Field
NRP 6811040021
NRP 6811040028
Field
NRP 6811040021
NRP 6811040028
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
KATA PENGANTAR............................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang On the Job Training ...............................................1
1.2.Tujuan On the Job Training ............................................................. 3
1.3.Perumusan Masalah .........................................................................4
1.4.Batasan Masalah Permasalahan ....................................................... 4
BAB V PENUTUP
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat melaksanakan program On The Job Training (OJT).
Program On The Job Training (OJT) ini diselenggarakan pada semester VII
(Tujuh) sebagai salah satu kriteria kelulusan dalam menempuh kurikulum
pendidikan di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS).
Dalam rangka memenuhi persyaratan kurikulum tingkat Diploma IV
Program Studi Teknik Perpipaan Jurusan Teknik Permesinan Kapal maka
kami selaku mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan On The Job Training untuk
menyelesaikan dan
perguruan
membandingkan
antara
ilmu
yang
diperoleh
di
2.
3.
Bapak Pranowo Sidi, ST., MT. Selaku koordinator On The Job Training
PPNS.
4.
5.
Bapak Arianto Kumoro selaku Operating Manager JOB PertaminaPetrochina East Java yang telah memberikan fasilitas selama OJT ( On The
Job Traning )
6.
Bapak
Erwin Lebe
Selaku
HRD
Manager
JOB PERTAMINAvii
8.
Bapak Heri Istianto, Bapak Eko Teguh, Bapak Fazri Apip, dan Bapak Aldo
Aulia. Selaku Project
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan On The Job Training ini masih
kurang sempurna, oleh karena itu sangat diperlukan adanya saran dan kritik yang
sifatnya membangun sangat diperlukan untuk perkembangan lebih baik
kedepannya.
Demikian laporan ini kami susun agar dapat dimanfaatkan untuk hal-hal
yang positif
dan dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Penyusun
juga
Penyusun
viii
BAB I
PENDAHULUAN
ingin berkerja secara efektif dan efisien sehingga perusahaan bisa mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya dan dapat melindungi tenaga kerja dan masyarakat
yang berada di suatu tempat kerja agar selamat dan sehat serta melindungi
sumber produksi (alat, bahan, dsb) agar aman dan dapat digunakan dengan
efisien. Hal ini dilakukan sebagai langkah aplikatif dari pemberian teori yang
diterima di bangku perkuliahan.
Oleh karena itu kerja sama dengan bidang industri perlu ditingkatkan agar
terdapat keseimbangan dalam penyampaian ilmu kepada mahasiswa, yaitu
antara teori yang disampaikan melalui pemberian materi, yang dilakukan secara
rutin di kelas sebagai salah satu metode kegiatan perkuliahan, dengan praktek di
perusahaan sebagai upaya untuk mengaplikasikan teori yang telah didapat secara
langsung di dunia kerja. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan studi
ekskursi, magang, joint research, On The Job Training (OJT) dan lain
sebagainya.
PPNS menetapkan On The Job Training (OJT) sebagai salah satu
kurikulum wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa Program Studi D-4
Teknik Perpipaan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS). Melalui
kegiatan On The Job Training (OJT) di berbagai bidang industri yang sesuai
dengan spesifikasi yang diambil oleh masing-masing mahasiswa diharapkan
bahwa mahasiswa sebagai calon output dari perguruan tinggi dapat lebih
mengenal suasana kerja sebenarnya dalam industri dimana hal tersebut akan
sangat membantu mahasiswa dalam mengatasi kecanggungan ketika nantinya
terjun langsung sebagai pekerja di sebuah perusahaan.
Selain itu kegiatan ini secara khusus bagi mahasiswa D4 Teknik Perpipaan
diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan teknologi perpipaan khususnya aplikasi pipa di bidang chemical dan
proses di bidang oil, gas dan perkapalan. Pemahaman tentang teknologi serta
permasalahan perpipaan di dunia industri akan banyak diharapkan dapat
menunjang pengetahuan secara teoritis yang didapat dari materi perkuliahan,
sehingga mahasiswa dapat menjadi salah satu sumber daya manusia yang siap
menghadapi tantangan era globalisasi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan On The Job Training ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui sistem
yang lebih
implementasi teknologi
5.
