Skenario III
Seorang wanita, 40 tahun dating ke poliklinik dengan keluhan kedua kaki bengkak
sejak 5 hari yang lal, pasien mengeluh BAK kemerahan, frekuensi BAK dan jumlah urin
berkurang. Pemeriksaan fisik: TD : 140/90 mmHg, nadi : 90x/menit, F nafas :20x/menit,
CVA: normal, pitting udem +, KU: sakit ringan, suhu :afrebis.
BAB I
Pendahuluan
Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi untuk
homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur kesetimbangan
cairan dan asam basa dalam tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada manusia, masing-masing
di sisi kiri dan kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak retroperitoneal (di belakang
peritoneum). Selain itu sepasang ginjal tersebut dilengkapi juga dengan sepasang ureter,
sebuah vesika urinaria (buli-buli/kandung kemih) dan uretra yang membawa urine ke
lingkungan luar tubuh.
Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit dan asam-basa dengan cara
filtrasi darah, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan nonelektrolit, serta mengsekresi
kelebihannya sebagai urine.Ginjal juga mengeluarkan produk sisa metabolisme (misal; urea,
kreatinin, dan asam urat) dan zat kimia asing. Akhirnya, selain fungsi regulasi dan ekskresi,
ginjal juga mensekresi renin (penting untuk mengatur tekanan darah), bentuk aktif vitamin
D3, (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoietin (penting untuk sintesis eritrosit).
BAB II
ISI
Anamnesis
1. Apakah pasien mengalami gejala gagal ginjal, misalnya mual, muntah, sesak napas
akibat asidosis atau edema paru, edema perifer. Adakah rasa gatal, neuropati perifer,
lelah, malaise, keluaran urin berkurang, poliuria atau hematuria nokturia ?
2. Adakah enuresis di masa kanak-kanak ?
3. Adakah gejala penyerta : hemoptisis, ruam, nyeri punggung, demam, dan penurunan
berat badan akibat neuropati ?
4. Apakah pasien sedang menjalani pengobatan untuk gagal ginjal, misalnya
hemodialisis, dialisis peritoneal, transplantasi ginjal ?
5. Infkesi yang baru terjadi seperti yang khas infeksi tenggorokan akibat streptokokus,
dapat memicu glomerulonefritis pasca infeksi.
6. Riwayat obat-obatan dapat menunjukan penggunaan obat-obat nefrotoksik terutama
anlgesik atau obat anti-inflamasi nonsteroid.
7. Riwayat penyakit keluarga terutama penyakit ginjal polikistik1,2
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik
1.
Inspeksi
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan seksama
dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
hipertensi portal).
Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).
Simetrisitas;
perhatikan
adanya
benjolan
local
(hernia,
Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau
tumor apa.
Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada
2.
Palpasi
Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang
dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta
untuk menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati; dengan
menekan daerah muskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika muskulus
rectus relaksasi, maka itu adalah spasme volunteer. Namun jika otot kaku tegang
memantul.
Teknik ballottement juga dipakai untuk memeriksa ginjal, dimana gerakan penekanan
pada organ oleh satu tangan akan dirasakan pantulannya pada tangan lainnya.
Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya,
konsistensinya, tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan,
Orientasi abdomen secara umum. Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding
abdomen secara sistematis untuk mengetahui distribusi daerah timpani dan daerah
sisi yang lain. Tangan kiri kan merasakan adanya tekanan gelombang.
Pemeriksaan pekak alih (shifting dullness). Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke
bagian abdomen terendah. Pasien tidur terlentang, lakukan perkusi dan tandai
peralihan suara timpani ke redup pada kedua sisi. Lalu pasien diminta tidur miring
pada satu sisi, lakukan perkusi lagi, tandai tempat peralihan suara timpani ke redup
hilang.
