Anda di halaman 1dari 9

Kadar hb :

Pada beberapa situs, ada keterangan dengan tegas, bahwa pria memang memiliki kadar Hb relatif
lebh tinggi karena, pria tdk alami siklus menstruasi.
Di situs tentang testosteron, ada keterangan bahwa hormon ini adalah dari kelompok anabolik steroid.
Jadi memang benar juga karena laki-laki memiliki hormon anabolik steroid yang akan merangsang
pembentukan Hb lebih dasyat dari wanita.
Fakta-fakta yang ada menunjukkan bahwa potensi rata-rata wanita untuk pengangkutan oksigen
lebih rendah daripada pria. Wanita menunjukkan konsentrasi hemoglobin darah yang rendah
daripada pria dan mereka cenderung memiliki jantung yang lebih kecil meskipun besar jantung
relatif terhadap berat badan. Giri (2007) pria mempunyai darah yang kurang lebih satu liter lebih
banyak daripada wanita, dengan kadar hemoglobin yang lebih tinggi pula. Fox, (1993) mengatakan
perbedaan volume darah dan konsentrasi hemoglobin antara pria dan wanita hanya sedikit di usia
muda. sebelum puberitas dan terdapat perbedaan yang signifikan setelah masa puberitas. Jika
dibandingkan antara pria dan wanita tidak terlatih, volume darah wanita sekitar 25% lebih rendah
dan sekitar 12% setelah masing-masing dilatih.Ukuran absolut jantung wanita kelompok umur 20-30
tahun tidak terlatih, lebih dari 200 cc lebih kecil daripada jantung pria yang juga tidak terlatih
pada kelompok umur yang sama. Konsentrasi hemoglobin yang rendah berhubungan dengan
kapasitas pengiriman oksigen yang rendah dalam darah dan jantung yang kecil berhubungan dengan
volume maksimum dan keluaran jantung yang kecil pula. Volume normal jantungpria kurang lebih
800 cc, sedangkan wanita 580 cc. Perbedaan ini semakin jelas pada olahraga power dengan nilai
pada pria 900 cc, sedang wanita 700 cc. Dimensi jantung pada pria adalah lebih besar sehingga
volume sedenyutnya juga lebih besar, volume paru kurang lebih 10% lebih besar daripada wanita.
Wanita mempunyai nadi istirahat yang sedikit lebih tinggi, meski denyut jantung maksimal sesuai
umur sama untuk kedua jenis kelamin.
Kekurangan Hb :

Nilai Hb yang rendah dapat menyebabkan penyakit anemia, yaitu suatu keadaan
dimana
lajumatinya sel darah merah ( setelah 120 hari) melebihi laju pembentukan sel
darAh merahsehingga konsentrasi sel darah merah dalam darAh menurun. Kadar
Hb menurun padaANEMIA
dan
dapat
dijumpai
pada
:
1.Thalasemia2.Haemoglobinopathy3.Perdarahan akut atau kronis

Anemia merupakan suatu kondisi yang ditandai konsentrasi hemoglobin


dalam darah yang lebih rendah dari normal. Oleh karena hemoglobin
memegang peranan penting dalam fungsi transport oksigen dalam darah,
maka anemia dapat mengurangi pengiriman oksigen ke jaringan tubuh,
sehingga mengganggu proses metabolik aerobik jaringan.
Konsentrasi hemoglobin yang rendah dapat mengurangi angka
maksimal pengiriman oksigen ke jaringan, sehingga akan mengurangi
VO2maks dan mengganggu kapasitas kesegaran jasmani.
Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram
setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen (Evelyn,
2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan
karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun
WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan
umur dan jenis kelamin Menyatakan bahwa anak 6 bulan 59 bulan

(11,0), anak 5 tahun 11 tahun (11,5), anak 12 14 tahun (12,0), pria


dewasa (13,0) wanita dewasa (12,0) dan ibu hamil (11,0).

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin.


a. Kecukupan Besi Dalam Tubuh
Menurut Parakkasi, kecukupan Besi dalam tubuh dibutuhkan untuk produksi
hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel
darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga
merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin yang
berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk
dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada
sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase.
Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin
dalam sel otot. Kandungan 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat dalam
hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam
limpa dan sumsum tulang (Zarianis, 2006). Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh
berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif
seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun
mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi
oksigen menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-sel otot. Sitokrom,
flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya,
memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri
Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi. Sehingga apabila
tubuh mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan kemampuan bekerja.

b. Metabolism Besi Dalam Tubuh.


Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa
sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah
merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin(150 mg), phorphyrin
cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi
dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik
dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta
enzim hem dan nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 2555 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk
fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan

hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam


hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari

proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan


pengeluaran.

Hematokrit :
Hematokrit menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah merah, dan IainIain) dengan jumlah cairan darah. Semakin tinggi persentase HMT berarti
konsentrasi darah makin kental. Hal ini terjadi karena adanya perembesan
(kebocoran) cairan ke luar dari pembuluh darah sementara jumlah zat padat
tetap, maka darah menjadi lebih kental.Diagnosa DBD (Demam Berdarah
Dengue) diperkuat dengan nilai HMT > 20 %.
Nilai normal HMT :
Anak

33 -38%

Pria dewasa

40 48 %

Wanita dewasa

37 43 %

Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992) yangmenyatakan bahwa nilai
hematokrit normal pada laki-laki adalah 42% dan pada wanita38%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai hematokrit
adalah
jenis
kelamin,spesies,
jumlah
sel
drah
merah
dimana jumlah sel darah merah pada pria lebih banyak jika dibandingkan denga
n wanita, apabila jumlah sel darah merah meningkat atau banyak maka jumlah
nilai hematokrit juga akan mengalami peningkatan, aktivitas dan dalam keadaan
pagositosia.

Faktor yang memepengaruhi :


Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Hematokrit:
Kecepatan centrifuge
Makin tinggi kecepatan centrifuge semakin cepat terjadinya pengendapan eritrosit dan begitu pula sebaliknya,
semakin rendah kecepatan centrifuge semakin lambat terjadinya pengendapan eritrosit.
Pengaruh kecepatan centrifuge, dapat kita lihat pada hasil pemeriksaan hematokrit dengan menggunakan
kecepatan centrifuge 16.000 rpm dan selama 2-3 menit yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna

Waktu centritugasi
Selain radius dan kecepatan centrifuge, lamanya centrifugasi juga berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan
hematokrit. Makin lama centrifugasi dilakukan maka hasil yang diperoleh semakin maksimal.
Beberapa sumber kesalahan dan pemeriksaan hematokrit yang mungkin terjadi pada pemeriksaan
hematokrit terdiri dari :
1. Tahap pra analitik
Pada proses pengambilan sampel misalnya ujung jari yang masih basah oleh alkohol akan mempengaruhi hasil
pemeriksaan.
2. Tahap analitik
Pada tahap ini, kesalahan dapat berasal dari :

Alat: apabila alat yang digunakan kurang bersih dan tidak kering.

Sampel: kesalahan dan sampel dapat berasal dari apabila Pemeriksaan hematokrit tidak dikerjakan
dalam waktu yang cepat setelah pengambilan darah, karena sampel darah yang dibiarkan terlalu lama akan
berbentuk sferik sehingga sukar membentuk reuleux dan hasil pemeriksaan hematokrit menjadi lebih lambat,
sampel yang digunakan hemolisis dan membeku.

Metode: kesalahan dapat berasal dari waktu sentrifugasi, kecepatan cenntrifuge tidak sesuai.

Tenaga analis: apabila pembacaan skala yang kurang akurat atau tepat.
3. Tahap pasca analitik
Kesalahan pada tahap ini biasanya bersifat administratif, misalnya salah menuliskan hasil (Hardjoeno, H. 2007).
Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Darah
Harjdjoeno, H. 2007. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik Edisi III. Makassar: LPI UNHAS
Sadikin M, 2002. Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika.

Ditambah HCl :
Pada metode sahli, darah sengan larutan HCl 0,1 N akan membentuk hematin
yang berwarna coklat. Setelah itu, warna disamakan dengan warna standar sahli
dengan menambahkan aquadest sebagai pengencer. Prinsip hemoglobin diubah
mejadi asam hematin, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual
dengan standar dalam alat itu.
Penambahan EDTA :

1. Garam Kalium atau Natrium dari Ethylen Diamine Tetra Asetat (EDTA)
Garam-garam tersebut mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion sehingga pembekuan
dapat dicegah. EDTA tidak mempengaruh terhadap besar dan bentuk dari Eritrosit dan leukosit. Selain itu EDTA
juga dapat mencegah penggumpalan trombosit, sehingga sangat baik sebagai antikoagulan untuk pemeriksaan
trombosit. Antikoagulan EDTA sangat luas pemakaiannya, dapat digunakan untuk kebanyakan pemeriksaan
hematologi. Dengan antikoagulan EDTA, sel-sel darah dapat bertahan lebih lama dibanding dengan antikoagulan
lain.
Ada tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA), dipotassium EDTA (K2EDTA) dan tripotassium EDTA
(K3EDTA). Dari ketiga jenis EDTA tersebut, K2EDTA adalah yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH
(International Council for Standardization in Hematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory Standards Institute).

