Anda di halaman 1dari 11

Anatomi dan Mekanisme Kerja Otot Tungkai Bawah

Mariska Nada Debora


102014139
C1
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat 11470
Email: Mariska.2014fk139@civitas.ukrida.ac.id

Abstract:
Muscle is the tissue of the body which primarily functions as a source of power. There are
three types of muscle in the body skeletal muscle, cardiac muscle and smooth muscle. Muscle
cells contain protein filaments of actin and myosin that slide past one another, producing a
contraction that changes both the length and the shape of the cell. Muscle action can be
classified as being either voluntary or involuntary. Muscles are predominantly powered by the
oxidation of fats and carbohydrates, but anaerobic chemical reactions are also used,
particularly by fast twitch fibers. These chemical reactions produce adenosine triphosphate
(ATP) molecules that are used to power the movement of the myosin heads. Actin filaments,
usually in association with myosin, are responsible for many types of cell movements. Myosin is
the prototype of a molecular motora protein that converts chemical energy in the form of ATP
to mechanical energy, thus generating force and movement.
Keyword: Myosin, actin, contraction, relaxation

Abstrak:
Otot merupakan jaringan tubuh yang berfungsi sebagai penyokong. Ada tiga jenis otot
dalam tubuh yaitu otot rangka, otot jantung dan otot polos. Sel-sel otot mengandung filament
protein aktin dan miosin, menghasilkan kontraksi yang mengubah panjang dan bentuk sel. Aksi
otot ada disadari dan tidak disadari. Otot didukung oleh oksidasi lemak dan karbohidrat, tetapi
1

reaksi kimia anaerobik juga digunakan, terutama oleh serat berkedut cepat. Reaksi kimia ini
menghasilkan adenosin trifosfat (ATP) molekul yang digunakan untuk mengaktifkan gerakan
kepala myosin. Filamen aktin, biasanya berkaitan dengan miosin, bertanggung jawab untuk
berbagai jenis gerakan sel. Miosin adalah motor-protein molekul yang mengubah energi kimia
dalam bentuk ATP menjadi energi mekanik, sehingga menghasilkan kekuatan dan gerakan.
Kata kunci:Miosin, actin, kontraksi , relaksasi

Pendahuluan
Otot adalah alat gerak aktif pada manusia, dan tulang merupakan alat gerak pasifnya.
Otot dapat mengerut dan dapat juga menegang. Otot mempunyai 3 karakteristik, yaitu
kontraksibilitas, ekstensibiltas, dan elastisitas. Kontraksibilitas adalah kemampuan otot untuk
memendek dan lebih pendek dari ukuran semula, hal ini terjadi jika otot sedang melakukan
kegiatan. Ekstensibilitas adalah kemampuan otot untuk memanjang atau kembali pada ukuran
semula, hal ini terjadi jika otot sedang dalam keadaan istirahat. Dan elastisitas adalah
kemampuan otot dari berkontraksi menjadi relaksasi atau sebaliknya. Sebelum adanya kontraksi,
perlu adanya impuls saraf yang mengakibatkan adanya potensial aksi pada membran, potensial
inilah yang akan menyebabkan kontraksi pada otot. Kontraksi merupakan sebuah peristiwa yang
menyebabkan serabut otot kita memendek, sedangkan relaksasi menyebabkan serabut otot
kembali ke posisi semula. Kontraksi dan relaksasi melibatkan beberapa ion, diantaranya natrium,
kalium, dan kalsium. Baik kontraksi maupun relaksasi memerlukan ATP.
Dalam skenario ini dikatakan bahwa seorang perempuan umur 57 tahun datang ke klinik
dengan keluhan sering kram betis. Dari pemeriksaan fisik dokter tidak menemukan kelainan.
Dokter memberikan keterangan tentang hal kram tersebut.

