PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu matakuliah khusus yang dilaksanakan oleh
mahasiswa program studi Kimia FMIPA, dengan cara melakukan praktek kerja secara
terbimbing pada instansi tertentu dan dalam waktu tertentu, yang merupakan salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan Studi Strata Satu (S1), Matakuliah PKL memiliki bobot
yaitu 2 SKS yang berbentuk praktek langsung ke lapangan. Melalui PKL didapatkan
penambahan wawasan dalam dunia kerja bagi mahasiswa dan dengan adanya kerja praktek ini
berarti ilmu yang dimiliki mahasiswa dapat diaplikasikan. Prinsip dasar dari pelaksanaan
kerja praktek ini adalah mahasiswa melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan studinya
disuatu perusahaan dimana kerja praktek dilaksanakan yang berguna untuk meningkatkan
kemampuan mahasiswa sebagai tenaga ahli di bidang laboratorium IPA. Kemampuan
mahasiswa di bidang Kimia MIPA masih kurang memadai jika hanya mendapatkan ilmu di
bangku kuliah saja, akan lebih baik jika ilmu yang didapatkan selama dibangku kuliah
diterapkan dalam pekerjaan sesungguhnya.
Adapun pelaksana lokasi Praktek Kerja Lapangan (PKL) yaitu Badan Lingkungan
Hidup Kota Bengkulu yang bertempat di Jl. Basuki Rahmat depan Stasiun Televisi TVRI
Kota Bengkulu dan di UPTB Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu.
Melalui kerja praktek yang dilakukan di Laboratorium Badan Lingkungan
Hidup Kota Bengkulu adalah suatu bentuk upaya penerapan pengetahuan di bangku kuliah.
Dengan pertimbangan bahwa pelaksanaan kegiatan ini untuk mengetahui kandungan BOD
(Biochemical Oxygen Demand) dalam limbah air sungai bengkulu.
Adapun salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan sumber daya manusia
yang handal, terampil dan cekatan diantaranya dengan mengadakan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) bagi mahasiswa Universitas Bengkulu. PKL adalah suatu sistem pendidikan keahlian
professional yang memadukan antara pendidikan di perkuliahan dengan program penguasaan
keahlian, yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia usaha atau industri,
untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.
Universitas Bengkulu sebagai institusi pendidikan berkewajiban menghasilkan sarjanasarjana yang profesional dan berwawasan luas yang memiliki kemampuan skill dan
1
1) Mewujudkan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup guna
mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan.
2) Membangun koordinasi dan kemitraan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara efisien, adil dan
berkelanjutan.
3) Mewujudkan pencegahan kerusakan dan pengendalian pencemaran sumber daya alam
dan lingkungan hidup dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Tujuan terbentuknya Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu ini adalah merupakan
implementasi dari pernyataan Misi, yaitu salah satunya pengendalian pencemaran air dari
kegiatan industri dan jasa, pemantauan kinerja pengelolaan lingkungan perkotaan (Adipura),
pengendalian pencemaran limbah domestik dan usaha skala kecil serta pengendalian
pencemaran emisi kendaraan (Langit Biru). Sedangkan sasaran yang akan dicapai yaitu
penurunan beban pencemaran lingkungan hidup meliputi air, udara, tanah, pesisir dan laut.
Berdasarkan Peraturan Walikota Bengkulu Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Uraian
Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu, maka Badan
Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok membantu kepala daerah dalam merumuskan
kebijakan dan melakukan koordinasi tentang lingkungan hidup sesuai dengan ruang lingkup
kewenangannya.
Dalam melaksanakan tugas pokok di atas, maka Badan Lingkungan Hidup
mempunyai fungsi yaitu :
a. Merumuskan kebijakan bidang lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pengendalian, pengawasan dampak lingkungan hidup, termasuk pengembangan
model-model konservasi keanekaragaman hayati, strategis penegakan hukum,
pengembangan instrumen ekonomi dalam rangka pelestarian lingkungan hidup.
b. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan pencemaran dan kerusakan lingkungan
meliputi :
1.
2. Pengelolaan kualitas air, udara dan pengendalian pencemaran air dan udara ;
3. Pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran ;
4. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk kegiatan produksi
biomassa ;
5. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir ;
6. Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan akibat bencana
(banjir, longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan) ;
7. Adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan perlindungan atmosfir.
3
pelaku
pencemaran
dan
perusakan
lingkungan
hidup,
dengan
pembangunan.
c. Menyampaikan usulan konsep anggaran setelah berkoordinasi dengan bidang lain
melalui Sekretaris Badan Lingkungan Hidup.
d. Menyelesaikan proses administrasi kegiatan pembangunan dan rutin.
e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Badan Lingkungan
Hidup.
