Oleh :
RUCITRA WIDYASARI
F24103132
2007
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
RUCITRA WIDYASARI
F24103132
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
RUCITRA WIDYASARI
F24103132
Agustus 2007
Menyetujui,
Bogor,
Agustus 2007
RIWAYAT HIDUP
dari
Retno
anak
pertama
dari
dua
Andajani.
Penulis
Sekolah
ditempuh
dari
KATA PENGANTAR
8. Thalha Farizi, atas segala dukungan, doa dan perhatian serta segala hal yang
pernah dilalui.
9. Teman-teman ITP 40 Ican, Zano, Hendy, Oneth, Erik, Nooy, Arie, Beti,
Chitra, Wayan, Ade, Mona, Steph, Tatan, Tya, Ados, Mita, Adie, Danang,
Chusni, Yoga, Marto, Denang, Gilang, Aca, Ryal, Widi, Teddy, Meiko,
Kanin, Martin, Aji, especially my big team D, Andal, Dian, Sarwo, Usman,
Arga, Andreas, Agus, Santo, Ekus, Angel, Lasty, Gading, Maya, Anis, Ika,
Mae, Bos Mardi, Intan, Nana, Pau2, Dhea, Andrea, atas segala kegembiraan
disaat praktikum dan kuliah.
10. Temen-temen di Fits, mbak Febri, bu Rinrin, mbak Iin, mas Jejen, mas Narto,
mas Harsono, mang ujang dan temen-temen lainnya. Terimakasih atas semua
bantuan yang telah diberikan.
11. Semua teknisi dan laboran. Pak Sobirin, Pak Koko, Pak Rojak, Pak Wahid,
Teh Ida, Mbak Darsi, Bu Rubiyah, Pak Mul, Mas Edy, Bu Antin. Terima
kasih atas bantuannya.
12. Penghuni Wisma Karditha (Mbak Zenab, Mas Aga, Event, Ocha, Anis,
Bohai, Wati, Cici, Fitri, Lina, Mbak Nanin, Abdy, Iin, Mbak Rina dan Ibu
Wati) yang telah memberikan dukungan dan menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi penulis sehingga memudahkan dalam penyelesaian skripsi ini.
13. Dosen IPB dan ITP-FATETA periode 2003-2007 atas segala pengajaran dan
pendidikan serta kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis.
Semoga skripsi hasil penelitian akhir ini dapat memberika banyak manfaat
bagi yang memerlukannya. Akhirnya kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
perbaikan tulisan selanjutnya. Serta mohon maaf atas segala kesalahan dan
kekurangan dalam skripsi ini.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................
iii
Halaman
E. PENGAMATAN PRODUK TERPILIH ............................................ 19
1. Kadar Air ....................................................................................... 19
2. Kadar Abu ...................................................................................... 20
3. Kadar Protein ................................................................................. 20
4. Kadar Lemak.................................................................................. 21
5. Kadar Karbohidrat ......................................................................... 21
6. Nilai pH ......................................................................................... 21
7. Total Padatan Terlarut .................................................................. 21
8. Kekentalan ..................................................................................... 21
9. Uji Total Plate Count ..................................................................... 21
10. Uji Kapang-Khamir ...................................................................... 22
11. Kadar Vitamin C ........................................................................... 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tahap Penentuan Konsentrasi Flokulan Pada
Sari Buah Jambu Mete ......................................................................... 24
2. Tahap Penentuan Kadar Tanin 29
3. Tahap Penentuan Tingkat Pengenceran ............................................... 31
4. Tahap Penentuan Tingkat Kemanisan ................................................ 35
5. Tahap Formulasi ................................................................................. 38
A. MUTU FISIK SARI BUAH JAMBU METE .................................... 41
1. Keasaman (pH) ............................................................................. 41
3. Kekentalan .................................................................................... 42
C. MUTU KIMIA SARI BUAH JAMBU METE .................................. 42
1. Kadar Air ....................................................................................... 43
2. Kadar Abu ...................................................................................... 44
3. Kadar Protein ................................................................................. 44
4. Kadar Lemak.................................................................................. 44
5. Kadar Karbohidrat ......................................................................... 44
6. Kadar Vitamin C ........................................................................... 45
D. MUTU MIKROBIOLOGI SARI BUAH JAMBU METE ................ 45
iv
Halaman
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ................................................................................... 50
B. SARAN ............................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 51
LAMPIRAN................................................................................................... 53
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komposisi Kimia Buah Semu Mete Per 100 Gram .......................
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pembuatan Sari Buah Jambu Mete......................................... 5
Gambar 2. Histogram pengaruh penambahan tepung putih telur
terhadap skor rata-rata kesukaan warna ................................. 25
Gambar 3. Histogram pengaruh penambahan gelatin terhadap
skor rata-rata kesukaan warna ................................................ 26
Gambar 4. Histogram pengaruh penambahan tepung putih telur
terhadap skor rata-rata kesukaan aroma .................................. 26
Gambar 5. Histogram pengaruh penambahan gelatin terhadap
skor rata-rata kesukaan aroma................................................... 27
Gambar 6. Histogram pengaruh penambahan tepung putih telur
terhadap skor rata-rata kesukaan rasa ..................................... 28
Gambar 7. Histogram pengaruh penambahan gelatin terhadap
skor rata-rata kesukaan rasa..................................................... 28
Gambar 8. Grafik hasil uji organoleptik penambahan tepung putih telur
terhadap parameter rasa........................................................... 29
Gambar 9. Grafik hasil uji organoleptik penambahan gelatin terhadap
parameter rasa........................................................................... 29
Gambar 10. Rata-rata nilai kadar tanin minuman sari buah jambu mete
pada perlakuan dengan penambahan albumin ........................ 30
Gambar 11. Rata-rata nilai kadar tanin minuman sari buah jambu mete
pada perlakuan dengan penambahan tepung putih telur......... 30
Gambar 12. Pengamatan secara visual warna pada tingkat pengenceran .. 32
Gambar 13. Histogram pengaruh formulasi tingkat pengenceran
terhadap skor rata-rata kesukaan warna ................................ 33
Gambar 14. Histogram pengaruh formulasi tingkat pengenceran
terhadap skor rata-rata kesukaan aroma ................................
33
vii
Halaman
Gambar 16. Histogram pengaruh tingkat kemanisan terhadap
skor rata-rata kesukaan warna.................................................
36
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data hasil analisa proksimat produk akhir sari buah
jambu mete ...............................................................................
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
Lampiran 18. Sidik ragam uji hedonik rasa tingkat kemanisan .....................
70
71
Lampiran 20. Sidik ragam uji hedonik aroma tahap formulasi .....................
72
Lampiran 21. Sidik ragam uji hedonik rasa tahap formulasi ........................ . 73
ix
Halaman
Lampiran 22. Data hasil pengukuran pH minuman sari buah jambu mete 74
Lampiran 23. Hasil uji statistik kadar tanin ekstrak minuman sari buah
jambu mete pada perlakuan dengan penambahan albumin .. 74
Lampiran 24. Hasil uji statistik kadar tanin ekstrak minuman sari buah
jambu mete pada perlakuan dengan penambahan
tepung putih telur . 75
I. PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Buah semu mete (cashew apple) belum dimanfaatkan secara maksimal
karena memiliki rasa yang sepat, getir serta aroma yang kuat sehingga tidak
banyak diminati oleh masyarakat (Bambang, 1982). Hal ini berhubungan
dengan adanya kandungan fenolat. Senyawa fenolat tersebut sebenarnya
bermanfaat bagi kesehatan. Seperti yang dilaporkan oleh Kubo.,et al (1993)
bahwa senyawa fenolat seperti anacardic acid, cardols dan methyl cardols
mempunyai sifat anti tumor dan sebagai anti mikroba. Selain itu, juga
mengandung vitamin C yang sangat tinggi yaitu 204 mg/100 ml yang dapat
berfungsi sebagai antioksidan.
Salah satu faktor belum dimanfaatkannya buah semu mete adalah
belum tersedianya teknologi yang tepat untuk mengolah buah semu mete.
Padahal buah semu mete mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
minuman fungsional. Oleh karena itu, untuk meningkatkan daya terima produk
minuman fungsional buah semu mete ini antara lain dengan cara
menghilangkan sebagian senyawa tanin yang berpengaruh terhadap cita rasa
sepat buah semu mete. Penghilangan senyawa tanin ini dapat dilakukan, salah
satunya, dengan menambahkan beberapa senyawa flokulan serta formulasi
gula dalam jumlah yang tepat, sehingga dihasilkan produk berupa minuman
sari buah yang disukai oleh masyarakat.
Pengolahan buah mete di Indonesia sebenarnya telah dilakukan sebagai
bahan pembuatan anggur di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Usaha tersebut
dilakukan pada tahun 1978 namun hingga kini belum menampakkan hasil
yang memuaskan, karena masih terbatasnya konsumen minuman beralkohol di
Indonesia. Beberapa usaha lain yang sudah dikembangkan antara lain abon
mete, sirup mete, selai mete, maupun sebagai cuka makan.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan uji coba pengembangan
teknologi pengolahan buah semu mete menjadi minuman sari buah jambu mete
(Anacardium occidentale L) yang dapat diterima oleh Konsumen. Penelitian
A.
