PEMBAHASAN
2.1 Utang Pemerintah
Bila
pemerintah
lebih
banyak
melakukan
pengeluaran
daripada
World Bank (Bang Dunia) baru saja merilis International Debt Statistic 2013
atau statistic utang 2013. Dalam laporan tersebut, bank dunia memiliki data arus
modal hingga tahun 2011. Arus utang masuk Negara-negara berkembang terlihat
menurun pada tahun 2011. Namun Indonesia sendiri baru masuk kedalam 10
pengutang terbesar di Antara 10 negara berkembang lainya. Statistic utang
internasional ini merupakan masukan penting untuk para ahli yang bekerja untuk
meningkatkan pengelolaan arus modal diseluruh dunia.
Berikut ini 10 peminjam-utang luar negeri pada tahun 2011, versi bank
dunia :
1. China US$ 685,5 miliar
2. Rusia US$ 543,0 miliar
3. Brazil US$ 404,3 miliar
4. Turki US$ 307,0 miliar
5. India US$ 334,4 miliar
6. Meksiko US$ 287,0 miliar
7. Indonesia US$213,5 miliar
8. Ukraina US$ 1345 miliar
9. Rumania US$ 129,8 miliar
10. Kazakhtan US$ 124,4 miliar
perdebatan
mengenai
kebijakan
fiskal
kadang-kadang
percaya bahwa defisit yang saat ini diukur bukan merupakan indikator yang baik
dari kebijakan fiskal. Dalam bagian ini kita akan membahas empat masalah
dengan ukuran defisit anggaran biasa.
menunjukan
Dimana
D . Jadi, sebagian
besar ekonomi percaya bahwa defisit anggaran yang dilaporkan berlebih sebesar
D .
mengurangi aset pemerintah dari utang pemerintah. karena itu, defisit anggaran
seharusnya diukur sebagai perubahan utang dikurangi perubahan aset.
Prosedur anggaran yang memperhitungkan aset dan kewajiban disebut
pengangguran modal, karena memperhitungkan perubahan modal. Sebagai
contoh, anggaplah pemerintah menjual sebuah gedung atau sebagian dari
tanahnya dan menggunakan uangnya untuk membayar hutang. Di bawah prosedur
anggaran berlaku, defisit yang dilaporkan akan lebih rendah. Di bawah
penganggaran modal, penerimaan yang diterima dari penjualan tidak akan
mengurangi defisit, karena penurunan utang akan dioffset oleh penurunan aset.
keseluruhan
dari
pemotongan
pajak
tersebu
terhadap
banyak beban dari deficit anggaran dewasaini: mereka akan melahirkan di negara
yang memiliki prseiaan modal yang lebih kci dn utang luar negeri yang lebih
besar.
2.4 Pandangan Ricardian Atas Utang Merintah
Pandangan tradisional atas utang pemerintah mengansumsikan bahwa
ketika pmerintah memotong pajak dan menjalani deficit anggaran, konsumen
menanggapi pendapatan setelah pajak mereka yang lebih tinggi dengan
melakukan pengeluaran lebih banyak. Pandangan alternative yang disebut
ekuivalensi ricardian mempertanyakan asumsi ini. Menurut pandangan ricardian,
konsumen melihat ke depan dank arena itu mendasarkan pengeluaran mereka
tidak hanya pada pendaatan sekarang tetapi juga pada pendapatan masa dpan yang
mereka harapkan.
anggaran. Pada beberapa titik di masa depa pemerintah harus menngkatkan pajak
utuk membayar utng dn bung yang terakumulasi, sehingga kebijkan tersebut benrbenar menununjukan pemotongan paja saat di gabungkan dengan kenaikan pajak
di masa depan.
Konsumen melihat ke depan memahmi bahwa pinjaman pemerintah saat
ini akan mengakibatkan pajak yang lebih tinggi di masa dpan. Pemotongan pajak
yng didnai oleh utang pemeritah tidak akan mengurangi beban pajak, pemotongan
pajak tersebut hanya menjadwal ulang pajak. Karena itu, pemotongan pajak
sehrusnya tidk menorong konsumen melakukan pengeluaran lebih banyak.
Prinsip umum nya dalah bahwa utang pemerinth ekuivalen dengan dengan
pajak masa dpan dan jika konsumen cukup melihat kedepan pajak masa depan aan
ekuivalen dengan pajak saat ini. Jadi mendanai pemerintah denan utang adalah
ekuivalen dengan mendanainya dengan pajak. Pandangan ini disebut ekuivalensi
ricardian yang diambil dari nama eonm terkenal abad kesembilan belas, David
Ricardo.
6
memilih konsumsi mereka, secara rasional mereka melihat pajak masa depan yang
diakibatkan oleh utang pemerintah. Namun sejauh mana konsumen memandang
ke depan? Para pendukung pandangan tradisonal atas utang pemerintah percaya
bahwa prosepek pajak masa depan tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap
konsumsi saat ini seperti yang diasumsikan pandangan Ricardian. Berikut ini
adalah sebagian dari pendapat mereka.
Myopia para pendukung pandangan Ricardian terhadap kebijakan fiscal
mengasumsikan bahwa masyarakat bersikap rasional ketika mengambil
keputusan, seperti memilih beberapa banyak dari pendapatan mereka yang
dikonsumsi dan yang ditabung. Ketika pemerintah meminjam uang untuk
membayar pengeluaran saat ini, konsumen yang rasional melihat pajak masa
depan yang dibutuhkan untuk mendukung utang tersebut. Jadi, pandangan
Ricardian mengasumsikan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan dan
pandangan jauh ke depan yang baik.
