Turbin Uap

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 27

Senin, 7-8

TURBIN UAP

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Mesin Konversi Energi II
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Djoko Kustono, M.Pd

oleh:
Akh. Faizal Firdaus
Clara Puspa Dian S.
Fachruddin
Lalank Pattrya M.

( 140511606888 )
( 120511403269 )
( 120511427432 )
( 1205114274 99)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
SEPTEMBER 2014

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................
B. Tujuan Pembahasan .........................................................................

2
3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Turbin Uap ....................................................................
B. Komponen Turbin Uap ....................................................................
C. Klasifikasi Turbin Uap ....................................................................
D. Prinsip Kerja Turbin Uap ................................................................
E. Sistem Pemipaan Turbin Uap ..........................................................
F. Perhitungan Pada Turbin Uap...........................................................

4
5
9
22
23
24

BAB III KESIMPULAN................................................................................


DAFTAR RUJUKAN.....................................................................................

29
30

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada beberapa perusahaan bahkan instansi tertentu memasang sebuah
alat yang dapat menghasilkan energi dalam skala besar. Alat tersebut dapat
dikategorikan sebagai mesin konversi energi, salah satu mesin konversi energi
yang paling sering dijumpai adalah turbin. Turbin pada dasarnya dibagi
menjadi tiga yaitu turbin gas, turbin air, dan turbin uap. Pada makalah ini
akan membahas mengenai turbin uap.
Menurut Muin (1993:17) turbin uap merupakan karya dari Hero seorang
Alexandria pada tahun 120 SM dengan prinsip reaksi, selanjutnya pada tahun
1629 Giovani Branca juga membuat turbin dalam bentuk yang lebih
sederhana dibandingkan dengan ciptaan Hero, turbin ini menerapkan prinsip
aksi. Pada tahun 1806-1813 Polikarp Zalesov dan tahun 1830 pekerja dari
pabrik Nizhny Tagil juga membuat sebuah turbin uap, namun semua ciptaan
tersebut tidak begitu dikenal dalam dunia teknologi dikarenakan hasil mereka
kurang praktis dan ekonomis.
Pada tahun 1883 seoang Insinyur dari Swedia bernama Gutav de Laval
menciptakan sebuah turbin uap dari jenis Turbin tekanan sama bertingkat
tunggal dengan roda gerak tunggal, turbin ini memiliki kapasitas hingga 5
DK dengan prinsip impuls dan aksi, yang berkembang dengan nama turbin de
Laval. Setahun kemudian (1884) Charles Algernon Parson berkebangsaan
Inggris menciptakan turbin uap dari jenis Turbin Reaksi Bertingkat Ganda,
turbin dengan Prinsip reaksi ini berkembang dengan nama turbin Parson.
Turbin terdahulu telah menerapkan sistem aksi dan reaksi, perbedaan dari
kedua sistem tersebut terletak pada tipe gaya tangensialnya. Selanjutnya pada
tahun 1908 Frederik Ljungstrom dan Briger Ljungstrom mengembangkan
turbin uap dengan prinsip radial reaksi dengan roda gerak ganda dan putaran
yang berlawanan. Pembahasan lebih lengkap mengenai turbin uap akan
diuraikan pada pembahasan makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi turbin uap?
2. Apa saja komponen turbin uap?
3. Bagaimana klasifikasi turbin uap?
4. Bagaimana prinsip kerja dari turbin uap?
5. Bagaimana sistem pemipaan uap pada turbin uap?
6. Bagaimana perhitungan yang terjadi pada turbin uap?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Turbin Uap
Turbin uap adalah pesawat dengan aliran tetap (steady flow machine), di
mana uap melalui nosel diekspansikan ke sudu-sudu turbin dengan penurunan
tekanan yang drastis sehingga terjadi perubahan energi kinetik pada uap

(Pudjanarsa dan Nursuhud, 2006:99). Menurut Pudjanarsa dan Nursuhud


(2006: 99) turbin uap mendapat energi uap yang bertemperatur dan
bertekanan tinggi yang berekspansi melalui sudu-sudu turbin sehingga
mengakibatkan poros turbin berputar dan menghasilkan tenaga. Uap
dihasilkan oleh dari ketel uap yang berfungsi mengubah air menjadi uap.