6.
Terciptanya suatu hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara dunia
perguruan tinggi dengan dunia kerja sebagai pengguna outputnya.
8.
9.
Membuka kesempatan bagi dunia kerja dalam hal ini industri sebagai user
dari output perguruaan tinggi untuk dapat melihat secara langsung
kemampuan sesungguhnya dari mahasiswa sebagai calon karyawan dimana
hal tersebut diharapkan merupakan bagian dari proses seleksi sehingga
dapat terjadi penyerapan tenaga kerja.
BAB II
DATA UMUM PERUSAHAAN
2.1 Latar Belakang JOB Pertamina-Petrochina East Java
Pada saat ini pemerintah ingin meningkatkan kapasitas produksi
minyak bumi (lifting) hingga 1 juta barrel per hari. Hal ini disebabkan karena
kebutuhan akan minyak bumi yang semakin meningkat. Yang ditandai
dengan banyaknya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) oleh masyarakat
Indonesia.
Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java (JOB P-PEJ)
merupakan salah satu penyumbang produksi minyak sebanyak 40.000
barrel oil per day (BOPD). Dengan produksi gas sebesar 30 MMSCFD.
JOB P-PEJ merupakan salah satu Kontraktor Kontrak Kerja Sama
(K3S). Kontraktor Kontrak Kerja Sama memiliki cakupan ruang lingkup
kerja yang diberikan oleh SKKMIGAS berupa eksplorasi, eksploitasi dan
pemasaran minyak dan gas bumi. Dengan masa kontrak kerja selama 30
tahun.
perubahan
PertaminaSantaFe
menjadi
manajemen
dari
JOB
komposisi
mengelola suatu daerah WKP North West Tuban Block di wilayah Jawa
Timur.
Wilayah kontrak awal adalah 7.391 KM2,wilayah kontrak
kerjasama yang sekarang adalah seluas 1.479 KM2 meliputi kegiatan
seismic di lapangan Mudi yang dimulai pada tahun 1991.Wilayah
operasi
JOB
Pertamina-Petrochina
East
Java
meliputi
enam
2.
3.
4.
Kabupaten Gersik,
5.
Kabupaten Sidoarjo,
6.
Kabupaten Mojokerto.
Gambar 2.1 Peta Lokasi daerah eksplorasi JOB Pertamina-Petrochina East Java
6
2.2.1
kepada
standart
etika
dan
aturan
tentang
kepedulian
seluruh pekerja di lapangan dan menjamin aset yang dimilikinya. Agar setiap
pekerjaan berjalan lancar dan sistematis, maka dibentuklah struktur perusahaan
seperti pada gambar 2.3, yang setiap bagian memiliki tugas dan peran masingmasing.
General Manager sebagai pimpinan tertinggi di perusahaan JOB P-PEJ,
General Manajer ini membawahi beberapa bagian diantaranya Field Manager,
Exploration Maneger, Operation Manager, Finance & Administrasi Manager
Field Manager sebagai pimpinan tertinggi di area Plant membawahi
beberapa divisi, yaitu Field Admin Supt. (FAS), Field Operation Supt. (FOS) dan
Field Health, Safety and Environmental Supt. (FHSE). FAS merupakan bagian yang
terkait dengan kegiatan administratif dan pengembangan sumber daya manusia
dalam lingkup perusahaan maupun di luar lingkup perusahaan sebagai bukti peranan
perusahaan pada masyarakat luas. FOS memiliki tugas untuk menyelenggarakan dan
mengatur kegiatan produksi untuk mencapai target produksi yang sesuai dengan
SOP perusahaan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen, serta melakukan
tidakan preventif berupa pemeliharaan dan perencanaan guna meminimalisir
terjadinya kecelakaan. FHSE merupakan bagian yang bertugas untuk menjaga
keselamatan dan kesehatan seluruh sumber daya manusia dan menangani masalah
lingkungan di kawasan JOB P-PEJ dan sekitarnya. Dengan menerapkan aspek-aspek
kesehatan dan keselamatan kerja, serta manajemen berbasis lingkungan, diharapkan
dapat meminimalisir kecelakaan kerja di lingkungan JOB P-PEJ.