III.
III.2.
Penataan Lingkungan.
c. Menyiapkan bahan koordinasi pelaksanaan Pengembangan Kapasitas dan
Penataan Lingkungan.
d. Mengumpulkan bahan dan mempersiapkan bahan pembinaan teknis pengendalian
dan penataan lingkungan.
e. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan.
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pengawasan dan
Pengendalian.
IV.
b.
pendidikan.
c. Mempersiapkan bahan peningkatan pengembangan sarana teknis dan pendidikan.
d. Mengumpulkan bahan dan mempersiapkan bahan kebijaksanaan operasional
pembinaan melalui pendidikan kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian
lingkungan.
e. Mempersiapkan rumusan kebijaksanaan teknis dan koordinasi dengan dinas
instansi terkait dalam rangka pengembangan teknologi tepat guna.
f.
Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan tugas sub bidang peningkatan sarana teknis
dan pendidikan.
f. Melakukan koordinasi dengan pihak lain yaitu media cetak dan elektronik dalam
rangka pengembangan teknologi informasi lingkungan.
g.
Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan tugas sub bidang data dan informasi
lingkungan.
Tujuan Umum :
1.
2.
13
b.
3.
4.
Tujuan Khusus :
1.
2.
3.
4.
Mahasiswa mengetahui cara menguji kualitas air (air hulu sungai, air baku dan air
olahan) secara fisika dan kimia.
Februari 2015.
2) Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan di Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air adalah benda cair, yang
senantiasa bergerak kearah tempat yang lebih rendah, yang dipengaruhi oleh gradien sungai
dan gaya gravitasi bumi. Menurut Sandy (1985), dalam pergerakannya air selain melarutkan
sesuatu, juga mengkikis bumi, sehingga akhirnya terbentuklah cekungan dimana air
tertampung melalui saluran kecil dan atau besar, yang disebut dengan istilah alur sungai
(badan sungai). Lebih jauh dikemukakan bahwa aliran sungai dibagian luarnya dibatasi oleh
bagian batuan yang keras yang disebut dengan tanggul sungai. Indonesia memiliki banyak
sungai dengan berbagai tipe morfologi dan strukturnya.
Menuru Widarto (1996); dan Supiyati et al (2012) bahwa kualitas air adalah kondisi
kualitatif air yang diukur dan diuji berdasarkan parameter tertentu dan metode tertentu
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115:Tahun 2003), kualitas air tersebut dapat dinyatakan dengan
parameter fisik karakteristik air dan kualitas air sungai. Parameter fisik menyatakan kondisi
fisik air atau keberadaan bahan-bahan yang dapat diamati secara visual/kasat mata. Parameter
fisik tersebut adalah kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau, dan suhu. Sedangkan yang
termasuk dalam karakteristik air sungai ini yaitu sedimentasi dan salinitas.
Pengamatan kualitas air dapat diketahui dengan pengamatan dari segi parameter fisika,
kimia, dan biologi. Parameter fisika meliputi temperatur, residu terlarut, residu tersuspensi,
kekeruhan, warna, rasa, bau, DHL, salinitas, dan kecerahan. Parameter kimia meliputi pH,
15
Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan total fosfat
sebagai P. Lingkungan yang baik (higienis bagi hewan diperlukan untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidupnya. Kegiatan usaha budidaya ikan dalam keramba, tidak akan berhasil
jika tidak mengetahui kondisi kualitas air yang ada. kualitas air merupakan suatu syarat
penting dan dapat mempengaruhi pengelolaan. kelangsungan hidup, perkembangan,
pertumbuhan, dan produksi ikan (Cholik et al,. 1991; Minggawati dan Lukas,. 2012).
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air adalah benda cair, yang
senantiasa bergerak kearah tempat yang lebih rendah, yang dipengaruhi oleh gradien sungai
dan gaya gravitasi bumi.