Mendengarkan suara pembuluh darah.Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan
diastolic, atau kedua fase. Misalnya pada aneurisma aorta, terdengar bising sistolik
(systolic bruit). Pada hipertensi portal, terdengar adanya bising vena (venous hum) di
daerah epigastrium.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan kesadaran menurun sampai koma bila GGA
telah berlangsung lama. Pasien umumnya menunjukkan pernapasan cepat dan dalam
(Kussmaul) karena asidosis metabolik. Pada pasien GGA berat dapat ditemukan sesak
napas hebat karena gagal jantung atau edema paru. Hipertensi sering ditemukan akibat
adanya overload cairan. Tanda-tanda dehidrasi perlu dicari karena merupakan penyebab
GGA prarenal. Bila ditemukan oliguria, takikardia, mulut kering, hipotensi ortostatik
maka kemungkinan terjadi GGA prarenal. Perlu juga dicari tanda-tanda penyakit
sistemik multiorgan seperti SLE. Pembesaran ginjal dapat ditemukan bila penyebabnya
adalah ginjal polikistik atau multikistik displastik atau hidronefrosis. Retensi urin dengan
gejala vesika urinaria yang teraba membesar menunjukkan adanya sumbatan di bawah
vesika urinaria antara lain katup uretra posterior.2
Tanda Klinis Deplesi Cairan
tekanan vena jugular rendah
hipotensi; tekanan darah turun lebih dari 10 mmHg pada perubahan posisi (baringduduk)
vena perifer kolaps dan perifer teraba dingin (hidung, jari-jari tangan, kaki)
Tanda Klinis Kelebihan Cairan
Pemeriksaan penunjang
Urine : Volume, Warna, Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein.
Darah : BUN/kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah, Natrium serum,
massa.
Sistouretrogram
ureter,retensi
Ultrasono ginjal : Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista,
berkemih
Menunjukkan
Eritrosit
Leukosit
Silinder
Epitel Cell
Bakteri
Kristal
Lain-lain
ukuran
kandung
Mungkin
kemih,refluks
dilakukan
secara
diagnosis histologis
Endoskopi ginjal nefroskopi : Dilakukan untuk
menemukan pelvis ginjal ; keluar batu, hematuria
Kimia
Nilai rujukan Kimia
6-20
Urea N
13-43
Ureum
0,70-1,20
Kreatinin
136-145
Natrium
3,5-5,1
Kalium
98-107
Chlorida
<7,0
Asam urat
Hitung leukosit
HasilAmylase
pemeriksaan
13-53
pancreatic
Hematologi
Nilai rujukan Kimia50-70 neutrofil
13-51
Lipase
Rutin
<100
Glukosa
<33 puasa
GOT 25-40 Limfosit
2-8
Monosit
<50
Hemoglobin
<200
Cholesterol
total GPT14-18
2-4GT Eosinophil
4,8-10,8
Leukosit
>=40
Cjolestrol
11-49 HDL
Gamma
0-1
Basofil
<6,5
HbA1c(A1c)
4,7-6,1
Eritrosit
<150
Triglesrida
150-450
Trombosit
<5
Ratio chol total
42-52
Hematocrit
<100
Chol LDL direk
0-15
LED 1 jam
Nilai rujukan
1.003-1.035
Berat jenis
4,5-8,0
PH
Negatif
Lekosit Esterase
Negatif
Nitrit
Negatif
Albumin
Negatif
Glukosa
Negatif
Keton
Negatif
Urobilinogen
Negatif
Bilirubin
Negatif
Darah
Nilai-Nilai MC
79-99
MCV
27-31
MCH
33-37
MCHC
Epidemiologi
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa GGA disebabkan oleh 3 hal yaitu, perfusi
ginjal yang tidak adekuat (prarenal), penyakit ginjal intrinsik (renal), dan obstruksi
saluran kemih (postrenal). Keadaan prarenal mencakup 56-65% kasus, postrenal 15%,
dan renal sekitar 20-35% kasus. Pada negara berkembang, komplikasi obstetrik dan
infeksi seperti malaria merupakan penyebab yang penting. Angka mortalitas keseluruhan
sekitar 30-70%, tergantung usia dan adanya gagal organ atau penyakit lain. Dari pasein
yang bertahan, 60% memiliki fungsi ginjal normal, namun 15-30% memiliki gangguan