SARI BUAH
Pembuatan sari buah merupakan salah satu cara menyelamatkan kelebihan
produksi buah-buahan dan menghindari dari ketergantungan terhadap musim.
Selain itu, pembuatan sari buah juga bertujuan untuk meningkatkan ketahanan
simpan dan daya guna buah-buahan.
Menurut SNI 01-3719-1995, minuman sari buah adalah minuman ringan
yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula
dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sari buah antara lain, buah
yang digunakan haruslah segar, banyak tersedia dan mengandung kadar air yang
tinggi (juicy), tidak hambar, serta tidak rusak dan tidak busuk (Ashurst, 1995).
Pada umumnya sari buah diperoleh dari buah-buahan setelah melalui tahap
ekstraksi, klarifikasi, dearasi, pasteurisasi, pengalengan atau pembotolan,
pemekatan, dan selanjutnya dilakukan pendinginan. Sedangkan untuk buahbuahan tertentu, dapat dilakukan modifikasi terhadap proses pengolahan
tersebut, bergantung pada sifat buah dan sari buah yang diinginkan. Berikut
adalah penjelasan dari tahap-tahap diatas :
1. Ekstraksi
Metoda yang digunakan untuk mengekstraksi sari buah dari buahbuahan tropis sangat beragam, tergantung dari struktur dan komposisi buah.
Sari buah dapat dipisahkan dari jaringan padat dengan menggunakan alat-alat
screw extractor, centrifugal machines atau dengan saringan (Ashurst, 1995).
2. Klarifikasi
Menurut Potter (1973), klarifikasi bertujuan untuk menghilangkan
sisa pulp dari sari buah dengan cara penyaringan, pengendapan, atau
sentrifugasi. Sari buah yang tidak dimurnikan akan berakibat terjadinya
pengendapan partikel-partikel pulp setelah sari buah dibotolkan, hal ini tidak
diinginkan karena akan menurunkan penerimaan konsumen.
3. Deaerasi
Proses deaerasi ditujukan untuk mengurangi kerusakan vitamin C dan
perubahan yang disebabkan oleh adanya oksigen (Potter, 1973). Selain itu,
faktor-faktor lain penyebab kehilangan vitamin C selama pengolahan dan
penyimpanan
adalah
cara
pengolahan
yang
salah
dan
temperatur
penyimpanan yang tinggi. Vitamin C relatif stabil pada sari buah yang
mempunyai pH rendah dengan kandungan asam sitrat yang tinggi. Namun
pada keadaan sebaliknya, vitamin C akan sangat labil (Kusnandar dan
Andarwulan, 2006). Vitamin C adalah vitamin paling tidak stabil diantara
semua vitamin yang mudah mengalami kerusakan selam proses pengolahan
dan penyimpanan. Vitamin ini memiliki sifat sangat mudah larut dalam air,
mudah teroksidasi, dalam proses ini dipercepat oleh panas, sinar, alkali serta
oleh katalis tembaga dan besi.
4. Pasteurisasi
Pasteurisasi bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen dan
menginaktifkan enzim. Pasteurisasi bukan bertujuan untuk membunuh spora
bakteri, tapi untuk mencegah agar spora tersebut tidak berkembang.
Pasteurisasi terdiri dari beberapa metode, seperti flash pasteurisation yang
menggunakan plate heat exchanger, batch pasteurisation, dan in pack
pasteurisation (hot filling) (Ashurst, 1995).
5. Pengalengan
Pengalengan merupakan cara pengemasan bahan pangan dalam wadah
kaleng tertutup rapat (hermetis) dan disterilisasi dengan panas. Cara
pengemasan ini umum dilakukan pada industri sari buah, karena dapat
mempertahankan nilai gizi, cita rasa dan daya tarik. Keuntungan pembotolan
(gelas) dalam pengemasan sari buah dibandingkan dengan kaleng antara lain
transparan,
6. Penyimpanan dingin
Penyimpanan dingin (chilling storage) merupakan cara penyimpanan
bahan atau produk pangan dibawah suhu 15C dan diatas titik beku
bahan/produk. Penyimpanan dingin merupakan salah satu cara menghambat
turunnya mutu sari buah, disamping penambahan zat-zat pengawet kimia dan
konsentrasi
gula
yang
tinggi.
Pendinginan
akan
menurunkan
laju
mesenteroides,
lendir
dihasilkan
oleh
Leuconostoc
Jumlah
C 86,1 (g)
Karbohidrat
12,6 (g)
Protein
0,8 (g)
Lemak
0,2 (g)
Serat
0,6 (g)
Abu
0,3 (g)
Vitamin C
200,0 (mg)
19,0 (mg)
Fe
0,4 (mg)
Vitamin B1
0,2 (mg)
Vitamin B2
0,2 (mg)
Ca
0,2 (mg)
Niasin
0,5 (mg)
Tanin
0.32 %
TANIN
Tanin adalah kelompok senyawa fenolat dengan bobot molekul 500-3000
dan dapat bereaksi dengan protein membentuk kompleks protein-tanin yang
tidak larut pada konsentrasi dan pH tertentu. Hal ini terjadi pada kondisi bobot
molekul rendah, stabilitas kompleks rendah, sedangkan pada bobot molekul
tinggi, proses penyamakan tidak efektif karena terlalu besar untuk penetrasi
serat.
Tanin tidak selalu berwarna kuning atau cokelat. Asam tanat yang dapat
dibeli di pasaran mempunyai BM 1,701 dan kemungkinan besar terdiri dari
sembilan molekul asam galat dan sebuah molekul glukosa (Winarno, 1992).
Tanin yang terdapat dalam tumbuhan berpembuluh dapat diekstraksi pada
bagian kayu dan kulit kayu dengan menggunakan air atau pelarut organik
seperti aseton atau etanol.
Tanin dalam berbagai jenis tanaman memilki struktur kimia dan reaksi yang
berbeda-beda tetapi memiliki sifat yang sama yaitu dapat mengendapkan gelatin
dan protein. Tanin alami larut dalam air dan dapat menyebabkan terjadinya
perubahan warna pada larutan mulai dari warna terang, merah tua dan cokelat,
sehingga tiap-tiap tanin memiliki warna yang khas sesuai sumbernya. Menurut
Winarno (1992), oksidasi tanin akan menghasilkan senyawa berwarna coklat
yang tidak mampu mengendapkan protein.
Menurut Winarno (1992), tanin terdiri dari katekin, leukoantosianin dan
asam hidroksi yang masing-masing dapat menimbulkan warna bila bereaksi
dengan ion logam. Senyawa-senyawa yang dapat bereaksi dengan protein dalam
proses penyamakan kulit kemungkinan besar terdiri dari katekin dengan berat
molekul sedang, sedangkan katekin dengan berat molekul rendah banyak
ditemukan pada buah-buahan dan sayuran.
Istilah tanin yang digunakan dalam bidang pangan ada dua macam. Tipe
pertama adalah condensed tannin yang merupakan polimer dari katekin (flavan3-ol) dan leukoantosianin (flavan-3,4-diol). Bentuk kedua adalah hydrolyzable
dapat
digunakan
sebagai
penjernih,
seperti
untuk
menjernihkan minuman jus buah. Gelatin juga menyerap kandungankandungan yang dapat menyebabkan bahan minuman ini menjadi berembun
sehingga menimbulkan kesan kotor pada wadahnya.
b. Albumin
Albumin atau putih telur tersusun atas empat lapis, yaitu bagian tipis
luar, bagian kokoh, bagian tipis dalam, dan lapisan khalsiferus. Komposisi
putih telur tersusun atas protein, sebagai komponen utama. Kandungan
lemak dalam putih telur dapat diabaikan, karena jumlahnya yang sangat
sedikit. Kandungan karbohidrat dalam putih telur berupa karbohidrat bebas
dan karbohidrat yang terikat dengan protein, dimana sekitar 98% dari
karbohidrat bebas dalam putih telur adalah glukosa.
Putih telur atau albumin mengandung protein yang cukup tinggi.
Protein yang terkandung dalam telur merupakan protein berkualitas terbaik
dan dianggap mempunyai nilai biologi 100. albumin telur biasa digunakan
untuk mengurangi rasa sepat pada anggur merah (red wines) dengan
menurunkan kadar tanin. Albumin telur juga dapat digunakan untuk
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
1.
2.
pH
Kadar Air, b/b
6,5-7,5
Maks. 8
3.
4.
5.
6.
%
%
%
7.
7.1.
7.2.
7.3.
Cemaran Mikroba :
Total Bakteri
Coliform
Salmonella
koloni/g
koloni/g
8
8.1.
8.2.
8.3.
Cemaran Logam :
Tembaga (Cu)
Zeng
(Zn)
Timbal
(Pb)
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks. 5
Maks. 1
Min. 75
Maks. 0,5
Maks. 1 x 103
Maks. 1
Tidak boleh ada
Maks. 6,0
Maks. 10,0
Maks. 1,0
* SNI 01-4323-1996
E. MEKANISME PENGIKATAN TANIN
Menurut Winarno (1992), interaksi protein-tanin dipengaruhi oleh :
1. Karakteristik protein seperti komposisi asam amino dan titik isoelektrik,
2. Karakteristik tanin seperti bobot molekul, struktur dan heterogenitas tanin,
3. Kondisi pereaksi seperti pH, temperatur, komposisi pelarut dan waktu.
Semakin rendah pH, jumlah protein-tanin yang berinteraksi semakin kecil.