Pada level kedua struktur perusahaan, dibagi lagi menjadi bagian-bagian
yang lebih khusus pada level ketiga. Bagian Field Administration Supt. meliputi
General Admin Superintendent, dan Material Admin Superintendent. General Admin
Supt. bertugas untuk menangani kegiatan administratif perusahaan, mengatur
perekrutan sumber daya manusia, melakukan pengawasan terhadap pengeluaran
biaya, mengadakan program pengembangan masyarakat sekitar perusahaan,
mengatur seluruh pembiayaan kegiatan operasional perusahaan, dan mengatur
kegiatan informasi dan komunikasi di lingkungan perusahaan. Sedangkan bagian
Material Supt. bertugas untuk menangani pengadaan material yang digunakan untuk
proses produksi, mengawasi seluruh fasilitas material produksi, menangani
pemesanan, pembelian dan penyimpanan material produksi agar sesuai dengan
kebutuhan stok yang telah ditetapkan, serta mengatur pendistribusian material dari
penyimpanan ke divisi yang membutuhkan.
Superintendent,
Production
Superintendent,
Engineering
Bagian
Environment
bertugas
menangani
permasalahan
Produksi air
: 28413 BWPD
Produksi gas
: 34,7 MMSCFD
Kadar H2S
: 1,8 %
bulan Juli 1998 dengan total produksi sekitar 24.000 BOPD. Saat ini tekanan
reservoir di lapangan Mudi sudah menurun sehingga tekanan reservoir sudah
tidak dapat untuk mengalirkan fluida dari reservoir sampai ke permukaan.
Oleh sebab itu diperlukan metode artificial lift untuk dapat mengalirkan
fluida dari reservoir sampai ke permukaan. Dengan karakteristik well yang
directional maka digunakan metode artificial lift ESP(Electric Submersible
Pump). Saat ini jumlah produksi oil di lapangan ini sekitar 1.500 BOPD,
produksi gas sebesar 35,57 MCF per month, dan water cut yang ikut
terproduksi berkisar diangka 94%. Oil yang terproduksi dengan karakteristik
GOR = 1000 SCF/STB, API=37 kemudian akan dikirim ke Refinery Unit
melalui FSO. Sedangkan gas yang terproduksi ada yang digunakan untuk
keperluan operasional surface facilities (6 MMSCFD), ada juga yang dijual
ke PT Gasuma Federal Indonesia ( 15 MCFD), dan sisanya dibakar di flare
( 10 MMSCFD). Sedangkan untuk air formasi yang ikut terproduksi akan
diinjeksikan kembali ke aquifer untuk memaintenance tekanan reservoir.
Konversi
MMBTU)
15
16
kemudian
membentur permukaan
2.5.4 Stripper
Equipment ini berfungsi untuk mengurangi kandungan H2S yang masih
terkandung dalam oil dengan cara menangkapnya menggunakan sweet gas
yang dihasilkan oleh SRU. Stripper didalamnya terdapat sekat-sekat (tray)
untuk menyekat gas yang lewat, caranya minyak yang masuk akan terbentur
pada tray ini sehingga kandungan fraksi ringan gas pada minyak akan
terlepas. Minyak dialirkan dari bagian atas stripper sedangkan sweet gas
dialirkan dari sisi bawahnya. Pada saat minyak
membentur tray sehingga gas yang terlarut akan lepas. Gas bersih dialirkan
dari bawah, kemudian berubah menjadi gelembung-gelembung (bubbles)
setelah melewati bubble cups. Gas bebas dari minyak kemudian akan bertemu
dengan gelembung-gelembung sweet gas. Dari adanya kontak tersebut akan
terjadi penyerapan H2S oleh sweet gas.
keluaran dari Scrubber (PV-9650) dari 15 psig ke 70 psig dan dari 70 psig ke
240 psig melalui 2nd stage compression. Gas 240 psig tersebut kemudian akan
dikirim ke SRU untuk diolah menjadi fuel gas engine.
