Anda di halaman 1dari 14

Tinjauan Pustaka

Diagnosis Otitis Media Akut Supuratif pada Anak


Gabriel Susilo
Kelompok B7, 10.2012.016
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email: gabriel.susilo@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga tengah dalam waktu yang
singkat. Otitis Media berdasarkan durasi penyakitnya dibagi atas akut (< 3minggu), subakut (312 minggu) dan kronis (>12 minggu). Otitis media berdasarkan gejala klinisnya dibedakan atas 4
kelompok yaitu miringitis, otitis media supuratif akut (OMSA), otitis media sekretori (OMS) dan
otitis media supuratif kronis (OMSK). Pada referat ini akan dibicarakan terapi otitis media
supuratif akut.1
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukusa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada
saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah melalui
tuba eustachius. Sebagai mana halnya dengan infeksi saluran napas atas (ISPA), otitis media juga
merupakan sebuah penyakit langganan anak-anak. 2
Definisi
Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga tengah dalam waktu yang
singkat karena infeksi bakteri piogenik dan mengeluarkan nanah. Bakteri piogenik sebagai
penyebabnya yang tersering yaitu Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, dan
Pneumokokus. Kadang-kadang bakteri penyebabnya yaitu Hemofilus influenza, Escheria colli,
1

Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, Pseudomonas aerugenosa. Hemofilus influenza


merupakan bakteri yang paling sering kita temukan pada pasien anak berumur di bawah 5
tahun.1,2,3
Anatomi Telinga

Gambar 1. Anatomi Telinga4


Telinga terdiri dari bagian luar, tengah dan dalam. Telinga bagian luar terdiri dari
aurikula, meatus acusticus externus dan dan membran timpani bagian luar. Telinga tengah terdiri
dari membran timpani bagian dalam, cavitas timpani yang berisi ossicula auditiva, muskulus,
cellulae mastoid; aditus ad antrum dan tuba auditiva. Telinga dalam terdiri dari labirintus osseus
dan labirintus membranaceus. Labirintus osseus yaitu koklea dan labirintus membranacea terbagi
menjadi labirintus vestibularis (sakulus, utrikilus, canalis semisirkularis), duktus koklearis (skala
vestibule, skala media, skala timpani), sakus duktus endolimpatikus.1,3,4
A. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun
telinga terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri
dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan
pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjangnya kira-kira 2,5 3 cm.5
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut.
Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya
sedikit dijumpai kelenjar serumen.5
B. Telinga Tengah
Telinga tengah terdiri dari membrane timpani bagian dalam, cavitas timpani yang berisi
ossikula auditiva, muskulus, celulae mastoid; aditus ad antrum dan tuba auditiva, telinga tengah
berbentuk kubus, dengan:5
2

Batas luar
Batas depan
Batas bawah
Batas belakang
Batas atas

:
:
:
:
:
-

membran timpani.
tuba eustachius
vena jugularis
aditus ad antrum
tegmen tympani (meningen/otak).
Batas dalam
:
berturut-turut dari atas kebawah
(kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, oval

window dan antrum promontorium.


Cavitas tympani berisi osikula auditiva, muskulus, celulae mastoid; aditus ad antrum dan
tuba auditiva.5
1. Osikula auditiva
2. Berfungsi untuk menghantarkan suara dari udara ke koklea. Terdiri dari maleus, incus
dan stapes
3. Muskulus
Terdiri dari m. tensor tympani dan m. stapedius, diinervasi oleh N. facialis dan N.
trigeminus dimana berfungsi untuk membatasi gerak dari tulang auditiva.
Perlekatan dari m. tensor tympani dan pars ossea tuba auditiva menuju kolum mallei,
berfungsi untuk mengatur keseimbangan tekanan udara antara cavum tympani dengan
dunia luar.
4. Perlekatan dari m.stapedius dari piramida menuju ke collom stapedius, berfungsi untuk
meredam suara yang keras, frekuensi rendah dan amplitude yang tinggi.
5. Celulae mastoid.
6. Aditus ad antrum.
Merupakan muara atau lubang yang menghubungkan cavum tympani dengan antrum
mastoid.
7. Tuba auditiva
Tuba auditiva adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring.
Tuba auditiva memiliki arti klinis karena nasofaring memiliki banyak flora normal,
sehingga jika tekanan cavum tympani lebih rendah maka udara akan masuk dari nasofaring ke
cavum tympani sehingga flora normal akan ikut masuk, hal ini dapat memicu infeksi diauris
media.5
Tuba auditiva dibagi menjadi 2 bagian:5
-

1/3 bagian superior, tersusun oleh tulang.


