PENDAHULUAN
Latar Belakang
Trauma fisik terjadi pada 1 dalam 12 kehamilan dan akibatnya dapat berakibat
serius pada wanita, janin atau keduanya. Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan
penyebab utama terjadinya trauma selama kehamilan, yang diikuti dengan jatuh atau
penyerangan langsung pada abdomen akibat pemukulan pada situasi penganiayaan
fisik. Rata-rata kunjungan ke unit gawat darurat akibat trauma selama kehamilan
berkisar antara 24 dari 1.000 persalinan, trauma abdominal mayor terjadi pada 0,62
dari 1.000 kehamilan.
Tingkat keparahan, frekuensi, dan waktu awitan semua komplikasi ini berkaitan
dengan tipe dan lokasi terjadinya cedera, usia gestasional dan keparahan cedera
tersebut. Trauma selama kehamilan dihubungkan dengan peningkatan resiko
terjadinya abortus spontan, persalinan preterm, solusio plasenta, bayi lahir mati dan
transfusi fetomaternal. Ruptur uterus dan cedera janin secara langsung merupakan
keadaan yang jarang terjadi,tetapi merupakan komplikasi trauma yang mengancam
jiwa.
Trauma abdominal dapat berakibat fatal bagi wanita dan janin terutama dapat
mempengaruhi janin. Pukulan langsung pada abdomen maternal tanpa adanya cedera
terbuka pada maternal, akibat kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau
penyerangan, mungkin tidak berdampak besar bagi wanita tapi memiliki signifikasi
yang sangat besar terhadap kesejahteraan dan kemampuan janin untuk bertahan
hidup.
Ketika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, janin terletak jauh didalam
panggul,dan resiko terjadinya solusio akibat trauma berkurang. Pada usia kehamilan
yang lebih lanjut, janin dan plasenta terletak lebih tinggi mendekati abdomen dan
lebih rentan terhadap efek trauma. Bahkan kekuatan yang sangat kecil sekalipun
pada abdomen cukup mampu merobek pelekatan plasenta menjauhi lapisan desidua
basalis. Efek yang merugikan selalu mungkin terjadi akibat trauma abdomen, tanpa
melihat usia kehamilan. Hal inilah yang melatarbelakangi kami untuk membuat
makalah mengenai trauma selama kehamilan.
1.1
1.1.1
Rumusan Masalah
Apakah trauma kehamilan itu?
1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.1.5
1.1.6
1.1.7
1.1.8
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
Tujuan Masalah
Mengetahui definisi trauma kehamilan
Mengetahui penyebab trauma kehamilan
Mengetahui apa saja yg termasuk trauma kehamilan
Mengetahui tanda gejala trauma kehamilan
Mengetahui patofisiologi trauma kehamilan
Mengetahui pemeriksaan diagnostik untuk trauma kehamilan
Mengetahui dan dapat melakukan penanganan pada kasus trauma kehamilan
Mengetahui dampak terhadap kehamilan dan persalinan
BAB II
TINJAUAN TEORI
Konsep Dasar Trauma Selama Kehamilan
1. Pengertian Trauma Kehamilan
Trauma adalah tekanan yang ditimbu lkan baik oleh benda tajam
maupun benda tumpul yang dapat mencederai janin maupun ibu itu sendiri. Trauma
abdominal dapat berakibat fatal bagi wanita dan janin terutama dapat mempengaruhi
janin. Pukulan langsung pada abdomen maternal tanpa adanya cedera terbuka pada
maternal, akibat kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau penyerangan, mungkin
tidak berdampak besar bagi wanita tapi memiliki signifikasi yang sangat besar
terhadap kesejahteraan dan kemampuan janin untuk bertahan hidup.
2. Klasifikasi Trauma Kehamilan
a. Berdasarkan derajat keparahan
1) Trauma minor
Sebagian besar trauma (rata-rata 75% sampai 85%) yang dialami oleh wanita
hamil merupakan trauma minor. Trauma minor meliputi memar yang terbatas,
laserasi dan kontusio, biasanya akibat jatuh atau pukulan pada abdomen dan kadang
akibat kecelakaan kendaraan bermotor. Bahkan ketika cedera yang terjadi pada ibu
minor, cedera pada plasenta dan janin dapat menyebabkan kematian janin.
