Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta memiliki
berbagai sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi menurut kerangka konseptual
UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab langsung (immediate cause), penyebab tidak
langsung (underlying cause) dan penyebab dasar (basic cause).
Di Indonesia, penderita Malnutrisi terdapat di kalangan ibu dan masyarakat yang kurang
mampu ekonominya. Kondisi anak dengan gejala Malnutrisi dianggap kondisi biasa dan
dianggap sepele oleh orang tuanya. Masyarakat di Indonesia, para ibunya berpendapat bahwa
anak yang buncit perutnya bukan kekurngan nutrisi, melainkan karena penyakit cacingan.
Kematian akibat Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang
mengakibatkan kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan
yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah. Selain itu juga karena adanya
penyakit, terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan
nutrien oleh tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Malnutrisi?
Apa penyebab Malnutrisi?
Bagaimana patofisiologi dari Malnutrisi ?
Bagaimana tanda dan gejala dari Malnutrisi ?
Komplikasi apa yang terjadi pada pasien dengan gangguan malnutrisi ?
Bagaimana mamberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien yang menderita
Malnutrisi ?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Malnutrisi
Untuk mengetahui Penyebab Malnutrisi
Untuk mengehtahui jenis klasifikasi malnutrisi
Untuk mengetahui Patofisiologi Malnutrisi
Untuk mengetahui tanda dan gejala yang timbul dari Malnutrisi
Untuk mengetahui Komplikasi yang terjadi pada pasien Malnutrisi
Untuk megetahui bagaimana memberika asuhan keperawatan yang tepat pada klien
dengan Malnutrisi
1

1.4 Manfaat Penulisan


Dengan pembuatan makalah ini, mahasiswa dapat

mengetahui bagaimana

melakukan

Asuhan Keperawatan pada klien dengan malnutrisi.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Malnutrisi

Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup,
malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di
antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan.
Ini bisa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang
tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya
malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik.
Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan terhadap
absorbsi,pencernaan,dan penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan,perkembangan dan
aktivitas. (I Dewa Nyoman, 2002)

2.2 Ada empat bentuk malnutrisi :


a. Under Nutrition : kekurangan konsumsi pangan secara relative maupun absolut untuk
periode tertentu.
b. Specific Defisiency : kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A,
yodium, Fe, dan lain-lain.
c. Over Nutrition :kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu
d. Imbalance : karena disproporsi zat gizi, misalnya : kolesterol terjadi karena tidak
seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan
VLDL (Very Low Density Lipoprotein). (I Dewa Nyoman, 2002)
a. Etiologi
2.3.1 Penyebab langsung
Kurangnya asupan makanan:Kurangnya asupan makanan sendiri dapat
disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan,kurangnya kualitas
makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah. Adanya
penyakit:Terutama penyakit infeksi,mempengaruhi jumlah asupan makanan dan
2.3.2

penggunaan nutrien oleh tubuh.


Penyebab tidak langsung
a. Kurangnya ketahanan pangan keluarga: Keterbatasan keluarga untuk
menghasilkan atau mendapatkan makanan.
b. Kualitas perawatan ibu dan anak.
c. Buruknya pelayanan kesehatan.
d. Sanitasi lingkungan yang kurang

2.4 Patofisiologi
3

Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.
Faktor-faktor ini dapat digolong-kan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host),
agent (kuman penyebab), environment (lingkungan).Memang faktor diet (makanan)
memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan.
Dalam keadaan kekurangan makanan,tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat,protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan
tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat
sangat sedikit,sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.Akibatnya
katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang
segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal.Selama puasa jaringan lemak dipecah
jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies.Otot dapat mempergunakan asam lemak dan
keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.Tubuh
akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan
separuh dari tubuh.Pada Malnutrisi,di dalam tubuh sudah tidak ada lagi cadangan makanan
untuk digunakan sebagai sumber energi.Sehingga tubuh akan mengalami defisiensi nutrisi
yang sangat berlebihan dan akan mengakibatkan kematian.