Hal ini menunjukkan penurunan afinitas tanin terhadap protein untuk membentuk
kompleks dikarenakan adanya efek elektrostatik dari protein. Pada pH tinggi
dimana grup fenolhidroksil terionisasi, maka tanin tidak berinteraksi dengan
protein.
10
11
disebut
-D-gluko-piranosil--D-fruktofuranosida
dan
rumus
molekul C12H22 011. Secara komersial, sukrosa diproduksi dari gula tebu atau
gula bit dan didapat dalam bentuk gula pasir atau sirup. Sukrosa mempunyai
berat molekul 342,30 dan terdiri dari gugus glukosa dan fruktosa. Sukrosa
memiliki peranan yang sangat penting dalam teknologi pangan, karena
fungsinya yang beraneka ragam, yaitu sebagai pemanis, pembentuk tekstur,
pengawet, pembentuk citarasa, sebagai bahan pengisi, pelarut dan sebagai
pembawa trace element (Nicol, 1979).
Fungsi utama sukrosa sebagai pemanis memegang peranan penting, karena
dapat meningkatkan penerimaan dari suatu makanan, yaitu dengan menutupi
citarasa yang tidak menyenangkan. Rasa manis sukrosa bersifat murni, karena
tidak ada after taste, yaitu citarasa kedua yang timbul setelah citarasa
pertama. Disamping itu sukrosa juga memperkuat citarasa pada makanan,
karena menyeimbangkan rasa asam, pahit dan asin melalui reaksi kimia
seperti karamelisasi. Sukrosa umum digunakan sebagai standar tingkat
kemanisan bagi bahan pemanis lainnya (Nicol,1979). Konsentrasi gula yang
ditambahkan pada pembuatan sari buah berkisar antara 11-15 %.
b. Lemon
Lemon termasuk ke dalam famili Rutaceae dan genus Citrus. Genus
Citrus mempunyai beberapa jenis spesies diantaranya jeruk manis (Citurs
sinensis), jeruk Tangerine (Citrus nobilis), jeruk besar (Citrus maxima), dan
Lemon (Citrus medica). Buah lemon termasuk golongan buah sejati karena
terjadi dari buah dengan satu bakal buah saja (Sarwono, 1994).
Jeruk sitrun asli atau lemon (Citurs medica var lemon) bentuknya bulat
telur dan mempunyai puting pada ujungnya. Di Indonesia lebih dikenal
dengan sebutan lemon susu daripada jeruk sitrun. Asam sitrat pada jeruk
sitrun kadarnya berkisar antara 7-8 %, jeruk nipis sekitar 8.7 %, jeruk manis
12
1.4 %, jeruk keprok 1.9 %, keprok siam 2.6 % dan jeruk purut 6.4 %
(Sarwono, 1994).
Warna buah jeruk yang mengarah ke kuning, oranye dan merah
disebabkan oleh pigmen-pigmen karotenoid yang terletak diantara kloroplas
dan kulir. Beberapa jenis pigmen tersebut tidak dapat berkembang kecuali
jika tercapai suhu dibawah 13 C selama beberapa jam. Hal inilah yang
menyebabkan warna buah jeruk di daerah tropis dapat berbeda dengan buah
jeruk di daerah subtropis. Di derah tropis, warna buah jeruk dapat tetap hijau
walaupun telah matang (Samson, 1980).
13
A. BAHAN
Bahan utama yang digunakan dalam proses pembuatan sari buah jambu
mete adalah buah mete dengan tingkat kematangan kira-kira 90% yang berasal
dari daerah Lombok Barat bagian utara Provinsi NTB, bahan lainnya adalah gula,
garam, air, dan beberapa jenis flokulan yaitu gelatin yang diperoleh melalui PT.
Prambanan Kencana, tepung putih telur yang diperoleh dari Behn Meyer Kimia
serta putih telur.
Bahan-bahan yang digunakan dalam analisa produk adalah aquades,
larutan pati, larutan Iod 0,01 N, indikator fenolftalein, larutan NaOH 0,1 N, folin
denis, larutan standar asam tanat, Na2CO3, KIO3 , KI, HCl, I2, larutan NaCl,
larutan asam oksalat, kertas saring, media PDA cair, dan larutan pengencer.
Semua bahan kimia yang digunakan untuk keperluan analisis diperoleh dari
teknisi laboratorium ITP.
B. ALAT
Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan sari buah jambu mete
adalah waring blender, timbangan digital halus, baskom, toples, sendok
pengaduk, sendok makan, kompor, panci ukuran besar, pisau, refraktometer,
pengukur kekentalan, pH meter, cup plastik ukuran 200 ml.
Alat-alat untuk analisis yang diperoleh dari Laboratorium Departemen
ITP adalah pipet tetes, pipet volumetrik 10, 5, dan 2 ml, gelas piala ukuran 100
dan 400 ml, cawan alumunium, cawan porselen, cawan petri, gelas ukur 10,100
dan 300 ml, desikator, alat destilasi, labu kjeldahl, erlenmeyer 100, 300 dan 1000
ml, neraca analitik, inkubator 30 C, dan tabung reaksi.
Biji
Mete
Garam
Tangkai
Flokulan
Penambahan flokulan
Penyaringan
Air, Gula,
Bahan Lain
15
Proses pengolahan sari buah jambu mete ini diawali dengan menyiapkan
buah mete dengan tingkat kematangan kira-kira 90%, buah mete dicuci, serta
dibuang biji dan tangkainya. Selanjutnya buah mete direndam dalam larutan
garam panas 2% serta diblansir selama 5 menit. Buah mete kemudian dihaluskan
dengan menggunakan waring blender lalu disaring dengan kain blacu untuk
memisahkan dengan ampasnya. Selanjutnya ditambahkan beberapa jenis flokulan
dan disaring untuk memisahkan dengan tanin yang terikat. Sari buah kemudian
ditambahkan dengan beberapa jenis bahan tambahan seperti gula, garam dan
bahan-bahan lain, lalu dilakukan pembotolan dan dipasteurisasi.
D. METODOLOGI PENELITIAN
Proses pengolahan sari buah jambu mete ini terbagi menjadi beberapa
tahap yaitu pemilihan jenis flokulan, pengujian kadar tanin, tingkat pengenceran,
tingkat kemanisan, serta formulasi dengan beberapa bahan tambahan.
1. Pemilihan Jenis Flokulan
Flokulan digunakan sebagai bahan pengikat tanin untuk mengurangi
rasa sepat karena adanya senyawa tanin pada buah mete. Selain itu, flokulan
juga berfungsi sebagai stabilizer sehingga tidak akan terbentuk endapan
pada sari buah, endapan itu sendiri berasal dari pulp yang berasal dari sari
buah jambu mete setelah penyaringan atau juga dapat berasal dari tanin yang
tersisa. Jenis flokulan yang dipilih adalah gelatin, tepung putih telur dan
putih telur. Konsentrasi jenis flokulan yang dipilih disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Konsentrasi flokulan
Jenis flokulan
Gelatin
Tepung Putih Telur
Putih Telur
Konsentrasi flokulan
0,3 %
0,4 %
0,5 %
0,01 %
0,02 %
0,03 %
0,3 %
0,4 %
0,5 %
16
17
pengenceran terhadap sari buah jambu mete, dilakukan trial error untuk
mendapatkan kisaran pengenceran yaitu pada tingkat pengenceran 1:2, 1:1
dan tanpa pengenceran. Ternyata pada tingkat pengenceran 1:1 dan tanpa
pengenceran, aroma sari buah jambu mete masih terlalu kuat dan rasa yang
masih terlalu asam dan getir dibandingkan pada pengenceran 1:2. Sehingga
uji dilanjutkan dengan panelis sebanyak 30 orang dengan rentang tingkat
pengenceran yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Tingkat Pengenceran
Jenis flokulan
Tepung Putih Telur
Tingkat Pengenceran
1:2
1:3
1:4
4. Tingkat Kemanisan
Tahap ini bertujuan memperoleh tingkat kemanisan yang paling
disukai konsumen, kadar gula yang ditambahkan adalah dengan tingkat
kemanisan 10Brix, 11.5Brix, dan 13Brix.
5.
Formulasi
Formulasi dilakukan dengan penambahan beberapa bahan seperti
perasan jeruk lemon 5% atau essence lemon 0.05% serta garam 0.01%.
Penambahan bahan-bahan tersebut dimaksudkan untuk menyeimbangkan
rasa asam yang ada sehingga lebih disukai konsumen. Penambahan
dilakukan setelah mendapatkan formula dari tahap pemilihan flokulan
hingga tingkat kemanisan yang diinginkan. Formula produk yang didapat
merupakan produk akhir yang akan diuji lebih lanjut.
E.
18
19
20
6. Nilai pH
Pengukuran jilai pH dilakukan dengan menggunakan pH-meter.
Pengukuran nilai pH dilakukan sebanyak lima kali untuk setiap sari buah
mete.
7. Total Padatan Terlarut
Total padatan terlarut diukur dengan refraktometer dengan kisaran
pembacaan dari nol hingga 90 persen. Pengukuran total padatan terlarut
dilakukan sebanyak lima kali untuk setiap contoh sari buah mete.
