TUGAS 2
MENENTUKAN KERENTANAN GEMPA DAN KEDALAMAN LAPISAN
LAPUK MELALUI DATA MICROSEISMIC
A. Data A
Windowing
Spectrum Amplitudo
AFDHAL | 12/338466/PA/15097
B. Data B
Windowing
Spectrum Amplitudo
AFDHAL | 12/338466/PA/15097
C. Data C
Windowing
Spectrum Amplitudo
AFDHAL | 12/338466/PA/15097
NO
Titik
Frekwensi
Dominan
Amplitudo
Maksimum
Index
Kerentanan
Gempa
Ketebalan
Lapisan Lapuk
(H)
1.26727
5.18972
21.25292454
99.42632588
1.04514
9.2018
81.01605837
120.5580114
1.14698
4.93049
21.19455582
109.8537028
AFDHAL | 12/338466/PA/15097
Grafik 1, hubungan frekwensi dominan dengan titik ukur,
1.3
1.26727
1.25
1.2
1.14698
1.15
1.1
1.04514
1.05
1
A
Titik Pengukuran
Amplitudo Max
9.2018
5.18972
4.93049
Titik Pengukuran
AFDHAL | 12/338466/PA/15097
90
81.01605837
80
70
60
50
40
30
21.25292454
21.19455582
20
10
0
A
Titik Ukur
57.40857684
58
56
52.31128703
54
52
50
48
47.34586947
46
44
42
40
A
Titik Ukur
E. Pembahasan
Data A, B dan C merupakan data mikroseismik yang diambil pada suat daerah penelitian.
Kemudian data tersebut diolah pada software geopsy, dan menghasilkan spectrum amplitudo yang
memberikan informasi amplitudo maksimum dan frekwensi dominan. Dari amplitudo dan
frekwensi tersebut dapat dicari indeks kerentanan gempa dan kedalaman lapisan lapuk. Kemudian
AFDHAL | 12/338466/PA/15097
didapatkan grafik 1, 2, 3, dan 4 diatas. Kecepatan gelimbang S (shear wave) yang dipakai untuk
mencari ketebalan lapisan lapuk merupakan kecepatan gelombang S pada endapan merapi muda
daerah Prambanan, yaitu sekitar 240 m/s.
Grafik 1
Grafik 1 ini menunjukkan frekwensi dominan pada titik pengukuran.
Didapat bahwa pada titik pengukuran B memiliki frekwensi dominan yang lebih
kecil dari titik pengukuran A dan C, yaitu sebesar 1.04514 Hz. Sedangkan A
frekwensi dominannya lebih tinggi sedikit dari titik C, yaitu A sebesar 1.26727 Hz
dan C sebesar 1.14698 Hz. Jadi titik pengukuran A > C > B.
Grafik 2
Grafik 2 ini menunjukkan besar amplitudo maksimum yang dihasilkan pada
titik titik pengukuran. Dari hasil pengelolahan data, diperoleh pada titik B
amplitudo maksimum yang dihasilkan oleh data seismiknya memiliki nilai yang
lebih tinggi dari titik pengukuran yang lain nya, yaitu sebesar 9.2018. Artinya pada
titik B ini energi (magnitudo) yang dihasilkan lebih tinggi dari titik A dan C.
Sementara itu nilai amplitudo pada titi A dan C tidak terlalu jauh berbeda, yaitu A
sebesar 5.18972 dan C sebesar 4.93049.
Grafik 3
Grafik 3 merupakan indeks kerentanan (IK) gempa yang didapat seteleh
data mikroseismik nya diolah. Didapat bahwa pada titik A memiliki indeks
kerentanan sebesar 21.25292454, IK data B sebesar 81.01605837, dan IK pada titik
C sebesar 21.19455582 (A < B, dan B > C).
Grafik 4
Grafik 4 merupakan grafik kedalaman lapisan lapuk pada titi-titik
pengukuran. Titik pengukuran yang memiliki lapisan lapuk yang dalam adalah titik
B, sebesar 57,40857684 m. Sedangkan titik A dan C memiliki tebal lapisan lapuk
sebesar 47,34586947 m dan 52,31128703 m.
Dari hasil yang didapat tersebut, terdapat hubungan antara frekwensi, amplitudo, indeks
kerentanan dan ketebalan lapisan lapuk. Frekwensi yang kecil dan amplitudo yang besar
menunjukkan energi (magnitudo) yang tinggi. Sedangkan frekwensi yang besar dan amplitudo
yang kecil menunjukkan energi yang kecil. Untuk indeks kerentanan gempa sendiri, semakin besar
indeks kerentanan gempa, maka dampak kerusakan yang diakibatkan oleh gempa akan semakin
besar. Demikian juga dengan lapisan lapuk, semakin tebal lapisan lapuk, maka akan semakin
mudah batuan lapisan lapuk tersebut untuk ambles jika dikenai gempa, apalagi gempanya memiliki
megnitudo yang tinggi.
Analisa dari ke-empat grafik menunjukkan pada titik pengukuran B memiliki amplitudo
yang tinggi, frekwensi dominan yang rendah, indeks kerentanan yang tinggi dan tebal lapisan
lapuk yang lebih dari data A dan C. Hal ini menunjukkan daerah disekitar titik pengukuran B,
memiliki resiko kerusakan yang lebih tinggi akibat gempa dari pada data A dan C berdasarkan
analisa ke-empat grafik diatas. Lapisan lapuk yang tebal tidak serta merta akan mengurangi
dampak gempa, karena lapisan lapuk yang lebih tebal tersebut akan mudah ambles jika dikenai
AFDHAL | 12/338466/PA/15097
gempa, apalagi gempa yang berkekuatan tinggi. Sedangkan pada daerah sekitar titik pengukuran
A dan C dapat juga terjadi kemungkinan kerusakan besar akibat gempa, tetapi berdasarkan pada
analisa kerusakan akibat gempa pada titik pengukuran A dab C tersebut tidak lebih besar
kerusakannya dari daerah titik pangkuran B.
Jadi daerah titik pengukuran B kemungkinan besar akan terjadi kerusakan akibat gempa
dibandingkan dengan daerah pada titik pengukuran A dan C.