Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT sehingga kami dappat menyelesaikan
laporan kimia Koloid. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian laporan ini, yang antara lain:
1.
2.
3.
4.
Penulis menyadari bahwa laporan ini perlu mendapatkan masukan. Oleh karena itu kami
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca karena penulis masih
dalam tahap belajar
Jember, 29 mei 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Eksperimen 1
1.1 Dasar Teori
Pembuatan Koloid dengan Cara Dispersi.
Dengan cara ini, partikel koloid diperoleh dengan cara memperkecil ukuran partikel dari
suspensi kasar menjadi partikel berukuran koloid.
Pembuatan koloid dengan cara dispersi, dapat dilakukan melalui beberapa metode yaitu :
a.
Cara Mekanik.
Pembuatan koloid secara mekanik dilakukan dengan cara menggerus / menghaluskan
partikel-partikel kasar menjadi partikel-partikel halus. Selanjutnya, didispersikan ke
dalam medium pendispersi. Pada umumnya ke dalam sistem koloid yang terbentuk;
ditambahkan zat penstabil yang berupa koloid pelindung. Zat penstabil ini berfungsi
untuk mencegah terjadinya koagulasi.
Contoh :
Sol belerang dapat dibuat dengan cara menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan
zat inert ( misalnya gula pasir ) kemudian mencampur serbuk halus tersebut dengan air.
b.
Cara Peptisasi.
Cara peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan suatu zat pemecah ( zat pemeptisasi ). Zat pemeptisasi akan
memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.
Istilah peptisasi dihubungkan dengan istilah peptonisasi yaitu proses pemecahan protein (
polipeptida ) dengan menggunakan enzim pepsin sebagai katalisatornya.
Contoh :
o
c.
d.
Cara Homogenisasi.
Adalah suatu cara yang digunakan untuk membuat suatu zat menjadi homogen dan
berukuran partikel koloid.
Cara ini banyak dipakai untuk membuat koloid jenis emulsi, misalnya susu.
Pada pembuatan susu, ukuran partikel lemak pada susu diperkecil hingga berukuran
partikel koloid. Caranya dengan melewatkan zat tersebut melalui lubang berpori
bertekanan tinggi. Jika partikel lemak dengan ukuran partikel koloid sudah terbentuk, zat
tersebut kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersinya.
e.
2.1 Tujuan
Mengetahui cara pembuatan koloid sol belerang dengan cara dispersi
3.1 Manfaat
Agar siswa dapat mengetahui cara pembuatan koloid dengan metode disperse
4.1 Rumusan Masalah
Bagaimana membuat koloid dengan metode dispersi?
5.1 Alat dan Bahan
Alat
Spatula
Beaker glass
Lumping/porselen
Sendok the
Tabung reaksi
Kertas saring
Gelas ukur
Bahan
Belerang
Gula
aquades
Eksperimen 2
1.1. Dasar Teori
Cara Kondensasi.
Dengan cara ini, partikel larutan sejati ( molekul atau ion ) bergabung membentuk partikel
koloid. Pembuatan koloid dengan cara ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
Adalah cara pembuatan partikel koloid dari partikel larutan sejati melalui reaksi kimia
meliputi :
b.
Reaksi Hidrolisis.
Adalah reaksi yang terjadi antara garam dengan air.
Contoh : reaksi pembentukan sol Fe(OH)3
FeCl3(aq) + 3 H2O(l)
Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
c. Reaksi Substitusi.
o Pembuatan sol AgCl.
AgNO3(aq) + NaCl(aq)
AgCl(s) + NaNO3(aq)
Na2S2O3(aq) + 2 HCl(aq)
As2S3(s) + 6 H2O(l)
d. Reaksi Redoks.
Adalah reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi.
3 S(s) + 2 H2O(l)
1.2. Tujuan
Agar siswa mengetahi cara membuat koloid dengan metode kondensasi.
1.3. Manfaat
Membuat koloid dengan menggunakan metode kondensasi
1.4. Rumusan Masalah
Bagaimanakan prinsip utama pembuatan koloid dengan cara kondensasi?
1.5. Alat dan Bahan
Alat
Spatula
Tabung reaksi
Gelas ukur
Bahan
BaCl2
Na2SO4
Eksperimen 3
1.1 Dasar Teori
Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya yang disebabkan oleh partikel-partikel
koloid. Pertama kali dikemukakan oleh John Tyndall ( 1820-1893 ), seorang fisikawan
Inggris; setelah mengamati seberkas cahaya putih yang dilewatkan pada sistem koloid.
Apabila seberkas cahaya misalnya dari lampu senter, dilewatkan pada 3 gelas yang masingmasing berisi suatu dispersi, koloid dan larutan; maka jika dilihat secara tegak lurus dari
arah datangnya cahaya, akan jelas terlihat bahwa cahaya yang melewati dispersi dan koloid
mengalami peristiwa penghamburan dan pemantulan. Sedangkan berkas cahaya yang
melewati larutan tidak akan mengalami peristiwa penghamburan dan pemantulan tersebut
( berkas cahaya diteruskan ).
