Gb.2.2.Ruang gerak
m enuju bis
Sumber: Universal
Designe Handbook,
Wolfgang
Pada gambar (a) terlihat hanya pengguna normal yang dengan mudah menaiki
bis,
Guidline:
-
3. Sederhana dan intuitif, maksudnya desain mudah digunakan oleh siapa saja.
Gambar tersebut menjelaskan one loop handles dapat digunakan oleh semua
ukuran tangan, terlihat tangan kiri sedang menggenggam handle tersebut
Guidline:
-
Gambar 2. 3guide
path yang
membingungkan
Guidline:
-
7. Ukuran dan ruang yang dirancang mudah diakses, ukuran dan ruang gerak
harus sesuai dengan berbagai macam ukuran tubuh, postur, dan mobilitas
setiap orang.
Gambar
2. 4
Brazils
pedestria
Pada gambar diatas terlihat pedestrian way yang sangat lebar terdapat street
furniture seperti shelter bus, kursi dan boarding area untuk transit.
Guidline:
-
Memyediakan elemen yang jelas bagi pengguna yang duduk dan yang
berdiri.
Gambar 2.
5Konsep
Diagram
penggunanya.
Persyaratan:
1. Ukuran dasar ruang diterapkan dengan mempertimbangkan
fungsibangunan gedung.
2. Untuk bangunan gedung yang digunakan oleh masyarakat
umumsecara sekaligus, seperti balai pertemuan, bioskop, dsb.
Harusmenggunakan ukuran dasar maksimum.
3. Ukuran dasar minimum harus menjadi
acuan
minimal
minimum
dan
maksimum
yang
digunakan
Gambar 2. 6Ruang
gerak bagi pemakai
Krek
Gambar 2. 8
Ukuran
umum
orang
dewasa
Gambar 2.
10Rata-rata
batas jangkauan
pengguna kursi
roda
Gambar 2.
11jangkaua
n maksimal
kedepan
pengguna
kursi roda
Gambar 2.
12jangkauan
maksimal
kesamping
pengguna
kursi roda
Jalur pedestrian
- Esensi:
Jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi
penyandang cacat secara mandiri yang dirancang berdasarkan
kebutuhan orang untuk bergerak aman, mudah, nyaman dan tanpa
-
hambatan.
Persyaratan:
1. Permukaan
Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus
tetapi tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada
permukaan, kalaupun terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari
1,25 cm. Apabila menggunakan karpet, maka bagian tepinya harus
dengan konstruksi yang permanen.
2. Kemiringan
Kemiringan maksimum 7 dan pada setiap jarak 900 cm diharuskan
terdapat bagian yang datar minimal 120 cm.
3. Area istirahat
Terutama digunakan untuk membantu pengguna jalan penyandang
cacat dengan menyediakan tempat duduk santai di bagian tepi.
4. Pencahayaan berkisar antara 50 -150 lux tergantung pada intensitas
pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.
5. Perawatan dibutuhkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kecelakaan.
6. Drainase
Dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman maksimal
1,5 cm, mudah dibersihkan dan perletakan lubang dijauhkan dari
tepi ram.
7. Ukuran
Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searah
dan 160 cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari
pohon, tiang rambu-rambu, lubang drainase/gorong-gorong dan
benda-benda lainnya yang menghalangi.
8. Tepi pengaman/kanstin/low curb
Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke
arah area yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum
-
Gambar 2.
13Prinsip
Perencanaan
Pedestrian Way
Gambar 2.
14Prinsip
Perencanaan
Pedestrian Way
Jalur pemandu
- Esensi
Jalur yang memandu penyandang cacat untuk berjalan dengan
-
area penumpang.
Pada pedestrian yang menghubungkan antara jalan dan
bangunan.
Pada pemandu arah dari fasilitas umum ke stasiun transportasi
umum terdekat.
4. Pemasangan ubin tekstur untuk jalur pemandu pada pedestrianyang
telah
ada
perlu
eksisting,sedemikian
memperhatikan
sehingga
tidak
tekstur
dari
ubin
terjadi
kebingungan
Gamba
r 2.
15Teks
tur
jalur
peman
du
Gambar 2.
16Susunan
ubin
pemandu
Gambar 2.
17Penempata
n ubin
pemandu
pada anak
tangga
Pintu
- Esensi
Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruang yang
merupakan tempat untuk masuk dan keluar dan pada umumnya
-
Ram
- Esensi
Ram adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan
tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan
-
tangga.
Persyaratan-persyaratan
1. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi
7, perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan atau
akhiran ramp (curb ramps/landing) Sedangkan kemiringan suatu
ramp yang ada di luar bangunan maksimum 6.
2. Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 7) tidak
boleh lebih dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang
lebih rendah dapat lebih panjang.
3. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman, dan
120 cm dengan tepi pengaman. Untuk ramp yang juga digunakan
sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus
dipertimbangkan secara seksama lebarnya, sedemikian sehingga
bisa dipakai untuk kedua fungsi tersebut, atau dilakukan
pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-sendiri.
4. Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp
harus bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurangkurangnya untuk memutar kursi roda dengan ukuran minimum 160
cm.
5. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki
tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan.