Gambar :Turbin Uap


Turbin uap termasuk dalam kelompok pesawat konversi energi yang
merubah energi potensial uap menjadi energi mekanik pada poros turbin,
sebelum dikonversikan menjadi energi mekanik terlebih dahulu dirubah
menjadi energi kinetik di dalam nozzle (pada turbin impuls) serta dalam
nozzle dan sudu-sudu gerak (pada turbin reaksi).
Turbin uap menghasilkan energi mekanik dari pemanfaatan energi
potensial uap selain dari mesin uap torak. Energi mekanik ini diperoleh
sebagai hasil kali dari gaya tangensial (Ft) dengan kecepatan tangensial (U).
Turbin uap secara sederhana terdiri dari sebuah roda penggerak yang

dipasangi sudu-sudu pada permukaan lingkarnya dan sebuah tabung pancar


ekspansi (nozzle) yang dibangun dalam satu rumah turbin.
Turbin uap biasa digunakan pada industri-industri besar sebagai mesin
penggerak generator listrik untuk membangkitkan tenaga listrik atau langsung
menggerakkan mesin-mesin perkakas seperti bubut, pompa, dan kompresor.
Seperti saat ini dimana krisis energi mulai terjadi maka dibangun pembangkit
listrik seperti PLTU yang menggunakan turbin uap dalam pengoperasiannya.
B. Komponen Turbin Uap
Komponen atau kontruksi turbin uap terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1. Nozzle
Nozzle adalah salah satu komponen terpenting dalam turbin uap
yang berfungsi sebagai sarana konversi energi yang merubah energi
termal menjadi energi kinetik. Konstruksinya yang berbentuk divergen
memungkinkan uap mengekspansi di dalamnya sehingga membuat
tekanan uap, temperatur, dan entalpi turun sehingga terjadi penurunan
energi termal. Sedangkan volume jenis, kecepatan aliran uap naik
sehingga menimbulkan energi kinetis.

Gambar : Nozzle
Syarat-syarat sebuah nozzle (Muin, 1993:341) adalah:
a. Dapat menghindari perubahan tiba-tiba dari arah aliran uap.
b. Sisi keluar nozzle harus dirancang agar energi dari tingkat
sebelumnya dapat dipakai pada tingkat yang sebanyak mungkin.
c. Permukaan saluran harus sehalus mungkin, untuk mereduksi friksi
antara uap dan saluran nozzle.

d. Rancangan harus mudah untuk diproduksi dan penghalusan untuk


memungkinkan saluran yang seteliti mungkin.
Secara garis besar nozzle dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Nozzle Konvergen
Cocok untuk mengekspansikan uap dari tekanan tertentu ke
tekanan yang lebih tinggi dari tekanan kritis yang bersangkutan,
yaitu:
- Untuk uap saturasi sampai tekanan yang lebih tinggi dari 0,577
-

tekanan awal ekspansi.


Untuk uap adi panas sampai tekanan yang lebih tinggi dari 0,546

tekanan awal ekspansi.


b. Nozzle Konvergen-Divergen
Cocok untuk mengekspansikan uap dari tekanan-tekanan awal
tertentu ke tekenan yang leih rendah dari tekanan kritis yang
bersangkutan. Dalam proses ekspansi uap dari ekanan awal p 1 ke
tekanan akhir p2 terdapat dua macam kondisi akhir, yaitu:
- Ekspansi atas
Bila tekanan akhir ekspansi P2 lebih rendah dari tekanan
-

lingkungan, uap dalam nozzle mengekspansi mendekati P2.


Ekspansi bawah
Bila tekanan akhir ekspansi p2 lebih tinggi dari tekanan
lingkungan,

sedangkan

kapasitas

nozzle

dibatasi

untuk

pengekspansian uap di dalamnya


2. Diagframa

Gambar di atas memperlihatkan sebuah diafragma nozel yang


terdiri dari pusat dari baja A, yang padanya beberapa elemen nozel B
dipasang dengan sistem kelingan (rivetting). Sisi-sisi yang berbatasan
dikerjakan dengan mesin secara radial, oleh karena itu, bila elemen-

elemen dipasangkan pada alur pusat diafragma, maka satu sama lain akan
cocok dan sesuai sehingga membentuk suatu gelang yang lengkap.
3. Sudu-sudu (Blade)
Sudu merupakan alat yang mengubah energi kinetis menjadi energi
mekanis dengan jalan mengubah arah dan momentum dari ketel uap yang
dihasilkan oleh nozzle dan menghasilkan gaya tangensial yang memutar
barisan sudu-sudu yang terpasang pada rotor.