Pembahasan
Struktur Makroskopik1
Yang dimaksud secara makroskopis disini adalah struktur bagian tubuh secara garis besar
dan biasanya secara umum banyak orang ketahui. Misalnya otot, tulang, sendi, ataupun bagian
2

tubuh yang lain. Pada pembahasan kali ini, akan dibahas mengenai struktur makroskopis dari
otot.
Otot
Pada manusia, otot dapat digolongkan lagi menjadi tiga bagian besar yang masingmasing memiliki fungsi khusus. Otot tersebut ialah otot rangka, otot polos, dan otot jantung.
a. Otot rangka
Otot rangka adalah spesialisasi kontraksi pada tubuh yang letaknya melekat pada tulang.
Kontraksi otot rangka menyebabkan tulang tempat otot tersebut melekat bergerak, yang
memungkinkan tubuh melaksanakan barbagai aktivitas motorik. Otot rangka yang
menunjang homeostatis mencakup antara lain otot-otot yang penting dalam akusisi,
mengunyah, dan menelan makanan dan otot-otot yang penting untuk bernapas.
b. Otot polos
Otot polos terdapat di dinding organ-organ berongga dan saluran-saluran. Kontraksi
terkontrol otot polos bertanggung jawab untuk mengatur aliran darah melalui pembuluh
darah, gerakan makanan melalui saluran pencernaan, aliran udara melalui saluran
pernapasan, dan aliran urin keluar tubuh. Kontraksi otot ini menimbulkan tekanan dan
mengatur pergerakan maju isi struktur-struktur tersebut.
c. Otot jantung
Otot jantung hanya terdapat di dinding jantung, yang kontraksinya memompa darah
penunjang kelangsungan hidup ke seluruh tubuh. Secara struktural dan fungsional
memiliki kesamaan dengan otot rangka dan otot polos unit tunggal. Otot ini memiliki
serat bergaris-garis yang sangat terorganisasi seperti otot rangka.
Susunan Otot Tungkai Bawah2
Otot tungkai bawah terdiri atas :
a. Otot flexor
b. Otot extensor
c. Otot peronei
a. Otot Flexor Tungkai Bawah
3

- lapis dangkal
- lapis dalam
Otot flexor tungkai bawah lapis dangkal
1. M. gastrocnemeus
2. M. soleus
3. M.plantaris

Gambar 1. Posterior Tungkai bawah2


Otot flexor tungkai bawah lapis dalam
1. M. popliteus
2. M. flexor digitorum longus
3. M. tibialis posterior
4. M. flexor hallucis longus

Gambar 2. Otot flexor tungkai bawah lapis dalam2


Otot ekstensor tungkai bawah
1. M. tibialis anterior
2. M. ekstensor digitorum longus
3. M. ekstensor hallucis longus
4. M. peroneus tertius
4

Gambar 3 .Otot Ekstensor Tungkai Bawah2

Stuktur Mikroskopik3
Otot
Sistem muscular terdiri dari sejumlah besar otot yang bertanggung jawab atas gerakan
tubuh. Otot-otot volunteer melekat pada tulang,tulang rawan, ligamen, kulit atau otot lain melalui
struktur fibrosa yang di sebut tendon atau aponeurosis. Serabut-serabut otot volunteer bersama
selubung sarkolema, masing-masing tergabung dalam kumparan oleh endomisium dan
dibungkus oleh perimisium. Kelompok serabut tersebut (fasikulus) di gabungkan oleh selubung
yang lebih padat, yang disebut epimisium dan gabungan fasikulus ini membentuk otot volunteer
badan individu. Semua otot memiliki suplai darah yang baik dari ateri-arteri di dekatnya. Arteriol
pada perimisium memberi cabang kapiler yang berjalan dalam endomisium dan melintasi
serabut-serabut.
Kebanyakan otot mempunyai tendon pada salah satu atau kedua ujungnya. Tendon terdiri
dari jaringan fibrosa dan biasanya berbentuk seperti tali (cord) meskipun pada beberapa otot
yang pipih tali tersebut digantikan oleh suatu lembaran fibrosa kuat yang di sebut aponeurosis.
Jaringan fibrosa juga membentuk lapisan pelindung atau selubung otot, yang di kenal sebagai
fasia. Bila satu otot menempel pada otot lain, serabut-serabut otot ini bisa saling memilin
(interlace), perimisium otot yang satu bersatu dengan perimisium otot yang lain, atau keduanya
5