Salah satu pendapat terhadap pandangan tradisional mengenai pemotongan
pajak adalah bahwa masyarakat berpandangan pendek, barangkali karena mereka
tidak sepenuhnya memahami implikasi dari deficit anggaran.
Batas Peminjaman pandangan Ricardian atas utang pemerintah
mengasumsikan bahwa konsumen mendasarkan pengeluaranya tidak hanya pada
7
pendapatan saat ini, tetapi juga pada pendapatan seumur hidupnya yang meliputi
pendapatan saat ini dan pendapatan yang diharapkan dimasa yang akan dating.
Menurut pandangan Ricardian, pemotongan pajak yang didanai oleh utang akan
meningkatkan pendapatan sekarang, tetapi tidak mengubah pendapatan atau
konsumsi hidup seseorang. Para pendukung pandangan tradisional berpendapat
bahwa pendapatan sekarang lebih penting daripada pendapatan seumur hidup
untuk konsumen yang menghadapi
a) Stabilisasi
Deisit atau surplus anggaran bisa menstabilisasi perekonomian. Pada
dasarnya, aturan anggaran berimabang akan menarik kembali kekuatan
penstabilan otomatis dari sistem pajak dan transfer. Ketika perekonomian
mengalami resensi, pajak secara otomatis turun, dan transfer secara
otomatis naik. Meski membantu menstabilkan perekonomian, respon
otomatis ini mendorong anggaran menjadi defisit. Aturan anggaran
berimbang yang ketat akan meminta pemerintah menaikan pajak atau
mengurangi pengeluaran dalam masa resesi, tetapi tindakan ini akan
menekan permintaan agregat.
b) Tax Smoothing
Defisit atau surplus anggaran bisa digunakan mengurangi distorsi intensif
yang disebabkan oleh sistem pajak. Tarif pajak yang tinggi menimbulkan
biaya dalam masyarakat dengan menekan aktivitas ekonomi. Pajak atas
penghasilan pekerja, misalnya menurunkan intensif bagi orang-orang
untuk bekerja selama berjam-jam. Karena disinsentif ini akanmenjadi
sangat besar pada tarif pajak yang sangat tinggi, maka jumlah biaya
sosial pajak diminimalkan dengan mempertahankan tarif pajak yang
reletif stabil, bukan membuatnya tinggi dalam beberapa tahun dan rendah
pada tahun-tahun lainnya. Agar tarif pajak tetap rendah, diperlukan
defisit pada tahun-tahun disaat terjadi pendapatan rendah (resensi) yang
tidak biasa atau pengeluaran tinggi (perang) yang tidak biasa.
c) Redistribusi Integenerasi
Defisit anggaran bisa digunakan untuk menggeser beban pajak dari
generasi sekarang ke generasi mendatang. Sebagai contoh, sebagian
ekonomi berpendapat bahwa jika generasi sekarang berperang untuk
mempertahankan kemerdekaan, generasi mendatang akan memetik
manfaatnya
sekaligus
menanggung
sebagian
bebannya.
Untuk
11
dalam percaturan global. Ketakutan ini ditekankan oleh ekonom Ben Friedman
dalam bukunya Day of Reckoning yang terbit pada tahun 1988.
2.6 Study Kasus
Dari data Direktorat Jendral Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan
yang dikutip, senin (28/10/2013), total utang pemerintah Indonesia hingga
September 2013 mencapai Rp 2.273,76 T dengan rasio 27,5% terhadap PDB. Dari
jumlah tersebut, Rp 681,7 T merupakan utang luar negeri yang di dapat dari
beberapa Negara dan juga lembaga-lembaga multilateral. Jumlah utang luar negeri
meningkat disbanding akhir tahun 2012 yang sebesar 614,871 T.
APBN-P 2013 mencapai Rp 1.726,2 T, naik sebelumnya Rp 1.683 T.
deficit anggaran untuk akhir tahun 2013 sebesar 4,3 dari PDB. Dan untuk tahun
ini ditetapkan 2,38% terhadap PDB atau 224,2 T, karena penerimaan Negara lebih
kecil. Untuk menutup deficit tersebut, pemerintah akan menarik utang baru yang
mayoritas utang baru dari penjualan surat utang atau obligasi. Namun sampai saat
ini ada 3 negara dan 3 lembaga yang rajin memberi utang kepada Indonesia,
mereka adalah :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
menyisihkan dana sebesar Rp 9,1 juta, dan ini jumlah yang tidak kecil. Angka
tersebut didasarkan pada total utang pemerintah yang kini tercatat Rp 2.273,76 T
per September 2013 dibagi dengan jumlah penduduk sekitar 240 juta jiwa.
Meski utang sudah menumpuk, pemerintah masih berusaha untuk mencari
peluang pinjaman. Dalam konteks menggenjot pertumbuhan ekonomi, skema
utang atau pinjaman memang tidak diharamkan. Namun, bank dunia sudah
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Utang pemerintah pada saat ini, khusunya utang luar negeri sudah
berperan sebagai factor yang mengganggu APBN. Bahkan factor yang berasal dari
utang luar negeri tersebut sudah menampakkan signal negative pada pertengahan
1980an ketika terjadi transfer negative, dimana utang pokok dan bunga yang
dibayar kepada Negara donor dan kreditor ketika itu sudah lebih besar daripada
utang yang diterima oleh pemerintah.
13
14