Gambar: Sudu Turbin uap


4. Rotor (Cakram)
Adalah bagian turbin yang berputar yang terdiri dari poros, sudu
turbin atau deretan sudu yaitu Stasionary Blade dan Moving Blade. Selain
itu, tempat dimana sudu-sudu dipasang secara radial. Untuk turbin
bertekanan tinggi atau ukuran besar, khususnya untuk turbin jenis reaksi
maka motor ini perlu di Balance untuk mengimbangi gaya reaksi yang
timbul secara aksial terhadap poros.

Gambar :Rotor
5. Silinder (Casing)
Silinder merupakan

rumah

turbin

yang

berfungsi

untuk

menyatukan komponen-komponen instalasi turbin dalam satu unit


7

operasional. Silinder akan menjadi penyekat ruang uap dan berbentuk


mengikuti aliran uap di dalamnya. Untuk kemudahan perakitan, maka
silinder dikonstruksikan dalam dua bagian memanjang sepanjang sumbu
rotor turbin sampai dengan flens dan baut. Turbin modern pada umumnya
memiliki sebuah silinder ganda hal ini memiliki pengertian bahwa turbin
memiliki rumah bagian dalam dan rumah bagian luar.
6. Poros
Merupakan komponen utama tempat dipasangnya cakram atau
rotor sepanjang sumbu.

C. Klasifikasi Turbin Uap


Menurut Muin (1993:61) klasifikasi turbin uap dibagi menjadi beberapa
bagian, yaitu:
1. Turbin uap menurut prinsip kerja
Turbin jenis ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Turbin Aksial-Aksi
Pada turbin ini uap dari turbin diekspansikan dalam nozzle dari
tekanan pertama ke tekanan tertentu, maka akibat penurunan tekanan ini
akan terjadi kenaikan kecepatan uap (kecepatan uap meninggalkan
turbin atau memasuki nozzle dan kecepatan uap meninggalkan nozzle
atau memasuki sudu gerak. Energi potensial uap bergantung kepada
tekanan dan suhu uap, maka pada penurunan tekanan (proses ekspansi)
akan terjadi penuruhan suhu dari suhu uap masuk nozzle sehingga
terjadi penurunan energi potensial uap.
Dalam sudu-sudu terjadi penurunan kecepatan uap. Selama di
dalam sudu-sudu tidak terjadi perubahan tekanan uap sehingga tekanan
uap masuk sama dengan tekanan uap keluar.
b. Turbin Aksial-Reaksi

Pada turbin ini uap mengembang dalam nozzle dan sudu-sudu


gerak. Di dalam nozzle, tekanan akan turun dari tekanan semula, dan
akan terjadi kenaikan kecepatan dan akan terjadi penurunan entalpi uap
dari semula. Sedangkan di dalam rotor, akan terjadi penurunan tekanan
uap dari tekanan awal, dan akan terjadi penurunan kecepatan dari
kecepatan semula.
Jadi pada turbin reaksi terjadi ekspansi uap dalam nozzle dan sudusudu gerak. Sudu-sudu berbentuk airfoil dan bentuk ini akan
menghasilkan saluran aliran uap yang berbentuk nozzle konvergen
divergen.
2. Turbin uap menurut sistem kerja
Turbin jenis ini dibagi atas:
a. Turbin De Laval
Pada turbin ini proses pengkonversian energi potensial (termal)
menjadi energi kinetik terjadi dalam tabung pancar ekspansi. Dalam
tabung pancar ekspansi terjadi kehilangan energi panas sebesar entalpi
uap masuk dikurangi entalpi uap bekas dan bersamaan dengan itu
terjadi kenaikan energi kinetik sebesar setengah masa uap masuk
dikalikan dengan kuadrat dari kenaikan kecepatan uap memasuki
tabung pancar ekspasi. Dari prinsip tersebut diperoleh hasil kecepatan
uap masuk turbin secara teoritis, sedang kecepatan yang sebenarnya
bergantung pada kualitas dari tabung pancar ekspansi biasa disimbolkan
dengan .