bisa menggunakan tendon yang sama. Jenis hubungan yang ketiga terdapat pada otot-otot
dinding abdomen, di mana seabut-serabut aponeurosis saling menyilang, membentuk linea alba,
yang dapat terlihat sebagai cekungan dangkal di atas umbilicus.
Adapun jenis-jenis otot terbagi 3, yaitu:
a. Otot rangka (otot skelet) adalah otot lurik, bekerja sebagai volunteer dan melekat pada
rangka:
- Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris, dengan lebar berkisar
antara 10 mikron sampai 100 mikron.
- Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer
- Kontraksinya cepat dan kuat
b. Otot polos, adalah otot yang tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan
pada dinding organ berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba,
seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius dan sistem sirkulasi
darah.
- Serabut otot berbentuk spindle dengan nukleus sentral yang terelongasi
- Serabut inti berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh darah)
sampai 0,5 mm pada uterus ibu hamil
- Kontraksinya kuat dan lamban
c. Otot jantung, adalah otot lurik, involunter dan hanya di temukan pada jantung:
- Serabut terelongasi dan membentuk cabang dengan satu nukleus sentral
- Panjangnya berkisar antara 85 mikron sampai 100 mikron dan diameternya sekitar 15
-

mikron
Diskus terinterkalasi adalah sambungan kuat khusus pada sisi ujung yang bersentuhan

dengan sel-sel otot tetangga


Kontraksi otot jantung kuat dan berirama.

Mekanisme Kerja Otot Somatik


Mekanisme kontraksi dan relaksasi

Gambar 4. Keadaan relaksasi dan kontraksi myofibril4


Pada gambar 4 digambarkan posisi saat relaksasi dan kontraksi. Pada saat relaksasi
ujung-ujung filament aktin yang berasal dari 2 membran Z yang berurutan satu sama lain hampir
tidak mengalami overlap sedangkan pada saat yang sama filament miosin mengadakan overlap
yang sempurna.
Sebaliknya pada keadaan kontraksi, filament-filamen aktin ini tertarik kedalam, diantara
filament miosin sehingga sekarang satu sama lain mengalami overlap. Membran Z juga tertarik
oleh filament aktin sampai ke ujung-ujung filament miosin. Jadi kontraksi otot dapat terjadi
karena mekanisme sliding filamen.4
Hal ini disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik yang ditimbulkan oleh jembatan
penyebrang filament miosin dan filament aktin. Dalam keadaan istirahat, daya tahan antara
filament aktin dan miosin dihambat, tetapi bila potensial aksi berjalan pada membran serabut
otot, potensial aksi ini menyebabkan dikeluarkannya ion kalsium dalam jumlah besar kedalam
sarkoplasma sekitar miofibril. Ion kalsium ini mengaktifkan daya tarik antara filamen-filamen
dan mulai terjadi kontraksi. Tetapi energi juga diperlukan untuk berlangsungnya kontraksi.
Energi ini berasal dari ikatan fosfat berenergi tinggi adenosine trifosfat (ATP), yang dipecahkan
menjadi adenosine difosfat (ADP) untuk memberikan energi yang dibutuhkan.4
Kontraksi terjadi saat asetilkolin membebaskan ion kalsium (Ca 2+) yang berada diantara
sel otot dihambat oleh enzim kolinesterase. Ion kalsium ini masuk kedalam otot mengangkut
troponin dan tropomiosin ke aktin, sehingga posisi aktin berubah mempengaruhi filamen
penghubung. Aktin tertarik mendekati miosin, sehingga aktin dan miosin bertempelan
membentuk aktomiosin. Akibatnya benang sel menjadi pendek. Pada keadaan inilah otot sedang
berkontraksi.
Sedangkan relaksasi terjadi saat ion kalsium masuk kembali ke plasma sel, sehingga
ikatan troponin dan ion kalsium lepas, yang menyebabkan lepasnya perlekatan antara aktin dan
myosin dan pada saat ini juga terjadi relaksasi atau terhentinya kontraksi. 4