Insidensi terjadinya trauma minor meningkat seiring dengan usia kehamilan,
dengan insidensi jatuh sekitar 80% yang terjadi setelah usia kehamilan32 minggu.
Wanita hamil sering jatuh selama trimester kedua akibat pembesaran abdomen yang
mempengaruhi keseimbangan, keletihan, hipotensi, hiperventilasi, dan kekenduran
pada sendi pelvic. Trauma akibat penyerangan (pukulan pada abdomen) sangat
jarang terjadi pada usia kehamilan 36 minggu, kemungkinan terjadi akibat stigma
sosial yang berhubungan dengan pemukulan pada wanita yang benar-benar terlihat
hamil.
2) Trauma mayor
Trauma sedang sampai mayor bisa berupa patah tulang panjang, patah tulang
iga, dan memar, serta laserasi dan benturan yang luas. Sekitar 9% sampai 10% cedera
yang terjadi pada wanita hamil merupakan trauma sedang, sedangkan 2% sampai 3%
merupakan trauma mayor dan kondisi kritis. Wanita yang mengalami trauma mayor
serring kali berada dalam kondisi sakit yang kritis saat mereka dibawa ke unit gawat
darurat di rumah sakit. Kematian maternal biasanya diakibatkan oleh cedera didaerah
kepala dan dada ketimbang trauma abdominal. Penyebab utama terjadinya kematian
janin akibat trauma adalah kematian maternal. Sebagian besar kematian janin pada
wanita yang dapat bertahan hidup adalah akibat solusio plasenta yang disebabkan
oleh syok maternal atau adanya kerusakan plasenta atau uterus.
Persalinan preterm merupakan masalah umum, yang terjadi pada sekitar 20%
wanita hamil yang mengalami trauma sedang sampai mayor. Kontraksi setelah
adanya trauma pada abdomen lazim terjadi, yang disebabkan oleh kontusio uterus
dengan ekstravasasi darah dari kapiler miometrium dan kemudian iritabilitas. Ketika
eksrtavasasi darah diserap kembali maka iritabilitas uterus akan berkurang. Pada
sekitar 90% wanita, kontraksi akan berhenti tanpa pemberian tokolisis, obat-obatan
yang digunakan untuk mencegah terjadinya persalinan preterm. Walaupun demikian,
tokolisis dapat menutupi aktifitas uterus pada keadaan solusio plasenta, yang
menimbulkan peningkatan ancaman terhadap kemampuan janin untuk bertahan
hidup.
Transfusi fetomaternal terjadi pada sekitar 30% cedera abdomen mayor selama
kehamilan, terutama ketika plasenta terletak dibagian depan. Pecah ketuban dan
abnormalitas denyut jantung janin juga dapat terjadi, sering kali bersamaan dengan
persalinan preterm atau solusio plasenta.]
b. Berdasarkan penyebab
1) Luka akibat benda tumpul
2) Trauma toraks
Trauma dada dilaporkan menghasilkan 25% dari seluruh kematian trauma. Hasil
memar paru dari hampir 75% dari trauma toraks tumpul dan merupakan kondisi yang
berpotensi mengancam nyawa. memar paru bisa sulit untuk mengenali, terutama jika
flail chest juga hadir atau jika tidak ada bukti cedera dada. itu harus dicurigai pada
kasus cedera dada, terutama setelah percepatan tumpul atau trauma deselerasi seperti
itu occuring ketika kendaraan bergerak cepat menabrak sebuah obyek bergerak. luka
menembus ke dada dapat menyebabkan pneumotoraks atau hemotoraks. jenis cedera
biasanya disebabkan oleh kecelakaan kendaraan yang mengakibatkan penyulaan oleh
kolom kemudi atau artikel lepas di kendaraan yang menjadi projactile dengan
kekuatan dampak. luka tusukan di dada juga dapat terjadi sebagai akibat kekerasan
3) Luka tembak
Wanita hamil sering masuk di unit gawat darurat setelah mereka mengalami luka
tembak pada abdomen. Ketika terjadi pembesaran uterus selama kehamilan maka
saat itu pula terjadi peningkatan kerentanan terhadap cedera akibat luka tembak.