Sedangkan proses konversi energi kinetik menjadi energi mekanik


terjadi di dalam sudu-sudu gerak. Dalam sudu gerak terjadi kehilangan
energi kinetik sebesar setengah dari kuadrat penurunan kecepatan relatif

dan sejalan dengan itu maka timbul energi mekanik yang besarnya sama
dengan hasil kali dari gaya tangensial roda gerak tersebut. Turbin de
Laval memiliki nilai efisiensi yang lebih rendah dibandingkan dengan
mesin uap torak karena pada turbin ini bekerja menggunakan uap
kering bertekanan tinggi sehingga menimbulkan kerugian friksi yang
besar. Turbin de Lacvsl memiliki 4 buah tabung pancar ekspansi
(nozzle) yang dapat ditutup secara terpisah untuk mengatur konsumsi
uap untuk turbin.
b. Turbin Curtis
Lain halnya

dengan

turbin

de

Laval,

turbin

Curtis

mengkonversikan seluruh kehilangan energi potensial dalam satu


tingkat tekanan dalam nozzle dan dalam lebih dari satu tingkat
kecepatan dan dalam lebih dari satu rai sudu-sudu gerak. Jadi susunan
rai sudu-sudu gerak turbin Curtis merupakan susunan rai sudu-sudu
gerak turbin de Laval yang dibatasi oleh rai sudu-sudu tetap yang
berlawanan arah dengan sudu-sudu gerak yang berfungsi sebagai
pemandu uap bekas dari rai pertama sudu-sudu gerak, sehingga menjadi
uap baru untuk sudu-sudu gerak berikutnya.

Bila uap memasuki sudu-sudu gerak pada rai berikutnya maka


kecepatan uap akan menurun pada tingkat berikunya, sehingga akan
terbentuk tingkat kecepatan. Oleh karena dalam satu rotor terdapat lebih
dari satu baris (rai) sudu-sudu gerak maka setiap sudu pemandu
memberikan tahanan gesekan tanpa menghasilkan energi kinetik.

10

Turbin Curtis dapat terpasang pada satu roda gerak (rotor) tetapi
ada pula yang dipasang pada beberapa rotor yang disusun secara seri.
Pada susunan ini antara roda gerak yang pertama dan seterusnya
dibatasi oleh nozzle sehingga kehilangan (droping) energi potensial uap
dapat terbagi sebanyak rotor yang terpasang. Pada setiap nozzle terjadi
ekspansi uap serta pertukaran energi potensial menjadi energi kinetik
sehingga pada setiap bagian turbin terdapat satu tingkat tekanan. Turbin
yang memiliki rotor dengan susunan seri disebut dengan Turbin Curtis
susunan ganda. Turbin jenis ini memiliki kelemahan yaitu tidak dapat
memenuhi kebutuhan tingkat tekanan secara ekonomis.
c. Turbin Rateau
Pada turbin ini rai sudu-sudu gerak dibatasi oleh satu rai sudu-sudu
nozzle yang berfungsi sebagai alat pengkonversi energi potensial uap
menjadi energi kinetik. Pada prinsipnya turbin jenis ini merupakan
susunan seri dari turbin de Laval. Seluruh rai sudu-sudu gerak dan sudu
nozzle dipasangkan dalam satu rumah turbin dan semua rotor terpasang
pada satu poros. Turbin ini merupakan turbin impuls bertingkat
bertekanan ganda.

Sudu-sudu gerak berbentuk simetris yang memungkinkan tekanan


sebelum dan sesudah sudu-sudu gerak berada dalam keadaan konstan.
Tetapi berbeda dengan volume jenis uap yang tak dihindari untuk
mengekspansi. Itulah sebabnya sudu-sudu gerak turbin jenis ini dan
turbin-turbin kompon dibuat lebih panjang sesuai dengan ekspansi uap.
d. Turbin Impuls Kombinasi

11

Sistem tingkat kecepatan berganda atau velositas kompon dan


sistem tingkat tekanan berganda telah diterapkan pada turbin Curtis dan
Rateau.

Sistem

tersebut

hanya

dapat

dilakukan

dengan

mengkombinasikan sistem Curtis dan Reteau, sistem ini biasa dikenal


dengan Turbin Kombinasi Curtis-Rateau. Keuntungan sistem kombinasi
ini

adalah

dengan

kecepatan

tangensial

yang

sama

mampu

menghasilkan efisiensi sudu secara maksimal, roda kompon dapat


menghilangkan energi potensial secara teori sebanyak empat kali dari
turbin de Laval.