Menurut Sandy (1985), dalam pergerakannya air selain melarutkan sesuatu, juga
mengkikis bumi, sehingga akhirnya terbentuklah cekungan dimana air tertampung melalui
saluran kecil dan atau besar, yang disebut dengan istilah alur sungai (badan sungai). Lebih
jauh dikemukakan bahwa aliran sungai dibagian luarnya dibatasi oleh bagian batuan yang
keras yang disebut dengan tanggul sungai. Saluran air kecil dan atau besar yang saling ketemu
membentuk pola aliran sungai tertentu, yang dipengaruhi oleh jenis batuan dan bentuk
morfologi medan (Thornbury, 1954; Barstra, 1982). Lebih jauh Sandy (1985) menyatakan
bahwa jenis batuan dan morfologi medan badan sungai, selain mempengaruhi kerapatan aliran
sungai, juga dapat mencirikan karakteristik sungai yang meliputi perkembangan profil, pola
aliran dan genetis sungainya. Di daerah yang tersusun oleh batuan intrusif, dengan tekstur
kasar, menunjukkan kerapatan aliran sungai yang rendah. Namun sebaliknya pada aliran
sungai yang didominansi oleh batuan sedimen, memperlihatkan kerapatan yang tinggi (Sandy,
1985).
2.1 Struktur Sungai
Menurut Forman dan Gordon (1983), morfologi pada hakekatnya merupakan bentuk
luar, yang secara rinci digambarkan sebagai berikut;
16
17
rataan kelerengan sungai dari bagian hulu kebagian hilir. Besaran nilai gradien berpengaruh
besar terhadap laju aliran air.
C. Bantaran sungai
Forman dan Gordon (1983) menyebutkan bahwa bantaran sungai merupakan
bagiandari struktur sungai yang sangat rawan. Terletak antara badan sungai dengan tanggul
sungai, mulai dari tebing sungai hingga bagian yang datar. Peranan fungsinya cukup efektif
sebagai penyaring (filter) nutrien, menghambat aliran permukaan dan pengendali besaran laju
erosi. Bantaran sungai merupakan habitat tetumbuhan yang spesifik (vegetasi riparian), yaitu
tetumbuhan yang komunitasnya tertentu mampu
mengendalikan air pada saat musim penghujan dan kemarau.
D. Tebing sungai
Bentang alam yang menghubungkan antara dasar sungai dengan tanggul sungaidisebut
dengan tebing sungai. Tebing sungai umumnya membentuk lereng atau sudut lereng, yang
sangat tergantung dari bentuk medannya. Semakin terjal akan semakin besar sudut lereng
yang terbentuk. Tebing sungai merupakan habitat dari komunitas vegetasi riparian,
kadangkala sangat rawan longsor karena batuan dasarnya sering berbentuk cadas. Sandy
(1985), menyebutkan apabila ditelusuri secara cermat maka akan dapat diketahui hubungan
antara lereng tebing dengan pola aliran sungai.
E. Kerapatan sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS), seperti yang dikemukan Sandy (1985) adalah bagiandari
muka bumi yang dibatasi oleh topografi dan semua air yang jatuh mengalir kedalam sungai,
dan keluar pada satu outlet. Sedangkan kerapan sungai yang dimaksutkan adalah ratio
(perbandingan) jumlah panjang sungai dalam (km) terhadap luas Daerah Aliran Sungai.
2.2 Karakteristik sungai
Karakteristik sungai memberikan gambaran atas profil sungai, pola aliran sungai dan
genetis sungai, yang secara rinci diuraikan sebagai berikut;
A. Profil sungai
Berdasarkan perkembangan profil sungai (Lebeck, 1939; Pannekoek, 1957 dan
Sandy, 1985), dalam proses pengembangnnya mengalami tiga taraf yaitu: Periode muda,
18
terdapat di daerah hulu sungai, yang mempunyai ketinggian relief yang cukup besar. Ciri
spesifiknya terdapatnya sayatan sungai yang dalam, disebabkan oleh penorehan air yang kuat
dari air yang mengalir cepat dan daya angku yang besar. Erosi tegak sering dijumpai,
sehingga lebah curam berbentuk huruf (V) sering juga ditemukan.
Muara sungai adalah bagian hilir dari sungai yang berhubungan dengan laut
(Triatmodjo, 1999). Muara sungai berfungsi sebagai pengeluaran / pembuangan debit sungai,
terutama pada waktu banjir ke laut. Muara sungai dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yang
tergantung pada faktor dominan yang mempengaruhinya yaitu faktor gelombang, debit
sungai, dan pasang surut.
2.3 Parameter Kualitas air
Kualitas air adalah sifat air secara fisika, kimiawi, biologis, radioaktivitas, dan
organoleptik (Hehannusa et al, 2001). Parameter fisika diantaranya adalah kecerahan air,
suhu air dan udara, derajat keasaman (pH), kecerahan, dan warna perairan. Sedangkan
parameter kimia adalah alkalinitas, O2 terlarut, konduktivitas dan CO2 bebas. Air
merupakan fasa cair dari persenyawaan kimia yang dibentuk oleh dua bagian berat
hidrogen dan 16 bagian berat oksigen, di dalam air itu terkandung pula sejumlah kecil air
berat, gas dan zat padat, terutama bentuk garam dan larutan (Hehanusa, 2001).