Fungsi Koagulasi darah :


Pertama, menutup Pecahnya organ utama badan manusia perlindungan terhadap perangkat
lunak berbahaya, agen eksternal seperti kuman kulit. Kedua, mempertahankan integritas sirkuit
tertutup yang diperlukan bagi tubuh untuk memberikan oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan
yang melalui sistem peredaran darah.
Proses koagulasi :
Waktu Koagulasi Darah

Pembekuan darah disebut juga koagulasi darash, faktor yang diperlukan dalam
penggumpalan darah adalah garam kalsium sel yang luka yang membebaskan trombokinase,
thrombin dari protrombin dan fibrin yang terbentuk dari fibrinogen, mekanisme
pembekuan darah adalah
sebagai
berikut
setelah
trombosit
meninggalkan
pembuluh darah dan pecah, maka trombosit akan mengeluarkan tromboplastin, bersama-sama
dengan ion Ca, tromboplastin mengaktifkan protrombin menjadi thrombin (Evelyn, 1989).
Trombin adalah enzim yang mengubah fibrinoge menjadi fibrin. Fibrin inilah yang
berfungsi menjaring sel-sel darah merah menjadi gel atau menggumpal (Poedjiadi, 1994).
Kisaran waktu terjadinya koagulasi darah adalah 15 detik sampai 2 menit dan
umumnya akan berakhir dalam waktu 5 menit. Gumpalan darahnormal akan mengkerlit
menjadi sekitar 40% dari volume semula dalamwaktu 24 jam (Frandson, 1992).
Koagulasi dapat dicegah dengan penambahan kalium sitrat atau natrium sitrat yang
menghilangkan garam kalsium (Schmidt, 1997).
Menurut Sonjaya (2009)a, Waktu koagulasi adalah waktu mulai darah keluar sampai
terbentuknya benang fibrin. Sedangkan menurut Sonjaya (2009)b, waktu koagulasi darah
adalah waktu yang dibutuhkan darah untuk menggumpal dimana baervariasi untuk berbagai
spesies.

Gambar 4. Bagan pembekuan darah (Kemdiknas, 2011).


Mekanisme koagulasi atau proses koagulasi (penggumpalan darah) terjadi lewat
mekanisme kompleks yang diakhiri dengan pembentukan fibrin (protein dalam plasma darah
yang diubah oleh trombin/enzim pembeku darah dalam proses pembekuan

darah). Mekanisme ini terjadi jika ada cedera di dalam maupun di permukaan tubuh. Kondisi
darah mudah menggumpal bisa terjadi karena faktor keturunan maupun didapat misalnya
akibat infeksi maupun tingginya antibodi antikardiolipid (ACA) akibat gangguan autoimun
(Sonjaya, 2009)b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu koagulasi darah yaitu adanya pembentukan
tromboplastin, adanya ion kalsium dan substansi tambahan faktor trombosit bereaksi dengan
faktor anti hemofilik membentuk tromboplastin, protrombin, prokonvertin, akselerator
konversi serum protrombin, dan ion kalsium (Ariwibowo, 2007).
Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik sampai 2 menit dan berakhir
dalam waktu 5 menit. Sedangkan waktu koagulasi pada ternak seperti sapi 6,5 menit,
kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5 menit, domba 2,5 menit, dan
anjing 2,5 menit (Frandson, 1992).
C. Waktu Pendarahan

Pembuluh darah yang terpotong atau rusak, maka akan terjadi penyempitan bagian
yang terluka. Hal ini terjadi karena kontraksi miogenikotot polos sebagai suatu plasma lokal
dan karena refleks simpatik yang merangsang serabut adrogenik yang menginversi otot polos
dinding pembuluh lokal. Kontraksi ini membuat darah yang keluar dari pembuluhdarah akan
berkurang
(Frandson, 1992).
Kisaran waktu pendarahan yang normal untuk manusia adalah 15 hingga 120 detik
(Guyton, 1983).
Pendarahan dapat berhenti sendiri misalnya dengan kontraksi vasa ditempat
pendarahan yang terjadi beberapa menit sampai beberapa jam. Apabila
pembuluh darah mengalami dilatasi, darah tidak keluar lagi karena sudah dicegah oleh
mekanisme trombosit. Vasa kontraksi timbul melalui beberapa jalan kontraksi langsung otot
pembuluh darah kemudian anoksia dan reflek lalu adanya serotonis yang keluar dari
trombosit yang menyebabkan vasa kontraksi (Schmid, 1997).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yakni besar kecilnya
luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas kadar hemoglobin dalam
darah (Dsyoghi, 2010).
Trombosit melekat pada endotel pada tepi-tepi pembuluh yang rusak. Hal ini terjadi
sampai elemen-elemen pembuluh darah yang putus menyempit. Penjedalan darah sangat
penting dalam mekanisme penghentiandarah (Guyton,1989).