Bagan Patofisiologi
Budaya pantangan bahan makanan
tertentu, tingkat kepadatan penduduk
yang tinggi, keadaan sosial, dan

Malabsorbsi,
infeksi, anoreksia

Kegagalan melakukan
sintesis protein dan kalori

Kemiskin
an

Intake protein dan kalori kurang dari kebutuhan


tubuh
Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Penurunan daya
tahan tubuh
Katabolisme
Marasmus
(Defisiensi
karbohidrat:
kalori)
glukosa (inadekuat)

Keadaan
umum lemah
4

Katabolisme lemak:
Hilangnya
asam
lemak,lemak
gliserol,
di
bantalan
tubuh
dan badan keton

Penurunan
asam
Katabolisme
Atrofi/pengecilan
otot
amino
esensial
protein: asam dan

Resiko
diare

Turgor kulit
menurun dan
keriput
Kerusakan
integritas

Keterlambatan
pertumbuhan
dan

Gangguan
kebutuhan
nutrisi: kurang

Risiko
gangguan
keseimbanga
n cairan:

2.5 Tanda dan gejala malnutrisi


Gizi buruk dapat mempengaruhi kesehatan tubuh baik fisik dan mental. Semakin berat
kondisi gizi buruk yang diderita (semakin banyak nutrisi yang kurang) akan memperbesar
resiko terjadinya masalah kesehatan secara fisik.
Pada gizi buruk yang berat dapat terjadi kasus seperti marasmus (lemah otot) akibat
defisiensi protein dan energi, kretinisme dan kerusakan otak akibat defisiensi yodium,
kebutaan dan resiko terkena penyakit infeksi yang meningkat akibat defisensi vitamin A, sulit
untuk berkonsentrasi akibat defisiensi zat besi.
Tanda dan gejala dari gizi buruk tergantung dari jenis nutrisi yang mengalami defisiensi.
Walaupun demikian, gejala umum dari gizi buruk adalah:

Kelelahan dan kekurangan energi

Pusing

Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk
melawan infeksi)

Kulit yang kering dan bersisik

Gusi bengkak dan berdarah

Gigi yang membusuk

Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat

Berat badan kurang

Pertumbuhan yang lambat

Kelemahan pada otot

Perut kembung

Tulang yang mudah patah

Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh


Ketika seorang wanita hamil mengalami gizi buruk, maka kemungkinan anaknya akan lahir
dengan berat badan rendah dan beresiko untuk tidak selamat. Anak-anak yang mengalami
gizi buruk juga sering mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajaran di sekolah.

2.6 Komplikasi
Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan mineral. Karena
begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang terganggu dan begitu luasnya fungsi
dan

organ

tubuh

yang

terganggu

maka

jenis

gangguannya

sangat

banyak.

Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang
sering terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung, dan
gangguan hormonal.Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang
disebabkan karena kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi
adalah anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya.

Selain itu ada juga komplikasi yang lain, yaitu:


1. Hipotemi
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu
kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai
suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 C.Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada
zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 C. Di luar suhu tersebut, respon tubuh untuk
mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam
tubuh.Gejala hipotermia ringan adalah penderita berbicara melantur, kulit menjadi sedikit
berwarna abu-abu, detak jantung melemah, tekanan darah menurun, dan terjadi kontraksi
otot sebagai usaha tubuh untuk menghasilkan panas. Pada penderita hipotermia moderat,
detak jantung dan respirasi melemah hingga mencapai hanya 3-4 kali bernapas dalam
satu menit. Pada penderita hipotermia parah, pasien tidak sadar diri, badan menjadi
sangat kaku, pupil mengalami dilatasi, terjadi hipotensi akut, dan pernapasan sangat
lambat hingga tidak kentara (kelihatan).
2.

Hipoglikemi
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah hingga dibawah 60 mg/dl.
Padahal kinerja tubuh,terutam otak dan sistem syaraf,membutuhkan glukosa dalam darah
yang berasal dari makanan berkarbohidrat dalam kadar yang cukup. Kadar gula darah
normal adalah 80-120 mg/dl pada kondisi puasa,100-180 mg/dl pada kondisi setelah
makan .

