KATA PENGANTAR
Buku ajar Teori Sosiologi Klasik adalah sebagai bahan bacaan atau
literatur mata kuliah Teori Sosiologi Klasik di Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Dengan adanya buku ini
merupakan salah satu jalan dalam mempermudah mahasiswa untuk
mendapatkan literatur Teori Sosiologi Klasik.
Sebagai sebuah mata kuliah wajib jurusan, maka telaah dalam buku ini
dibuat secara simpel dan universal agar mahasiswa mampu menyerap
secara baik semua tema yang dipaparkan dalam buku ajar ini. Dan materi
yang menjadi kajian dalam buku ajar ini dibagi dalam delapan bab pokok
bahasan
Bab pertama membahas tentang Teori Sosiologi. Salah satu kesulitan
yang mungkin timbul bagi para peminat di bidang ilmu sosiologi adalah
kurangnya pemahaman tentang pengertian apa yang disebut dengan teori.
Bagaimana kedudukan teori sosiologi di dalam usahanya untuk memahami
kenyataan-kenyataan sosial. Oleh karena itu pada bab pertama ini akan
dijelaskan tentang teori dan teori sosiologi.
Bab kedua membahas tentang Filsafat Sosial sebagai Dasar Teori
Sosial. Pokok bahasan yang akan diuraikan pada bab kedua ini adalah
lahirnya filsuf-filsuf yang terkenal di era Yunani yaitu Socrates, Plato dan
Aristoteles. Ke tiga tokoh yang menjadi sufi di zamannya ini, akan dibahas
secara rinci mulai dari riwayat hidupnya, metode berfikirnya hingga filsafat
sosial yang dilahirkannya yang akan menjadi dasar bagi lahirnya teori-teori
sosial selanjutnya khususnya teori-teori sosiologi.
Bab ketiga membahas tentang Periode Transisi dan Pemikiran Filsafat
Ke Pemikiran Ilmu Pengetahuan. Pokok bahasan pada bab ini menguraikan
pemikiran sosial para tokoh masa transisi dari periode filsafat ke ilmu
pengetahuan yang ditandai besarnya kekuasaan gereja dalam kehidupan
kemasyarakatan dengan salah satu pelopornya adalah Thomas van Aquinas.
Bab ini juga menguraikan pemikiran para tokoh sosial masa revolusi industri
dan Renaissance dengan tokohnya F. Bacon, N. Machiavelli, Thomas Hobbes,
John Lock dan Vico.
Bab
keempat
membahas Lahirnya
Sosiologi
Sebagai
Ilmu
Pengetahuan. Uraian utama pada bab keempat ini adalah menjelaskan
sumbangan pemikiran sosial yang berguna bagi lahirnya sosiologi sebagai
ilmu pengetahuan. Sumbangan pemikiran itu khususnya dari tokoh Saint
Simon, Auguste Compte dan Herbert Spencer. Ke tiga tokoh ini akan
diuraikan secara jelas mulai dari riwayat hidup hingga sumbangan pemikiran
mereka yang begitu berarti dan berperan dalam melahirkan sosiologi
sebagai ilmu pengetahuan.
Pokok pembahasan yang akan diuraikan pada bab kelima ini adalah
sumbangan pemikiran dari Karl Marx terhadap Ilmu Sosiologi. Adapun
materi-materi yang akan dibahas adalah sejarah singkat riwayat hidup Karl
Marx serta menjelaskan pemikiran Karl Marx tentang materialisme historis,
model-model masyarakat,alinasi, kesadaran kelas dan perubahan sosial.
Bab keenam membahas tentang sumbangan pemikiran dari Emile
Durkheim terhadap Ilmu Sosiologi. Durkheim dapat dipandang sebagai salah
seorang yang meletakkan dasar-dasar sosiologi modern. Pada bab enam ini
akan dijelaskan tentang fakta sosial, karakteristik dan metode pengamatan
fakta sosial Durkheim. Menjelaskan juga tentang pengertian solidaritas sosial
dan
membedakan
jenis-jenis
solidaritas
social.
Menjelaskan
pengertian kesadaran kolektif Durkheim, teori bunuh diri dan jenis-jenis
bunuh diri, pengertian anomi, serta pengertian integrasi masyarakat
menurut Durkheim.