Sistem otot pada uterus yang semakin membesar relatif lebih padat sehingga
sebagian besar kekuatan dari peluru akan terserap oleh otot. Cedera pada organ tubuh
yang lain relatif jarang terjadi. Kesakitan dan kematian maternal akibat luka tembak
rendah.
4
Selain cedera langsung pada janin, peluru juga dapat melukai tali pusat,
membrane, maupun plasenta. Kematian perinatal yang disebabkan oleh luka tembak
selama kehamilan berkisar antara 47% sampai 70%. Kematian perinatal kemudian
sangat bervariasi dari 41% sampai 71%, jika dibandingkan dengan kematian
maternal, yang berjumlah kurang dari 5% dari semua kasus trauma tembus.
Setelah cedera luka tembak pada uterus yang membesar, nyeri tekan pada
abdomen sering kali terjadi kemudian dibandingkan dengan yang mungkin dialami
pada keadaan tidak hamil. Spasme otot dan kekuatan otot sering kali berkurang atau
bahkan tidak ada. Perubahan tanda-tanda vital mungkin tidak akan terlihat sampai
pengurangan volume darah maternal sebanyak 35% yang berkaitan dengan adanya
hipervolemia normal pada kehamilan. Resiko trauma pada janin dapat sangat berat
karena tubuh ibu akan mempertahankan homeostatis yang merugikan janin dengan
cara mengurangi aliran darah uteroplasenta.
3. Etiologi Trauma Kehamilan
Ada banyak faktor yang menyebabkan trauma pada wanita hamil, terlebih karena
faktor eksternal. Antara lain :
a. KDRT ( Kekerasan Dalam Rumah Tangga )
Saat terjadi pertengkaran atau perselisihan dalam rumah tangga, sering kali ibu
hamil menjadi korban pukulan atau kekerasan yang mempunyai dampak pada
kandungannya. Contoh yang sering terjadi adalah pukulan langsung ke perut maupun
tidak sengaja terjatuh.
b. Kecelakaan kendaraan bermotor
Kecelakaan ini sering member dampak trauma pada kandungan ibu hamil secara
idak sengaja dan hal ini dapat mengakibatkan dampak yang ringan maupun berat.
Dampak ringan dapat berupa memar, laserasi, dan kontusio. Sedangkan dampak yang
lebih berat berupa patah tulang panggul dan patah tulang rusuk.
c. Jatuh
d. Luka tembak
e. Faktor Resiko Trauma Kehamilan
Kehamilan itu sendiri, usia yang lebih muda, penggunaan narkoba, dan
sejarah penyimpangan perilaku kekerasan oleh pasangan intim.
1) Usia kehamilan
2) Budaya
3) Lingkungan yang membahayakan
4) Fasilitas yang kurang memadahi
4.
a.
b.
c.
d.
waktunya.
Bisa saja terjadi syok neurologic ,dan hipovolemic jika perdarahan tersebut tidak
e.
segera ditangani.
Patah tulang/ fraktur, patah pada tulang rusuk, patah tulang panggul.
5.
a.
berpengaruh pada janin. Misalkan pada saat terjatuh atau terpeleset, lalu si ibu
mengalami syok atau setidaknya kaget. Perasaan inlah yang yang dapat berdampak
pula pada janin. Karena kondisi syok dapat mempengaruhi sirkulasi makanan dan
oksigen ke janin yang selnjutnya akan mempengaruhi tumbuh kembang janin.
b.
Trauma mayor
Berupa cedera yang ditimbulkan seperti perdarahan, pecahnya ketuban, atau
terjadinya kontraksi sebelum waktunya. Umumnya trauma langsung membutuhkan
penanganan yang lebih cepat karena dapat membahayakan janin dan ibunya.
