Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Sindrom nefrotik merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai
pada anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari
proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperkholesterolemia dan sembab. 1
Sindroma nefrotik dibagi menjadi sindroma nefrotik primer dan sekunder.
Sindroma nefrotik primer terjadi akibat kelainan pada glomerulus itu sendiri tanpa
ada penyebab lain, termasuk didalamnya sindroma nefrotik idiopatik, sedangkan
sindroma nefrotik sekunder terjadi akibat suatu penyakit sistemik atau efek
samping obat. 1,2
Kebanyakan anak dengan sindrom nefrotik, 90% merupakan sindrom
nefrotik idiopatik. Penyebabnya meliputi minimal change disease (85%),
mesangial proliferation (5%), and fokal segmental glomerulosclerosis (10%).
Berbagai subkategori sindroma nefrotik primer didasarkan pada deskripsi
histopatologik. Sekitar 10% anak merupakan sindroma nefrotik sekunder yang
berhubungan dengan penyakit sistemik. 1,2
Sindroma nefrotik pada anak terjadi pada usia prasekolah dengan insiden
puncak antara 2 3 tahun, tetapi dapat pula muncul pada usia berapapun. Insiden
lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 2:1. Sekitar
85% diantaranya menderita sindroma nefrotik kelainan minimal (SNKM).
Sedangkan pada orang dewasa paling banyak menderita tipe nefropati
membranosa (30-50%), dengan usia rata-rata 30-50 tahun dan perbandingan lakilaki dan perempuan 2:1. Kejadian SN idiopatik 2-3 kasus dalam 100.000 anak per
tahun sedangkan pada dewasa 3 dalam 1000.000 per tahun. Di Indonesia
dilaporkan kejadian sindroma nefrotik 6 per 100.000 per tahun, dengan
perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1. 1,3
Pasien dengan minimal change disease kebanyakan menunjukan respon
pada
pengobatan
kortikosteroid.
Disamping
untuk
menginduksi
remisi,
1. Identitas Pasien
Nama
No. RM
Tanggal lahir/Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Bangsa/suku
BB/TB
Tanggal MRS
Tanggal KRS
Ruang Perawatan
Orang Tua
: An. SI
: 058155
: 9 Oktober 2009 / 4,8 tahun
: Laki-laki
: Islam
: Kebun cengkeh/SBT
: Indonesia
: 14 kg/93 cm
: 5 Juni 2014
: 15 Juni 2014
: Bangsal Anak Nusaina, Ruang B
: (Ayah: Tn. I dan Ibu: Ny. W)
2. Status Umum
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis terhadap ibu dan ayah pasien
pada tanggal 7 Juni 2014 saat pasien dirawat di Ruang Kanak-Kanak
(RKK).
a. Keluhan Utama :
Panas
b. Keluhan Tambahan :
Batuk pilek, sakit kepala dan belum BAB sejak 4 hari sebelum masuk
RS.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
:
Pasien masuk RS dengan keluhan panas tinggi yang dialami 1 minggu
sebelum masuk RS. Panas yang dialami naik turun, panas naik terutama
pada sore dan malam hari. 10 hari sebelum masuk RS pasien mengalami
batuk dan pilek, batuk yang dialami tanpa lendir. 8 hari sebelum masuk
RS panas timbul dan naik pada sore dan malam hari. Kemudian pasien
dibawa ke puskesmas dan diberi pengobatan tetapi keluhan batuk pilek
2
Thypoid : Difteri : -
TBC
:Hepatitis : -
Duduk
: 9 bulan
Jalan sendiri : 1,2 tahun
BB
PB
: 14 kg
: 93 cm
L. Kepala
: 51 cm
L. Lengan Atas : 13 cm
L. Dada
L. Perut
: 56 cm
: 55 cm
Jumlah
1x
3x
4x
3x
1x
Belum Pernah
Hib
PVC
Influenza
MMR
Tifoid
Hep. A
Varisela
HPV
Lain-lain
Lengkap
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Tidak Tahu
Gizi
: Gizi Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS : E4M6V5
Tekanan Darah
: 100/80 mmHg
Nadi : 130 x/menit
Pernapasan
: 36 x/menit
Suhu : 38,20C
Kepala
: Normocephal
Rambut
: Hitam, terdistribusi normal, tidak mudah tercabut.