Bab ketujuh pokok bahasannya adalah menguraikan sumbangan
pemikiran Max Weber yang berguna bagi pemikiran dan perkembangan ilmu
sosiologi. Materi yang akan dijelaskan diantaranya sejarah singkat riwayat
hidup Max Weber, konsepsi tindakan sosial dan tipe-tipe tindakan sosial
menurut Weber, pengertian verstehende, serta penjelasan Etika Protestan
dan Spirit Kapitalisme Weber yang cukup menggemparkan dan menjadi
bahan pergunjingan yang kontroversial bagi kehidupan ilmiah.
Di penutup bab ini (bab kedelapan) akan dibahas tentang Paradigma
Sosiologi. Dalam perkambangan selanjutnya setelah terlepas dari pengaruh
filsafat dan psikologi, sosiologi mulai memasuki arena pergulatan pemikiran
yang bersifat interen di kalangan teoritisnya sendiri. Pergulatan yang bersifat
interen ini hingga sekarang masih saja berlangsung. Perkembangan sosiologi
ditandai dan tercermin dari adanya berbagai paradigma di dalamnya. Pada
SANWACANA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas Taufik
dan Hidayah Nyalah penulis dapat menyelesaikan buku ini., yang mana
hasilnya masih jauh dari sempurna. Buku yang berada di hadapan para
pembaca ini adalah sebagai pelengkap dan sekaligus memperkaya bahan
bacaan atau literatur dalam mata kuliah Teori Sosiologi Klasik bagi
mahasiswa di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas lampung khususnya dan di perguruan Tinggi lainnya baik di
negeri maupun swasta di Propinsi Lampung ini.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa buku ini tidak akan
selesai andaikata tidak ada bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak
yang
telah
memberikan
bantuannya
kepada
penulis
khususnya kepada Hibah Peningkatan Mutu Buku Ajar Universitas
Lampung, yang telah memberi bantuan dana untuk proses pembuatan
buku ajar ini.
BAB I
TEORI SOSIOLOGI
A. PENDAHULUAN
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Salah satu kesulitan yang mungkin timbul bagi para peminat di
bidang ilmu sosiologi adalah kurangnya pemahaman tentang
pengertian apa yang disebut dengan teori. Bagaimana kedudukan teori
sosiologi di dalam usahanya untuk memahami kenyataan-kemyataan
sosial. Kesulitan ini akan lebih mudah teratasi apabila sebelum orang
membicarakan teori-teori sosiologi, sudah terlebih dahulu memahami
bagaimana pengertian teori dan kedudukannya di dalam usaha untuk
memahami kenyataan sosial.
teori
sosiologi
dalam
usaha
memahami
dan
sosial.
A. TEORI
Sadar atau tidak, semua orang sebetulnya berteori. Orang yang paling
erat hubungannya dengan kegiatan praktek sekalipun, seperti seorang
pengacara yang membela perkara dan memperingati hakim supaya tetap
berpegang pada fakta, harus menginterpretasikan fakta sehingga relevan
baginya. Ini namanya proses berteori.
Berteori dengan jalan memberikan interpretasi itu sangatlah penting,
karena perlu untuk menjelaskan peristiwa. Betapapun lingkungan suasana
yang kita hadapi itu baik atau buruk, kita harus jelaskan kepada diri kita
sendiri dan kepada orang lain, mengapa demikian. Caranya adalah
dengan jalan menghubungkan situasi sekarang dengan pengalaman atau
keputusan keputusan yang sudah kita berikan dimasa lampau, pengaruhpengaruh sosial atau tekanan-tekanan dari orang lain, krisis-krisis yang
umumnya dihadapi pada waktu itu, atau hambatan-hambatan serta
kesempatan-kesempatan yang tersedia dalam lingkungan itu.
Orang
tua
berusaha
menjelaskan
mengapa
anak-anaknya
menanggung suatu akibat tertentu, mahasiswa berusaha menjelaskan
kepada dirinya sendiri mengapa mereka tidak lulus walaupun mereka
merasa bahwa tidak harus terjadi demikian, guru, polisi, para pemimpin
politik menjelaskan kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain,
mengapa dan apa yang mereka buat.