6.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
7.
a.
1)
2)
4) Apabila wanita diperiksa dalam posisi supine, ia akan mengalami hipotensi dan
nilai sistoliknya 80 mm Hg. Mengubah posisi wanita ke posisi lateral atau
c.
mengubah posisi janin meningkatkan nilai sistolik sampai lebih dari 100 mg Hg.
Lakukan resusistasi atau menstabilkan kondisi si ibu seoptimal mungkin. Hal
d.
e.
eklamsia.
Jauhkan uterus dari vena cava, supaya tidak terjadi kasus trauma akibat dari luka
tusukan, maka harus dilakukan pemeriksaan radiologi.
kemungkinan tumor ginjal, infeksi saluran kemih, nyeri daerah ginjal dan buli buli,
trauma ginjal, kecurigaan anomaly congenital.
b.
DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage)
DPL ini dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan pada rongga
usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat sangat membantu tetapi DPL ini hanyalah
alat diagnostik. Apabila ada suatu keraguan, lakukan laparotomi. Adapun indikasi
yang digunakan untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut:
1) Nyeri abdomen yang tidak diketahui sebabnya
2) Trauma pada bagian bawah dada
3) Hipotesis, jika hematokrit turun tanpa sebab yang jelas
4) Pasien dengan cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol,
cidera otak)
5) Pasien cedera abdominal dan medulla spinalis (sumsusm tulang belakang)
6) Patah tulang pelvis
c.
dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yangkuat antara suatu kelainan,
yaitu :
1) Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses
2) Perubahan vaskuler: malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
3) Brain constusion
4) Hydrocephalus
5) Inflamasi
d.
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI dilakukan untuk mengevaluasi:
1) Organ dada dan perut termasuk jantung, hati, saluran empedu, ginjal, limpha dan
pankreas serta kelenjar adrenalin.
2) Organ panggul termasuk pada organ reproduksi pada pria (prostat dan testikel)
dan perempuan (rahim, leher rahim, dan ovarium).
3) Pembuluh darah ( MR angiografi )
4) Payudara.
Dokter mengguanakan pemeriksaan untuk membantu diagnosis atau perawatan
untuk memantau kondisi seperti:
1) Tumor dari dada, perut dan panggul.
2) Masalah jantung
3) Sumbatan atau pembesaran pembuluh darah, termasuk aorta,arteri ginjal, dan
arteri di kaki.
4) Penyakit hati seperti sirosis, dan organ organ perut lainnya, termasuk saluran
empedu, kandung kemih, dan saluran pancreas.
5) Kista dan tumor padat pada ginjal dan bagian bagian lain pada saluran kemih.
8
6) Tumor dan kelaianan lain pada organ reproduksi (misalnya pada rahim, ovarium,
testis, prostat)
7) Penyebab nyeri panggul pada wanita, seperti fibroid, endometriosisi, dan
adenomyosis.
8) Uterus kongenital, yang dicurigai abnormallitynomalies. Padawanita yang
menjalani evaluasi untuk infertilitas.
9) Kanker payudara dan implan.
e.
b.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
10
A. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat kehamilan
a. Riwayat kehamilan gravida, jumlah abortus, jumlah anak hidup, prenatal
education secsio secaria, lama persalinan, lahir mati, premature, usia kehamilan
b.
dan BBL.
Riwayat genekologi infeksi,operasi, usia menarche dan siklus mens, seksualitas,
c.
KB.
Riwayat kesehatan, berat badan, golongan darah dan Rh, dalam pengobatan (atas
resep dokter/ tidak), kebiasaan merokok, alkohol,caffeine,obat alergi, resiko
teratogenik selama kehamilan, infeksi medikasi radiografi, toxin dirumah/tempat
d.
e.
f.
bawaan/keturunan.
Riwayat pekerjaan : tipe pekerjaan, paparan tehadap zat berbahaya.
Riwayat ayah bayi : usia, masalah kesehatan, tipe golongan darah, kelainan
g.