6. Lebar tepi pengaman ramp/kanstin/low curb 10 cm, dirancang
untuk menghalangi roda kursi roda agar tidak terperosok atau
keluar dari jalur ramp. Apabila berbatasan langsung dengan lalulintas jalan umum atau persimpangan harus dibuat sedemikian
rupa agar tidak mengganggu jalan umum.
7. Ram harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup sehingga
membantu penggunaan ramp saat malam hari. Pencahayaan
disediakan pada bagian-bagian ramp yang memiliki ketinggian
terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-bagian yang
membahayakan.
8. Ram harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang
dijamin kekuatannya dengan ketinggian yang sesuai. Pegangan
-
Gambar 2.
20Kemiringa
n ram
Gambar 2.
21Handrail
pada ram
Gb.2.24.Bentuk
ram yang
direkomendasikan
Sumber: Peraturan
Menteri Pekerjaan
Umum No.486
th.1998
Tangga
- Esensi
Fasilitas
bagi
pergerakan
vertikal
yang
dirancang
dengan
dapat
Gb.2.25.Tipikal ram
Sumber: Peraturan
Menteri Pekerjaan
Umum No.486 th.1998
Gambar 2.
24Tipikal ram
Gambar 2. 25Handrail
pada tangga
penyandangcacat.
Persyaratan :
1. Pengguna rambu terutama dibutuhkan pada:
Arah dan tujuan jalur pedestrian
KM/WC umum, telepon umum
Parkir khusus penyandang cacat penyandang cacat
Nama fasilitas dan tempat
Telepon ATM
2. Persyaratan :
Rambu huruf timbul atau huruf Braille yang dapat dibaca oleh
artinya.
Rambu yang berupa tanda dan simbol internasional.
Rambu yang menerapkan metode khusus (misal: pembedaan
sebaliknya.
Proporsi hurf atau karakter pada rambu harus menpunyai rasio
lebar dan tinggi antara 3: 5 dan 1:1 serta ketebalan huruf antara
1:5 dan 1:1, serta ketebalan huruf antara 1:5 dan 1:1. Tinggi
penghalang.
Satu kesatuan sistem dengan lingkungan.
Cukup mendapat pencahayaan, termasuk penambahan lampu
Gambar 2.
27Simbol
Aksesbilitas
Gb.2.28.Simbol Aksesbilitas
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.486 th.1998
Gambar 2.
29Simbol
Telepon
Gambar 2.
28Simbol
ramp
penyandan
g cacat
Gb.2.30.Simbol Telepon
Pengguna kursi roda
Gb.2.29.Simbolramp
penyandang cacat
Gambar 2.
30Simbol
Telephone
untuk
tuna
rungu
Gambar
2.
31Simbo
l Ramp
dua arah
Gb.2.31.Simbol Ramp
dua arah
Gb.2.32.Simbol Telephone
untuk tuna rungu
Gambar 2.
32Simbol
Tuna
daksa
Gambar
2.
33Simbo
l Tuna
Rungu
Gambar 2. 34
Simbol Tuna
Netra
Gambar 2.
35 Proporsi
Penggamb
aran
Simbol
Gb.2.35.Simbol Tuna
Netra
Gb.2.36. Proporsi
Penggambaran Simbol
Gambar 2.
36 Light
Sign
(papan
Informasi)
aksesibilitas
dimaksudkan
untuk
menciptakan
keadaan
2. Non fisik
Penyediaan aksesibilitas yang berbentuk fisik dilaksanakan pada sarana
dan prasarana umum yang meliputi:
a. aksesibilitas pada bangunan umum, diataranya:
-
tangga naik/turun;
tempat duduk;
tanda-tanda atau signage
Penyediaan aksesibilitas yang berbentuk non fisik meliputi:
a. Pelayanan informasi
b. Pelayanan khusus.
2.4.3.3 Hambatan Arsitektur bagi Penyandang Cacat
Menurut Dr. Didi Tarsidi dalam makalah yang disajikan dalam Focus
Discussion Group tentang Draft Raperda Perlindungan Penyandang Cacat
Kota Bandung, hambatan arsitektural mempengaruhi tiga kategori kecacatan
utama, yaitu:
1. Kecacatan fisik, yang mencakup mereka yang menggunakan kursi roda,
semi-ambulant, dan mereka yang memiliki hambatan manipulatoris yaitu
kesulitan gerak otot.
a. Hambatan Arsitektural bagi pengguna kursi roda.
Hambatan yang dihadapi oleh para pengguna kursi roda sebagai
akibat dari desain arsitektural saat ini mencakup:
Perubahan tingkat ketinggian permukaan yang mendadak seperti
nomor lantai.
b. Hambatan Arsitektural bagi Tunanetra
Para tunarungu tidak mungkin dapat memahami pengumuman
melalui pengeras suara di bandara atau terminal angkutan umum.
Mereka juga mengalami kesulitan membaca bibir di auditorium
dengan pencahayaan yang buruk, dan mereka mungkin tidak dapat
mendengar bunyi tanda bahaya.
3. Kecacatan intelektual (tunagrahita).
Para penyandang kecacatan intelektual akan mengalami kesulitan
mencari jalan di dalam lingkungan baru jika di sana tidak terdapat
petunjuk jalan yang jelas dan baku.