Ubun-ubun besar
: Tertutup
L. Kepala
: 51 cm
Wajah
: Pucat (+) Ikterus : (-) Edema : (+) periorbital, sembab
Mata
: Ca +/+, Si +/+
Tenggorokan : Hiperemis (-)
Hidung
: Rhinorea -/Leher : Pembesaran KGB (-)
Bibir
: Sianosis (-)
Telinga
: Othorea (-)
Gigi
: Intak
Tonsil
: T1/T1
Caries
: (-)
Kel. Limfe : Pembesaran (-)
4
b. Neurologi
Refleks pupil : +/+
N. Kranialis : Dalam batas normal
c. Kardiovaskular
Bentuk dada : Normochest
Lingkar dada : 56 cm
Batas kiri
: Linea midclavicularis kiri
Irama : BJ I/II reguler
Batas kanan : Linea parasternalis kanan Ictus cordis : Tidak terlihat
Batas atas
: ICS III sinistra
Thrill : (-) Shouffle
: (-)
d. Respirologi
Inspeksi
: Pergerakan napas simetris kiri dan kanan
Palpasi
: VF +/+, Nyeri tekan (-)
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
: Buyi pernapasan dasar Vesikuler +/+
Bunyi tambahan Rh +/+ Wh -/e. Gastrointestinal
Inspeksi
: Cembung, Distensi, Asites
Auskultasi
: Peristaltik (+) normal
Palpasi
: Nyeri Tekan (-)
Lien
: Tidak teraba
Konsistensi : (-)
Hepar : Teraba 2 jari dibawah arcus costa
Konsistensi : Padat
Permukaan: Rata
Perkusi
: Timpani
Permukaan: (-)
Tepi
: Rata
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan Darah Rutin (4 Juni 2014) di Prodia
HEMATOLOGI
HASIL
NILAI RUJUKAN
UNIT
WBC
9.56
5.5 15.5
[103/mm3]
PRC
3.96
3.7 5.7
[106/mm3]
HGB
10.1
10.7 14.7
[g/dL]
HCT
27.1
31.0 - 43.0
[%]
PLT
12*
217 497
[103/mm3]
LED
13
0 15
[mm/jam]
MCV
68.4
72 88
[fL]
MCH
25.5
23 31
[pg]
MCHC
37.3
32 36
[pg]
Neutrofl
37.6*
50 70
[%]
Limfosit
22.2*
25 40
[%]
Monosit
40.3
28
[%]
Eosinofil
0.4
24
[%]
Basofil
0.5
01
[%]
GOLDA
O
Kesan : neutropenia, monositosis, dan trombositopenia.
2) Pemeriksaan Imuno Serologi Widal di Prodia (4 Juni 2014)
Nama pemeriksaan
Widal S. typhi O
Widal S. par. A-O
Widal S. par. B-O
Widal S. par. C-O
Widal S. typhi H
Widal S. par. A-H
Widal S. par. B-H
Widal S. par. C-H
Kesan : ditemukan
Hasil
Nilai rujukan
1/40
Titer < 1/160 atau kenaikan titer <4x
1/40
Titer < 1/160 atau kenaikan titer <4x
1/40
Titer < 1/160 atau kenaikan titer <4x
1/40
Titer < 1/160 atau kenaikan titer <4x
1/40
Titer < 1/160 atau kenaikan titer <4x
Negatif
Titer < 1/160 atau kenaikan titer <4x
Negatif
Titer < 1/160 atau kenaikan titer <4x
1/40
Titer < 1/160 atau kenaikan titer <4x
Plasmodium flacifarum dan Plasmodium vivax
7. Resume Pasien
Pasien anak (laki-laki, usia 4,7 tahun, BB 14 Kg) masuk RS dengan keluhan
panas tinggi yang dialami 1 minggu sebelum masuk RS. Panas yang
dialami naik turun, panas naik terutama pada sore dan malam hari. 10 hari
sebelum masuk RS pasien mengalami batuk dan pilek, batuk yang dialami
tanpa lendir. 8 hari sebelum masuk RS panas timbul dan naik pada sore dan
malam hari. Kemudian pasien dibawa ke puskesmas dan diberi pengobatan
tetapi keluhan batuk pilek dan panasnya tidak berkurang. 4 hari sebelum
masuk RS pasien juga sempat dibawa ke tempat praktek dr. spesialis anak
dan diberi pengobatan, kemudian keluhan batuk pasien berkurang tetapi
panasnya masih menetap. 2 hari sebelum masuk RS panas tinggi dari pagi
hingga malam dan pasien terlihat pucat sehingga pasien dibawa ke RS.