2.
Primary survey
Prinsip prinsip tata cara pertolongan terhadap ibu hamil yang mengalami
trauma tidak berbeda dengan wanita tanpa kehamilan. Yakni dengans elalu
mensurvei ABC,
1.
Airway
jalan
nafas
mendahulukan
penyelesaian
2.
jalan nafas
Breathing ( pernafasan ) karena disini letak atau posisi diafragma
3.
4.
kontrol
masalah
adanya
di
problem
11
5.
6.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
B.
1.
2.
3.
4.
C.
Diagnosa keperawatan
Nyeri akut b.d agen cedera
Ansietas b.d bahaya terhadap diri dan janin
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan abnormal akibat perdarahan
Kurang pengetahuan b.d perluasan cedera dan prosedur yang dilakukan
Intervensi Keperawatan
diagnosa
tujuan
intervensi
Nyeri akut b.d agen NOC: Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
cedera
asuhan
keperawatan
1. Kaji
secara
komphrehensif
mampu untuk
tentang
Mengontrol
nyeri
dengan indikator:
1. Mengenal
faktor
karakteristik
factor-
penyebab
12
meliputi:
onset,
nyeri,
lokasi,
dan
durasi,
frekuensi, kualitas,
nyeri
2. Mengenal
intensitas/beratnya
onset
nyeri
3. Melakukan
faktor presipitasi
2. observasi
isyarat-
tindakan
pertolongan
non-
analgetik
4. Menggunakan
khususnya
kepada
untuk
tim
kesehatan
6. Mengontrol nyeri
tidak
pernah
2 = jarang dilakukan
=kadang-kadang
sesuai
dengan
komunikiasi
agar
pasien
dapat
mengekspresikan
nyeri
5. Kaji latar belakang
dilakukan
4 =sering dilakukan
=
secara efektif
3. Berikan analgetik
terapeutik
dilakukan
komunikasi
anjuran
4. Gunakan
Keterangan:
dalam
ketidakmampuan
gejala-gejala
dari
ketidaknyamanan,
analgetik
5. Melaporkan
selalu
dilakukan
pasien
budaya pasien
6. Tentukan dampak
dari ekspresi nyeri
terhadap
Menunjukan
tingkat
kualitas
nyeri
nafsu
makan,
Indikator:
aktifitas
kognisi,
1. Melaporkan nyeri
2. Melaporkan
frekuensi nyeri
3. Melaporkan
lamanya
episode
nyer
4. Mengekspresi
nyeri: wajah
5. Menunjukan posisi
13
mood, relationship,
pekerjaan,
tanggungjawab
peran
7. Kaji
pengalaman
individu
terhadap
nyeri,
keluarga
melindungi tubuh
6. Kegelisahan
7. perubahan
respirasi rate
8. perubahan Heart
8. Evaluasi
tentang
keefektifan
dari
tindakan mengontrol
nyeri
yang
telah
Rate
9. Perubahan tekanan
digunakan
9. Berikan dukungan
Darah
10. Perubahan ukuran
Pupi
11. Perspirasi
12. Kehilangan nafsu
makan
keluarga
10. Berikan
informasi
tentang
nyeri,
seperti:
penyebab,
Keterangan:
tindakan
pencegahan
11. kontrol faktor-faktor
1 : Berat
2 : Agak berat
3 : Sedang
lingkungan
yang
dapat
4 : Sedikit
mempengaruhi
5 : Tidak ada
respon
pasien
terhadap
ketidaknyamanan
(seperti: temperatur
ruangan,
penyinaran, dll)
12. Anjurkan
pasien
untuk
memonitor
sendiri nyeri
13. Ajarkan penggunaan
teknik
non-
farmakologi
(seperti:
relaksasi,
guided
imagery,
terapi
distraksi,
musik,
aplikasi
panas-dingin,
14
massase)
14. Evaluasi keefektifan
dari
tindakan
mengontrol nyeri
15. Modifikasi tindakan
mengontrol
nyeri
berdasarkan respon