8. Kekentalan
Kekentalan ditentukan dengan mempergunakan alat pengukur
kekentalan viscometer brookefield. Alat ini mengukur viskositas absolut.
Prinsip pengukuran yang dilakukan adalah dengan mengukur besarnya
besarnya hambatan akibat kekentalan atau viskositas suatu fluida yang
dialami silinder atau piringan saat berputar dalam fluida yang diukur.
9. Uji Total Plate Count (Fardiaz, 1992)
Sampel sebanyak 10 ml ditambahkan 90 ml larutan pengencer.
Pengenceran dibuat hingga 10-4. Sebanyak 0,1 ml sampel yang telah
diencerkan dimasukkan ke dalam masing-masing dua cawan petri (duplo)
steril yang selanjutnya dituangkan media PCA steril yang telah didinginkan
hingga suhunya 47-50 C sebanyak 10-15 ml dan digoyangkan secara
mendatar diatas meja supaya contoh menyebar rata. Cawan berisi agar yang
sudah membeku diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 30C selama 2
hari. Total bakteri ditetapkan dengan SPC (Standard Plate Count).
Koloni per ml = Jumlah koloni/cawan x
1
pengenceran
21
agar yang sudah membeku diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu
30C selama 2 hari. Total bakteri ditetapkan dengan SPC (Standard Plate
Count).
Koloni per ml = Jumlah koloni/cawan x
1
pengenceran
22
23
Buah jambu mete yang dipilih pada pembuatan sari buah jambu mete adalah
buah jambu mete dengan tingkat kematangan kira-kira 90 % (matang). Berdasarkan
analisis dengan penetometer, kekerasan buah jambu mete dengan kisaran
kematangan 90 % yaitu 9.27 mm per 5 detik per gram, dan dengan uji kromatometer
didapatkan rentang warna buah jambu mete 90 % yaitu dengan nilai L = 56.45, a= +
15.41 dan b = + 38.92, dimana nilai L menunjukkan kecerahan, nilai a menunjukkan
intensitas warna merah hijau dan nilai b menunjukkan intensitas warna kuning biru.
Nilai L ini akan terus menurun pada buah yang lewat matang. Pada buah jambu mete
yang terlalu matang aroma khasnya akan tidak terasa dan rasa sepat sudah hilang,
sedangkan buah mete yang terlalu muda rasa sepatnya terlalu kuat dan aromanya
belum keluar, cairan saat penyaringan pun masih sangat sedikit. Sari buah yang
didapat tanpa penambahan apapun, memiliki rasa yang sangat sepat dan getir serta
aroma yang sangat kuat, sehingga akan sangat mempengaruhi penerimaan.
Dengan karakteristik produk yang kurang bagus tersebut, dilakukan beberapa
tahap perlakuan, yaitu tahap penambahan flokulan dengan sebelumnya menentukkan
jenis flokulan yang akan digunakan, penentuan tingkat pengenceran, penentuan
tingkat kemanisan, serta tahap formulasi dengan penambahan bahan-bahan
pendukung sari buah. Perbaikan tersebut dilakukan dengan perlakuan lain yang
sama.
1. Tahap Penentuan Konsentrasi Flokulan Pada Sari Buah Jambu Mete
Pada tahap ini dilakukan pemilihan beberapa jenis flokulan , yaitu tepung
putih telur dan gelatin. Sebelumnya telah dilakukan uji coba pengurangan kadar
tanin dengan menggunakan flokulan putih telur. Penambahan putih telur pada
konsentrasi 0.3 % memberikan hasil cukup disukai dibandingkan dengan kedua
konsentasi lainnya, penentuan hasil ini didasarkan pada uji organoleptik dengan
panelis yang terbatas. Untuk selanjutnya digunakan flukolan gelatin dan tepung
putih telur sebagai bahan pengikat tanin yang akan diuji organoleptik oleh 16
orang panelis, hal ini diasumsikan penggunaan tepung putih telur lebih hemat
dibandingkan putih telur, yang apabila dikonversikan maka 0.3 % putih telur
sebanding dengan 0.03 % tepung putih telur. Penambahan tepung putih telur pada
konsentrasi 0.01 %, 0.02 % dan 0.03 %, sedangkan gelatin pada konsentrasi 0.3
%, 0.4 % dan 0.5 %. Kisaran konsentrasi ini diperoleh berdasarakan riset yang
telah ada sebelumnya sehingga didapatkan rentang formulasi dan jumlah flokulan
yang lebih sedikit. Rentang formulasi yang lebih sedikit dilakukan untuk
mendapatkan formula seoptimal mungkin. Penentuan konsentrasi flokulan
dilakukan berdasarkan uji organoleptik yang dilakukan dengan parameter warna,
aroma, rasa.
a. Nilai warna
Berdasarkan hasil uji hedonik terhadap parameter warna, didapatkan
hasil yang tidak berbeda nyata baik pada penambahan dengan tepung putih
telur maupun gelatin. Penambahan tepung putih telur pada konsentrasi
0.01%, 0.02% dan 0.03% memberikan rataan nilai 4,54 (netral/biasa) dimana
pada konsentrasi 0.03% sebanyak 31.25% menyatakan agak suka dan suka.
Dan untuk penambahan dengan gelatin, rataan nilai terhadap warna
menunjukkan kisaran antara 4,19-4,81 (netral/biasa) dimana pada konsentrasi
penambahan 0.5%, sebanyak 37.5 % panelis menyatakan suka. Hal ini dapat
disebabkan karena formula yang diujikan belum mendapat takaran
pengengenceran yang sesuai, sehingga selanjutnya dilakukan pengujian
terhadap tingkat pengenceran. Hasil sidik ragam (Lampiran 7) juga
menyatakan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap parameter warna dari
Skor kesukaan
4.75
4.44
0.01%
4.44
0.02%
0.03%
Konsentrasi
25
Skor kesukaan
4.81
4.9
4.8
4.7
4.6
4.5
4.4
4.3
4.2
4.1
4
3.9
3.8
4.38
4.19
0.30%
0.40%
Konsentrasi
0.50%
Gambar 3. Histogram pengaruh penambahan gelatin terhadap skor ratarata kesukaan warna
b. Nilai aroma
Hasil uji hedonik yang dilakukan berdasarkan parameter aroma juga
memberikan hasil yang tidak berbeda nyata. Untuk penambahan tepung putih
telur, nilai yang didapat sebesar 4.06 (netral/biasa) (Gambar 4) dimana 25%
panelis menyatakan agak tidak suka dan dengan penambahan gelatin
memiliki rataan nilai sebesar 3.38-3.88 (agak tidak suka) (Gambar 5).
4.5
4.06
4.06
4.06
0.02%
0.03%
Skor kesukaan
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0.01%
Konsentrasi
G
Gambar 4. Histogram pengaruh penambahan tepung putih telur
terhadap skor rata-rata kesukaan aroma
26
Skor kesukaan
3.9
3.88
3.88
3.8
3.7
3.6
3.5
3.38
3.4
3.3
3.2
3.1
0.30%
0.40%
0.50%
Konsentrasi
terhadap
rasa
pada
penambahan
tepung
putih
telur
menunjukkan rataan nilai antara 3.06 5.06 (agak tidak suka agak suka).
Data ini disajikan pada Gambar 6. Sedangkan dengan penambahan gelatin
memiliki rataan nilai 2.03-5.06 (tidak suka-agak suka). Data disajikan pada
Gambar 7.
27
6
5.06
Skor kesukaan
4.13
4
3.06
3
2
1
0
0.01%
0.02%
0.03%
Konsentrasi
6
5.06
4.63
Skor kesukaan
5
4
2.63
3
2
1
0
d
Konsentrasi
28
suka dan agak tidak suka, 12.5% menyatakan netral, 25% menyatakan agak
suka bahkan setengahnya (50%) menyatakan suka. Data ditunjukkan pada
Gambar 9.
60
sangat tidak suka
Jumlah (%)
50
tidak suka
40
30
agak suka
20
suka
10
sangat suka
0
0.01%
0.02%
0.03%
Konsentrasi
60
sangat tidak suka
Jumlah (%)
50
tidak suka
40
30
agak suka
20
suka
10
sangat suka
0
0.30%
0.40%
0.50%
Konsentrasi
29
0.2
0.18
0.16
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
rata-rata ulangan 1
rata-rata ulangan 2
0%
0.01%
0.02%
0.04%
0.06%
Konsentrasi (% b/v)
Gambar 10. Rata-rata nilai kadar tanin minuman sari buah jambu mete
pada perlakuan dengan penambahan albumin
Berdasarkan Gambar 10 diketahui bahwa nilai rata-rata kadar tanin untuk
masing-masing minuman sari buah jambu mete yang ditambah albumin atau
tepung putih telur memiliki nilai terendah pada konsentrasi 0.06%. Hal ini terjadi
karena dengan semakin banyak konsentrasi flokulan yang ditambahkan maka
0.08
rata-rata ulangan 2
0.06
0.04
0.02
0
0%
0.01%
0.02%
0.04%
0.06%
Konsentrasi (% b/v)
Gambar 11. Rata-rata nilai kadar tanin minuman sari buah jambu mete
pada perlakuan dengan penambahan tepung putih telur
Sedangkan dari hasil uji lanjut Duncan pada masing-masing konsentrasi
dengan penambahan albumin diketahui bahwa pada konsentrasi 0.04 % dan 0.06
% berbeda nyata dengan penambahan pada konsentrasi 0 %, 0.01 % dan 0.02 %,
namun tiap konsentrasinya tidak berbeda nyata (p>0.05) (Lampiran 23).