2.5.6 Scrubber
Scrubber merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan kondensat
(fraksi berat) dan gas (fraksi ringan) setelah melalui proses di Vapor
Recovery Unit. Output dari scrubber yang berupa kondensat langsung masuk
ke storage tank. Sedangkan output gas dialirkan ke beberapa bagian yang
berbeda, yaitu langsung dialirkan ke Custody Gas Metering System untuk
dikirim ke PT Gasuma Federal Indonesia, diproses lagi di SRU untuk
menghasilkan bahan bakar dari power plant, dan sisanya dibuang melalui
pembakaran flare. Karena fungsinya memisahkan kondensat maka proses ini
dilakukan beberapa tahap dengan beberapa scrubber yang memiliki kapasitas
yang berbeda-beda sesuai kebutuhan. Semakin sedikit kandungan fraksi
ringan yang berupa gas maka membutuhkan kapasitas scrubber yang makin
besar.
a.
Coalescing Filter
Pertama gas keluaran dari scrubber masuk dulu ke Coalescing Filter
PV 1100 A dan B. Alat ini berfungsi untuk memfilter fraksi ringan kondensat
yang masih terikut sehingga gas yang masuk ke dalam absorber benar-benar
kering.
b.
Absorber
Inti dari proses unit SRU ada didalam absorber dimana terjadi
penyerapan H2S oleh ion Fe3+. Dalam absorber, gas flow dibuat tetap sebesar
5-6 MMSCFD. Dalam pengoperasiannya gas flow tergantung oleh blower
dan solution, apabila blower atau solution ada yang mati maka gas flow akan
otomatis mereset sendiri menjadi 5-6 MMSCFD. Metodenya adalah dengan
cara mensirkulasikan larutan kimia (solution) dengan metode counter current
(aliran balik) antara gas dengan larutan tersebut. Gas yang masuk dari bawah,
sedangkan larutan solution dari atas. Didalam absorber, gas dikontakkan
dengan solution
mengalami reaksi penyerapan dengan ion-ion besi Fe3+ dan gas terus
mengalir keatas keluar dari absorber sebagai sweet gas yang kandungan H2S
nya kurang dari 10 ppm. Setelah terjadi reaksi dengan gas, ion-ion besi dari
Fe3+ menjadi Fe2+, kemudian solution mengalir ke oxidizer untuk
meregenerasi ion besi Fe2+ menjadi Fe3+. Reaksi kimia dalam proses di
absorber adalah:
-
Ionisasi
H2S(aq) H+ + HS-
Regenerasi
1/2O2(gas) + H2O + 2Fe2+ 2OH- + 2 Fe3+
c.
Oxidizer
Di oxidizer terjadi proses cycling ion Fe. Fe3+ yang digunakan untuk
menangkap H2S di absorber berubah menjadi Fe2+. Kemudian melalui
oxidizer inilah Fe2+ diolah kembali untuk menjadi Fe3+. Temperatur di
oxidizer dibuat tetap 128-130 oF sebagai batas untuk pengaktifan heater dan
cooler. Oxidizer sendiri terdapat pengatur temperatur otomatis dimana akan
menurunkan temperatur apabila temperaturnya terlalu tinggi dan akan naik
temperaturnya secara otomatis apabila terlalu rendah. Selain sebagai pemanas
temperatur, heater juga berfungsi sebagai katalis yang dapat mempercepat
oksidasi. Oxidizer juga menjadi tempat dalam penambahan chemical
tambahan, seperti KOH yang berfungsi untuk memantain PH 8,5 dan 9117
selating agent untuk menstabilkan PH. Di oxidizer terdapat cerobong asap
untuk membnuang gas yang tidak terpakai. Jenis oxidizer yang digunakan di
Sulfur Recovery Unit adalah LO-CAT II (Low Catalist). Dalam proses
23
regenerasi akan dihasilkan ion Fe3+ lagi dan akan terus berjalan membentuk
suatu sirkulasi sehingga tidak perlu adanya tambahan ion Fe3+ pada absorber.
d.
e.
Filter press
Filter press merupakan bagian dari unit SRU yang paling akhir
digunakan sebagai tempat untuk menyaring sulfur. Sebagai tempat sulfur
digunakan karung-karung besar sebagai wadah. SRU memiliki output berupa
sweet gas. Selanjutnya untuk membersihkan lagi fraksi berat kondensat yang
kemungkinan masih terbawa maka sweet gas dialirkan ke PV 3600.