ginjal dan sekitar 5-10% mengalami penyakit ginjal stadium akhir (End Stage Renal
Disease/ESRD).5
Etiologi dan Patofisiologi
Patogenesis
Prerenal ( Iskemik)
Etiologi
Gastroenteritis akut, natriuresis dan luka
bakar
(VCEV)
hipoalbuminemia
gagal jantung
Lain-lain
Renal ( Intrinsik)
rabdomiolisis
Renjatan, trauma ganda, sindrom sepsis dan
hipoksia
nefrotoksik
Glomerulopati
Pielonefritis akut
Tipe berkomplikasi
Vaskulitis
Obstruksi intratubular
Koagulopati
Postrenal
Oklusi vaskuler
kemih
Trombosis arteria dan vena renalis
1. GGA prarenal
Oleh karena berbagai sebab prarenal, volume sirkulasi darah total atau efektif
menurun, curah jantung menurun, dengan akibat aliran darah ke korteks ginjal
menurun dan laju filtrasi glomerulus (LFG) menurun. Tetapi fungsi reabsorbsi
tubulus terhadap air dan garam terus berlangsung. Oleh karena itu pada GGA
prarenal ditemukan hasil pemeriksaan osmolalitas urin yang tinggi >300 mOsm/kg
dan konsentrasi natrium urin yang rendah <20 mmol/L serta fraksi ekskresi natrium
(FENa) yang rendah (<1%). Sebaliknya bila telah terjadi nekrosis tubulus (GGA
renal) maka daya reabsorbsi tubulus tidak berfungsi lagi. Ditemukan kadar
osmolalitas urin yang rendah <300 mOsm/kg sedangkan kadar natrium urin tinggi
>20 mmol/L dan FENa urin juga tinggi (>1%).
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk membedakan apakah pasien GGA prarenal
yang terjadi sudah menjadi GGA renal. GGA renal terjadi apabila hipoperfusi
prarenal tidak cepat ditanggulangi sehingga terjadi kerusakan parenkim ginjal.
Pembedaan ini penting karena GGA prarenal memberi respons diuresis pada
pemberian cairan adekuat dengan atau tanpa diuretika, sedangkan pada GGA renal
tidak. Beberapa mekanisme terjadi pada hipoperfusi. Peningkatan pelepasan renin
dari aparatus jukstaglomerularis menyebabkan peningkatan produksi aldosteron, di
mana terjadi peningkatan resorbsi natrium di tubulus kolektivus. Sebagai tambahan,
penurunan volume cairan ekstraseluler menstimulasi pelepasan hormon antidiuretik
(ADH), terjadilah peningkatan absorbsi air di medulla. Hasil akhirnya adalah
8
penurunan volume urin, penurunan kadar natrium urin, yang semuanya adalah
karakteristik dari GGA prarenal. Penyebab tersering GGA prarenal pada anak adalah
dehidrasi berat karena muntah dan diare, perdarahan, luka bakar, syok septik,
sindrom nefrotik, pembedahan jantung, dan gagal jantung.7
Gagal ginjal akut prarenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan
turunnya laju filtrasi glomelurus dan merupakan keadaan yang paling ringan yang
dengan cepat dapat reversibel, bila perfusi ginjal segera diperbaiki. Gagal ginjal akut
Prerenal
merupakan
kelainan
fungsional,
tanpa
adanya
kelainan
terjadinya gagal ginjal pada ATN masih belum jelas. Beberapa mekanisme yang
dianggap berperan adalah perubahan hemodinamik intrarenal, obstruksi tubulus
oleh sel dan jaringan yang rusak dan perembesan pasif filtrat tubulus melalui
dinding tubulus yang rusak masuk ke jaringan interstisial dan peritubular. Pada
GGA aliran darah ginjal menurun 40-50%, daerah korteks lebih terkena daripada
medula. Beberapa mediator diduga berperan sebagai penyebab vasokonstriksi
ginjal yaitu angiotensin II, menurunnya vasodilator prostaglandin, stimulasi saraf
simpatis, vasopresin, dan endotelin.
Kelainan Vaskular
Kelainan vaskular sebagai penyebab GGA dapat berupa trombosis atau vaskulitis.