Merencanakan atau meramalkan masa depan menuntut kita untuk
melihat apa yang ada dibelakang fakta, dan berarti itu kita berteori. Tak
seorangpun dapat meramalkan masa depan dengan mutlak. Apa yang
kita buat adalah membuat dugaan-dugaan dan menyesuaikan perilaku
kita sekarang ini dalam hubungannya dengan harapan-harapan. Orang
muda yang memilih karir, orang tua yang menyesuaikan diri dengan
perilaku
anak-anaknya,
para
langganan
yang
merencanakan
pembelanjaannya yang penting, penjual yang mengembangkan taktiktaktik penjualan, pemimpin politik yang yang berdebat mengenai dilema
kebijaksanaan luar negeri, dan mahasiswa yang berspekulasi mengenai
kira-kira apa yang diberikan oleh profesor dalam ujian yang akan datang,
semua ini menunjukkan kepada kita akan adanya kebutuhan untuk bisa
melihat apa yang ada dibalik fakta yang ada sekarang, dan kita berteori.
Ada sikap yang umumnya dikemukakan orang dalam bentuk
pertanyaan apa guna teori dan mana faktanya. Kalau tidak ada fakta
yang kuat, ide seringkali menjadi tidak karuan karena apa artinya teori
tanpa fakta. Mahasiswa yang mempelajari sosiologi juga mempersoalkan
perlunya mempelajari ide-ide abstrak yang kelihatannya mempunyai
hubungan erat dengan dunia nyata. Asumsi bahwa kalau semua fakta
diketahui maka orang akan berbicara tentang fakta saja dan teori tidak
diperlukan lagi.
Tetapi tidak semua fakta yang kita butuhkan tersedia. Kalaupun
faktanya sudah ada, masih harus diinterpretasikan supaya fakta itu
mempunyai arti yang sesuai dengan kebutuhan dan rencana kita. Karena
arti fakta itu tidak selalu jelas dengan sendirinya, maka teorilah yang
dapat membantu kita untuk menginterpretasikan dan menilainya.
Suatu teori yang baik dapat membantu kita untuk memahami fakta,
menjelaskan, dan memberikan ramalan yang valid, hal ini sangat perlu
dalam suatu perencanaan untuk masa yang akan datang, baik yang
Karena banyak dari asumsi-asumsi ini bersifat implisit, maka orang lalu
tidak menjadi sadar kalau mereka tidak konsisten.
Bagi kebanyakan orang, teori-teorinya itu mungkin tetap bersifat
implisit, tetapi karena pelbagai alasan, orang lain menjadi lebih sadar
dimana segi-segi tertentu dari teori-teori mereka yang implisit itu menjadi
eksplisit dan tunduk pada analisa objektif atau analisa kritis. Proses ini
tidak harus berarti bahwa teori-teori implisit itu akan ditolak, sebaliknya
teori-teori itu mungkin mendapat dukungan. Bagaimanapun individu
menjadi sadar akan beberapaa dari asumsi-asumsi teoritis yang
mendasar dan rela mengujinya secara objektif, paling kurang dalam
tingkatan tertentu.
Umumnya kekuatan sesuatu teori terletak pada kemampuannya untuk
membawa banyak pemikiran dan informasi mengenai suatu problem
khusus. Teori demikian bisa menghasilkan dan mengandung ide-ide yang
siap dipakai pada suatu ketika. Sebuah teori mencoba memecahkan
sebuah problem teoritis ke dalam empat kategori yaitu .
1. Teori memungkinkan adanya ide-ide tambahan untuk pemecahan
beberapa problem teoritis yang ada.
2. Teori memungkinkan adanya model-model dari buah pikiran dan
dengan demikian menghasilkan suatu deskripsi skematis. Deskripsi itu
dapat dibayangkan sebagai suatu pola dan di dalam pola itu ide-ide
tersebut tersusun rapi dan serasi.
3. Model-model memungkinkan adanya teori-teori.
4. Teori memungkinkan adanya hipotesa-hipotesa.
1. Teori Memungkinkan adanya Ide-Ide
Sebuah
pendekatan
teoritis
terhadap
suatu
ide
secara
alamiah menyebabkan penciptaan ide-ide lain yang membantu untuk
menjelaskan yang satu dan mendefinisikan hubungannya dengan yang
lain.Contohnya: kelas sosial bisa dirasakan atau dialami tapi tidak ada arti
teoritis dalam batasan itu sendiri. Teori itu baru muncul kalau ide kelas
sosial tersebut diletakkan bersama-sama dengan ide-ide tambahan yang
ikut menerangkan hal-hal lainnya. Misalnya memahami kelas sosial harus
juga memahami arti struktur sosial, hak-hak istimewa, hubungan sosial,
kewajiban, otoritas, dan ide-ide lainnya. Jadi, pada prinsipnya sebuah ide
B. TEORI SOSIOLOGI
Sosiologi adalah disiplin ilmu yang mencoba menjelaskan aspek-aspek
kehidupan manusia, maka sosiologi juga peka untuk melakukan
pembahasan tentang nilai dan moral yang terlibat dalam berteori. Pada
umumnya argumentasi kebebasan nilai dalam teori sosiologi telah
berjalan,
yang
mana
agar
dapat
ditemukan
sesuatu
dan
mengkonsepsikan sesuatu itu, para sosiolog perlu menghilangkan
prasangka pribadi mengenai hubungan sosial dalam studinya. Pernyataan
ini tidak berarti bahwa dia harus tidak menjadi seorang yang bermoral.