Karena droping energi potensial yang tinggi pada roda kompon


dikarenakan oleh ekspansi uap secara drastis sehingga volume jenis uap
yang besar memasuki kompartemen Zolley. Ukuran sudu pancar
ekspansi

dan

sudu

gerak

pada

kompartemen

Zolley

harus

diperhitungkan untuk menghadapi ekspansi uap selanjutnya. Dengan


ukuran sudu tersebut maka kompartemen Zolley dapat dilakukan
pelumasan penuh untuk mengurangi kerugian ventilasi.
e. Turbin Parson
Turbin Parson adalah turbin dengan aliran aksial atau disebut juga
sebagai turbin reaksi dengan aliran aksial. Turbin Parson beroperasi
seperti turbin de Laval, tetapi perbedaan terlihat pada ekspansi uap yang
terjadi pada nozzle maupun pada sudu-sudu gerak. Jika pada rai (tingkat
tekanan) de Laval terjadi hanya satu kali ekspansi uap maka pada turbin
Parson terjadi dua kali ekspansi uap. Droping energi panas pada satu rai
Parson sama dengan setengan droping panas pada de Laval.

12

Sudu-sudu

gerak

memegang

peranan

penting

dalam

mengoperasikan turbin uap, karena memiliki dua fungsi yaitu:


1. Mengkonversi energi panas menjadi energi kinetik
2. Mentransfer daya ke drum gerak untuk menggerakkan peralatan
seperti generator dan pompa
Untuk mendapatkan efisiensi yang baik, jumlah tingkat tekanan
harus dibuat cukup banyak, jika tidak maka kecepatan tangensial sudusudu gerak harus dibuat lebih tinggi.
f. Turbin Ljungstrom
Ljungstrom mengembangkan prinsip radial-reaksi yaitu dengan
aliran uap masuk secara radial dan gaya tangensial secara reaksi. Turbin
Ljungstrom bekerja dengan reaksi sempurna yaitu aspek reaksi tidak
saja terjadi pada sudu-sudu gerak tetapi pada sudu-sudu pancar
ekspansi.

13

Penerapan sistem ini dilakukan dengan pergerakan pada sudu-sudu


pancar ekspansi dengan kecepatan tangensial dan gaya tangensial dalam
bentuk reaksi. Pada turbin jenis ini menggunakan dua rotor dengan
putaran yang berlawanan, nozzle pada turbin ini juga berfungsi sebagai
sudu-sudu gerak sehingga dapat menghemat separuh tingkat jika
dibandingkan dengan turbin Parson.
3. Turbin uap menurut kondisi uap meninggalkan turbin:
Turbin jenis ini terdiri dari:
a. Turbin tekanan lawan (back preassure turbine)
Turbin tekanan lawan dimana kondisi tekanan uap bekas sama
dengan tekanan uap yang diperuntukkan untuk keperluan pengolahan
pada kegiatan suatu industri. Misalnya pada pengolahan kelapa sawit,
pada proses strelisasi dibutuhkan tekanan uap sekitar 4 kg/cm 2 ABS,
yang tetap konstan selama tekanan lawan tetap terjaga dalam keadaan
konstan pula. Daya yang dihasilkan turbin dapat digunakan untuk
menggerakkan generator listrik atau peralatan lain. Turbin jenis ini
tidak mengalami kondensasi uap bekas, sehingga turbin ini disebut
dengan turbin non kondensasi. Turbin tekanan lawan bisa saja dari jenis
impuls maupun reaksi, yang terdiri dari turbin uap merk Stork dari jenis
turbin Rateau dengan 7 tingkatan tekanan.
b. Turbin kondensasi langsung
Turbin uap yang beroperasi dengan mengkondensasikan uap
bekasnya langsung dalam kondensor, guna memperoleh air kondensat
yang dipakai sebagai pengisi ketel. Sistem ini dilaksanakan bila sulit
memperoleh air yang memenuhi syarat sebagai pengisi ketel, atau
mahalnya harga air seperti yang dialami pada kapal.
c. Turbin ekstraksi dengan tekanan lawan
Turbin beroperasi dengan uap bekas yang diperlukan untuk keperluan
ekstraksi dan proses. Tekanan uap bekas bervariasi antara tekanan
ekstrasi dan tekanan lawan. Tekanan lawan yang lebih rendah dari
tekanan ekstraksi dapat mereduksi ekspansi uap, sehingga konstruksi
turbin ini dapat lebih ringan.
d. Turbin ekstraksi dengan kondensasi
Turbin ini beroperasi dengan sebagian uap bekas dipakai untuk
keperluan ekstraksi dan sebagian lagi untuk penyediaan kondensat
untuk air pengisi ketel.
14