pasien
16. Tingkatkan
tidur/istirahat yang
cukup
17. Anjurkan
untuk
pasien
berdiskusi
tentang pengalaman
nyeri secara tepat
18. Beritahu dokter jika
tindakan
tidak
tim
kesehatan
lainnya/anggota
keluarga
saat
tindakan
nonfarmakologi
dilakukan,
untuk
pendekatan
preventif
20. Monitor
kenyamanan pasien
terhadap manajemen
nyeri
Pemberian Analgetik
1. Tentukan lokasi
15
nyeri, karakteristik,
kualitas,dan
keparahan sebelum
pengobatan
2. Berikan obat dengan
prinsip 5 benar
3. Cek riwayat alergi
obat
4. Libatkan pasien
dalam pemilhan
analgetik yang akan
digunakan
5. Pilih analgetik
secara tepat
/kombinasi lebih
dari satu analgetik
jika telah diresepkan
6. Tentukan pilihan
analgetik (narkotik,
non narkotik,
NSAID)
berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
7. Monitor tanda-tanda
vital, sebelum dan
sesuadah pemberian
analgetik
8. Monitor reaksi obat
dan efeksamping
obat
9. Dokumentasikan
respon setelah
pemberian analgetik
dan efek
sampingnya
10. Lakukan tindakantindakan untuk
16
menurunkan efek
analgetik
(konstipasi/iritasi
lambung)
Ansietas
b.d
bahaya Tujuan
dilakukan
tindakan
keperawatan selama
x 24 jam, diharapakan
1. Identifikasi tingkat
kecemasan.
2. Bantu
mengenal
pasien
situasi
yang menimbulkan
indicator :
1. Monitoring
kecemasan.
3. Dorong
intensitas
untuk
kecemasan.
2. Menyingkirkan
mengungkapkan
tanda kecemasan.
3. Mencari informasi
untuk menurunkan
cemas.
4. Melaporkan tidak
adanyamanifestasi
fisik
perasaan, ketakutan,
persepsi.
4. Instruksikan pasien
menggunakan
teknik relaksasi.
5. Berikan obat untuk
dari
kecemasan.
5. Tidak
pasien
mengurangi
kecemasan.
ada
manifestasi
perilaku
6. Kecemasan
7. Menggunakan
teknik
relaksasi
untuk menurunkan
kecemasan.
Kekurangan
volume Setelah
dilakukan PENGURANGAN
keprawtan PERDARAHAN
perdarahan
cairan
volume
24jam,
dapat
1.
Identifikasi etiologi
perdarahan
2.
Monitor
pasien
hasil :
1.
secara ketat
Keseimbangan
Elektrolit
akan
perdarahan
dan
3.
Asam Basa
2. Keseimbangan
(nature)
kehilangan
Cairan
3. Hidrasi
darah
pasien
4.
darah
sebagai indikasi
5.
Monitor
TD
dan
hemodinamik,
jika
paameter
tersedia
(contoh:
kapiler
paru/tekanan
arteri
temporalis)
6.
Monitor
status/keadaan
cairan
termasuk
Kaji
koagulasi,
termasuk
prothrombin
(PT),
time
partial
thomboplastin time
(PTT),
fibrinogen,
degradasi fibrin/split
products,
dan
Kaji kecendrungan
transport oksigen di
18
tingkat
jaringan
misalnya
melalui
(PaO2,
SaO2,
dan
tingkat
Hb
dan
cardiac output)
9.
Instruksikan pasien
dan/atau
kaluaga
terhadap
tanda-
tanda
perdarahan
dan
tindakan
pertama
yang
dibutuhkan
segera
selama
terjadi
perdarahan
(misalnya
mencari
perawat)
10.
Instruksikan pasien
pada aktivitas yang
dibatasi
jika
diperlukan
11.
Instruksikan pasien
dan
keluarga
terhadap keparahan
kehilangan
darah
untuk
dilakukan
12.
Pelihara kepatenan
IV
13.
Berikan
tambahan
darah
(misalnya
19
sesuai
cedera
proses Pembelajaran
dan penyakit
proses
penyakit
1.