Trombosis arteri atau vena renalis dapat terjadi: pada neonatus yang mengalami
kateterisasi arteri umbilikalis, diabetes melitus maternal, asfiksia dan kelainan
jantung bawaan sianotik. Pada anak besar kelainan vaskular yang menyebabkan
GGA ditemukan pada pasien Sindrom Hemolitik Uremik (SHU). SHU adalah
penyebab GGA intrinsik tersering yang dikarenakan kerusakan kapiler
glomerulus; paling sering menyertai suatu episode gastroenteritis yang
disebabkan oleh strain enteropatogen
Kelainan Glomerulus
GGA karena kelainan glomerulus dapat ditemukan pada: Glomerulonefritis Akut
Pasca Streptokok (GNAPS), Glomerulonefritis membranoproliferatif tipe 2
(dense deposit), Glomerulonefritis kresentik idiopatik. Sindrom Goodpasture
Pada GNAPS terjadi pada <1% pasien dan disebabkan karena menyempitnya
kapiler-kapiler glomerulus, terhimpit oleh proliferasi sel mesangial dan sel
endotel kapiler sendiri.
10
Anomali kongenital
Anomali kongenital yang dapat menyebabkan GGA ialah: agenesis ginjal
bilateral, ginjal hipoplastik, ginjal polikistik infantil .terjadinya GGA karena
jumlah populasi nefron sedikit atau tidak ada sama sekali.7
Gagal ginjal akut indtrinsik adalah parenkim berubah sebabkan oleh iskemia atau
substansi nefrotik. Disebabkan karena obstruksi pada kedua saluran kencing,
terjadi hidronefrosis dan hidroureter sehingga menyebabkan GFR menurun.
sehat. Tergantung pada derajat dan durasi obstruksi, pengeluaran urin dapat bervariasi
dari tidak sama sekali sampai beberapa liter per hari. Tetapi pengeluaran urin saja
tidak dapat dipakai untuk membedakan GGA pascarenal dari GGA prarenal dan GGA
renal/intrinsik.2
Gagal ginjal akut pasca renal adalah suatu keadaan dimana pembentukan urin cukup,
namun alirannya dalam saluran kemih terhambat. Penyebab tersering adalah
obstruksi di bagian distal ginjal, meskipun dapat juga karena ekstravasasi.
Terdapat empat tahapan klinik dari gagal ginjal akut sebagai berikut :
1. Periode Awal, merupakan awal kejadian penyakit dan diakhiri dengan terjadinya
oliguria.
2. Periode Oliguri, pada periode ini volume urin kurang dari 400 ml/24 jam,
disertai dengan peningkatan konsentrasi serum dari substansi yang biasanya
diekskresikan oleh ginjal (urea, kreatinin, asam urat, kalium dan magnesium).
Pada tahap ini untuk pertama kalinya gejala uremik muncul, dan kondisi yang
mengancam jiwa seperti hiperkalemia terjadi.
3. Periode Diuresis, pasien menunjukkan peningkatan jumlah urin secara bertahap,
disertai tanda perbaikan glumerulus. Nilai laboratorium berhenti meningkat dan
akhirnya menurun. Tanda uremik mungkin masih ada, sehingga penatalaksanaan
medis dan keperawatan masih diperlukan. Pasien harus dipantau ketat akan
adanya dehidrasi selama tahap ini. Jika terjadi dehidrasi, tanda uremik biasanya
meningkat.
4. Periode Penyembuhan, merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan
berlangsung selama 3 12 bulan. Nilai laboratorium akan kembali normal.
Namun terjadi penurunan GFR permanen 1% 3%
Penatalaksanaan
Medika Mentosa
12
1.Pemberian diuretic
Pada GGA sering di berikan diuretik golongan loop yang sering bermanfaat pada
keadaan tertentu. Pemberian diuretik furosemid mencegah reabsorpsi Na sehingga
mengurangi metabolisme sel tubulus, selain itu juga di harapkan aliran urin dapat
membersihkan endapan, silinder sehingga menghasilkan obstruksi, selain itu
Furosemid dapat mengurangi masa oliguri.