e. Turbin kondensasi dengan ekstraksi ganda


Adalah jenis turbin kondensasi dengan tekanan ekstraksi berganda.
Uap bekas dari turbin digunakan untuk kebutuhan beberapa tingkat
ekstraksi dan sisanya dijadikan kondensat dalam memenuhi kebutuhan
air pengisi ketel.
f. Turbin non kondensasi dengan aliran langsung
Turbin uap dengan sistem aliran langsung tanpa menyuplai uap
untuk keperluan ekstraksi dan tanpa memakai kondensor, jadi uap bekas
langsung dibuang ke udara luar dengan tekanan lawan sama atau
melebihi tekanan atmosfer. Turbin jenis ini biasanya dioperasikan pada
PLTU yang tidak membutuhkan air kondensat untuk menyuplai air
pengisi ketel.
4. Turbin uap menurut kondisi uap masuk turbin
Turbin ini dibagi atas:
a. Turbin tekanan rendah
Turbin yang memiliki tekanan uap masuk turbin sampai dengan 2 bar
(p 2 bar).

b. Turbin tekanan menengah


Bila tekanan uap masuk turbin sampai dengan 40 bar (p40 bar).

15

c. Turbin tekanan tinggi


Turbin dengan tekanan uap amsuk sampai dengan 170 bar (p170 bar).

d. Turbin tekanan sangat tinggi


Turbin dengan tekanan lebih dari 170 bar (p > 170 bar).
e. Turbin tekanan adikritis
Turbin dengan tekanan uap yang beroperasi lebih dari 225 bar (p>225
bar)

5. Turbin uap berdasasrkan jumlah silinder


a. Turbin uap silinder tunggal
Turbin silinder ganda adalah turbin yang seluruh tingkat sudu-sudu
gerak terletak di dalam satu silinder. Turbin jenis ini hanya bisa
diterapkan pada turbin berkapasitas kecil.

16

b. Turbin uap multisilinder


Turbin multisilinder pada dasarnya memiliki prinsip yang sama dengan
turbin silinder tunggal, hanya saja pada jenis turbin ini dapat digunakan
untuk turbin yang memiliki kapasitas kecil. Jenis dari turbin ini terdiri
dari:
1) Turbin uap silinder ganda dua

2) Turbin uap silinder ganda tiga

17

3) Turbin uap silinder ganda empat

6. Turbin uap berdasarkan sistem pemanasan ulang uap


a. Turbin uap dengan pemanasan ulang tunggal

b. Turbin uap dengan pemanasan ulang ganda

D. Prinsip Kerja Turbin Uap


Pada dasarnya prinsip kerja turbin uap dapat dijabarkan yaitu uap masuk
ke dalam turbin melalui nozzle. Di dalam nozzle energi panas dari uap diubah
menjadi energi kinetis dan uap mengalami pengembangan. Tekanan uap pada
saat keluar dari nozzle lebih kecil daripada saat masuk ke dalam nozzle, akan