Sedangkan dengan penambahan tepung putih telur setiap penambahan
konsentrasi nilai kadar taninnya berbeda nyata (p<0.05) (Lampiran 24).
30
31
terlihat bahwa pada minuman tidak terdapat perbedaan secara nyata antar
formula baik pada tingkat pengenceran 1:2, 1:3 maupun 1:4 (Gambar 12).
Pengenceran
1:2
Pengenceran
1:3
Pengenceran
1:4
buah
jambu mete yang disajikan pada Gambar 13 juga menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata pada taraf 5 %. Hasil uji organoleptik terhadap warna
formula minuman sari buah jambu mete menunjukkan rataan nilai antara
4.43 4.77 (netral/biasa) dan pada tingkat pengenceran 1:3 sebanyak 3.33%
panelis menyatakan sangat suka, jumlah panelis ini lebih tinggi dibandingkan
dua sampel lainnya yang masing-masing hanya 0 %. Rataan nilai skala
hedonik netral atau biasa ini menandakan bahwa warna minuman sari buah
jambu mete yang dihasilkan dari tahap tingkat pengenceran yang dilakukan
masih kurang diterima panelis dan diperlukan penyempurnaan proses agar
warna yang dihasilkan lebih disukai panelis. Hasil sidik ragam (Lampiran 13)
menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan konsentrasi gula dari ketiga
formula minuman sari buah jambu mete kering tidak berpengaruh nyata
terhadap skor kesukaan warna pada taraf selang 0.05 (P>0.05).
32
4.9
Skor Kesukaan
4.8
4.83
4.77
4.7
4.6
4.5
4.43
4.4
4.3
4.2
A
Keterangan :
A: Sari buah jambu mete tingkat pengenceran 1:2
B: Sari buah jambu mete tingkat pengenceran 1:3
C: Sari buah jambu mete tingkat pengenceran 1:4
(E,Z)-2,4-decadienal,
(E,E)-2,4-decadienal,
beta-
33
hedonik netral ini dikarenakan jambu mete tergolong buah beraroma kuat
sehingga diperlukan tingkat pengenceran yang lebih tinggi lagi agar lebih
disukai konsumen, akan tetapi komponen aktif yang diinginkan sudah sedikit
atau tidak ada sama sekali. Hasil sidik ragam (Lampiran 14) menunjukkan
bahwa perbedaan perlakuan tingkat pengenceran tidak berpengaruh nyata
terhadap skor kesukaan aroma pada taraf selang 5 % (P>0.05). Karena hasil
uji yang tidak berbeda nyata, pengenceran 1:3 digunakan sebagai tingkat
pengenceran untuk formulasi selanjutnya karena diharapkan pada tingkat
pengenceran 1:3 minuman sari buah jambu mete tidak terlalu kental, dan
komponen aktif yang diharapkan masih ada.
4.5
4.47
skor kesukaan
4.45
4.4
4.4
4.35
4.3
4.3
4.25
4.2
A
tingkat pengenceran
Keterangan :
A: Sari buah jambu mete tingkat pengenceran 1:2
B: Sari buah jambu mete tingkat pengenceran 1:3
C: Sari buah jambu mete tingkat pengenceran 1:4
34
kandungan tanin dari buah mete yang menyebabkan adanya rasa sepat dan
getir.
Hasil sidik ragam (Lampiran 15) menunjukkan bahwa perbedaan
tingkat pengenceran tidak berpengaruh nyata terhadap skor kesukaan rasa
pada taraf selang 0.05 (P<0.05). Hal ini terlihat dari rataan nilai antara 4.775.07 (netral/biasa-agak suka). Rataan nilai kesukaan panelis terhadap rasa
formula minuman sari buah jambu mete disajikan pada Gambar 15. Karena
hasil rataan yang didapat tidak berbeda nyata dan presentase panelis yang
merata, maka untuk uji selanjutnya mengacu pada hasil uji dengan parameter
Skor Kesukaan
5.1
5.05
5
4.95
4.9
4.85
4.8
4.75
4.7
4.65
4.6
4.97
4.77
Tingkat Pengenceran
Keterangan :
A: Sari buah jambu mete tingkat pengenceran 1:2
B: Sari buah jambu mete tingkat pengenceran 1:3
C: Sari buah jambu mete tingkat pengenceran 1:4
35
13 Brix. Rataan nilai kesukaan terhadap warna formula minuman sari buah
jambu mete yang disajikan pada Gambar 16 juga menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata pada taraf 5 %. Hasil uji organoleptik terhadap warna
formula minuman sari buah jambu mete menunjukkan rataan nilai antara 55.13 (agak suka). Rataan nilai skala hedonik agak suka ini menandakan
bahwa warna minuman sari buah jambu mete yang dihasilkan dari tahap
tingkat pengenceran yang dilakukan sudah mulai meningkat namun masih
kurang diterima panelis dan diperlukan penyempurnaan proses agar warna
yang dihasilkan lebih disukai panelis.
Hasil sidik ragam (Lampiran 16) menunjukkan bahwa perbedaan
perlakuan konsentrasi gula dari ketiga formula minuman sari buah jambu
mete tidak berpengaruh nyata terhadap skor kesukaan warna pada taraf
selang 0.05 (P>0.05).
5.15
5.1
Skor kesukaan
5.1
5.05
5.03
5
4.95
4.9
4.9
4.85
4.8
10%
11.50%
13%
Tingkat kemanisan
36
4.93
5
4.73
Skor kesukaan
4.8
4.6
4.4
4.27
4.2
4
3.8
10%
11.50%
13%
Tingkat kemanisan
37
(P<0.05) oleh karena itu, tingkat kemanisan 11.5 Brix digunakan untuk tahap
selanjutnya, yaitu tahap formulasi. Data-data ini disajikan pada Gambar 18.
5.15
5.13
5.13
11.50%
13%
Skor kesukaan
5.1
5.05
5
5
4.95
4.9
10%
Tingkat kemanisan
Gambar 18. Histogram pengaruh tingkat kemanisan terhadap skor ratarata kesukaan rasa
5. Tahap Formulasi
Formulasi pada tahap ini dilakukan untuk menyempurnakan formulasiformulasi yang sudah dilakukan dan diujikan sebelumnya, yaitu sari buah jambu
mete dengan penambahan flokulan 0.01 %, tingkat pengenceran 1:3 serta derajat
kemanisan 11.5 Brix. Bahan-bahan yang ditambahkan antara lain lemon 5%
atau essence lemon 0.05 % yang selanjutnya akan dibandingkan dengan formula
yang sudah ada. Penambahan lemon dimaksudkan untuk menegaskan rasa asam
yang timbul serta untuk memperbaiki flavor yang muncul. Penambahan bahanbahan tersebut akan diujikan dengan parameter warna, aroma serta rasa.
a. Nilai warna
Penambahan bahan-bahan seperti lemon dan essence lemon tidak
memberikan warna pada minuman sari buah jambu mete terlihat dari hasil
sidik ragam yang tidak berbeda nyata (Lampiran 19). Hasil pengujian
organoleptik terhadap aroma formula minuman sari buah jambe mete
menunjukkan nilai tertinggi yaitu 4.73 (netral/biasa) merupakan formulasi
tanpa penambahan apapun (formula dasar). Data ditunjukkan pada Gambar 32.
Skala hedonik menunjukkan bahwa pada formula dasar tidak ada panelis
(0%) yang menyatakan sangat tidak suka dan sangat suka, 3.33% panelis
38
menyatakan tidak suka, 10% menyatakan agak tidak suka, 26.67% menyatakan
netral/biasa dan sebanyak 30% panelis masing-masing menyatakan agak suka
dan suka. Data ditunjukkan pada Gambar 19.
4.8
4.73
4.7
Skor kesukaan
4.6
4.53
4.5
4.4
4.27
4.3
4.2
4.1
4
A
Form ulasi
Keterangan :
A = Formula dasar
B = Penambahan essence lemon 0.05 %
C = Penambahan perasan lemon 5 %
39
adalah formulasi dasar atau tanpa penambahan bahan apapun. Hal ini
berkaitan dengan biaya serta kemudahan dalam pengolahan.
4.67
4.7
4.6
Skor kesukaan
4.5
4.4
4.4
4.3
4.27
4.2
4.1
4
A
Formulasi
Keterangan :
A = Formula dasar
B = Penambahan essence lemon 0.05 %
C = Penambahan perasan lemon 5 %
40
5.13
5.15
Skor Kesukaan
5.1
5.07
5.05
5
4.97
4.95
4.9
4.85
A
Formulasi
Keterangan :
A = Formula dasar
B = Penambahan essence lemon 0.05 %
C = Penambahan perasan lemon 5 %
41
4.37
4.36
4.36
4.35
4.35
4.34
4.34
4.33
4.33
4.32
4.32
4.31
4.3
1
42
pada bahan. Analisis ini meliputi penentuan kadar air, kadar abu, kadar protein,
dan kadar lemak. Adapun kandungan karbohidrat ditentukan by difference, yaitu
dengan menghitung selisih antara 100 dengan total kadar air, kadar abu, kadar
protein, dan kadar lemak. Hasil analisis proksimat ini hanya memberikan
gambaran umum karena nilai yang dihasilkan hanya berupa nilai perkiraan,
artinya tidak menunjukkan nilai yang sebenarnya, dengan kata lain akurasi
metode ini terbatas.