Kondensat yang terkumpul kemudian dimasukkan kembali ke oxidizer untuk
dilakukan proses kembali. Sweet gas dari PV 3600 kemudian dialirkan ke
Fuel Gas Conditioning. Sweet gas akhir hasil dari SRU dimanfaatkan untuk
digunakan ke beberapa unit lain yaitu sebagai bahan bakar gas engine, turbin
generator, turbin centaur (untuk sumur), gas blanketing (untuk mengontrol
pressure di tanki), dan sebagai bahan untuk menangkap H2S di stripper.
24
2.5.12 Flare
Flare merupakan unit yang digunakan merelease pressure dalam
bentuk pembakaran gas. Pembakaran gas pada bagian tertentu juga digunakan
sebagai tempat pembuangan sisa gas yang tidak terpakai karena tidak dapat
ditampung dan dimanfaatkan lagi. Flare sendiri terbagi kedalam beberapa
jenis tergantung dengan tekanan
(Enclosure High Temperature Flare), HPF (High Pressure Flare), LPF (Low
Pressure Flare), dan LLPF (Low Low Pressure Flare).
(a)
(b)
Gambar 2.10 (a) LP Flare dan HP Flare, (b) Enclosure High Temperature Flare
minyak dan ke injeksi water untuk air. Namun volume minyak maupun air
yang mengalir tidak selalu sesuai kapasitas flowline atau pompa sehingga
fluida yang diluar kapasitas itu harus ditampung dalam suatu bejana. Di CPA
bejana yang digunakan itulah yang disebut water storage tank maupun oil
storage tank. Oleh karena itu fluida hanya sebatas mengalir melalui tanki,
namun ketika flowline sudah tidak memenuhi kapasitas baru fluida akan
ditampung di tanki. Karena sifatnya yang sementara maka tiap tanki memiliki
kapasitas yang terbatas sehingga harus selalu dipantau fluid level dan harus
selalu diatur tekanan dan rate air atau minyak yang mengalir ke sana.
kegiatan
tanpa
menimbulkan
resiko
yang
dapat
26
Untuk itu JOB P-PEJ menerapkan Aturan Masuk Lokasi yang harus
dipatuhi oleh tamu/mitra usaha yang akan masuk ke lokasi terbatas
(restricted area). Adapun aturan sebagai berikut.
1. Mengisi buku tamu pada security
2. Dilarang membawa korek api
3. Wajib mengikuti briefing safety dan H2S
4. Kendaraan berbahan bakar bensin dilarang masuk
5. Semua tamu dan pekerja wajib memakai APD
6. Wajib membuat ijin kerja sesuai klasifikasi pekerjaan jika akan
melakukan pekerjaan pada daerah terbatas (restricted area)
7. Larangan merokok diseluruh daerah terbatas kecuali daerah yang
telah ditentukan
8. Dilarang memakai dan membawa narkotik di Lingkungan JOB PPEJ
9. Dilarang minum minuman keras serta larangan Pratik perjudian di
lingkuan JOB P-PEJ
10. Menjaga kebersihan selama lingkungan Perusahaan JOB P-PEJ
27
BAB III
DASAR TEORI
3.1 Penjelasan umum mengenai Pipeline
Pipeline atau pipa transportasi adalah suatu instalasi pipa yangg
berfungsi untuk memindahkan suatu komoditi tertentu. Umumnya berupa
cairan dan gas. Akan tetapi terdapat pipa yg menggunakan pneumatik
dan udara terkompresi sehingga dapat juga memindahkan komoditi
padat.gas dan cairan kimia yang stabil juga dapat dikirim melalui pipa.