3.

Infeksi
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang,
dan bersifat pilang membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen,
menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada
akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat
berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian.
Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya
7

dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih


luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.
4.

Diare dan Dehidrasi


Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar
yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan.

5.

Syok
Syok adalah suatu keadaan dimana pasokan darah tidak mencukupi untuk kebutuhan
organ-organ di dalam tubuh. Shock juga didefinisikan sebagai gangguan sirkulasi yang
mengakibatkan penurunan kritis perfusi jaringan vital atau menurunnya volume darah
yang bersirkulasi secara efektif.

6.

ISPA
Infeksi saluran napas akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ
saluran pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring.

7.

Cacingan
Cacingan adalah kumpulan gejala gangguan kesehatan akibat adanya cacing parasit di
dalam tubuh.Penyebab kecacingan yang populer adalah cacing pita, cacing kremi, dan
cacing tambang.

8. Tuberkulosis
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosi.
9.

Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium. Penyakit ini
ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh
8

manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi
sel darah merah.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
Data biologis meliputi :
1) Identitas klien
2) Identitas penanggung
Riwayat kesehatan :
Pada umumnya klien masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat
badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain
yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
Riwayat Keperawatan Sekarang :
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal, dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan
yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih,
baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu
dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi klien (riwayat kekurangan
protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
Riwayat Kesehatan Keluarga :
9

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,


pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang
penyakit klien dan lain-lain.

Pengkajian fisik :
1) Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan
umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen,
ekstremitas dan genito-urinaria.
2) Fokus pengkajian pada klien dengan Marasmus-Kwashiorkor adalah pengukuran
antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).
Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
a) Penurunan ukuran antropometri
b) Perubahan rambut (kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
c) Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
d) Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot
intercostal)
e) Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi
diare.
f) Edema tungkai
g) Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis
terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas
jari kaki, paha dan lipat paha)
Riwayat psikososial :
Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
Persepsi terhadap kondisi penyakit
Mekanisme koping dan system pendukung
Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga
1) Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit
2) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis
10

3.2 Diagnosa (dx)


1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak
adekuat, anoreksia dan diare.
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peurunan asupan peroral dan
peningkatan kehilangan cairan akibat diare.
3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan kalori dan
protein yang tidak adekuat.

3.3 Perencanaan
a) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
yang tidak adekuat, anoreksia dan diare.
Tujuan: klien akan menunjukan peningkatan status gizi
Kriteria:
1) Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien,
kebutuhan nutrisi pemuluhan, susunan dan pengolahan makanan sehat seimbang.
2) Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet
(per sonde/ per oral) sesuai program dietetik.
Intervensi:
1. Pantau pemasukan makanan setiap hari
Rasional: Mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi
2. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi
Rasional: Menilai perkembangan masalah klien.
3. Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
Rasional: Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu
makan dan dapat membuang mual dan muntah.
4. Jelasakan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan,
susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukan contoh jenis
sumber manakan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien
Rasional: Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan
nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat menerusakan upaya terapi dietetik yang
telah ditentukan selama hospitalisasi.
5. Tunjukan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk
melakukannya sendiri.
11

Rasional: Meningkatkan pertisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi


klien, mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien
b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peurunan asupan peroral dan
peningkatan kehilangan cairan akibat diare.
Tujuan: klien menunjukan keadaan hidrasi yang adekuat
Kriteria:
1) Asupan ciran adekuat sesuai kebutuhan ditambah defisit yang terjadi
2) Tidak ada tanda dan gejala dehidrasi (tanda-tanda vital dalam batas normal, frekuensi
defekasi 1x/24 jam dengan konsistensi padat atau semi padat)
Intervensi:
1. Kaji perkembangan keadaan dehidrasi klien
Rasional: Menilai perkebangan masalah klien
2. Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mat, turgor kulit dan membran mukosa
Rasional: Indikator tidak langsung dari status hidrasi/derajat kekurangan
3. Monitor tanda-taanda vital
Rasional: Indikator keadekuatan volume sirkulasi dan mengetahui keadaan umum pasien
4. Lakukan atau observasi pemberian cairan per infus/ sonde/ oral sesuai program rehidrasi
Rasional: Upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan volume
cairan.
5. Jelaskan kepada keluarga upaya rehidrasi dan pertisipasi yang diharapkan dari keluarga
dalam pemeliharaan patensi pemberian infus/selang sonde
Rasional: Meningkatkan pemahaman keluarga tentang upaya rehidrasi dan peran
keluarga
6. Pantau masukan dan pengeluaran cairan
Rasional: Keseimbangan cairan negatif terus menerus menurunkan haluaran renal dan
konsentrasi urine dan menunjukan terjadinya dehidrasi
7. Kolaborasi dalam pemberian intra vena ssesuai indikasi
Rasional: Diberikan untuk hidrasi yang umum
c) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan kalori
dan protein yang tidak adekuat.
Tujuan: Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria:
1) Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
2) Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia.
Intervensi:

12

1. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas
perkembangan sesuai usia anak
Rasional: Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatanpertumbuhan dan
perkembangan anak
2. Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet pemulihan.
Rasional: Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai
dengan kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem pencernaan
3. Lakukan pengukuran antropometrik secara berkala
Rasional: Menilai perkembangan masalah klien
4. Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.
Rasional: Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak dalam
aspek motorik, bahasa dan personal/sosial.
5. Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan perkembanagan
(puskesmas/posyandu)
Rasional: Mempertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang ada.

BAB IV
PENUTUP

2.7 Kesimpulan
13

Mal nutrisi adalah suatu keadaan dimana tubuh mengalami gangguan dalam
penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan perkembangan dan aktivitas. Malnutrisi
dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan maupun adanya gangguan
terhadap absorbs, pencernaam dan penggunaan zat gizi dalam tubuh. Selain itu, mal
nutrisi bisa disebabkan apabila asupan kalori yang berlbih dari kebutuhan harian, dan
mengakibatkan penyimpanan energy dalam bentuk bertanbahnya jaringan adipose.
Masalah nutrisi yang terjadi pada anak antara lain malnutrisi kurang energy protein
(kwashiorkor, marasmus, marasmik-kwashiorkor), malnutrisi vitamin, mineral.
Komplikasi yang akan terjadi pada klien malnutrisi, yaitu : hipoglikemi, syok,
diare, ISPA, cacingan dan lain-lain. Pengkajiannya terdiri dari 3 jenis yaitu
pengkajian anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pengkajian berpola. Salah satu
diagnosanya adalah Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare. Perencanaannya salah
satunya yaitu Pantau pemasukan makanan setiap hari.
2.8 Saran
Sebagai perawat harus mengetahui konsep dasar penyakit maupun teori asuhan
keperawatan dengan benar sehingga bisa menangani klien malnutrisi.

DAFTAR PUSTAKA

Supariasa, I Dewa Nyoman . penilaian status gizi . 2002 . Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC

14

Doengoes, Marylinn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, ( Edisi 3 ), Jakarta : EGC


http://eksihastarini.blogspot.com/2011/08/asuhan-keperawatan-protein-calori.html.
Diakses tanggal 27 Oktober 2014 pukul 16.00 WIB
https://ml.scribd.com/doc/.../makalah-MALNUTRISI

Dipublikasikan

oleh Julie

http://www.gentongmas.com/berita/1315-tanda-dan-gejala-gizi-buruk.html.

Diakses

Hensley. Diakses tanggal 27 Oktober 2014 pukul 16.00 WIB

tanggal 27 Oktober 2014 pukul 16.00 WIB


http://arijal-ridz-arti.blogspot.com/2012/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html.
Diakses tanggal 27 Oktober 2014 pukul 16.00 WIB

15

Anda mungkin juga menyukai