Air normal yang memenuhi persyaratan untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar
antara 6,5-7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau
besarnya konsentrasi ion hidrogen didalam air (Wisnu, 2004). Air limbah dan bahan buangan
dari kegiatan industri yang dibuang kesungai atau danau akan mempengaruhi pH air yang
pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme didalam air ( Wisnu, 2004).
Air dapat dinentralkan dengan basa NaOH atau asam HCl dengan indikator PP dan
MO, PP berubah warna pada pH 8,3. dan MO berubah warnanya pada pH 4,5
(Syafriadiman et al, 2005).
2.4 Parameter fisika
2.4.1 Suhu
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang
digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer. Dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan
adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu
dengan valid.
19
Menurut Agrifishery (2010) strtifikasi suhu pada kolam air dikelompokkan menjadi 3
yaitu :
1. Lapisan epilimion yaitu lapisan sebelum atas perairan yang hangat dengan penurunan
suhu relatif kecil dari 320 menjadi 280.
2. Lapisan kedua disebut dengan lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai
penurunan suhu sangat tajamdari 280C menjadi210C.
3. Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimion yaitu lapisan yang paling bawah dimana pada
lapisan ini perbedan sangan kecil relatif konstan.
Setiap organisme mempunyai suhu minimum, optimum dan maksimum untuk
hidupnya dan mempunyai kemampuan menyesuaikan diri sampai batas tertentu. Suhu air
mempunyai pengaruh yang besar dalam proses pertukaran zat atau metabolisme dari makhluk
hidup. Selain itu suhu juga berpengaruh terhadap kadar oksigen terlarut dalam air. Semakin
tinggi temperatur suatu perairan, semakin cepat pula perairan tersebut mengalami kejenuhan.
Suhu air untuk budidaya ikan berkisar antara 25 300C.
Metode Pengujian Sampel
Analisis Temperatur dengan metode SNI (Standar Nasional Indonesia) Tahun 2005
Cara uji ini digunakan untuk menetapkan suhu air dan air limbah dengan termometer
air raksa.
Alat
: a. Termometer
Bahan
Prosedur Kerja :
3. Siapkan alat termometer, dengan membilas alat terlebih dahulu dengan aquades.
4. Keringkan alat termometer tersebut dengan kertas tissue.
5. Lakukan pengujian suhu dengan mencelupkan termometer tersebut kedalam air
sungai.
6. Hasil uji suhu diperoleh yaitu 320C.
7.
20
Metode ini digunakan untuk menentukan residu tersuspensi yang terdapat dalam
contoh uj air dan air limbah secara gravimetri. Metode ini tidak termasuk penentuan bahan
yang mengapung, padatan yang mudah menguap dan dekomposisi garam mineral.
Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu
yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103C
sampai dengan 105C. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika
padatan tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori
saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi
TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.
Bahan :
a) Kertas saring (glass-fiber filter) dengan beberapa jenis:
1) Whatman Grade 934 AH, dengan ukuran pori (Particle Retention) 1,5 m ( Standar for
TSS in water analysis).
2) Gelman type A/E, dengan ukuran pori (Particle Retention) 1,0 m ( Standar filter for
TSS/TDS testing in sanitary water analysis procedures).
3) E-D Scientific Specialities grade 161 (VWR brand grade 161) dengan ukuran pori
(Particle Retention)1,1 m ( Recommended for use in TSS/TDS testing in water and
wastewater).
4) Saringan dengan ukuran pori 0,45 m.
b) Air suling.
Alat :
a) desikator yang berisi silika gel;
b) oven, untuk pengoperasian pada suhu 103C sampai dengan 105C;
c) timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
d) pengaduk magnetik;
e) pipet volum;
f) gelas ukur;
g) cawan aluminium;
h) cawan porselen/cawan Gooch;
i) penjepit;
j) kaca arloji; dan
k) pompa vacum.
Persiapan contoh uji :
1. Pisahkan partikel besar yang mengapung
21
2. Residu yang berlebihan dalam saringan dapat mengering membentuk kerak dan menjebak
air, untuk itu batasi contoh uji agar tidak menghasilkan residu lebih dari 200mg
3. untuk contoh uji yang mengandung padatan terlarut tinggi, bilas residu yang menempel
dalam kertas saring untuk memastikan zat yang terlarut telah benar benar dihilangkan.