Dosis setinggi 600 mg / hari mungkin diperlukan dalam kondisi dipantau. Dosis
yang di berikan amat bervariasi di mulai dengan dosis konvensional 40 mg
intravena, kemudian apabila tidak ada respons kenaikan bertahap dengan dosis
tinggi 200 mg setiap jam, selanjutnya infus 10-40 mg/jam. Pada tahap lebih lanjut
apabila belum ada respons dapat di berikan furosemid dalam albumin yang di
berikan secara intravena selama 30 menit dengan dosis yang sama atau bersama
dengan HCT.2
2.Vasodilator
Dopamin dalam dosis kecil (misalnya, 1-5 mcg / kg / menit) menyebabkan
dilatasi selektif dari vaskular ginjal, meningkatkan perfusi ginjal. Dopamin juga
mengurangi penyerapan natrium, sehingga mengurangi kebutuhan energi tubulus
yang rusak. Hal ini meningkatkan aliran air seni, yang, pada gilirannya,
membantu mencegah obstruksi tubular cast
Dopamin
(Intropin)
Merangsang
kedua
reseptor
adrenergik
dan
13
Diagnosa banding
Anyang-anyangan (ingin kencing, tetapi tidak ada atau sedikit air seni yang
keluar)
14
Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah
Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal
(diiringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah)7
asimtomatik dan tidak mengalami gangguan klinis nyata dalam air atau
keseimbangan elektrolit atau endokrin / metabolik derangements. Umumnya,
gangguan ini secara klinis nyata dengan tahap 4-5 penyakit ginjal kronis (GFR <30
ml / menit). Uremic manifestasi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis stadium
5 diyakini terutama sekunder ke akumulasi racun, identitas yang umumnya tidak
diketahui
15
Pencegahan
Pencegahan terhadap penyakit ini adalah dengan pola hidup yang sehat atau sebagai
berikut;
Komplikasi
Komplikasi metabolik berupa kelebihan cairan, hiperkalemia, asidosis metabolik,
hipokalsemia, serta peningkatan ureum yang lebih cepat pada keadaan hiperkatabolik.
Pada oligurik dapat timbul edema kaki, hipertensi dan edema paru, yang dapat
menimbulkan keadaan gawat. Hiperkalemia terjadi karena beberapa hal seperti ekskresi
melalui ginjal terganggu, perpindahan kalium keluar sel, kerusakan sel akibat proses
katabolik, trauma, sepsis, infeksi, atau dapat juga disebabkan karena asupan kalium yang
berlebih, keadaan ini berbahaya karena bisa menyebabkan henti jantung dalam keadaan
diastolik. Asidosis terjadi karena bikarbonat darah menurun akibat ekskresi asam
nonvolatile terganggu dimana juga meningkatkan anion gap. Hipokalsemia sering terjadi
pada awal GGA dan pada fase penyembuhan GGA.
Komplikasi yang dapat terjadi dari gagal ginjal akut di antaranya gagal ginjal kronik,
infeksi, dan sindrom uremia. Untuk gagal ginjal kronik, terapi sesuai tatalaksana GGK
pada umumnya, bila sudah parah dilakukan dialisis dan transplantasi ginjal. Komplikasi
infeksi sering merupakan penyabab kematian pada GGA, dan harus segera diberantas
dengan antibiotika yang adekuat. Bila LFG menurun 5-10% dari keadaan normal dan
terus mendekati nol, maka pasien akan menderita sindrom uremik, yaitu suatu kompleks
gejala yang terjadi akibat atau berkaitan dengan retensi metabolit nitrogen karena gagal
ginjal. Sindrom uremia ditangani secara simtomatik.2
16
Prognosis
Baik apabila dapat ditangani dengan adekuat dan dicegah munculnya kembali ginjal
akut. Mortalitas akibat GGA bergantung keadaan klinik dan derajat gagal ginjal. Perlu
diperhatikan faktor usia, makin tua makin jelek prognosanya, adanya infeksi yang
menyertai, perdarahan gastrointestinal, penyebab yang berat akan memperburuk
prognosa. Penyebab kematian tersering adalah infeksi (30-50%), perdarahan terutama
saluran cerna (10-20%), jantung (10-20%), gagal nafas (15%), dan gagal multiorgan
dengan kombinasi hipotensi, septikemia, dan sebagainya. Pasien dengan GGA yang
menjalani dialysis angka kematiannya sebesar 50-60%, karena itu pencegahan, diagnosis
dini, dan terapi dini perlu ditekankan.3,8
17
DAFTAR PUSTAKA
18