Tabel 5. Komposisi kimia formula minuman sari buah jambu mete hasil analisis
proksimat (% bb)
Komposisi
Air (%)
Abu (%)
Protein (%)
Lemak (%)
Serat Kasar (%)
Karbohidrat (%)
Tanin (%)
Vitamin C
43
44
warna, dan tekstur (Winarno, 1984). Karbohidrat dalam makanan terdiri dari
dua jenis, yaitu karbohidrat yang dapat dicerna (pati) dan karbohidrat yang
tidak dapt dicerna (serat) oleh tubuh dalam sistem metabolisme.
Sumber karbohidrat utama pada formula minuman sari buah jambu
mete kering ini berasal dari kandungan karbohidrat sukrosa. Penentuan kadar
karbohidrat dalam penelitian ini dihitung secara by difference, yaitu dengan
menghitung selisih antara 100% dengan total kadar air, abu, protein, dan
lemak.
6. Kadar Vitamin C
Kandungan vitamin C dalam buah mete (cashew apple) berkisar
antara 203,5 mg/100 ml melebihi rata-rata kandungan vitamin C pada buah
jeruk. Buah-buahan umunya digunakan sebagai sumber vitamin C dan
vitamin lainnya. Vitamin C mudah teroksidasi, dan salah satu penyebab
proses tersebut adalah panas (Winarno, 1984). Vitamin C ang terukur lebih
kecil dibandingkan kandungan vitamin C buah segar akibat dari pengolahan
dengan menggunakan panas sehingga sebagian dari vitamin C teroksidasi.
Salunkhe (1976) menyatakan bahwa asam askorbat sangat sensitif terhadap
panas dan oksigen sehingga mudah rusak dari produk yang diolah dengan
menggunakan panas dan kondisi aerobik. Hasil pengujian kadar vitamin C
terhadap produk akhir sari buah jambu mete masih tergolong tinggi, yaitu
52.47 mg/100 ml sampel.
C. Mutu Mikrobiologi Minuman Sari Buah Jambu Mete
Analisis kuantitaif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan
untuk mengetahui mutu bahan pangan. Pada penelitian ini pengamatan
mikrobiologi dilakukan dengan menggunakan metode hitungan cawan. Prinsip
dari metode hitungan cawan adalah jika sel mikroba yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium agar maka sel mikroba tersebut akan berkembang
biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa
mikroskop. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan bakteri dan
kapang-khamir.
Pada proses pembuatan minuman sari buah jambu mete, pengawetan
awal dilakukan dengan adanya proses blansir dan perendaman dalam larutan
45
garam 2 % serta proses pasteurisasi setelah pembotolan pada suhu relatif rendah
dalam waktu yang relatif lama yaitu 65 C selama 30 menit atau dalam waktu
singkat yaitu 72 C selama 15 detik. Pada proses tersebut diharapkan
mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan kerusakan dapat dihilangkan.
Selain itu, pH produk yang tergolong rendah menyebabkan mikroorganisme sulit
untuk tumbuh.
Pengujian mikrobiologi pada hari ke-2 pada minuman sari buah jambu
mete menunjukkan total bakteri sebanyak < 2.5 x 102 koloni/ml. Hal tersebut
mungkin disebabkan karena kurang steril saat pengolahan hingga pengemasan
atau saat pengujian mikrobiologi dilakukan, nilai pH yang optimum juga
mempengaruhi ketahanan mikroba. Kebanyakan bakteri mempunyai pH
optimum, yaitu pH dimana pertumbuhannya maksimum, sekitar pH 6.5-7.5. pada
pH dibawah 5.0 dan di atas 8.5, bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik
(Fardiaz,1992). Jumlah total bakteri pada minuman sari buah jambu mete
mengalami penurunan beradasarkan tingkat pengenceran yang dilakukan (Tabel
6).
Tabel 6. Hasil uji mikrobiologi total mikroba pada minuman sari buah jambu
mete
Tingkat
pengenceran
10-1
10-2
10-3
10-4
Total
Total kapang-khamir
(koloni/ml)
Cawan
1
2
1
2
0
0
0
0
0
0
< 2.5 x 10-2 kolomi/ml
Cawan
1
2
1
1
0
0
0
0
0
0
< 2.5 x 10-2 kolomi/ml
46
mesofil, tumbuh pada suhu 25-30 C. Khamir tumbuh pada kisaran pH 2.5-8.5,
dan kapang tumbuh pada kisaran pH 5-7 tetapi masih dapat hidup pada pH 3-8.5
(Fardiaz, 1992).
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba pada penelitian ini
antara lain proses pemasakan, sterilisasi serta pengemasan. Proses pemasakan
yang dilakukan adalah pasteurisasi, hanyalah membunuh mikroba patogen yang
berbahaya bagi manusia sehingga kemungkinan spora bakteri tahan panan masih
hidup. Pengemasan yang dilakukan adalah pembotolan secara manual sederhana.
Pada saat penutupan botol sering terjadi penutupan tidak sempurna sehingga
harus diulang-ulang. Hal tersebut dapat menjadi salah satu sumber kontaminasi
minuman dari lingkungan. Sterilisasi botol yang digunakan dilakukan dengan
perebusan. Perebusan adalah pemanasan dalam air mendidih atau uap air pada
suhu 100 C selama beberapa menit, tetapi banyak spora bakteri tahan panas dan
masih hidup setelah perebusan selama beberapa jam (Fardiaz, 1992).
Berdasarkan SNI mengenai uji cemaran mikroba yaitu SNI 01-28971992, perhitungan koloni dilakukan pada kisaran 25-250 koloni. Data hasil
perhitungan dapat dilihat pada Tabel 6 menunjukkan jumlah koloni yang lebih
kecil dari batasan tersebut, sehingga jumlah mikroba yang terdapat pada
minuman sari buah jambu mete kering adalah lebih kecil dari 2.5 x 101 koloni/ml.
Jumlah koloni yang terlalu kecil ini bisa disebabkan pengenceran yang dilakukan
terlalu tinggi ataupun karena suasana asam dimana semakin rendahnya pH
produk, pertumbuhan mikroba yang dihambat juga semakin banyak. serta suhu
dingin selama proses pembuatan minuman sari buah jambu mete. Selain itu
penyebaran mikroba saat pengenceran mungkin kurang merata akibat
pengocokan yang kurang sempurna, sehingga sampel yang diambil tidak
mengandung mikroba dengan jumlah yang dapat mewakili sampel minuman sari
buah jambu mete secara keseluruhan.
Berdasarkan uji mikrobiologi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa minuman sari buah jambu mete yang dianalisis bermutu baik dan aman
dikonsumsi. Mutu minuman sari buah jambu mete ini juga tetap terjaga dengan
pH produk yang rendah yaitu sekitar 4.00 4.3 . Menurut Winarno (1984),
dengan nilai pH di bawah 4.5 maka kemungkinan tumbuhnya mikroba berbahaya
47
pada produk akan lebih kecil. Jenis mikroba yang dapat mengkontaminasi
minuman sari buah jambu mete diantaranya adalah Leuconostoc mesenteroides,
Lactobacillus brevis dan Lactobacillus palntarum. Adanya pertumbuhan mikroba
dapat mengakibatkan perubahan aroma, penampakan dan flavor, sebagai contoh
adalah timbulnya lendir karena bakteri-bakteri tersebut yang mengakibatkan
perubahan penampakan maupun flavor yang dihasilkan.
Secara umum, minuman sari buah jambu mete yang dihasilkan pada
penelitian ini memiliki mutu fisik, kimia, dan mikrobiologi yang baik dan sesuai
dengan standar mutu minuman sari buah SNI 01-3719-1995 (Tabel 7). Hal
tersebut dapat dilihat dari penampakan, bau, dan rasa yang normal. Minuman sari
buah jambu mete ini juga dibuat tanpa pemanis buatan. Mutu mikrobiologi yang
baik dapat dilihat dari jumlah total mikroba yang sangat kecil,yaitu lebih kecil
dari batasan terkecil 2.5 x 101 koloni/ml. Kemungkinan adanya cemaran logam
pada minuman sari buah jambu mete sangat kecil. Hal ini dikarenakan peralatan
yang digunakan hanya berupa wadah-wadah plastik dan pisau stainless steel.
Cemaran logam pada minuman sari buah jambu mete kering diperkirakan berasal
dari peralatan terbuat dari logam yang bisa berkarat seperti pisau yang tidak
terbuat dari stainless steel. Namun alat-alat tersebut tidak digunakan pada
penelitian ini. Oleh karena itu produk akhir dapat terjaga kualitasnya.
Tabel 7. Standar mutu minuman sari buah (SNI 01-3719-1995)
No.
1.
3.
4.
5.