2/3 bagian inferior, tersusun oleh kartilago yang berbentuk huruf U.

Fungsi dari Tuba auditiva.5


-

Drainase, berdasarkan gerakan membuka tuba dan gerakan silia di mukosa tuba dimana
gerakan silia seperti lecutan cambuk yang bergerak dari arah cavum tympani ke
nasofaring sehingga menghambat pergerakan kuman yang akan masuk ke auris media.

Juga untuk mengeluarkan produk atau kotoran dari auris media.


Proteksi, dilakukan oleh jaringan limpoid dan sel goblet dari mukosa tuba, sel goblet

menghasilkan lisosom yang bersifat bakterisid.


Aerasi, yaitu menjaga keseimbangan tekanan udara dalam telinga terhadap dunia luar
melalui proses membuka-menutup tuba, sebagai contoh saat menelan tuba akan
membuka.

C. Telinga dalam terdiri dari:


a) Labirin osseus: koklea atau rumah siput, yang berupa setengah lingkaran.5
b) Labirin membranaseus, terdiri dari:5
1. Labirin Vestibuler, yang terdiri dari saculus, utrikulus dan 3 buah kanalis
semisirkularis.
2. Duktus koklearis, yang terdiri dari skala vestibule (berisi perilimfe), skala media
(berisi endolimpe dan terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane
tektoria, dan pada membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar dan kanalis korti, yang membentuk organ korti) dan skala
tympani (berisi perilimfe)
3. Saccus dan ductus endolimfaticus

Anamnesis
Dalam menegakkan diagnosis otitis media akut disamping keluhan utama perlu
ditanyakan data seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, keterangan mengenai daerah
tempat tinggal sekarang, pekerjaan, riwayat obat-obatan dan lain sebagainya. Pertanyaan lain
dapat ditanyakan pada pasien yang mempunyai keluhan seperti dalam kasus dan untuk
menegakkan pemeriksaan fisik otitis media akut adalah6
Apakah keluhan utama?
Apakah sudah mengkonsumsi obat sebelum datang ke dokter?
Ada keluhan demam dan pilek?
Apakah keadaan semakin membaik atau memburuk?
Apakah ada cairan yang keluar dari telinga anak?
4

Apakah ada kebiasaan membersihkan telinga?


Apakah ada kemungkinan benda asing masuk? (dari bermain dengan teman-

teman sebaya)
Apakah ada rasa sakit? Kapan onsetnya?
Apakah ada gejala-gejala dari infeksi saluran pernafasan atas?
Apakah pernah mengalami masalah ini sebelum ini?
Apakah ada masalah alergi terhadap makanan tertentu?
Apakah ada anggota keluarga lain yang mengalami masalah yang sama?

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisis harus selalu dimulai dengan penilaiaan keadaan umum pasien yang
mencakup:6
o Kesan keadaan sakit, temasuk fasies dan posisi pasien:
o apakah pasien tidak tampak sakit, sakit ringan, sakit sedang, atau apakah sakit
berat.
o Kesadaran
o kompos mentis: pasien sadar sepenuhnya dan memberikan respons yang
adekuat terhadap semua stimulus yang diberikan.
o apatik : pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh terhadap keadaan
sekitarnya, ia akan memberikan respons yang adekuat bila diberikan stimulus.
o somnolen: yakni tingkat kesadaran yang lebih rendah daripada apatik, pasien
tampak mengantuk, selalu ingin tidur; ia tidak responsive terhadap
stimulus ringan, tetapi masih memberikan respons terhadap stimulus
yang agak keras, kemudian tertidur lagi.
o sopor: pasien tidak memberikan respon ringan maupun sedang, tetapi
masih memberikan sedikit respons terhadap stimulus yang kuat, refleks
pupil terhadap cahaya masih positif.
o koma: pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun, refleks pupil
terhadap cahaya tidak ada, ini adalah tingkat kesadaran yang paling rendah
o Status gizi
Penilaian status gizi pasien secara klinis dilakukan terutama dengan inspeksi
dan palpasi. Pada inspeksi secara umum dapat dilihat bagaimana proporsi atau postur
tubuhnya, apakah baik, kurus, atau gemuk.
o Tanda vital
Setelah keadaan umum, hal kedua yang dinilai adalah tanda vital yang mencakup nadi,
tekanan darah, pernafasan dan suhu.
5