Mengenal
nama
2.
penyakit
Deskripsi
proses
3.
penyakit
Deskripsi
faktor
penyebab
atau
1.
patofisiologi
penyakit
dan
bagaimana
cara
dengan
anatomi
meminimalkan
3.
perkembangan
dan
fisiologi tubuh
Deskripsikan tanda
dan gejala umum
penyakit
6. Deskripsi
penyakit
4. Identifikasi
komplikasi
kemingkinan
tanda
penyebab
5. Berikan
informasi
gejala
komplikasi
penyakit
8. Deskripsi
klien
tentang penyakit
2. Jelaskan
kaitannya
dan gejala
5. Deskripsi
dan
tingkat
pengetahuan
faktor pencetus
4. Deskripsi
tanda
penyakit
7. Deskripsi
Kaji
6.
cara
mencegah
tentang
kondisi
klien
Berikan
informasi
tentang
hasil
pemeriksaan
komplikasi
Skala :
7.
diagnostik
Diskusikan tentang
8.
pilihan terapi
Instruksikan
1 : tidak ada
2 : sedikit
klien
3 : sedang
untuk
melaporkan
4 : luas
tanda
dan
5 : lengkap
kepada petugas
Pengetahuan : prosedur 2.
perawatan
Pembelajaran
prosedur/perawatan
20
gejala
1.
Deskripsi prosedur
1.
perawatan
2. Penjelasan tujuan
perawata
3. Deskripsi langkah4.
2.
prosedur/perawatan\
3. Kaji
pengalaman
klien
dan
tingkat
pengetahuan
tentang
perawatan
4.
1 : tidak ada
waktu
pelaksanaan
dengan prosedur
Deskripsi alat-alat
Skala :
prosedur/perawatan
Informasikan klien
lama
sehubungan
5.
klien
waktu pelaksanaan
langkah prosedur
Deskripsi adanya
pembatasan
Informasikan
klien
prosedur
2 : sedikit
prosedur/perawatan
5. Instruksikan
klien
3 : sedang
untuk berpartisipasi
4 : luas
selama
5 : lengkap
prosedur/perawatan
6. Jelaskan
hal-hal
yang
dilakukan
perlu
setelah
prosedur/perawatan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trauma adalah tekanan yang ditimbu lkan baik oleh benda tajam
maupun benda tumpul yang dapat mencederai janin maupun ibu itu sendiri. Trauma
21
abdominal dapat berakibat fatal bagi wanita dan janin terutama dapat mempengaruhi
janin. Pukulan langsung pada abdomen maternal tanpa adanya cedera terbuka pada
maternal, akibat kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau penyerangan, mungkin
tidak berdampak besar bagi wanita tapi memiliki signifikasi yang sangat besar
terhadap kesejahteraan dan kemampuan janin untuk bertahan hidup
Penyebab dari trauma dapat dibagi menjadi 2 yaitu karena faktor internal dan
faktor eksternal.Tanda gejala yang ditimbulkan dapat berupa nyeri,perdarahan,luka
langsung pada janin,memar,ketuban pecah dini,dll.
4.2 Saran
Sebagai perawat harusnya kita mengetahui penanganan pertama pada pasienpasien yang mengalami kegawat daruratan dalam semua sistem.Selain itu perawat
harus mampu memahami tanda gejala dari tiap keadaan yang mengancam nyawa
seseorang.
Keluarga sebaiknya mampu memberi motivasi pada pasien dalam keadaan yang
mungkin membuat psikis pasien menjadi terpuruk,keluarga juga harus selalu
mendampingi pasien karena keluarga adalah orang terdekat dari pasien dan mampu
menenangkan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak,dkk. 2005. Buku Ajar ( Keperawatan Maternitas Edisi 4 ). EGC : Jakarta.
Prawirohardjo,S. 2009. Ilmu kebidanan. Yogyakarta YBPSP
Varney, Helen 2007. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC Boyle.M.2005.Kedaruratan
Dalam Persalinan.Jakarta: EGC
22