4. Hindari melakukan penyaringan yang lebih lama sebab untuk mencegah penyumbatan oleh
zat koloidal yang terperangkap pada saringan.
Persiapan pengujian :
persiapan kertas saring kosong:
1. Letakkan keratas saring pada alat penyaring
2. Bilas kertas saring dengan air suling demineralisasi sebanyak 20 ml berturut-turut sebanyak
3 kali menggunakan alat penyaring (pompa vacum)
3. Ambil kertas saring dan letakkan di cawan porselin
4. Keringkan kertas saring dalam oven pada suhu 103C sampai 105C selama 1 jam
5. Dinginkan dalam desikator sampai suhu ruang
6. Timbang dengan timbangan analitik dan catat hasil penimbangan
7. Bila diperlukan ulangi langkah 4,5,6 sampai memperoleh berat konstan
8. Taruh kertas saring dalam desikator atau pada tempat yang bersih.
Cara uji :
1. Siapkan kertas saring yang telah diketahui beratnya pada alat penyaring
2. Basahi kertas saring dengan air suling demineralisasi
3. Kocok contoh uji sampai homogen. Volume contoh uji yang diambil disesuaikan (maksimal
1000 ml) sehingga berat residu di kertas saring 2,5 mg sampai 200 mg
4. Saring contoh uji, kemudian bilas kertas saring dengan air suling demineralisasi sebanyak
10 ml dan dilakukan sebanyak 3 kali pembilasan. Contoh uji dengan padatan terlarut yang
tinggi memerlukan pembilasan tambahan.
5. Ambil kertas saring dan letakkan di atas cawan porselen.
6. Keringkan kertas saring dalam oven pada suhu 103C sampai 105C selama 1 jam
7. Dinginkan dalam desikator sampai suhu ruang
8. Timbang dengan timbangan analitik dan catat hasil penimbangan
9. Bila diperlukan ulangi langkah 6,7 sampai diperoleh berat konstan
Perhitungan
Hitung kadar padatan tersuspensi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
mg/l padatan tersuspensi = (A-B) x 1000 / V
Keterangan :
22
g. Pelarut lain: petroleum benzene atau n-heksana atau petroleum ether atau dichloro
methane (DMC).
h. Air sungai yang diambil di kawasan Hilir dekat muara sungai bengkulu.
Peralatan
a. Neraca analitik
b. Corong pisah, 2000 ml
c. Labu destilasi, 125 ml
d. Corong gelas
e. Kertas saring, diameter 11 cm
f.
g. Pompa vakum
h. Adapter destilasi dengan drip tip
i.
Penangas air yang dilengkapi pengatur suhu dan dapat diatur suhunya
j.
k. Desikator
l.
Catatan: Semua peralatan gelas yang akan digunakan harus dicuci dengan detergen, lalu
dibilas dengan air, dan terakhir bila perlu dibilas dengan pelarut organik yang
akan digunakan.
Persiapan dan pengawetan contoh uji
Persiapan contoh
a. Masukkan contoh uji sebanyak 500 mL sampai dengan 1000 ml yang mewakili ke
penuh.
Pengawetan contoh uji
a. Awetkan contoh uji dengan mengasamkan contoh uji sampai pH 2 atau lebih kecil
Prosedur
a. Pindahkan contoh uji ke corong pisah. Tentukan volume contoh uji seluruhnya (tandai
botol contoh uji pada meniskus air atau timbang berat contoh uji). Bilas botol contoh
uji dengan 30 ml pelarut organik dan tambahkan pelarut pencuci ke dalam corong
pisah.
b. Kocok dengan kuat selama 2 menit. Biarkan lapisan memisah, keluarkan lapisan air.
c. Keluarkan lapisan pelarut melalui corong yang telah dipasang kertas saring dan 10 g
Na2SO4 anhidrat, yang keduanya telah dicuci dengan pelarut, ke dalam labu bersih
yang telah ditimbang.
d. Jika tidak dapat diperoleh lapisan pelarut yang jernih (tembus pandang), dan terdapat
emulsi lebih dari 5 ml, lakukan sentrifugasi selama 5 menit pada putaran 2400 rpm.