Oleh karena itu ada pipa limbah, pipa lumpur, & pipa air. Tetapi bisa
dibilang yang paling bernilai adalah Pipeline yg mengangkut minyak
mentah dan produk minyak sulingan termasuk bahan bakar : minyak, gas
alam (natural gas), dan biofuel. Jaringan pipa digunakan sebagai alat
transportasi fluida (liquid atau gas), mixed of liquid, solid dan fluid-solid
mixture. Segmen pipa yang panjang biasanya terhubung dengan pompa,
valve, alat control dan peralatan yang lain selama beroperasi. Beberapa
Negara maju telah menggunakan Pipeline sebagai sarana transportasi
untuk berbagai pengangkutan diantaranya sebagai berikut (Liu, 2005).
1. Menyalurkan air dari treatment plant menuju perumahan atau bangunanbangunan lain.
2. Menyalurkan kotoran dari rumah dan tempat industri menuju tempat
pengolahan limbah.
3. Menyalurkan natural gas ke daerah-daerah yang jaraknya ribuan mil.
4. Menyalurkan crude oil dari sumur menuju kilang minyak
5. Menyalurakan hasil proses crude oil (bensin, solar, oli dll) dari kilang
minyak ke beberapa kota dengan jarak ratusan mil.
Pipeline
Crossing
adalah
suatu
jalur
pipa
yang
diinstal
dikeluarkan. Pipeline Crossing yang tidak bisa dihindari ada 3 jenis yaitu
Rail Crossing, River Crossing dan Road Crossing.
Pipeline River Crossing dibagi menjadi 2 yaitu Pipeline yang
melewati atas sungai (aboveground) dan Pipeline yang melewati bawah
sungai (underground). Dalam pemilhan pemasangan Pipeline tersebut ada
hal-hal yang harus dipertimbangkan untuk memilih jenis River Crossing yang
akan diinstal yaitu masalah aktivitas di sungai tersebut, level air sungai,
ukuran (lebar) sungai, selain itu mempertimbangkan masalah safety lainnya.
Untuk jenis underground instalasi dilakukan dengan metode boring dan untuk
aboveground instalasi dilakukan dengan menggunakan bridge atau pipe rack.
, Namun secara konstruksi ada banyak metode yaitu open cut, auger bore dan
HDD (Horizontal Direct Drilling). Adapun beberapa pertimbangan dalam
memilih metode tersebut antara lain masalah waktu, konstruksi dan biaya
(cost).
Pada pemasangan pipa river Crossing bengawan solo dilakukan
dengan metode open cut, yaitu membendung aliran sungai,, kemudian
dilakukan penginstalan pipa yang mengacu pada Keputusan Menteri
Pertambangan No.300.K Tahun 1997 tentang Keselamatan Kerja Pipa
Penyalur Minyak dan Gas Bumi yang mengatur bahwa untuk pipa dibawah
laut yang diinstal di perairan dengan kedalaman kurang dari 13 meter, harus
dipendam minimal 2 meter dari seabed. Untuk kedalaman lebih dari 13 meter
pipa dapat digelar seperti biasa (laydown).
keamanan
rancangan
saat
sistem
perpipaan
dioperasikan
bagi
(berat fluida dan berat pipa). Pada sistem perpipaan, perancangan pipa
yang dibuat haruslah dirancang mampu menahan beban berat fluid dan
struktur pipa itu sendiri. Sistem perpipaan pada umumnya mendapatkan
beban tekanan internal dari fluida yang mengalir didalamnya. Dari
tekanan internal tersebut akan dilakukan perhitungan tegangan yang
terjadi. Beban tekanan lebih berpengaruh pada tegangan yang terjadi
pada dinding pipa dibandingkan dengan tegangan yang terjadi pada
tumpuan. Hal tersebut diakibatkan karena beban akibat tekanan
dinetralisasi oleh tegangan pada dinding pipa.
Beban ekpansi termal adalah beban yang timbul sebagai akibat
adanya ekpansi termal pada sistem perpipaan. Beban ekpansi termal dapat
dibagi menjadi :
Beban ekpansi termal akibat pembatasan gerak oleh tumpuan saat pipa
mengalami ekpansi.
Beban termal akibat perbedaan tempratur yang besar dan sangat cepat
dalam dinding pipa sehingga mampu menimbulkan tegangan.
Beban operasi adalah beban yang diterima oleh pipa selama
operasi berlangsung, beban yang diterima pipa merupakan kombinasi dari
beban sustain dan beban termal.