Contoh peristiwa efek Tyndall :
o Sorot lampu mobil pada malam hari yang berdebu, berasap, atau berkabut akan tampak
jelas.
o Berkas sinar matahari yang melalui celah daun pada pagi hari yang berkabut, akan
tampak jelas.
o Terjadinya warna biru di langit pada siang hari dan warna jingga atau merah di langit
pada saat matahari terbenam.
1.2 Tujuan
Siswa mengetahui pengaruh penambahan elektrolit pada sol Fe(OH)3 dan sol As2S3 bila
ditambah zat elektrolit dengan konsentrasi yang berbeda
1.3 Manfaat
Menganalisis pengaruh penambahan elektrolit dengan konsentrasi yang berbeda
1.4 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh penambahan elektrolit pada Fe(OH)3?
Bagaimana pengaruh konsentrasi zat elektrolit yang berbeda pada As2S3?
1.5 Hipotesis
Apabila pada suatu koloid ditambahkan elektrolit maka partikel koloid yang bermuatan
negative akan mengadsorbsi koloid bermuatan positif dari elektrolit, begitu pula sebaliknya
partikel koloid bermuatan positif akan mengadsorbsi koloid bermuatan negative dari
elektrolit. Hal ini menyebabkan terjadi koagulasi (penggumpalan). Oleh karena itu,
penambahan konsentrasi elektrolit pada koloid menyebabkan proses koagulasi terjadi lebih
cepat.
1.6 Alat dan Bahan
1.7 Cara kerja
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
Eksperimen 1
2.1. Data Pengamatan
No
1
2
3
4
Volume air
(ml)
5 ml
5 ml
5 ml
5 ml
Sifat campuran
(bening/keruh)
Agak keruh
keruh
bening
(aquades)
Campuran pada tabung 2 (gula:belerang=3:1) membentuk suspensi tetapi tidak
sekasar suspense pada tabung 1 hal ini membuktikan bahwa partikel-partikel
suspense mulai terdispersi oleh gula (zat inert) dan mulai terbentuk koloid.
Campuran pada tabung 3 (gula:belerang=4:1) mulai jelas terbentuk koloid.
Apabila campuran tersebut diberi berkas cahaya maka cahaya tersebut akan
dihamburkan.
Tabung 4 merupakan koloid yang kemudian disaring dengan kertas saring.
Penyaringan ini menyebabkan partikel koloid terperangkap dan menyisakan air
gula yang merupakan larutan.
3. Mengapa pembuatan sol belerang menurut percobaan ini digolongkan sebagai cara
dispersi? Bagaimanakah prinsip utama pembuatan koloid secara dispersi?
Prinsip utama pembuatan sol dengan cara dispersi adalah dengan memecah
partikel-partikel suspense menjadi partikel koloid. Pembuatan koloid secara mekanik
dilakukan dengan cara menggerus / menghaluskan partikel-partikel kasar menjadi
partikel-partikel halus. Selanjutnya, didispersikan ke dalam medium pendispersi. Pada
umumnya ke dalam sistem koloid yang terbentuk; ditambahkan zat penstabil yang berupa
koloid pelindung. Zat penstabil ini berfungsi untuk mencegah terjadinya koagulasi. Oleh
karena itu percobaan diatas digolongkan pada pembuatan koloid dengan cara disperse.
2.3. Kesimpulan
Dispersi merupakan cara pembuatan koloid dengan cara fisika. Pembuatan koloid dilakukan
dengan cara pemecahan suspense menjadi partikel-partikel koloid. Pembuatan partikel koloid
juga dapat dilakukan dengan menambahkan zat inert seperti gula pada belerang. Zat tersebut
merupakan salah satu medium pendispersi yang berfungsi memperkecil suspense menjadi
partikel-partikel koloid. Sehingga banyak sedikitnya konsentrasi gula mempengaruhi
pembentukan koloid belerang.
Eksperimen 2
2.1 Data Pengamatan
Sol
BaSO4
Belerang
Fe(OH)3
5 ml NaCl 0.5 M
5 ml NaCl 1.5 M
5 ml BaCl2 0.75 M
5 ml NaCl 0.5 M
5 ml NaCl 1.5 M
5 ml BaCl2 0.75 M
Eksperimen 3
2.1 Data Pengamatan
No
1
2
3
4
5
Campuran
Larutan Kanji
Larutan Gula
Laruran sabun
Sol BaSO4
Sol Belerang
Berkasi sinar
(dihamburkan)diteruskan)
Dihamburkan
Diteruskan
Diteruskan
Dihamburkan
Diteruskan
Koloid/bukan
Koloid
Bukan
Bukan
Koloid
Bukan
LAMPIRAN