Pindahkan bahan yang disentrifugasi ke corong pisah dan keringkan lapisan pelarut
melalui corong dengan kertas saring dan 10 g Na 2SO4, yang keduanya telah dicuci
sebelumnya, ke dalam labu bersih yang telah ditimbang.
e. Gabungkan lapisan air dan emulsi sisa atau padatan dalam corong pisah. Ekstraksi 2
kali lagi dengan pelarut 30 ml tiap kalinya, sebelumnya cuci dahulu wadah contoh uji
dengan tiap bagian pelarut.
24
Ulangi pada langkah e jika terdapat emulsi dalam tahap ekstraksi berikutnya.
f.
g. Gabungkan ekstrak dalam labu destilasi yang telah ditimbang, termasuk cucian
terakhir dari saringan dan Na2SO4 anhidrat dengan tambahan 10 ml sampai dengan 20
ml pelarut.
h. Destilasi pelarut dalam penangas air pada suhu 850C. Untuk memaksimalkan
i.
Perhitungan
Jumlah minyak-lemak dalam contoh uji:
Keterangan:
A = berat labu + ekstrak (mg)
B = berat labu kosong (mg)
2.4.4 Kecerahan
Kecerahan adalah ukuran transporansi perairan yang ditentukan secara visual dengan
mengunakan secchi disk satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut
adalah satuan meter (Effendi, 2003 dalam kiki, 2011).
Kecerahan merupakan tingkat penetrasi cahaya matahari yang dinyatakan dengan
satuan panjang. Alat yang bias digunakan untuk mengukur tingkat kecerahan air adalah sechi
disk, yaitu berupa pirigan yang diberi warna hitam putih dan dihubungkan dengan tali
pegangan yang mempunyai garis-garis skala. Pada perairan tambak, kecerahan erat
dikaittanya dan berbanding terbalik dengan jumlah fitoplankton didalamnya ( Morindro,
2008).
2.4.5 Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga
dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar
25
danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan
sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari
0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila
konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine.
2.4.6 Rasa
Analisis Rasa dengan metode Organoleptik
Rasa adalah dimana air tersebut sudah melebihi bakumutu yang sudah ditetapkan
maka rasa akan identik dengan rasa tawar.
2.4.7Warna
Analisis Warna dengan metode Spektrofotometri
Bahan
a. Sampel air sungai 10 ml
b. Larutan Blanko, Aquades 10 ml
Peralatan
a. Spektrofotometri
Prosedur Kerja
a. Siapkan sampel air sungai
b. Masukkan sampel air sungai ke dalam kuvet
c. Sebelum kuvet yang berisi larutan blanko dimasukkan ke dalam alat spektrofotometri,
bersihkan kuvet dengan kertas tissue agar diperoleh hasil pembacaan warna yang benar.
d. Catat hasil pembacaan angka pada tampilan dari spektrofotometri.
Metode ini meliputi, cara uji derajat keasaman (Ph) air dan air limbah dengan
mengunakan pH meter.
Bahan
a. Sampel air sungai
Peralatan
a. pH dan kelengkapan alatnya
Persiapan pengujian
a. Lakukan kalibrasi pada alat pH meter dengan larutan penyangga sesuai instruksi kerja
kamar.
Prosedur
b. Keringkan dengan kertas tissue selanjutnya bilas elektroda dengan air suling.
c. Bilas elektroda dengan contoh uji.
d. Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukkan pembacaan
yang tetap.
e. Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.
27
BAB III
METODE ANALISA
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan dari tanggal 12
Januari 2015 sampai dengan 12 Februari 2015, bertempat di Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Kota Bengkulu. Waktu pelaksanaan kegiatan PKL dilakukan sesuai dengan hari kerja efektif
yang berlaku pada instansi yaitu dari hari Senin sampai dengan hari Jumat.
Untuk pengujian analisa kualitas air sungai berdasakan parameter kimia dan fisika
telah dilakukan sebelumnya pada hari Rabu pada tanggal 4 Februari 2015 bertempat di Sungai
Bengkulu.
Analisis dengan metode BOD Track
3.2.1 Analisis BOD5
Kebutuhan oksigen biologis atau lebih dikenal dengan BOD didefinisikan sebagai
banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik
(carboneous demand) dan senyawa nitrogen (nitrogeneous demand). Karena penguraian
bahan organik sukar terurai membutuhkan waktu yang sangat lama, maka waktu inkubasi
hanya dilakukan selama 5 hari (sesuai kesepakatan para ahli kualitas air) untuk bahan organik
yang mudah terurai (Hutagalung dkk. dalam Sukarno, 2009).