Beban occasional adalah beban yang terjadi kadang-kadang
pada sistem perpipaan selama operasi normal. Beban occasional dapat
diartikan pula sebagai beban sistem perpipaan yang terjadi dalam periode
sebagian saja dari total periode operasi sistem perpipaan, Ada beberapa
hal yang dapat menyebabkan timbulnya beban occasional,yaitu :
Salju, terjadi pada sistem perpipaan yang terletak pada bagian bumi
yang mengalami musim salju. Konsentrasi permukaan salju yang
sangat tebal pada bagian tertentu sepanjang pipa akan menimbulkan
pembebanan berat yang berlebih yang harus ditahan oleh pipa.
:
(3.1)
Dimana :
Fax
A
Do
Di
ax
= Tegangan Tekuk
= moment pada ujung-ujung pipa
= momen inersia penampang ,
didapatkan dengan rumus
(3.3)
Dimana :
ri = jari-jari luar pada pipa
ro = jari-jari dalam pada pipa
34
c. Tegangan
longitudinal
tekan
(LP)
adalah
tegangan
yang
(3.4)
Dimana :
Lp
Ai
Am
= Tebal pipa
do
(3.5)
35
Dimana :
Sh
2.
= Tegangan Tangensial
= Tebal pipa
do
(3.7)
Dimana :
R
= Tegangan Radial
Ri
Ro
pada
Dimana :
max
V
= Tegangan geser
= gaya geser
= Torsi (lb/in)
= Panjang (m)
= Gravitasi (m/s2)
(3.10)
38
(3.11)
Dimana :
= Torsi lb/in
(3.12)
Dimana :
J
ci=ri
co=ro
39
Gambar 3.8a Tegangan puntir atau tegangan torsi dengan sudut (dalam radian)
sudah tidak ada pergerakan. Padahal fungsi peletakkan blok angkor untuk
menahan pipa agar tidak terjadi pergerakkan akibat beban termal. Beban
tanah penutup terhadap pipa adalah
(3.13)
Dimana :
Cd
W
B
41
(3.14)
perhitungan
Tegangan
longitudinal
akibat
temperatur
SL = E (T2 T1) - SH
(3.16)
42
(3.17)
Dimana :
SL
SH
T1
T2
E
Ftermal
Apipa
Titik awal dimana tidak ada pergerakan dihitung dari posisi pipa
masuk ke tanah ( L ) adalah:
(3.18)
43
BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH
4.1 Data Pipeline
Pada perancangan instalasi Pipeline riverCrossing terdapat data-data pipa
yang digunakan seperti pada table 4.1 berikut.
ASME B31.8
Outside Diameter
16 inch
Tebal
0.656 mm
600 # ANSI
Fluid Service
Three Phase
specific gravity
38 api
Corrosion Allowance
0.125 inch
Design Temperature
2500F
Design Pressure
740 psi
Joint Efficiency
1 (Seamless)
35,000 psi
(SMYS) API 5L B
Modulus elastisitas pipa
Sand
0.0939 lb/cu.in
0,7 (clay)
860F
44
Bd
H/Bd = 1.3
Cd
= 0.4
= Cd.w.Bd2
= 0.4 x 162.2592 lb/ft3 . ( 30 in )2 . ( 1ft2/144 in2 )
= 405.648/ft
45
Berat fluida
Wfluida = /4 ( D steel - 2t )2 x content
= /4 ( 16 in - 2 x 0.656 in)2 x 162.2592 lb/ft3 x (1 ft2/144 in2 )
= 190.83 lb/ft
Berat total
Wtotal
= Wc + Wfluida + WPipa
= 405.648 lb/ft + 190.83 lb/ft + 107.5 lb/ft
= 703.978 lb/ft
46
F termal = SL x Apipa,
= 27762.17 x 16.81 = 466682.08
Jadi Panjang virtual Angkor untuk pipa 16 in adalah :
L=
47
Bd
H/Bd = 2.67
Cd
= 0.8
= Cd.w.Bd2
= 0.8 x 162.2592 lb/ft3 . ( 30 in )2 . ( 1ft2/144 in2 )
= 811/ft
Berat fluida
Wfluida = /4 ( D steel - 2t )2 x content
= /4 ( 16 in - 2 x 0.656 in)2 x 162.2592 lb/ft3 x (1 ft2/144 in2 )
= 190.83 lb/ft
48
Berat total
Wtotal
= Wc + Wfluida + WPipa
