.000 cPs.
5. Uji daya sebar sediaan, kapasitas penyebaran 4,2 cm/menit dan daya sebar 0,0327
cm/gram.menit.
6. Uji aseptabilitas sediaan ini sesuai dengan spesifikasi untuk bau dan aroma,
kemudahan dioleskan dan kelembutan, kemudahan dicuci serta kemudahan
dikeluarkan dari kemasan dengan pendapat responden yang secara umum baik.
B. SARAN
63

1. Pada pembuatan aquadest bebas CO2 sebisa mungkin memiliki pH yang


mendekati spesifikasi sediaan yaitu 6 agar tidak mempengaruhi pH sediaan.
2. Perlu ditambahkan corigen odoris agar sediaan lebih aseptabel.
3. Memperhatikan parameter kritis dalam pembuatan krim yaitu suhu masing-masing
fase yang telah dipanaskan dan suhu pencampuran, kecepatan penambahan dan
pengadukan dan kecepatan pendinginan.

NO

PERNYATAAN

Kemasan sediaan

Bau/aroma sediaan

Kemudahan dikeluarkan dari kemasan

Kemudahan dioleskan

Kelembutan sediaan

Penampilan sediaan (warna, bentuk, tekstur)

Kemudahan dicuci dengan air

SKALA PENILAIAN
2
3
4

Lampiran 1
KUESIONER KRIM KLORAMFENIKOL
Keterangan : 1 = sangat buruk; 2 = buruk; 3 = baik; 4 = sangat baik
NO

SKALA PENILAIAN
1
2
3
4

PERNYATAAN

Kemasan sediaan
64

Bau/aroma sediaan

Kemudahan dikeluarkan dari kemasan

Kemudahan dioleskan

Kelembutan sediaan

Penampilan sediaan (warna, bentuk, tekstur)

Kemudahan dicuci dengan air

KUESIONER KRIM KLORAMFENIKOL


Keterangan : 1 = sangat buruk; 2 = buruk; 3 = baik; 4 = sangat baik
Lampiran 2
Kemasan

65

Loramfen
Krim Kloramfenikol 2 %
Komposisi :
Tiap 20 gram mengandung
Kloramfenikol base400 mg
Cara Kerja :
Kloramfenikol merupakan suatu antibiotikum yang memiliki spectrum bakteri
yang luas, berfungsi untuk mengobati infeksi pada kulit, termasuk infeksi
sekunder yang umumnya menyertai radang kulit.

Brosur
Cara Pakai :

Umumnya 3 4 kali sehari dioleskan pada bagian kulit yang sakit sesuai
petunjuk dokter
Peringatan dan Perhatian :
1. Hindarkan penggunaan disekitar mata dan mulut
2. Hati hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui, tidak
digunakan penggunaan jangka panjang dan pada area luas
3. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan super infeksi. Jika hal
ini terjadi maka pengobatan harus dihentikan dan diganti dengan
pengobatan lain yang tepat
4. Tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang pada anak anak
Efek Samping :
Rasa terbakar, gatal, iritasi, kulit kering, dan hipopigmentasi
Kontra Indikasi :
Penderita dengan tuberkolosa kulit dan infeksi jamur (mikosis)
Simpan pada suhu kamar (26 300 C), terlindung oleh cahaya
No Batch : 322C4653
No Reg : DKL7800140499A1
Exp Date : 8 Mei 2017
PT. SONO INDONESIA

66

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.


Direktur Jenderal POM. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.


Direktur Jenderal POM. Jakarta.

Ikatan Sardjana Farmasi Indonesia.1968.Formularium Medicamentorum Selectum.


Surabaya.

Katzung, B.G. 2010. Basic and Clinical Pharmacology 10th Edition. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.

Mc Carthy, Tj. 1975. The effect of Vehicle Composition on The Release of


Chloramphenicol from Creams and Eye Ointments. SA Medical Journal, p.1259-1262

Nsazi. SK. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation 2th


Edition Semisolids Product. Informa Health Carelni : USA.

67

Rowe, RC, Paul J. Sheskey, Manan E. Quinn. 2009. Handbook of pharmaceutical


Excipient 6th Edition Pharmaceutical. Press : Chicago.

Rowe, RC, Paul J. Sheskey, Manan E. Quinn. 2001. Handbook of pharmaceutical


Excipient 5th Edition Pharmaceutical. Press : Chicago.

Sweetman, SC. 2009. Martindale 36th Edition. Everbest Printing Corporation. Etd :
China.

The united State Pharmaceutical Convention 2009. The United Stated Pharmacopeia
32. The National Formulary 27 Volume I. United Book. Press : Maryland.

68

Anda mungkin juga menyukai