Keluhan juga disertai sakit kepala dan belum BAB sejak 4 hari sebelum
masuk RS. Pada pemeriksaan laboratorium pada tanggal 4 juni 2014 di
Prodia ditemukan neutropenia, monositosis, trombositopenia, ditemukan
plasmodium flacifarum dan plasmodium vivax stadium tropozoit dan hasil
pemeriksaan trombosit secara manual = 8000/uL. Serta dilakukan
pemeriksaan rumple leed hasilnya negatif.
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 130 x/menit
Pernapasan
: 36 x/menit
Suhu : 38,20C
Wajah
: Pucat (+)
Edema : (+) periorbital, sembab
+
+
Mata
: Ca /+, Si /+
Paru: Rh +/+
Abdomen
: Cembung, Distensi, asites
Hepar : Teraba 2 jari dibawah arcus costa
8. Diagnosis Kerja
Mix Malaria (Malaria Biliosa) + Bronkopneumoni Ringan
9. Diagnosis Banding
Bronkitis akut
TB Paru
Suspek Demam Dengue
GNA
10. Anjuran pemeriksaan
Pemeriksaan faal hari (bilirubin total dan direk, SGOT/SGPT)
Pemeriksaan darah rutin serial tiap 6 8 jam
Uji tuberculin
Pemeriksaan urin rutin
11. Terapi
Pasien diberikan terapi sebagai berikut :
- IVFD Ringer Asering 16 tpm
- Drip kina 140 mg dalam 100cc D5% tiap 8 jam
- Ibuprofen syrup 3 x 1 cth
- Psidii syrup 1 x 1 cth
- Domperidon syrup 3 x 1 cth (kalau perlu)
- Ranitidin 2 x ampul
- Primakuin hari 1 : 1 x 10,5 mg, hari 2-14 : 1 x 3,5 g
12. Follow-Up
Tanggal/
Jam
6/6/2014
R/
- IVFD RL 16 tpm
- Drip kina 140 mg
dalam 100 cc D5%
/8 jam
- Ibuprofen syrup
3x1 cth
- Psidii syrup 1x1
cth
- Domperidone
syrup 3x1 cth
(kalau perlu)
- Primakuin hari 1 :
1 x 10,5 mg, hari
2-15 : 1 x 3,5 g
- Darah rutin ulang
- Urin rutin
- Demam
:0
- Gizi
:0
- Pembesaran KGB
:0
- Pembengkakan sendi : 0
- Foto thorax
: 0, total 1
A: Mix Malaria (Malaria Biliosa) +
Bronkopneumoni Ringan
DD: Bronkitis akut, DBD, GNA
NILAI
10.2
163
11.6
Negatif
SATUAN
g/dL
103/l
[103/mm3]
KISARAN NORMAL
11,5-17,0
150-500
4-11
Hasil
Kuning muda
1,005
4,6
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
5-6
11-14
(+)
(+)
Kisaran normal
1,003
7,0
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
0-2/LPB
0-5/LPB
(-)
(-)
7/6/2014
8/6/2014
R/
- IVFD RL 16 tpm
- Ibuprofen syrup 3x1 cth
(kalo perlu)
- Psidii syrup 1x1 cth
stop
- Domperidone syrup 3x1
cth (kalau perlu)
- Cefixim 2x75 mg oral
- Urin tampung 24 jam
- Kultur urin
- Periksa ureum,
kreatinin, protein
albumin, globulin dan
kolestrol
R/
- IVFD RL 16 tpm
- Ibuprofen syrup 3x1 cth
(kalo perlu)
- Domperidone syrup 3x1
cth (kalau perlu)
- Cefixim 2x75 mg
- Urin tamping
- Kultur urin
- Periksa ureum,
kreatinin, protein
albumin, globulin dan
kolestrol
10
9/6/2014
10/6/2014
R/
-
R/
-
IVFD RL 8 tpm
Restriksi cairan
Inj cefotaxim 3x250 mg
Inj furosemide 2x15 mg
Kultur urin