Kriteria Uji
Keadaan
1.1 Penampakan
1.2 Bau
1.3 Rasa
BTP
3.1 Pemanis Buatan
3.2 Pewarna
3.3 Pengawet
Cemaran Mikroba
Cemaran Logam
5.1 Timbal
5.2 Tembaga
5.3 Seng
5.4 Timah
5.5. Raksa
Satuan
-
Persyaratan
normal
normal
normal
APM/g
Tidak boleh
sesuai SNI 01-0222-1995
sesuai SNI 01-0222-1995
<3
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
maksimal 0.3
maksimal 0.5
maksimal 5.0
maksimal 40/250
maksimal 0.03
Sumber : BSN (1995)
48
Seperti pada produk dengan aw tinggi lainnya, minuman sari buah jambu
mete ini diharapkan mempunyai daya awet yang tinggi. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan pengolahan yang higienis, pengemasan, dan penyimpanan
yang baik Kemasan yang digunakan sebaiknya kemasan dengan botol gelap
untuk mengurangi oksidasi vitamin C dan penurunan mutu.
49
A. KESIMPULAN
Tepung putih telur dan putih telur dapat digunakan flukolan yang dapat
mengurangi rasa sepat dari buah semu mete. Semakin banyak kadar tepung putih
telur atau putih telur yang ditambahkan, semakin banyak tanin yang diikat dan
diendapkan.
Formula terbaik yang dihasilkan adalah dengan formula penambahan
tepung putih telur 0.01% atau bila dengan putih telur sebesar 0.1 %, tingkat
pengenceran 1:3 serta tingkat kemanisan 11.5 Brix. Dengan karakteristik produk
akhir, pH rata-rata 4,34 , kekentalan 3,5 cp, kadar air 85,70 % (bb), kadar abu
0,02 % (bb), protein 0,25 % (bb), kadar lemak 0,05 % (bb), serat kasar 0,06 %,
karbohidrat 13,92 % (bb), dan jumlah total mikroba serta total kapang-khamir
lebih kecil dari 2,5 x 102 koloni/ml, kadar vitamin C 52.47 mg/100 ml dan kadar
tanin 0.12 % (bb).
B. SARAN
Sebelum dikomersialkan atau diaplikasikan perlu upaya pembuatan sari
buah jambu mete dengan skala yang lebih besar dengan memperhatikan titik
kritis pada saat pengolahan sehingga tidak menyebabkan flavor khas dari buah
jambu mete tersebut hilang. Serta perlu dilakukan uji lanjut sehingga dapat
mengklaim sari buah jambu mete sebagai minuman fungsional yang berkhasiat
sebagai anti tumor.
50
DAFTAR PUSTAKA
Kubo, Isao.,Masamitsu Ochi, Paulo C, Vieira and Sakae Komatsu. 1993. Antitumor
agents from the Cashew Apple. Journal of Agriculture and Food
Chemistry,41,1012-1015.http://www.schollar.google.com.html [16 Maret
2007].
Kubo, Isao., Kubo I and Lee J.R.1999. Anti Helicobacter pylori agents from the
cashew apple. Journal of Agriculture and Food Chemistry,47(2) 533-537.
http://www.schollar.google.com.html [20 Juli 2007].
51
Kusnandar, feri dan Nuri Andarwulan.2006. Modul Analisis Sifat Reologi Pangan
Cair.IPB.Bogor
Mulyani, Ani. 2001. Analisa Sifat Reologi Gelatin dari Kulit Ikan Cucut dan Ikan
Pari. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nasution, A. 1980. Metode Penilaian Citarasa. Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Nicol.W.M.1979. Sucrose and Food Technology. Di dalam G.G Birch and K.J
Parker (eds.). Sugar : Science of Technology. Applied Science Publishing.
London.pp: 423-453.
Ponting, J.D., G.G. Watters, R.R.Forrey, R. Jackson, dan W.L. Stanley. 1966.
Ostomic dehydration of fruits. J. Food Tech. 20 (10) : 125-128.
Pollard,A and C.F. Timberlake. 1971. Fruits Juices. Didalam : Hulme A.C (ed.)The
Biochemistry of Fruit and Product.Vol II. Academic Press.London.
Potter, N. 1973. Food Science.The AVI Publishing Co,Inc.Westport, Connecticut.
Rayner, Terry.2006.Fining and Clarifyng Agents.www.makewine.com.[19 Juli 2007]
Saragih, Yan Pieter dan Yadi Haryadi. 2003. Mete, Budi Daya Jambu Mete dan
Pengupasan Gelondong.Penebar Swadaya.Jakarta
Sarwono, B. 1994. Jeruk dan Kerabatnya. Penebar swadaya. Jakarta.
52
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data hasil analisis proksimat produk akhir sari buah jambu mete
Lampiran 1. a. Data kadar air produk akhir sari buah jambu mete
Minuman sari buah jambu mete
Ulangan 1
Ulangan 2
85.68 %
85.70 %
Hasil rata-rata
85.69 %
Lampiran 1. b. Data kadar abu produk akhir sari buah jambu mete
Minuman sari buah jambu mete
Ulangan 1
Ulangan 2
0.01 %
0.03 %
Hasil rata-rata
Minuman sari buah jambu mete
0.02 %
Ulangan 1
Ulangan 2
0.01 %
0.03 %
Hasil rata-rata
0.02 %
Lampiran 1. c. Data kadar serat kasar produk akhir sari buah jambu mete
Minuman sari buah jambu mete
Ulangan 1
Ulangan 2
0.0636 %
0.0495 %
Hasil rata-rata
0.06 %
Lampiran 1. d. Data kadar protein produk akhir sari buah jambu mete
Minuman sari buah jambu mete
Ulangan 1
Ulangan 2
0.1939 %
0.3090 %
Hasil rata-rata
0.25 %
Lampiran 1. d. Data kadar lemak produk akhir sari buah jambu mete
Minuman sari buah jambu mete
Hasil rata-rata
Ulangan 1
Ulangan 2
0.0464 %
0.0563 %
0.05 %
53
777
6
5
6
5
5
6
5
2
6
3
5
6
6
7
5
3
Rasa
354
3
3
2
3
3
2
5
5
3
5
3
3
3
2
2
2
939
6
3
5
1
5
4
3
3
6
2
6
6
4
6
4
2
777
3
5
3
3
5
5
5
5
3
3
3
6
5
2
4
5
Aroma
354
5
5
3
3
5
3
4
4
3
3
3
6
6
3
4
5
939
6
5
3
3
5
5
4
4
3
2
5
6
3
3
4
4
777
4
2
6
3
5
6
5
3
5
6
3
3
5
7
6
2
Warna
354
6
2
6
3
5
6
4
3
5
6
3
3
5
7
5
2
939
6
2
6
3
5
6
6
5
5
7
6
3
5
4
5
2
5,06
3,06
4,13
4,44
4,44
4,75
4,06
4,06
4,06
Keterangan :
Skala 1= Sangat tidak suka
2= Tidak suka
4= Netral
5= Agak suka
6= Suka
7= Sangat suka
54
132
6
2
5
6
6
3
6
6
4
5
6
5
4
6
6
5
Rasa
354
5
2
2
5
6
2
6
5
5
6
5
5
3
5
7
5
973
2
6
1
2
2
3
2
2
3
3
3
1
5
3
2
2
132
3
3
2
3
6
5
3
3
4
5
5
2
4
5
4
5
Aroma
354
3
2
1
5
6
5
5
3
4
4
4
2
4
4
5
5
973
3
2
1
6
5
5
2
3
4
3
5
1
4
4
3
3
132
6
6
7
5
3
2
6
5
6
5
5
3
4
5
7
2
Warna
354
3
3
5
6
3
2
6
5
6
5
5
3
3
6
7
2
973
3
3
3
5
3
2
6
5
6
5
5
3
5
6
5
2
5,06
4,63
2,63
3,88
3,88
3,38
4,81
4,38
4,19
Keterangan :
Skala 1= Sangat tidak suka
2= Tidak suka
4= Netral
5= Agak suka
6= Suka
7= Sangat suka
55
121
5
6
7
6
5
6
5
6
5
5
2
6
3
7
5
5
2
6
6
5
3
6
2
4
5
6
5
6
6
6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Rata5,07
rata
Keterangan :
Rasa
732
6
7
6
4
6
6
5
5
6
3
3
4
5
6
5
6
3
6
3
3
3
3
4
6
5
7
5
7
6
5
458
4
6
5
5
5
5
5
5
6
5
4
5
6
6
6
2
2
6
3
6
2
5
5
5
5
6
3
5
5
5
121
5
6
7
5
3
4
4
5
3
6
2
6
4
6
4
6
2
5
4
3
2
5
5
2
2
5
3
7
6
2
Aroma
732
5
6
7
4
4
4
4
5
4
6
3
3
5
6
4
5
5
5
4
3
3
3
6
2
4
6
3
6
5
4
458
5
6
5
3
4
3
4
5
4
6
3
3
6
5
5
4
2
5
4
5
3
6
6
4
4
6
3
4
5
4
121
3
6
6
5
2
6
2
5
6
6
4
6
2
5
5
6
6
6
6
4
4
6
5
4
4
4
5
3
6
5
Warna
732
5