Tetapi untuk tujuan deskripsi dan teori ini bila seseorang ingin
mengetahui yang sebenarnya maka dia harus mengobservasikan,
menguraikan, dan menggunakan teori dengan tidak berat sebelah. Bila
kejujuran tidak dipakai sepenuhnya, apa yang dianggap seharusnya
terjadi dapat ia nyatakan sebagai sesuatu yang sesungguhnya, dogma
akan turut lebur dalam pemikirannya.
Sosiologi sejak awal perkembangannya dipermulaan abad 19 hingga
dewasa ini, telah mengalami perubahan yang terus menerus. Ilmu yang
oleh Auguste Compte disebut dengan Sosial Physics , dikenal dengan
nama sosiologi, berkembang terus seiring perubahan yang timbul dalam
masyarakat. Adalah Compte, bapak pendiri sosiologi yang mengatakan
ada 2 cara untuk mempelajari suatu ilmu pengetahuan yaitu secara
dogmatis dan secara historis.
RINGKASAN
Suatu teori yang baik dapat membantu kita untuk memahami fakta,
menjelaskan, dan memberikan ramalan yang valid, hal ini sangat perlu
dalam suatu perencanaan untuk masa yang akan datang, baik yang
berhubungan dengan kehidupan pribadi kita sendiri maupun yang
berhubungan dengan perencanaan kebujaksanaan umum.
Umumnya kekuatan suatu teori terletak pada kemampuannya untuk
membawa banyak pemikiran dan informasi mengenai satu problem
khusus atau seperangkat problem dan dengan demikian melampaui
pemikiran yang tidak sistematis dalam detail dan ketepatan untuk
pembentukan kosep yang berikutnya. Teori yang demikian itu bisa
menghasilkan dan mengandung ide-ide yang siap pakai pada suatu
ketika.
Sebuah teori mencoba memecahkan sebuah problem teoritis ke dalam
empat kategori yaitu
1.
Teori memungkinkan adanya ide-ide tambahan untuk pemecahan
beberapa problem teoritis yang ada.
2.
Teori memungkinkan adanya model-model dari buah pikiran dan
dengan demikian menghasilkan suatu deskripsi skematis. Deskripsi itu dapat
dibayangkan sebagai suatu pola dan di dalam pola itu ide-ide tersebut
tersusun rapi dan serasi.
3.
4.
LATIHAN
1.
2.
Sebuah teori memecahkan problem toritis ke dalam 4 kategori,
sebutkan dan jelaskan!
3.
Para ahli ilmu sosial dan akademisi lainya kadang-kadang dituduh
terlalu menjauhkan diri dari dunia nyata dan hidup dalam menara gading,
apa maksudnya?
4.
TUGAS
Buatlah makalah sebagai tugas kelompok dengan mengkaji secara
sosiologis sebuah fenomena sosial yang ada di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, D.P., 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Gramedia. Jakarta.
M. Siahaan, Hotman. 1986.Pengantar
Sosilogi. Erlangga. Jakarta.
Ke
Arah
Sejarah
dan
Teori
BAB II
FILSAFAT SOSIAL SEBAGAI DASAR TEORI SOSIAL
PENDAHULUAN
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
A. SOCRATES
1. Riwayat Hidup
Sufi terbesar ini lahir kira-kira 470 SM, dan meninggal pada tahun 399
SM. Dia berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya seorang seniman
patung, dan banyak memberikan inspirasi pada cara berpikir Socrates.
Dia juga merupakan seorang prajurit pada angkatan perang Athena.
Pada suatu ketika, ia mendapat panggilan suci (devine commision)
untuk menunjukkan kearah mana kebenaran harus dikembangkan dan
bagaimana menghilangkan kebodohan sesama warga Negara Athena.