Periksa ureum,
kreatinin, protein
albumin, globulin dan
kolestrol
Ukur TD tiap 4 jam
Tampung urin tiap
BAK/24 jam
Ukur lingkar perut tiap
pagi sebelum makan
Diet rendah garam dan
tinggi protein (lapor
petugas gizi)
IVFD RL 8 tpm
Restriksi cairan
Microlax sup
Inj cefotaxim 3x250 mg
Inj furosemide 2x15 mg
Diet rendah garam,
tinggi protein 1-2
mg/kgBB
11
11/6/2014
R/
-
IVFD RL 8 tpm
Inj cefotaxim 3x250 mg
Inj furosemide 2x15 mg
Diet rendah garam,
tinggi protein 1-2
mg/kgBB
Kina Sulfat 1 x 130 mg
oral
Primakuin 1x3,25 mg
bila kencing merah
STOP
Periksa darah rutin
Rencana transfuse PRC
bila Hb <6 g/dl (target
9-10)
Elkana 1x1 cth
12
12/6/2014
13/6/2014
14//6/204
LED : 18,8%
S: demam (+), batuk (-), pilek (-),
sesak (-), muntah (-), wajah sembab
kurang, edema kelopak mata (+)
berkurang,
edema
tungkai
(+)
berkurang, makan dan minum baik,
BAK kuning muda, BAB baik
O: N : 128 x/m
P : 36 x/menit
S : 37,90C
TD : 90/60 mmHg
BB : 13 kg
LP : 45 cm
Mata : anemis +/+, Ikterus +/+,
Paru : BND Ves +/+ Rh -/-, Wh -/Jantung : BJ I/II murni regular.
Abdomen : peristaltik (+), distensi,
asites, hepar teraba 2 jari dibawah
arcus costa
Ekstremitas : edema (+) kedua tungkai
berkurang
A: Suspek GNA + Malaria Tertiana
DD: Sindroma nefrotik
S: demam (-), batuk (-), pilek (-), sesak
(-), muntah (-), edema (-), makan dan
minum baik, BAK kuning muda, BAB
sedikit-sedikit.
O: N : 118 x/m
P : 32 x/menit
S : 36,80C
TD : 90/70 mmHg
BB : 13 kg
LP : 44 cm
Mata : anemis +/+, Ikterus -/-,
Paru : BND Ves +/+ Rh -/-, Wh -/Jantung : BJ I/II murni regular.
Abdomen : peristaltik (+), distensi (-)
asites (-), hepar teraba 2 jari dibawah
arcus costa
Ekstremitas : edema (-)
A: Suspek GNA + Malaria Tertiana
DD: Sindroma nefrotik
S: demam (-), batuk (-), pilek (-), sesak
(-), muntah (-), edema (-), makan dan
R/
-
IVFD RL 8 tpm
Inj cefotaxim 3x250 mg
Inj furosemide 2x15 mg
Diet rendah garam,
tinggi protein 1-2
mg/kgBB
Kina 1 x 130 mg
Primakuin 1x3,25 mg
bila kencing merah
STOP
Rencana transfuse PRC
200 cc bila Hb <6 g/dl
(target 9-10)
Elkana 1x1 cth
R/
- IVFD RL 8 tpm
- Inj cefotaxim 3x250 mg
- Diet rendah garam,
tinggi protein 1-2
mg/kgBB
- Kina 1 x 130 mg
- Primakuin 1x 3,25 mg
- Rencana transfuse PRC
200 cc bila Hb <6 g/dl
(target 9-10)
- Elkana 1x1 cth
R/
- IVFD RL 8 tpm
13
15/6/2014
16/6/2014
R/
-
Microlax sup
Inj cefotaxim 3x250 mg
Diet rendah garam,
tinggi protein 1-2
mg/kgBB
Kina 1 x 130 mg
Primakuin 1x 3,25 mg
Elkana 1x1 cth
Periksa Hb post
IVFD RL 8 tpm
Microlax 14sup
Inj cefotaxim 3x250 mg
Diet rendah garam,
tinggi protein 12mg/kgBB
Kina 1 x 130 mg
Primakuin 1 x 3,25 mg
Elkana 1x1 cth
Prednison 2-2-1 (selama
4 minggu)
14
baik.