o Nadi : frekuensi nadi per menit, laju jantung atau nadi normal anak 2-10 tahun
adalah istirahat (bangun) 70-110 denyut per menit, istirahat (tidur) 60-90 denyut
per menit, aktif atau demam hingga 200 denyut per menit.
o Tekanan darah : tekanan darah diukut pada keempat ekstremitas, untuk anak usia
antara 1-5 tahun tekanan sistolik normal adalah 95mmHg dan tekanan diastolic
normal adalah 65mmHg.
o Pernafasan : mencakup pemeriksaan laju pernafasan; irama atau keteraturan;
kedalaman dan pola pernafasan. Laju pernafasan normal per menit anak 3 tahun
adalah 20-30 kali atau rata-rata waktu tidur 22 kali.
o Suhu tubuh
Telinga diperiksa mulai dari daun telinga apakah bentuk, besar, dan posisinya normal.
Kemudian dilakukan pemeriksaan liang telinga. Pemeriksaan liang telinga sebaiknya didahului
dengan pembersihan serumen. Pemeriksaan dilakukan dengan bantuan speculum telinga atau
otoskop. Otitis eksterna dapat disebabkan oleh pelbagai bakteri dan jamur. Keluhan yang sering
terjadi ialah nyeri atau gatal, dapat disertai sekresi mukopurulen yang dapat berbau. Bila daun
telinga ditarik pasien akan merasa sakit. Perhatikan pula kelainan terdapatnya laserasi dan korpus
alienum pada liang telinga.6
Setelah memeriksa liang telinga, periksa membrane timpani sedikit cekung dan
mengkilat. Membran timpani yang tampak rata atau cembung dan kusam berarti abnormal. Pada
otitis media kataral membrane timpani tampak sangat merah dan refleks cahaya berkurang pada
otitis media supurativa membran timpani menonjol, kemerahan dan refleks cahaya hilang.
Membran timpani harus diperhatikan apakah ada perforasi. Pada otitis media perlu diperiksa
apakah terdapat tanda-tanda pembengkakan dan nyeri pada daerah belakang telinga. Bila
terdapat mastoiditis daun telinga tampak terdorong kedepan, sedangkan meatus akustikus
eksternus menyempit pada diameter antero posterior dan mastoid terasa nyeri bila diraba. Pada
fraktur kranii dapat terlihat perdarahan disekitar mastoid.6
Ketajaman pendengaran dinilai secara kasar. Neonates sudah bereaksi terhadap suara.
Pada bayi yang lebih besar, kesan ketajaman pendengaran dapat diambil dari reaksinya terhadap
suara saat pemeriksaan. Apabila terdapat kecurigaan terdapatnya gangguan pendengaran harus
dilakukan pemeriksaan ketajaman pendengaran khusus dimana digunakan garpu tala dan
audiometer.6

Pemeriksaan Penunjang6
Otoskop : pemeriksaan ini dengan cara memasukkan spekulum ke telinga, dan
memancarkan cahaya kedalamnya kemudian pemeriksa dapat melihat kondisi membrane timpani
melalui lensa pembesar otoskop. Biasanya gendang telinga terlihat kemerahan dan terlihat
bangunan seperti lubang pada selaput gendang telinga.
Timpanogram : tes ini dilakukan untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran
timpani.
Timpanosentesis dan kultur : aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane
timpani untuk menentukan mikrobiologi.
Tes rinne : tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang
pada telinga yang diperiksa.
Tes webber : tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kanan dan
telinga kiri.
Tes schwabach : membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan
pemeriksa yang pendengarannya normal.
Tes audiometrik : merupakan pemeriksaan fungsi untuck mengetahui sensitivitas dan
perbedaan kata-kata, dilaksanakan dengan bantuan audiometrik.
Tes-tes diagnostic seperti pemeriksaan darah lengkap, CT-scan, MRI, membantu untuk
menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding yang lain. Pada kasus otitis media
akut, leukositosis dengan peningkatan polymorfonuklear dapat diperhatikan dari CBC. CT-scan
dan MRI dapat digunakan untuk menilai keparahan kasus untuk mengenal pasti apakah sudah
terjadinya komplikasi dari otitis media seperti meningitis dan abses otak.
Epidemiologi
60-80% bayi memiliki paling sedikit satu episode OMSA, dan 90% terjadi pada usia 2-3
tahun. Di Amerika Serikat angka kejadian tertinggi dari OMSA terjadi pada usia 6-24 bulan,
frekwensi OMSA terjadi pada masa anak-anak, remaja dan dewasa, biasanya anak laki-laki lebih
sedikit dibandingkan dengan anak perempuan.7
7