18

tetapi sebaliknya kecepatan uap keluar nozzle lebih besar daripada saat masuk
ke dalam nozzle. Uap yang memancar keluar dari nozzle diarahkan ke sudusudu turbin yang berbentuk lengkungan dan dipasang di sekeliling roda
turbin. uap yang mengalir melalui celah-celah antara sudu turbin itu
dibelokkan mengikuti lengkungan dari sudu turbin. Perubahan kecepatan uap
menimbulkan gaya yang mendorong dan kemudian memutar roda dan poros
turbin.
Apabila uap masih memiliki kecepatan saat meninggalkan sudu turbin
berarti hanya sebagian energi kinetik yang tersisa saat meninggalkan sudu
turbin yang sedang berjalan. Agar energi kinetik itu dapat dimanfaatkan maka
turbin harus dipasang lebih dari satu baris sudu-sudu gerak. Sebelum
memasuki baris kedua dari sudu gerak maka antara baris pertama dan kedua
sudu gerak dipasang satu baris sudu tetap yang berguna untuk mengubah arah
kecepatan uap, agar uap dapat masuk ke baris kedua sudu gerak dengan arah
yang tepat.
Kecepatan uap saat meninggalkan sudu-sudu gerak yang terakhir harus
dapat dibuat sekecil mungkin agar energi kinetik yang tersedia dapat
dimanfaatkan sebanyak mungkin, sehingga efisiensi turbin menjadi lebih
tinggi dikarenakan kehilangan energi relatif kecil.
E. Sistem Pemipaan Uap pada Turbin Uap
Sistem pemipaan merupakan bagian yang penting dalam instalasi turbin
uap. Instalasi pipa yang baik bertujuan:
1. Untuk mencegah berat dan ekspansi pemipaan dari tegangan tertentu pada
rumah turbin. Hal ini berpengaruh pada kesegarisan sumbu poros.
2. Untuk menghubungkan dan menyalurkan sistem pipa saluran masuk dan
saluran keluar uap dan pemupukan air, hal ini bertujuan untuk
menyediakan uap kering bagi turbin.
Katup pemadaman disarankan dalam saluran uap untuk pengerjaan yang
diijinkan pada turbin tanpa penutup ketel. Katup-katup akan ditempatkan
dalam satu daerah jalan masuk antara turbin dan muara pipa. Rumah turbin
harus dilindungi dari pemberatan pemipaan dan tegangan-tegangan ekspansi.
Beban-beban termal pipa dapat dikurangi sampai batas-batas yang
diterima dengan fleksibilitas yang terancang ke dalam pemipaan melalui

19

pemakaian lengkung ekspansi dan peredam ekspansi. Sambungan dingin


antara flens pipa dan flens turbin dibuat tanpa memaksa pipa dalam segala
arah untuk sambungan yang dapat dipercaya.
Katup pembebas udara dipasang antara flens saluran keluar uap bekas
turbin dan katup pemadam saluran buang utama. Kegunaan katup pembebas
udara untuk melindungi rumah turbin dari tekanan keluar yang melampaui
batas yang diijinkan. Ukuran katup pembebas harus cukup untuk melewatkan
kuantitas uap maksimal, yang mengalir melalui turbin tanpa membiarkan
tekanan rumah turbin untuk melebihi tekanan perancangan.

F. Perhitungan pada Turbin Uap


1. Proses Thermodinamika
Pada setiap proses, beberapa sifat dari uap yang mengembang akan
tinggal tetap yang memungkinkan untuk mengitung kondisi uap setelah
ekspansi. Secara garis besar persamaan umum energi gas adalah:
Q=C v d t + Ap d v
Q=C v ( T 2T 1 ) + Ap(v 2 v 1)
Keterangan:
Q

= energi panas

Cv

= panas spesifik pada proses isochor

dT

= perubahan temperatur

= konstanta panas mekanik =

= tekanan

1
427

dV = perubahan volume
apabila unsur A, p, dan dV dikalikan maka akan menghasilkan nilai
usaha atau yang biasa disimbolkan dengan W. Sehingga rumus di atas
juga dapat ditulis:

20

Q=C v d t +W
Rumus di atas merupakan dasar unuk proses perhitungan
thermodinamika yang terjadi pada turbin uap. Proses thermodinamika
yang biasa terjadi pada turbin uap adalah:
1) Proses isokorik (proses yang terjadi pada volume konstan)
Pada proses ini tidak terjadi perubahan volume atau nilai v 1 = v2,
dapat dirumuskan:
Q=C v ( T 2T 1 ) + Ap(v 2 v 1)
Q=C v ( T 2T 1 ) + Ap(v 2 v 1)
Q=C v ( T 2T 1 )
Maka untuk mengitung nilai P (tekanan) dan T (suhu) dapat
menggunakan rumus:
Pv=nRT nilai n dan R dianggap konstan, maka:
Pv
=nR
T
Pv
=kon stan
T
P1 v 1 P 2 v 2
=
T1
T2
P1 P2
=
T1 T 2
Proses ini dignakan pada saat proses pembakaran dan pembuangan
dari siklus ideal otto.
2) Proses isobarik (proses yang terjadi pada tekanan konstan)
Pada proses ini tidak terjadi perubahan tekanan atau nilai P1 =
P2. Sehingga dapat dirumuskan:
Q=C v ( T 2T 1 ) + Ap(v 2 v 1)
Dari rumus Pv = nRT, dapat dicari nilai suhu dan volume
untuk masing-masing proses.
Pv
=nR
Maka
T