O: N : 110 x/m
P : 36 x/menit
S : 36,60C
TD : 100/70 mmHg
BB : 12,5 kg
LP : 44 cm
Mata : anemis -/-, Ikterus -/-,
Paru : BND Ves +/+ Rh -/-, Wh -/Jantung : BJ I/II murni regular.
Abdomen : peristaltik (+), distensi (-)
Ekstremitas : edema (-), asites (-)
A: Sindroma nefrotik + Malaria
tertiana
Satuan
Hasil
Ditemukan bakteri
Shigella
R
S
R
R
R
R
S
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
Angka Normal
Metode
Resisten (R)
Intermediet (I)
Sensitive (S)
15
Cefotaxim
Fosfomycin
Ciprofloxasin
Vankomisin
R
S
R
R
R
BAB III
DISKUSI
Pada kasus ini pasien didiagnosis mix malaria (malaria biliosa) dan
bronkopneumonia ringan karena berdasarkan anamnesis ditemukan panas tinggi
1 minggu SMRS, panas naik turun, panas terutama pada sore dan malam hari.
10 hari SMRS pasien batuk dan pilek, batuk tanpa lendir. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan wajah pucat. Mata konjungtiva anemis dan sclera ikterik. Paru terdapat
ronki. Abdomen hepar teraba 2 jari dibawah arcus costa. Pemeriksaan darah rutin
(4 juni 2014 di Prodia) ditemukan plasmodium flacifarum dan plasmodium vivax
stadium tropozoit. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa malaria disertai
ikterus disebut malaria biliosa yang merupakan komplikasi malaria berat yang
terjadi akibat infeksi plasmodium palsifarum yang sering disebut pernicious
manifestation. Hal ini juga didukung dengan hasil DDR ditemukan plasmodium
palcifarum dan plasmodium vivax sehingga pasien juga didiagnosis mix malaria.
Pada kasus ini pasien didiagnosis banding dengan DBD karena pada
anamnesis ditemukan panas tinggi dari pagi hingga malam 2 hari SMRS. Pada
pemeriksaan laboratorium (4 juni 2014 di Prodia) ditemukan trombositopenia
(PLT 12.000) dan hasil pemeriksaan trombosit secara manual 8000/uL. Namun,
16
dilakukan pemeriksaan rumple leed hasilnya negative dan tidak ada manifestasi
perdarahan spontan.
Pasien juga didiagnosis banding dengan glomerulonephritis akut karena
pada anamnesis ditemukan riwayat batuk pilek sejak 10 hari SMRS, pada
pemeriksaan fisik ditemukan wajah sembab, edema periorbital, asites, dan edema
kedua tungkai. Kemudian pada pemeriksaan urin ditemukan eritrosit dan protein
dalam urin. Namun pasien tidak hipertensi, dan BAK masih normal.
Penatalaksanaan pada kasus ini sudah sesuai, dimana pasien diberikan IVFD
Ringer Asering 16 tpm sesuai kebutuhan berdasarkan darrow, Kina drip 140 mg
dalam 100cc D5% tiap 8 jam untuk malaria berat., primaquin diberikan hari
pertama untuk dosis malaria falsifarum dan dilanjutkan hari kedua sampai 14 hari
dengan dosis malaria vivax. Pemberian Ibuprofen untuk menurunkan panas pasien
dengan dosis seusai kebutuhan pasien, Psidii yang merupakan ekstrak daun jambu
biji (Psidium Guajava Linn) yang mengandung kelompok senyawa tanin dan
flavonoid sebagai quersetin dalam ekstrak daun jambu biji yang berfungsi dalam
menghambat aktivitas enzim reverse trancriptase sehingga dapat menghambat
pertumbuhan virus dengue. Ekstrak daun jambu biji juga dapat meningkatkan
jumlah megakariosit dalam sumsum tulang sehingga dapat meningkatkan jumlah
trombosit dalam darah. Pemberian psidii karena berdasarkan hasil laboratorium di
prodia ditemukan trombositopenia yang dicurigai akibat demam dengue.
Pemberian domperidon syrup hanya jika nantinya pasien muntah dan ranitidin
injeksi untuk mencegah nyeri perut akibat efek samping dari pemberian obat
malaria. Pasien tidak diberikan terapi untuk bronkopneumoni ringan yang
diderita. Seharusnya pasien diberikan ambroxol syrup 3x1 cth dan antibotik
amoxicillin syrup 3x1 cth.