7
5
4
2
5
2
5
6
6
4
5
5
4
4
5
5
6
5
5
4
5
5
4
4
6
5
6
6
5
458
4
6
6
5
2
5
2
5
4
6
2
6
6
4
4
5
3
6
5
3
2
5
6
4
3
5
5
4
6
4
4,97
4,77
4,3
4,47
4,4
4,77
4,83
4,43
2= Tidak suka
4= Netral
5= Agak suka
6= Suka
7= Sangat suka
56
745
5
4
5
5
6
6
7
6
6
7
5
5
5
3
6
5
5
6
6
6
6
3
3
5
3
5
6
3
5
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Rata5,0
rata
Keterangan :
Rasa
334
5
3
5
5
4
5
7
5
5
6
5
6
4
5
5
2
6
5
6
7
6
5
4
6
5
6
5
7
6
3
654
6
5
3
6
2
4
7
5
6
3
6
6
5
6
7
5
4
6
6
7
5
4
5
6
6
4
6
2
6
5
745
4
3
3
3
6
5
6
4
6
4
5
5
6
4
5
2
5
6
4
3
5
2
3
3
4
4
5
3
4
6
Aroma
334
5
4
5
3
5
7
6
5
5
7
5
4
3
4
4
4
6
6
4
6
4
3
4
4
5
5
5
5
4
5
654
4
5
5
3
2
6
6
6
6
6
5
4
4
6
6
6
6
6
4
6
5
3
5
6
4
4
5
5
4
5
745
5
4
4
4
6
5
6
5
6
6
6
5
5
5
6
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
5
Warna
334
4
5
5
5
6
4
6
5
5
5
6
5
5
5
6
5
5
6
6
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
654
4
5
4
5
6
5
6
4
5
6
6
5
4
5
6
5
5
5
5
5
5
5
4
4
5
5
5
5
4
4
5,13
5,13
4,27
4,73
4,93
5,0
5,1
4,9
57
653
5
6
6
3
6
3
6
5
4
3
5
7
6
5
6
6
3
3
5
5
4
7
6
4
5
5
4
7
3
6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Rata4,97
rata
Keterangan :
Rasa
247
4
6
5
5
6
5
2
5
6
5
6
7
6
4
5
6
5
2
6
3
5
6
6
4
5
3
6
7
7
6
578
3
5
7
5
5
2
3
6
6
5
4
6
3
4
6
6
5
6
7
6
3
4
5
6
5
6
6
7
5
5
653
5
4
5
2
6
4
6
6
4
5
4
4
6
5
3
5
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
3
6
Aroma
247
5
4
5
2
6
3
3
6
4
4
5
6
5
4
3
5
5
5
6
4
3
4
3
5
4
4
4
4
6
5
578
4
4
6
2
6
3
2
6
6
4
3
5
6
5
3
6
4
6
7
3
4
5
3
5
6
4
6
4
6
6
653
5
5
5
6
3
4
4
3
6
5
5
6
6
5
6
6
3
2
4
6
5
5
6
5
4
4
4
4
4
6
Warna
247
4
4
5
5
6
4
2
3
5
5
5
6
3
4
3
4
6
6
3
4
2
2
6
5
4
4
5
4
4
5
578
3
5
5
5
5
4
4
4
4
5
5
6
4
5
3
6
4
5
5
5
3
3
6
5
4
4
6
4
4
5
5,13
5,07
4,27
4,4
4,67
4,73
4,27
4,53
58
Lampiran 7. Sidik ragam uji hedonik warna penambahan tepung putih telur
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: skor
Type III
Sum of
Source
Squares
Model
1082.375(a)
Mean
Square
df
Sig.
18
60.132
91.921
.000
panelis
91.250
15
6.083
9.299
.000
sampel
1.042
.521
.796
.460
19.625
30
.654
Error
Total
1102.000
48
a R Squared = .982 (Adjusted R Squared = .972)
skor
sampel
Subset
1
2
16
4.44
16
4.44
16
4.75
Sig.
.311
59
Lampiran 8. Sidik ragam uji hedonik aroma penambahan tepung putih telur
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: skor
Type III
Sum of
Source
Squares
Model
835.000(a)
Mean
Square
df
18
46.389
77.315
Sig.
.000
panelis
42.813
15
2.854
4.757
.000
sampel
.000
.000
.000
1.000
18.000
30
.600
Error
Total
853.000
48
a R Squared = .979 (Adjusted R Squared = .966)
skor
sampel
Subset
1
1
16
4.06
16
4.06
16
Sig.
4.06
1.000
60
Lampiran 9. Sidik ragam uji hedonik rasa penambahan tepung putih telur
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: skor
Type III
Sum of
Source
Squares
Model
861.375(a)
Mean
Square
df
18
Sig.
47.854
25.353
.000
panelis
29.000
15
1.933
1.024
.459
sampel
32.042
16.021
8.488
.001
Error
56.625
30
1.888
Total
918.000
48
a R Squared = .938 (Adjusted R Squared = .901)
skor
sampel
Subset
1
16
16
16
Sig.
3.06
4.13
5.06
1.000
.063
61
Mean
Square
Sig.
57.961
76.572
.000
5.728
7.567
.000
2.174
.131
3.292
1.646
Error
22.708
30
.757
Total
1066.000
48
skor
sampel
Subset
1
16
4.19
16
4.38
16
4.81
Sig.
.063
62
Mean
Square
Sig.
40.370
69.872
.000
4.261
7.375
.000
2.308
.117
2.667
1.333
Error
17.333
30
.578
Total
744.000
48
skor
sampel
Subset
1
16
3.38
16
3.88
16
3.88
Sig.
.088
63
Mean
Square
49.169
Sig.
23.807
.000
1.499
.726
.741
sampel
54.042
27.021
13.083
.000
Error
61.958
30
2.065
Total
947.000
48
a R Squared = .935 (Adjusted R Squared = .895)
skor
sampel
Subset
N
1
16
16
4.63
16
5.06
Sig.
2.63
1.000
.396
64
Sig.
.000
.000
.131
skor
sampel
Subset
1
30
4.43
30
4.77
30
4.83
Sig.
.074
65
Sig.
.000
.000
.771
skor
sampel
Subset
1
30
4.30
30
4.40
30
4.47
Sig.
.504
66
Mean
Square
df
Sig.
32
71.398
69.872
.000
panelis
92.933
29
3.205
3.136
.000
sampel
1.400
.700
.685
.508
Error
59.267
58
1.022
Total
2344.000
90
Subset
1
30
4.77
30
4.97
30
5.07
Sig.
.284
67
Mean
Square
df
Sig.
32
71.363
441.370
.000
29
.793
4.903
.000
.311
1.924
.155
.162
Error
9.378
58
Total
2293.000
90
Subset
1
30
4.90
30
5.03
30
5.10
Sig.
.073
68
Mean
Square
df
Sig.
32
62.699
67.789
.000
29
1.998
2.161
.006
3.511
3.796
.028
.925
Error
53.644
58
Total
2060.000
90
skor
sampel
Subset
1
30
4.27
30
4.73
30
Sig.
2
4.73
4.93
.065
.424
69
Mean
Square
df
Sig.
32
74.886
57.419
.000
29
2.251
1.726
.039
.178
.136
.873
1.304
Error
75.644
58
Total
2472.000
90
skor
sampel
Subset
1
30
5.00
30
5.13
30
5.13
Sig.
.674
70
Mean
Square
df
Sig.
32
58.832
63.926
.000
29
1.649
1.792
.030
1.644
1.787
.177
.920
Error
53.378
58
Total
1936.000
90
Subset
1
30
4.27
30
4.53
30
4.73
Sig.
.079
71
Mean
Square
df
Sig.
32
58.161
82.590
.000
29
2.789
3.961
.000
1.244
1.767
.180
.704
Error
40.844
58
Total
1902.000
90
skor
sampel
Subset
1
30
4.27
30
4.40
30
4.67
Sig.
.086
72
2451.000
Mean
Square
Sig.
74.065
53.093
.000
2.393
1.715
.041
.211
.151
.860
1.395
90
skor
sampel
Subset
1
30
4.97
30
5.07
30
5.13
Sig.
.611
73
Lampiran 22. Data hasil pengukuran pH minuman sari buah jambu mete
Sari buah
jambu mete
Ulangan
1
Ulangan
2
Ulangan
3
Ulangan
4
Ulangan
5
4,36
4,33
4,34
4,35
4,32
Rata-rata pH
4,34
Lampiran 23. Hasil uji statistik kadar tanin ekstrak minuman sari buah jambu mete
pada perlakuan dengan penambahan albumin
Tests of Between-Subjects Effects
Source
Corrected Model
df
Mean Square
Sig.
.017(a)
.004
6.569
.032
Intercept
.160
.160
241.986
.000
KNSNTRSI
.017
.004
6.569
.032
Error
.003
.001
Total
.180
10
Corrected Total
.021
TANIN-ALBUMIN
Subset
Duncan a,b
KNSNTRSI
.06
1
.071850
.04
.084800
.02
.134750
.01
.00
Sig.
.134750
.164900
.175500
.063
.183
74
Lampiran 24. Hasil uji statistik kadar tanin ekstrak minuman sari buah jambu mete
pada perlakuan dengan penambahan tepung putih telur
Tests of Between-Subjects Effects
Source
Corrected Model
df
4
Mean Square
.002
F
21.000
Sig.
.003
Intercept
.101
.101
997.853
.000
KNSNTRSI
.008
.002
21.000
.003
Error
.001
.000
Total
.110
10
Corrected Total
.009
KNSNTRSI
.06
1
.056600
.04
.080750
.02
.01
.00
Sig.
.080750
.103500
.103500
.122850
.122850
.138100
.061
.073
.112
.189
75