Metabolisme Otot
7

Bila sebuah otot berkontraksi, timbul suatu kerja dan energi diperlukan. Sejumlah besar ATP
dipecah membentuk ADP selama proses kontraksi, semakin besar jumlah ATP yang dipecahkan
semakin besar pula energi yang dihasilkan. Karena ATP yang tersimpan dalam otot biasanya
akan habis setelah sepuluh kali kontraksi, maka ATP harus dibentuk kembali untuk kelangsungan
aktivitas otot melalui sumber lain. ATP yang diperlukan sebagai sumber energi konstan untuk
siklus kontraksi-relaksasi otot ini dapat dihasilkan melalui beberapa cara.
1. Glikolisis. Merupakan suatu proses perombakan dari glukosa menjadi glikogen dan
energi yang dibutuhkan oleh otot untuk melakukan kontraksi. Proses glikolisis ini terbagi
menjadi dua macam reaksi.
a. Reaksi Glikolisis Aerob. Dalam keadaan istirahat dan selama olahraga ringan, otot
menggunakan lemak dalam bentuk asam lemak bebas sebagai sumber energi. Bila
intensitas olahraga meningkat, penyediaan energi yang cukup cepat tidak dapat
diperoleh hanya dari lemak sehingga pemakaian karbohidrat menjadi penting
sebagai komponen campuran bahan bakar otot. Jadi selama kerja berlangsung,
sebagian besar energi untuk sintesis ulang ATP berasal dari penguraian glukosa
menjadi CO2 dan H2O. Sumber glukosa intrasel lain yang berarti juga sumber
piruvat adalah glikogen yakni polimer karbohidrat yang terdapat dalam jumlah
sangat banyak di hati dan otot rangka. Bila terdapat oksigen yang cukup piruvat
akan memasuki siklus asam sitrat dan mengalami metabolisme (melalui siklus ini
dan yang dinamakan jalur enzim respitatorik) menjadi CO2 dan H2O. Reaksi aerob
berlangsung lambat tetapi efisien , menghasilkan energi sampai 36 mol ATP per mol
glukosa.
b. Reaksi Glikolisis Anaerob
1.

Otot dalam berkontraksi secara singkat tanpa memakai oksigen


dengan menggunakan ATP yang dihasilkan melalui glikolisis anaerob, yang
merupakan langkah pertama dalam respirasi seluler.

2.

Glikolisis berlangsung dalam sarkoplasma, tidak memerlukan


oksigen, dan melibatkan pengubahan satu molekul glukosa menjadi dua molekul
asam piruvat.
8

3.

Glikolisis anaerob berlangsung cepat tetapi tidak efisien karena


hanya menghasilkan dua molekul ATP per molekul glukosa. Glikolisis dapat
memenuhi kebutuhan ATP untuk kontraksi otot dalam waktu singkat jika
persediaan oksigen tidak mencukupi.

Dalam proses reaksi glikolisis anaerob ini terdapat juga pembentukan asam laktat.
1. Tanpa oksigen, asam piruvat diubah menjadi asam laktat.
2. Jika aktivitas yang dilakukan sedang dan singkat , persediaan oksigen yang adekuat
akan menghalangi akumulasi asam laktat.
3. Asam laktat berdifusi ke luar dari otot dan dibawa ke hati untuk disintesis ulang
menjadi glukosa.
Seperti yang terjadi pada reaksi anaerobik, metabolisme glukosa atau glikogen menjadi CO 2 dan
H2O menghasilkan sejumlah besar ATP dan ADP. Bila pasokan O 2 tidak mencukupi, piruvat yang
dibentuk dari glukosa tidak masuk ke dalam siklus asam trikarboksilat, melainkan direduksi
menjadi laktat. Proses glikolisis anaerobik ini berkaitan dengan hasil akhir ikatan fosfat berenergi
tinggi yang lebih kecil,tetapi proses ini tidak membutuhkan adanya O2. 6