Setelah 1 hari perawatan di RS, pasien mengeluh BAK sedikit-sedikit dan
dilakukan pemeriksaan darah rutin ulang hasilanya DDR negatif, tombosit
normal, dan urin rutin yang hasilnya berat jenis meningkat dan adanya protein,
eritrosit dan lekosit dalam urin sehingga diagnosis menjadi bronkopneumoni
ringan dan infeksi saluran kemih karena memenuhi 2 kriteria diagnosis ISK
berupa polakisuria dan leukosit >6/LPB pada urinalisis. Terapi yang diberikan
sudah tepat berupa pemberian antibiotik cefixim sesuai dosis yang dibutuhkan
17
untuk mengobati infeksi saluran kemih, serta pemberian psidii dan obat malaria
dihentikan karena hasil pemeriksaan DDR negatif dan trombosit normal.
Sedangkan terapi yang lain dilanjtkan.
Setelah 5 hari perawatan di RS, tanda dan gejala edema anasarka pasien
tidak berkurang dan BAK pasien kurang hanya 0,8 ml/jam dalam 24 jam
serta berwarna merah teh, dan gejala batuk pilek pasien sembuh sehingga
diagnosis pasien saat ini suspek glomerulonefritis akut karena memenuhi
sebagian kriteria diagnosis untuk glomeruloneritis akut berupa riwayat ISPA
sebelumnya, hematuria gross, wajah sembab sampai edema anasarka,
oligouri, serta proteinuria. Namun pasien tidak hipertensi. Terapi yang
diberikan pada pasien berupa restriksi cairan sehingga kebutuhan cairan dikurangi
menjadi 8 tpm untuk tidak memperberat edema yang dialami pasien, serta injeksi
furosemide dengan dosis sesuai kebutuhan pasien untuk menurunkan edema, dan
Diet rendah garam dan protein 1-2 gram/kgBB/hari sudah tepat. Namun
pemberian antibiotik cefixim tidak tepat, karena pada GNA antibiotik yang
diberikan adalah penisilin atau eritromisin.
Setelah 7 hari perawatan di RS, BAK pasien kembali normal, banyak dan
warna kuning jernih. Serta hasil pemeriksaan darah rutin menunjukan DDR
vivax (+) stadium tropozoid, Ureum/creatinin 13/0,5 Bilirubin total 2,3
SGOT/SGPT 144/113 Protein 6,0 Albumin 2,3 Hb : 5,7 WBC : 15.600 LED :
18,8% sehingga diagnosis pasien saat ini suspek GNA dan malaria tertiana.
Terapi yang diberikan pada pasien berupa pemberian kina sulfat oral dan
primaquin sesuai dosis yang dibutuhkan pasien sudah tepat untuk pengobatan
malaria. Pasien direncanakan untuk transfusi PRC 200 cc utuk mengatasi anemia
sudah tepat. Pemberian elkana hanya sebagai vitamin.
Sehari sebelum pulang, dilakukan pemeriksaan kolestrol total hasilnya 213
sehingga diagnosis pasien saat ini sindroma nefrotik dan malaria tertiana.
Terapi yang diberikan pada pasien ditambahkan prednison 2-2-1 (selama 4
minggu) dosis sudah sesuai kebutuhan pasien sudah tepat. Pengobatan yang lain
dilanjutkan. Pada saat pulang setelah terapi cairan dihentikan, injeksi cefotaxim
dihentikan sehingga antibiotik pada pasien diganti dengan eritromisin dosis sudah
18
sesuai kebutuhan pasien sudah tepat. Sedangkan pemberian prednison dan obat
malaria dilanjutkan.
Sindrom nefrotik adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai
pada anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari
proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperkholesterolemia dan sembab. 1
Sindroma nefrotik pada anak terjadi pada usia prasekolah dengan insiden
puncak antara 2 3 tahun, tetapi dapat pula muncul pada usia berapapun. Insiden
lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 2:1. Sekitar
85% diantaranya menderita sindroma nefrotik kelainan minimal (SNKM).