21

Pv
=konstan
T
P1 v 1 P 2 v 2
=
T1
T2
v1 v2
=
T1 T2
3) Proses isothermal (proses yang terjadi pada suhu konstan)
Pada proses ini tidak terjadi perubahan suhu atau nilai T1 =
T2. Dari rumus:
Q=C v ( T 2T 1 ) + Ap(v 2 v 1)
Q= Ap( v 2v 1 )
Jadi untuk mencari nilai volume dan tekanan untuk masingmasing proses dapat menggunakan rumus:
Pv
=konstan
T
P1 v 1 P 2 v 2
=
T1
T2
P1 v 1=P2 v 2
4) Proses hiperbola (proses yang terjadi pada tekanan dan volume konstan)
P1 X 1 v1 =P2 X 2 v2
Keteragan :
P1
= tekanan awal
X1 = kadar uap awal

(kg/cm2)
(saturasi) jika X1 = 1 maka uap

kering, jika X1 < 1 maka uap basah


V1 = volume jenis uap awal
(m3/kg)
P2
= tekanan akhir
(kg/cm2)
X2 = kadar uap akhir
(saturasi)
V2 = volume jenis uap akhir
(m3/kg)
Energi uap pada kondisi awal dapat dirumuskan:
P X v
kkal
E1=H 1= 1 1 1 x 10 4 (
)
427
kg
Sedangkan untuk menghitung uap pada kondisi akhir dapat
digunakan rumus:
22

E2=H 2=

P2 X 2 v 2
kkal
x 10 4 (
)
427
kg

Sehingga dari kedua perbedaan kondisi tersebut dapat dihitung


perbedaan nilai energi potensial dengan rumus :
E=E 2E1
2. Siklus Turbin Uap
Siklus yang sesuai dengan turbin uap adalah siklus Rankine. Siklus
Rankine dapat dirumuskan:
Q1=H 1H 4
Keterangan:
Q1 = uap masuk (kkal/kg/det)
Hn = entalpi pada titik n
Rumus di atas berlaku selama uap saturasi diproduksi pada tekanan p1=C.
Siklus Rankine dapat diskemakan seperti gambar di bawah ini:

Energi yang dihasilkan turbin pada entropi konstan dapat dirumuskan:


e= H 1H 2
Q
Energi yang diserap oleh kondensor pada tekanan p2:
2= H 2H 3
Q
Energi yang dibutuhkan pompa untuk memompakan kondensat ke
dalam generator uap pada entropi tetap adalah:
Q p=H 4H 3

23

Besar energi bersih dari siklus ini dapat dirumuskan:


Qbersih=Q eQ p
Sedang untuk mengitung nilai efisiensi dari siklus Rankine dapat
menggunakan rumus:
bersih =

Qbersih
Q1

3
4H

( H 1H 2 )
bersih=

2
3H

bersih =1
Untuk menghitung konsumsi uap dapat menggunakan rumus:
W s=

632,32 kg
(
)
Qbersih HPH

24

BAB III
KESIMPULAN
Turbin Uap adalah pesawat dengan aliran tetap (steady flow machine), di
mana uap melalui nosel diekspansikan ke sudu-sudu turbin dengan penurunan
tekanan yang drastis sehingga terjadi perubahan energi kinetik pada uap.
Komponen utama dari turbin uap adalah nozzle, sudu, rotor, diagframa, poros,
dan silinder. Secara garis besar turbin diklasifikasikan menjadi beberapa jenis
antara lain turbin uap menurut prinsip kerja, sistem kerja, jumlah silinder, dan
sistem pemanasan ulang. Siklus yang tepat untuk menghitung proses
thermodinamika yang terjadi pada turbin uap adalah siklus Rankine.

25

DAFTAR RUJUKAN
Muin, S. 1993. Pesawat-pesawat Konversi Energi II (Turbin Uap). Jakarta:
Rajawali Pers.
Pudjanarsa dan Nursuhud. 2006. Mesin Konversi Energi. Yogyakarta:
Penerbit Andi.

26

Anda mungkin juga menyukai