PENGUJIAN BOD
SNI 6989.72:2009 / SNI 06-6989.14-2004
A. PERSIAPAN
1. Bakteri (Polyseed)
- 1 kapsul polyseed di larutkan dalam 500 mL akuades
- Larutkan sampai homogen
- Saring hingga diperoleh larutan polyseed jernih
2. Air Pengencer
- Atur suhu ruangan berkisar 202 C
- Siapkan akuades bebas kontaminasi dengan pH netral dan DHL di bawah 2
-
/cm
Aerasi akuades selama 1 jam
Tambahkan larutan Nutrisi A B C D 1 mL masing-masing ke dalam 1 L
akuades
Tambahkan 40 mL larutan Polyseed
28
1 mL Buffer Fospat
1 mL MgSO4
Akuades
1L
1 mL CaCl2
1 mL FeCl3
40 mL Polyseed
Catatan: Larutan air pengencer, harus dibuat langsung saat akan digunakan. (SNI
6989.72:2009 catatan 2 hal 4)
3. Larutan Induk (Glukosa Asam Glutamat)
- Keringkan Glukosa p.a dan Asam Glutamat p.a pada suhu 103 C selama 1
-
jam.
Timbang 0,1500 gram Glukosa dan Asam Glutamat
Kemudian larutkan dengan akuades hingga 1 L
10 mL KH(IO3) 0,0125 N
+2 ML H2SO4 (1:1)
+ 1g KI
Titrasi dengan Larutan Na2S2O3 0,0125 N s.d warna kuning muda
+ 1mL Ind Kanji
Titrasi dilanjutkan s.d warna biru hilang
29
Normalitas Na2S2O3
Keterangan :
A = Vol. Larutan Na2S2O3 yang dibutuhkan untuk titrasi larutan KH(IO3), dinyatakan dalam
mililiter (mL)
B = Vol. Larutan Na2S2O3 yang dibutuhkan untuk titrasi larutan blanko, dinyatakan dalam
mililiter (mL)
PENGUJIAN CONTOH UJI
100 mL contoh uji
+ 0,33 mL Lar Alkali
+ 0,33 mL Lar Manganase
+1 mL H2SO4
Ukur sampel 50 mL
+ 1 mL indikator kanji
30
QUALITY CONTROL
1.
2.
3.
4.
Konsentrasi DO (mg/L)
2.
Kadar Oksigen
x 100 %
3.
4.
% RPD
31
8,5 dengan penambahan NaOH atau H2SO4. Penambahan NaOH atau H2SO4 tidak
boleh dari 5% dari volume sampel.
3. Aerasi air pengencer selama 1 jam
4. Larutan A B C D dibuat seperlunya.
Apabila sudah mengalami perubahan warna, bau dan konsentrasi, diharapkan larutan
dibuat baru dan disimpan dalam botol reagen gelap.
5. Larutan standar (Glukosa Asam Glutamat) disimpan di lemari pendingin dan dapat
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisa
1. Hasil analisa air sungai di Bengkulu
Lokasi
Diambil oleh
Parameter Diperiksa
Koordinat
FISIKA
Temperatur
Residu terlarut
Residu tersuspensi
Kekeruhan
C
mg/L
mg/L
NTU
Hasil Analisa
Limbah cair
(outlet)
S 03o 46 19.9
E 102o 1549.9
Metode Uji
Deviasi 3
1000
50
25 (*)
32
45.8
59
90
SNI 06-6989.23-2005
Gravimetri
SNI 06-6989.3-2004
Turbiditymeter
33
Warna
Rasa
Bau
DHL
Salinitas
Kecerahan
KIMIA ANORGANIK
pH
BOD5
COD
Total Fosfat sbg P
MIKROBIOLOGI
TCU
mS
50 (*)
Tidak Berasa (*)
Tidak Berbau (*)
<3
467
Tidak Berasa
Tidak berbau
0.052
0
0.3
Spektrofotometri
Organoleptik
Organoleptik
SNI 06-6989.1-2004
Salinity
Sechi Disk
mg/L
mg/L
mg/L
6,0 9,0
3
25
0,2
6.54
19.8
31
1.71
SNI 06-6989.11-2004
BOD Track
Spektrofotometri
Spektrofotometri
1000
< 103
5000
< 103
Jml/100
Fecal coliform/Coliform mL
Jml/100
Total Coli
mL
Hari / Tgl Selesai Analisa
Keterangan :
Kondisi
Lapangan
:
:
Baku Mutu
:
Suhu Udara = 270 C, P = 1010 hpa, Cuaca Cerah, lebar sungai rata-rata
32 meter, Ketinggian dari permukaan laut 1 meter.