Etiologi
Kuman penyebab utama pada OMSA adalah bakteri pyogenik, seperti streptokokus
haemolitikus, stafilakokus aureus, pneumokokus. Selain itu juga kadang-kadang ditemukan juga
Haemopilus influenza, Esherichia colli, Streptokokus anhemolitikus, proteus vulgaris dan
pseudomonas auregenosa. Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia 5
tahun.1
Patofisiologi
Telinga tengah biasanya steril, suatu hal yang mengagumkan menimbang banyaknya flora
organisme yang terdapat di dalam nasopharing dan faring. Gabungan aksi fisiologis silia, enzim
penghasil mukus (misalnya muramidase) dan antibodi berfungsi sebagai mekanisme petahanan
bila telinga terpapar dengan mikroba kontaminan ini saat menelan. Otitis media akut terjadi bila
mekanisme fisiologis ini terganggu. Sebagai mekanisme pelengkap pertahanan di permukaan,
suatu anyaman kapiler sub epitel yang penting menyediakan pula faktorfaktor humoral, leukosit
polimorfonuklear dan sel fagosit lainnya. Obstruksi tuba eustachius merupakan suatu faktor
penyebab dasar pada otitis media akut.8
Penyakit ini mudah terjadi pada bayi karena tuba eustachiusnya pendek, lebar dan letaknya
agak horizontal. Normalnya lapisan mukosa pada telinga tengah menyerap udara pada telinga
tengah, namun jika udara tidak dapat dialirkan karena adanya obstruksi relatif tuba eusthachius
maka akan terjadi tekana negative dan menimbulkan efusi serosa. Efusi ini pada telinga tengah
merupakan media yang fertil untuk perkembangbiakan mikroorganisme dan dengan adanya
infeksi saluran napas atas dapat terjadi invasi virus dan bakteri ke telinga tengah, berkolonisasi
dan menyerang jaringan dan menimbulkan infeksi. Meskipun infeksi saluran napas terutama
disebabkan oleh virus namun sebagian besar infeksi otitis media akut disebabkan oleh bakteri
piogenik. Bakteri yang sering ditemukan antara lain Streptococcus pneumoniae, Haemophillius
influenza dan Sterptococcus beta hemolitikus. Sejauh ini Streptococcus pneumoniae merupakan
organisme penyebab tersering pada semua kelompok umur. Hemophilus influenza adalah
patogen yang sering ditemukan pada anak di bawah usia lima tahun, meskipun juga merupakan
patogen pada orang dewasa. Gejala klasik otitis media akut antara lain berupa nyeri, demam,
malaise dan kadang kadang nyeri kepala di samping nyeri telinga; khusus pada anak anak
dapat terjadi anoreksia, mual dan muntah. Demam dapat tinggi pada anak kecil namun dapat pula
tidak ditemukan pada 30% kasus. Seluruh atau sebagian membrane timpani secara khas menjadi
merah dan menonjol dan pembuluh pembuluh darah di atas membrane timpani dan tangkai
8