Sedangkan pada orang dewasa paling banyak menderita tipe nefropati
membranosa (30-50%), dengan usia rata-rata 30-50 tahun dan perbandingan lakilaki dan perempuan 2:1. Kejadian SN idiopatik 2-3 kasus dalam 100.000 anak per
tahun sedangkan pada dewasa 3 dalam 1000.000 per tahun. Di Indonesia
dilaporkan kejadian sindroma nefrotik 6 per 100.000 per tahun, dengan
perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1. 1,3
Kriteria diagnosis sindroma nefrotik berupa : 4
1. Proteinuria masif atau proteinuria nefrotik : protein 40mg/m2LPB/jam atau
>50mg/kgBB/24 jam atau rasio albumin/kreatinin pada urin sewaktu >2 mg
atau dipstick 2+
2. Hipoalbumin : albumin serum < 2,5 g/dL
3. Sembab
4. Hyperlipidemia : hiperkolestrolemia (kolestrol serum > 200 mg/dl)
Manifestasi klinis yang ditemukan pada sindroma nefrotik dapat berupa
edema yang bersifat pitting, timbul perlahan dan pada awalnya tampak pada
daerah-daerah yang mempunyai resistensi jaringan yang rendah misalnya daerah
periorbital atau edema pada peritibial, genitalia dan asites. Edema dapat menetap
atau menjadi menyeluruh dan masif (edema ansarka). Edema pada kulit
menyebabkan kulit tampak lebih pucat. Gejala lain berupa hipertensi, oligouri
(bila produksi urin <1 ml/kgBB/jam), hematuria makroskopik dan gangguan
gastrointestinal berupa mual muntah, diare, nyeri perut, hepatomegali, anoreksia
dan distensi abdomen. 1,5,6,7
Pada pasien ini berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium,
kriteria
diagnostik
yang
ditemukan
berupa
proteinuria,
disertai gejala lain berupa edema anasarka (edema periorbital, peritibial dan
asites), oligouri, gross hematuria dan gangguan gastrointestinal berupa
hepatomegali dan distensi abdomen.
Penyebab pasti sindroma nefrotik belum diketahui, namun dianggap sebagai
suatu penyakit autoimun. Reaksi antigen antibodi menyebabkan permeabilitas
membran basalis glomerulus meningkat dan diikuti kebocoran sejumlah protein
(albumin). 1,5
Patofisiologi beberapa gejala dari sindrom nefrotik diantaranya proteinuria
(albuminuria) masif merupakan penyebab utama terjadinya sindrom nefrotik,
namun penyebab terjadinya proteinuria belum diketahui benar. Salah satu teori
yang dapat menjelaskan adalah hilangnya muatan negatif yang biasanya terdapat
di sepanjang endotel kapiler glomerulus dan membran basal. Hilangnya muatan
negatif tersebut menyebabkan albumin yang bermuatan negatif tertarik keluar
menembus sawar kapiler glomerulus. Terdapat peningkatan permeabilitas
membran basalis kapiler-kapiler glomeruli, disertai peningkatan filtrasi protein
plasma dan akhirnya terjadi proteinuria (albuminuria). Plasma terutama terdiri
dari albumin sehingga bila tubuh kehilangan albumin lebih dari 3,5 gram/hari
menyebabkan hipoalbuminemia. 1,5,8
Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik plasma, yang
memungkinkan transudasi cairan dari ruang intravaskuler ke ruang intersisiel.
Penurunan
volume
intravaskuler
menurunkan
tekanan
perfusi
ginjal,
20
23
24
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan berdasarkan kasus yang telah dibahas pada pasien diatas adalah
sebagai berikut :
1. Pasien didiagnosis sindroma nefrotik dan malaria tertiana karena memenuhi
kriteria diganosis berupa proteinuria, hipoalbuminemia, sembab, dan
hiperkolestrolemia, serta pada pemeriksaan DDR hasilnya plasmodiun vivax
(+).
2. Tatalaksana berupa restriksi cairan, furosemide, diet tinggi protein dan rendah
garam, serta prednisone, kina dan primaquin telah sesuai dengan protokol
pengobatan. Kecuali eritromisin tidak diperlukan karena penyakit infeksi yang
mendasari adalah malaria.
3. Prognosis kurang baik karena pasien berjenis kelamin laki-laki, disertai
hematuria, termasuk jenis sindroma nefrotik sekunder.
DAFTAR REFERENSI
1. Bagian SMF Ilmu Kesehatan Anak. Sindroma Nefrotik. Pedoman Diagnosis
dan Terapi. Edisi III. Buku kedua. Bagian SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD
dr. Soetomo. Surabaya. 2008. H 128-37
25
26