Peraturan Daerah Provinsi Bengkulu No.6 tentang Penetapan Baku Mutu
Air dan Kelas Air Sungai Lintas Kabupaten/Kota Dalam Provinsi
Bengkulu
(*) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal 3 September 1990 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Bersih
34
4.2 Pembahasan
Berdasarkan analisa kualitas air sungai di lokasi hilir dekat muara sungai bengkulu
hasil analisa disajikan dalam bentuk tabel terdiri dari parameter yang diperiksa, baku mutu,
dan hasil analisa. Pada laporan ini, dilakukan pengukuran berdasarkan parameter fisika yaitu;
Temperatur,TDS,TSS,kekeruhan,warna,rasa,DHL, dan kecerahan Sedangkan parameter kimia
yaitu; pH (derajat keasaman), BOD, dan COD. dari air sungai di lokasi hilir dekat muara
sungai
bengkulu
dan
akan
dilaporkan
hasil
pengukuran
Pada pengamatan ini, parameter yang diperiksa hanya parameter BOD. Tetapi secara
keseluruhan berdasarkan tabel pengamatan ada beberapa parameter yang melebihi ambang
batas yaitu BOD melewati baku mutu yang telah di tetapkan yaitu sebagai berikut :
Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan mahkluk hidup yang berupa ikan tawar dan
ikan-ikan kecil yang hidup disekitar hilir dekat muara sungai Bengkulu tersebut. Pengukuran
pH air laut yaitu 8,18 nilai ini hampir mencapai batasan standar pH air sungai yaitu pada
kisaran 6,54 tetapi masih dapat dikatakan tidak berbahaya bagi kehidupan ikan-ikan kecil di
dalamnya.
Mengacu kepada Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup ditetapkan bahwa
sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah tercapainya keselarasan, keserasian dan
kesimbangan antara manusia dan lingkungan hidup dengan mempertimbangkan generasi kini
dan yang akan datang serta terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
Selanjutnya ditegaskan pula bahwa hak setiap anggota masyarakat atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat yang diikuti dengan kewajiban untuk memelihara dan melestarikan
fungsi lingkungan hidup. Sehingga setiap orang mempunyai peran yang jelas di dalam hak
dan kewajibannya mengelola lingkungan hidup. Dalam peraturan pemerintah ini juga diatur
hak dan kewajiban setiap anggota masyarakat serta setiap pelaku usaha dan/atau kegiatan agar
dalam setiap langkah kegiatannya tetap menjaga dan memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup.
36
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis Temperatur,TDS,TSS,kekeruhan,warna,rasa,DHL, dan kecerahan
serta pH (derajat keasaman), BOD, dan COD. maka dapat disimpulkan bahwa :
1
Ada beberapa parameter yang melewati baku mutu standar yang telah ditetapkan yaitu
untuk TSS melewati baku mutu hasil yang di peroleh sebesar 59 mg/L, kekeruhan
melewati baku mutu hasil yang di peroleh sebesar 90 NTU,warna melewati baku mutu
hasil yang di peroleh sebesar 467TCU,Rasa melewati baku mutu hasil yang di peroleh
bahwa air sungai tersebut berasa,BOD melewati baku mutu hasil yang di peroleh
sebesar 19.8,COD melewati baku mutu hasil yang di peroleh sebesar 31,dan Total
Fosfat melewati baku mutu hasil yang di peroleh sebesar 1.71. Hal ini sangat
berbahaya bagi kesehatan mahkluk hidup disekitar.
Pengukuran BOD air sungai di hilir dekat muara sungai Bengkulu yaitu 19,8 mg/L
Air sungai di kawasan hilir dekat muara sungai bengkulu berdampak bahaya terhadap
lingkungan ikan-ikan tawar kecil disekitarnya dan kesehatan bagi manusia jika air
tersebut dikonsumsi.
5.2 Saran
37
Masyarakat dan pihak industri hendaknya lebih menjaga dan memelihara lingkungan
sekitarnya .
Bagi dinas terkait Dislautkan, BLH dan DPU, perlu melakukan pemantauan kualitas
air Sungai Bengkulu karena berhubungan dengan kelestarian lingkungan muara dan
laut, perlu mensosialisasikan dan menyampaikan informasi kepada masyarakat sekitar
muara Sungai Bengkulu tentang kondisi kualitas air muara Sungai Bengkulu yang
telah melebihi baku mutu yang diperbolehkan.
38