maleus berdilatasi dan menjadi menonjol. Secara singkatnya dapat dikatakan terdapat abses
telinga tengah.8
Genetik, infeksi, imunologi dan lingkungan merupakan faktor prediposisi pada anak-anak
untuk terkena infeksi telinga. Pada banyak kasus pencetus OMA disebabkan oleh infeksi saluran
nafas atas yang mengakibatkan kongesti, bengkak dari mukosa nasalis, nasofaring dan tuba
eustachius. Sumbatan dari isthmus tuba auditiva akibat dari penimbunan sekret dari telinga
tengah: hasil perlawanan tubuh terhadap bakteri atau virus yang berupa nanah sebagai penyebab
utama OMA. Perluasan radang atau infeksi dari hidung atau nasofaring kedalam cavum timpani
dimungkinkan akibat ada hubungan langsung hidung dan cavum timpani melalui tuba eustachius
serta persamaan jenis mukosa antara kedua tempat tersebut.8
Pembengkakan pada jaringan sekitar saluran tuba eustachius dapat menyebabkan lender
yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah berkumpul di belakang gendang telinga. Jika lender dan
nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulangtulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat
bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami sekitar 24 db (bisikan halus). Namun
cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingaa 45 db (kisaran
pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan
yang banyak tersebut dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.8
Pada anak lebih mudah terserang OMSA disbanding orang dewasa karena beberapa hal:8
System
kekebalan
tubuh
anak
masih
dalam
perkembangan.
Saluran Eustachius pada anak masih lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek bila
dibandingkan dengan orang dewasa sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.
Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas berperan dalam kekebalan tubuh)
pada anak relatif lebih besar disbanding orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara
eustachius sehingga adenoid yang besar mengganggu terbukanya saluran eustachius. Selain itu
saluran eustachius sendiri dapat terinfeksi dimana infeksi tersebut kemudian menyebar ketelinga
tengah lewat saluran eustachius.

Manifestasi Klinis
Perubahan mukosa tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi menjadi 5 stadium:
A. Stadium Oklusi Tuba Eustachius.
Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani akibat
terjadinya tekanan negatif dalam telinga tengah, akibat absorbsi udara, hal ini diakibatkan oleh
9

adanya radang di mukosa hidung dan nasofaring karena infeksi saluran nafas atas berlanjut ke
mukosa tuba eustachius. Keadaan ini mengakibatkan fungsi tuba eustachius dan mukosa cavum
timpani. Akibatnya mukosa tuba eustachius mengalami edema yang akan menyempitkan lumen
tuba eustachius. Keadaan ini mengakibatkan fungsi tuba eustachius terganggu (fungsi ventilasi
dan drainase).8
Gangguan fungsi ini antara lain menyebabkan berkurangnya pemberian oksigen kedalam
cavum timpani berkurang (hipotensi), menjadi kurang dari 1 atm dan disebut vakum. Kondisi
vakum selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perubahan pada mukosa timpani, berupa:8
Peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan limfe.
Peningkatan permeabilitas dinding sel.
Terjadinya proliferasi sel kelenjar mukosa.
Perubahan yang terjadi pada mukosa cavum timpani tersebut, mengakibatkan terjadinya
perembesan cairan kedalam cavum timpani (transudasi). Keadaan ini disebut sebagai Hidrops ex
vacuo. Kadang-kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna
keruh pucat. Dimana gangguan telinga yang dirasakan akibatnya vacuum hydrops ex vacuo.
Keluhan yang dirasakan: telinga terasa penuh (seperti kemasukan air), pendengaran terganggu,
nyeri pada telinga (otalgia), tinnitus.8
Pada pemeriksaan otoskopi didapat gambaran membran timpani berubah menjadi retraksi
ke medial (dengan tanda-tanda) lebih cekung, brevis lebih menonjol, manubrium mallei lebih
horizontal dan lebih pendek, plika anterior tidak tampak lagi dan refleks cahaya hilang atau
berubah.8
B. Stadium Hiperemis.
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau
seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edema sekret yang telah terbentuk mungkin
masih bersifat eksudat yang serousa sehingga masih sukar terlihat.8
C. Stadium Supurasi (Bombans).
Udema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta
terbentuknya eksudat yang purulen di cavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol
kearah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat,
serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di cavum timpani tidak
berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis

10

pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan sub mukosa. Nekrosisi ini pada membran timpani
terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan kekuningan. Ditempat ini akan terjadi rupture.8
D. Stadium Perforasi.
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotik atau virulensi kuman
yang tinggi, maka terjadi rupture membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga
tengah ke liang telinga luar, akibatnya nyeri yang dirasakan penderita berkurang. Selain itu
disebabkan oleh tekanan yang tinggi pada cavum timpani akibat kumpulan mukus, akhirnya
menimbulkan perforasi pada membran timpani.8
Keluhan yang di rasakan sudah banyak berkurang, karena tekanan di cavum timpani
sudah banyak berkurang, selain itu keluar cairan dari telinga, penurunan pendengaran dan
keluhan infeksi saluran nafas atas masih di rasakan, pada pemeriksaan otoskopi meatus externus
masih didapati banyak mukopus dan setelah dibersihkan akan tampak membran timpani yang
hiperemis dan perforasi paling sering terletak di sentral.8
E. Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani berlahan-lahan akan
normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering. Bila
daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa
pengobatan. Pada stadium ini kebanyakan yang masih dirasakan adanya gangguan pendengaran,
keluhan sebelumnya sudah tidak dirasakan lagi. Pada pemeriksaan otoskopi meatus akustikus
externus bersih dari sekret, membran timpani tidak tampak lagi, warnanya sudah kembali lagi
seperti mutiara, yang masih tampak adalah perforasi pars tensa.8
Gejala Klinis
Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMSA) tergantung dari stadium penyakit dan
umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh menurun pada
stadium perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMSA) berdasarkan umur penderita,
yaitu :8
Bayi dan anak kecil.
Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 390C (khas), sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur,
mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang memegang telinga yang sakit. Anak yang sudah bisa
bicara. Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh tinggi, dan riwayat batuk pilek.
Anak lebih besar dan orang dewasa.
Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran (rasa penuh dan pendengaran berkurang).
Working Diagnosis
Otitis media akut. Berdasarkan keluhan anak bangun tengah malam dengan tiba-tiba
sambal menangis dan memegangi telinga kanannya menunjukkan bahwa anak tersebut
11

mengalami otalgia (sakit telinga) dan dengan riwayat demam, batuk dan pilek sejak 3 minggu
lalu menunjang bahwa karena infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) yang dialami sejak 3
minggu yang lalu menyebabkan anak menderita OMA, yaitu infeksi saluran telinga tengah akibat
ISPA.8
Diagnosis OMSA harus memenuhi tiga hal berikut8
A. Penyakitnya timbul mendadak (akut)
B. Ditemukanya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan disuatu rongga tubuh) di telinga
tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:
1. Menggembungnya gendang telinga.
2. Terbatas/tidak gerakan gendang telinga.
3. Adanya bayangan cairan dibelakang gendang telinga.
4. Cairan yang keluar dari telinga.
C. Adanya tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan adanya salah satu
tanda berikut:
1. Kemerahan pada gendang telinga
2. Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.
Differential Diagnosis
Otitis eksterna serosa atau infektif adalah inflamasi kulit pada saluran telinga luar dan
bagian telinga yang jelas kelihatan di luar. Infeksi sering terjadi disebabkan oleh bakteria dan
bisa disebabkan oleh jamur. Keadaan ini dipicu oleh kehilangan serumen di liang telinga karena
oendedahan pada air, air yang terperangkap dalam liang telinga akibat penggunaan penyumbat
telinga. Otitis externa yang kronis boleh disebabkan oleh penyakit dermatitis seperti seborrhea,
eczema atau psoriasis. Walaupun ia bukan suatu penyakit yang serius bagi kebanyakan orang, ia
bisa menjadi parah bagi mereka yang mempunyai imun yang rendah. Karena bakteri bisa
mengakibatkan infeksi dan erosi tulang sehingga terjadinya otitis eksterna nekrotik.8
Penatalaksanaan
Pengobatan OMSA tergantung pada stadium penyakitnya.9
A. Pada stadium oklusi tujuannya adalah mengembalikan fungsi tuba eustachius secepatnya.
Untuk itu digunakan tetes hidung yang berfungsi sebagai vasokonstriktor untuk mengatasi
penyempitan tuba akibat edema. Obat yang dapat digunakan adalah solution efedrin 1%
untuk orang dewasa dan 0.25-0.5% untuk bayi dan anak-anak. Obat lain untuk mengatasi
ISPA misalnya golongan aspirin.
B. Pada stadium hiperemis, terapi yang di \berikan adalah antibiotic, obat tetes hidung dan
analgetik. Antibiotic yang dianjurkan adalah golongan ampicillin dan penisilin. Terapi awal
12