Perdarahan yang hebat dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut:


1. Penyakit pada pembuluh darah yang mencegah kontraksi pada
pembuluh yang terpotong. Segera setelah pembuluh darah terpotong,
rangsangan dari pembuluh darah yang rusak itu menyebabkan dinding
pembuluh darah berkontraksi, sehingga dengan segera aliran darah
dari pembuluh darah yang pecah akan berkurang. Kontraksi terjadi
karena kerusakan pada dinding pembuluh darah mungkin

menimbulkan tranmisi potensial aksi sepanjang beberapa sentimeter


pada pembuluh darah, dan berakibat terjadinya kontraksi pembuluh
darah.
2. Defisiensi eritrosit (trombositopenia). Kurangnya eritrosit akan
menyebabkan proses pembekuan darah menjadi sulit, hal ini
disebabkan karena eritrosit penting dalam beberapa tahap
penghentian perdarahan. Trombositopenia dapat terjadi karena eritrosit
tidak diproduksi oleh sum-sum tulang atau karena mereka dihancurkan
oleh sirkulasi.
3. Kegagalan dalam mekanisme pembekuan darah normal. Bekuan mulai
terbentuk dalam 15 sampai 20 detik bila trauma pembuluh sangat
hebat, dan dalam 1 sampai 2 menit bila traumanya kecil. (Puzzy, 2009)
Perdarahan yang spontan juga dapat terjadi. Hal ini mungkin disebabkan karena :
1. Kelemahan dinding kapiler karena tidak cukupnya eritrosit yang
bergabung didalamnya.
2. Kegagalan untuk membentuk sumbatan eritrosit. Perdarahan kemudian
dapat terjadi karena pergerakan otot biasa atau trauma minimal.
(Puzzy, 2009)
Perdarahan juga dapat dihentikan dengan cara:
1. Kontraksi dinding pembuluh darah
2. Pembentukan sumbatan eritrosit pada lubang dalam pembuluh,
eritrosit melekat pada dinding yang rusak pada yang lainnya.
3. Pembentukan gumpalan fibrin yang terbentuk disekitar sumbatan
eritrosit dan akhirnya menggantikannya. (Puzzy, 2009)
Leukosit (Hitung total)
Nilai normal 4500-10000 sel/mm3
Neonatus 9000-30000 sel/mm3, Bayi sampai balita rata-rata 5700-18000 sel/mm 3, Anak 10 tahun
4500-13500/mm3, ibu hamil rata-rata 6000-17000 sel/mm3, postpartum 9700-25700 sel/mm3
Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus, parasit, dan sebagainya.
Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:

Anemia hemolitik

Sirosis hati dengan nekrosis

Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)

Keracunan berbagai macam zat

Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan sulfonamid.


Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis, anemia aplastik,
AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan kimiawi, dan
postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol,
diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.

Leukosit (hitung jenis)


Nilai normal hitung jenis

Basofil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3)

Eosinofil 1-3% (absolut 50-300 sel/mm3)

Netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm 3)

Netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/mm 3)

Limfosit 25-35% (absolut 1750-3500 sel/mm3)

Monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3)


- See more at: http://www.rhesusnegatif.com/article_detail.php?id=128#sthash.DYkzdNH7.dpuf
Leukosit ikan :
Leukosit memiliki ciri-ciri tidak berwarna dan jumlah leukosit ikan lele sehat berkisar antara (20150)x106 sel/ml (Bastiawan dkk. 2001 dalam Alamanda 2006). Jumlah total sel darah putih
(leukosit) tertinggi yaitu sebesar 1.88106 sel/mm3 dan terendah 0.14106 sel/mm3. Berdasarkan
data tersebut dapat dikatakan bahwa kondisi secara keseluruhan leukosit ikan berada dalam
tingkat yang tidak normal (sangat rendah). Jumlah total sel darah merah (eritrosit) tertinggi yaitu
sebesar 6.27106 sel/mm3 dan terendah 0.75106 sel/mm3. Jumlah eritrosit ikan lele normal
adalah 3.18106 sel/ml, sehingga diketahui dengan rendahnya eritrosit merupakan indikator
terjadinya anemia sedangkan tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stress
(Fransiska 2010).

Anda mungkin juga menyukai