= 811.296lb/ft + 190.83 lb/ft + 107.5 lb/ft
= 1109.624 lb/ft
49
F termal = SL x Apipa,
= 27762.17 x 16.81 = 466682.08
Jadi Panjang virtual Angkor untuk pipa 16 in adalah :
L=
50
Bd
H/Bd = 4
Cd
= 1
= Cd.w.Bd2
= 1 x 162.2592 lb/ft3 . ( 30 in )2 . ( 1ft2/144 in2 )
= 1014.118/ft
Berat fluida
Wfluida = /4 ( D steel - 2t )2 x content
= /4 ( 16 in - 2 x 0.656 in)2 x 162.2592 lb/ft3 x (1 ft2/144 in2 )
= 190.83 lb/ft
51
Berat total
Wtotal
= Wc + Wfluida + WPipa
= 1014.11 lb/ft + 190.83 lb/ft + 107.5 lb/ft
= 1312.44875 lb/ft
F termal = SL x Apipa,
= 27762.17 x 16.81 = 466682.08
53
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan On the Job Training (OJT) yang
dilaksanakan di JOB Pertamina Petrochina East Java, selama 2 bulan
mulai tanggal 1 September 2014 31 Oktober 2014, dapat diambil
kesimpulan :
1. Dengan adanya On The Job Training (OJT) secara tidak langsung
mahasiswa telah mengenalkan kampus Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya (PPNS) pada dunia industry
2. Banyak ilmu pengetahuan dan materi di bangku perkuliahan yang
diterapkan di JOB Pertamina Pertochina East Java, sehingga kita tahu
aplikasi sebenarnya di lapangan
3. Permasalahan yang diambil dari On The Job Training (OJT) adalah
menghitung panjang virtual Angkor Pipeline riverCrossing.
4. Hasil perhitungan yang telah di lakukan sebagai berikut :
Tabel 5.1 data hasil perhitungan panjang virtual angkor
Kedalaman
(m)
(m)
288.68
183.13
154.83
5. Menurut hasil perhitungan yang telah dilakukan pada kedalaman 1,2 dan
3 meter. Pipeline tidak bisa di instal pada kedalama 1 meter dikarenakan
panjang virtual 288,68 m melebihi lebar sungai 210 m. Sedangkan pada
kedalaman 2 dan 3 meter , bisa dilakukan penginstalan Pipeline
dikarenakan panjang Angkor tidak melebihi lebar sungai.
54
5.2 Saran
Berdasarkan kegiatan On The Job Training (OJT) yang telah
dilakukan di JOB Pertamina Petrochina East Java, maka saran yang
dapat diberikan adalah
1. Diharapkan adanya komunikasi antara pihak institusi dengan perusahaan
tempat pelaksanaan OJT, sehingga peserta OJT dapat memaksimalkan
kegiatan ini sesuai dengan bidang keahliannya.
2. Dapat menggunakan software sebagai pembanding dari perhitungan
manual yang telah dilakukan untuk memperoleh hasil yang akurat, dalam
kasus ini dapat menggunakan software Caesar 5. 1.
55
DAFTAR PUSTAKA
ASME. 2007. ASME B31.8 2007 (Revision of ASME 2003), Gas Transmission
and Distribution Piping System. New York : The American Society of
Mechanical Engineers
API. 2000. API 5L 2000 (Forty Second Edition January 2000, Effective Date
July 2000) Specification for Line Pipe. Washington D.C : American
Petroleum Institute.
JOB Pertamina Petrochina East Java. Sukowati CPA Pipeline Project. Tuban
Suududdin, 2012. Pipeline Strees Analysis Pada Onshore Design Jalur Pipa Baru
Dari Central Processing Area (CPA) Ke Palang Station JOB PPEJ
Dengan Pendekatan Caesar II. Jurnal Tugas Akhir Jurusan Teknik
Sistem Perkapalan.
56