diberikan penisilin intramuscular agar didapatkan kosentrasi yang lebih adekuat di dalam
darah, pemberian dianjurkan selama 7 hari. Pada anak ampisilin diberikan dengan dosis 50100 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis.
C. Pada stadium supurasi, selain antibiotic, idealnya harus dilakukan miringotomi, bila
membrane masih utuh, sehingga rupture membrane tympani dapat dihindari.
D. Pada stadium perforasi sering terlihat secret banyak keluar, pengobatan yang dilakukan
adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotic yang adekuat.
E. Pada stadium resolusi ini penderita sudah tidak memerlukan obat-obatan lagi, karena ISPA
juga sudah sembuh. Penderita disarankan untuk menjaga kebersihan telinga, tidak boleh
kemasukan air atau dikorek-korek guna menghindari kekambuhan.

Pencegahan
Beberapa faktor yang berkaitan dengan infeksi telinga tidak boleh diubah, tetapi beberapa
cara hidup boleh mengurangkan factor risiko bagi anak-anak,9
o Memberi air susu ibu bagi anak sekurang-kurangnya 6 bulan. Jika anak diberi susu
dengan botol peganglah anak pada satu sudut daripada membiarkan anak minum sambal
berbaring.
o Elakkan paparan pada asap rokok yang dapat meningkatkan frekuensi dan beratnya
infeksi telinga.
o Kurangkan paparan kepada kelompok besar anak-anak lain seperti di pusat penjagaan
anak, karena infeksi saluran pernafasan atas multipel bisa membawa anak pada infeksi
telinga.
Komplikasi
Otitis media kronik ditandai dengan riwayat keluarnya cairan secara kronik dari satu atau
dua telinganya. Jika gendang telinga telah pecah lebih dari 2 minggu, resiko infeksi menjadi
sangat umum. Umumnya penanganan yang dilakukan adalah mencuci telinga dan
mengeringkannya selama beberapa minggu hingga cairan tidak lagi keluar.9
Otitis media yang tidak diobati dapat mnyebar ke jaringan sekitar telinga tengah, termasuk
otak. Namun umumnya komplikasi ini jarang terjadi, salah satunya adalah mastoiditis pada 1
dari 1000 anak dengan OMA yang tidak diobati.9
Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran permanen,
cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mngurangi pendengaran anak serta dapat
menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan bahasa.9
13

Prognosis
Prognosis OMA adalah baik, gejala akan membaik antara 24-72 jam setelah pengobatan.
Relaps biasanya terjadi karena eradikasi yang kurang sempurna. Karena itu pasien dinasihatkan
untuk mengkonsumsi antibiotik secara tepat dan tetap melakukan kontrol meskipun gejala telah
membaik.9
Kesimpulan
Anak laki-laki berusia 2 tahun dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu, tadi
malamnya tiba-tiba menangis dan memegang kuping kanannya, tampak sakit sedang
menunjukkan gejala-gejala infeksi saluran pernafasan akut sehingga terjadinya otitis media akut.

Daftar Pustaka

1. Canter RJ. Acute suppurative otitis media. In : Kerr AG, ed. Scott Browns Otolaryngology.
Sixth edition. Vol. 3. Butterworth-Heinemann, London, 2007.p.1-7.
2. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2005.h.49-62.
3. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
4. Anatomy of Inner Ear. 2010; http://galileo.phys.virginia.edu/classes/304/pix.html, diunduh 22
Maret 2015.
5. Moore GF, Ogren FP, Yonkers AJ. Anatomy and Embriology of the Ear, In Lee KJ (Ed). Text
Book of Otolaryngology and Head and Neck Surgery, Elseiver, New York, 2006.p.1-22.
6. Latief A, Tumbelaka AR, Matondang CS, Chair I, Bisanto J, Abdoerrachman MH, et al.
Diagnosis fisis pada anak. Edisi 2. Jakarta: CVAgung Seto; 2005.p.55-6.
7. D. Steward Rowe. Acute Suppurative Otitis Media. Pediatric 1975:56:285. Available at
http://pediatrics.aappublications.org/content/56/2/285.full.pdf+html, diunduh 21 Maret 2015.
8. Sosialisman & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5.
9. Haddad J. The ear. Dalam: Berhman RE, Kliegma RM, Arvin AM, penyunting. Nelson Textbook

of Pediatri. Ed.18. Philadelphia: Sauders Elsevier; 2007.h.459-69.

14

Anda mungkin juga menyukai