Kram
Kram terjadi karena otot terus menerus melakukan aktivitas, sehingga otot menjadi
kejang dan tidak mampu lagi berkontraksi. Kram pada betis dapat dihilangkan dengan
menambahkan keregangan pada otot betis tersebut.
Sewaktu otot kita bekerja berlebihan, maka akan terjadi pelepasan kalsium yang meregulasi
kontraksi dan aktivitas metabolik. Selama itu pula akan terjadi peningkatan konsentrasi kalsium
dan kemudian si kalsium ini mengaktifkan aktivitas otot sehingga otot akan berada dalam
kondisi tegang (kontraksi) terus menerus serta mengakibatkan kelelahan otot dan jaringan tubuh.
Di samping itu, kebutuhan otot akan oksigen juga meningkat 70 kali di atas normal (istirahat).
Kebutuhan yang cepat dan panjangnya kelelahan otot akan meningkatkan aliran darah lokal,
begitu pula densitas pembuluh darah pada otot yang bersangkutan akan meningkat. Sebagai
akibatnya, aktivitas otot ini membutuhkan suplai oksigen, nutrisi dan hormon-hormon dalam
9

jumlah yang lebih banyak. Kondisi seperti ini juga menyebabkan tubuh tidak dapat mengusir
produksi panas dan produk metabolik lain seperti asam laktat. Pemuaian dan peningkatan kapiler
terjadi karena stresnya dinding pembuluh darah, sehingga aliran dan tekanan darah akan
meningkat pula.
Akumulasi asam laktat selama kerja fisik berat merupakan suatu proses pertahanan tubuh berupa
oksidasi asam laktat yang dibuat konstan. Bila ambang batas ini terlewati, maka akan terjadi
proses glikolisis aerob, seperti yang telah dibahaskan, proses glikolisis merupakan salah satu
sumber ATP yang nantinya digunakan selama kontraksi dan relaksasi. Penimbunan asam laktat
inilah yang menyebabkan nyeri otot yang timbul ketika berenang atau ketika olahraga berat.
Asam laktat akan berdifusi ke pembuluh darah dan menyebabkan gangguan pH dan vaskularisasi
yang menuju ke otot dan dapat menimbulkan nyeri atau sinyal sensorik lainnya yang akan di
jalankan dari otot ke medula spinalis yang selanjutnya akan menimbulkan refleks umpan balik
berupa kontraksi otot. Bila pada waktunya kita beristirahat, maka si oksigen secara perlahan tapi
pasti akan tercukupi dan si asam laktat akan digunakan sebagai sumber energi kembali.7

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat di simpulkan bahwa hipotesis diterima. Dalam
tubuh manusia terdapat otot yang menjadi penggerak bagi tulang. Aktivitas otot terdiri dari
kontraksi dan relaksasi yang membutuhkan ATP sebagai sumber energi. ATP dapat diperoleh dari
beberapa mekanisme, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Apabila seseorang melakukan aktivitas yang berlebihan tanpa peregangan terlebih
dahulu, hal tersebut dapat menyebabkan kejang pada otot. Penyebab kejang pada otot
diantaranya adalah kelelahan otot dan penimbunan asam laktat.

Daftar Pustaka
1. Bloom F. Buku ajar histology. Jakarta: EGC; 2002. h. 177
2. Salim, D. Buku Ajar Myologi. Salim, Darminto. 2013. Jakarta. h.38-41
10

3. Johnson KE.Biologi dan Histologi Sel.2005. Edisi 1. Jakarta. Binarupa Aksara . h.197205
4. Mohammad, K.Pertolongan Pertama.2005. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. h. 45
5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004. h. 180.
6. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Harpers illustrated biochemistry. 26th
edition. United States: Mc Graw Hill; 2003.p.556-79.
7. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. 2nd ed. Jakarta: penerbit buku
kedokteran EGC, 1996. Hal. 212-56.

11

Anda mungkin juga menyukai