Sebagai prajurit dalam perang Peloponesus dia pergi dari satu barak ke
barak yang lain, dan kepada setiap orang yang dijumpainya dia selalu
menanyakan pendapanya mengenai masalah-masalah sosial dan politik.
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akhirnya ia mengetahui bahwa ia
sesungguhnya tidak mengetahui apa-apa, seperti orang lainpun tadak
mengetahui apa-apa pula. Oleh karena itu dia berpendapat bahwa yang
diperlukan adalah sesuatu penyelidikan yang dapat dipercaya. Dengan
Metode Berfikir
Socrates adalah orang pertama yang menggunakan cara berpikir untuk
meragukan sesuatu dan mengutamakan pentingnya definisi mengenai
sesuatu. Ia berpendapat bahwa langkah pertama untuk mendapatkan
pengetahuan adalah dengan lebih dahulu menjelaskan idea-idea dan
konsepsi-konsepsi. Definisi yang tepat mengenai istilah-istilah dan
konsepsi-konsepsi adalah paling sulit di dalam ilmu pengetahuan dan
filsafat. Akan tetapi definisi ini justru harus difahami lebih dahulu untuk
dapat menemukan kebenaran. Secara singkat Socrates berpendapat
bahwa definisi adalah merupakan langkah pertama di dalam ilmu
pengetahuan. Dari sudut ini Socrates dapat disebut sebagai orang yang
pertama menunjukkan perlunya logika sebagai dasar bagi ilmu
pengetahuan dan filsafat.
3.
Filsafat Sosial
Kita mengenal pemikiran Socrates hanya melalui tulisan-tulisan
Plato muridnya, dalam bentuk drama timbal cakap. Akan tetapi sesuatu
yang tidak perlu diragukan sebagai ajaran Socrates adalah pernyataan
bahwa kecerdasan adalah merupakan dasar dari semua keutamaan, di
dalam adat kebiasaan, di dalam lembaga-lembaga sosial dan di dalam
hubungan sosial manusia maupun di dalam kehidupan pribadi. Menurut
Socrates tabiat yang baik adalah sinonim dari kecerdasan, pengetahuan
menjadikan seseorang bijaksana.
Seseorang yang adil misalnya, harus mengetahui hukum dengan
sebaik-baiknya. Akan tetapi, Socrates menyatakan bahwa disamping
hukum-hukum manusia terdapat juga hukum Tuhan; dan keadaan adalah
B. PLATO
1.
Riwayat Hidup
Plato dilahirkan kira-kira 427 SM. Dan meninggal pada tahun 347 SM.
Ia berasal dari keluarga bangsawan Athena yang sangat memuliakan
kaumnya.
Sesudah Socrates meninggal, Plato merantau ke berbagai negeri
seperti Mesir, Asia, Sisilia dan Italia bagian selatan, dimana dia kemudian
berkenalan dengan pemikiran Phythagoras. Pada tahun 387 SM, ia
kembali ke Athena dan mendirikan suatu sekolah yang terkenal dengan
nama Academia yang karena banyak menarik pemuda-pemuda
terpelajar Yunani, dapat disebut sebagai Universitas pertama di Eropa
The Republic.
The Republic merupakan usaha pertamanya yang besar untuk
menggambarkan suatu masyarakat ideal di mana keadilan dapat
diwujudkan.
2.
The Laws yang merupakan buku yang membuat garis besar konstitusi
sosial politik.
3.
The Statesman (Negarawan) yang membuat suatu diskusi tentang
konstitusi politik.
2.
Metode Berfikir
Dia mengembangkan metoda dialektika Socrates, dengan memulainya
dan menguji konsep-konsep pikiran. Kita dapat mengenal manusia
misalnya, melalui cara mengenal pengertian umum tentang manusia,
inilah yang disebut dengan Platonic idealism, yang sebagai suatu
metoda berpikir biasa disebut Conseptualism, suatu doktrin yang
mengajarkan bahwa kebenaran harus diperoleh dengan menguji atau
membuktikan konsep-konsep. Metoda berpikir Plato ini (dan juga
Socrates), bertolak belakang dengan metoda yang dipergunakan oleh
ilmu-ilmu pengetahuan modern. Plato berpendapat bahwa kebenaran
universal tidak dapat dicapai melalui pengertian-pengertian tentang
gejala-gejala yang nampak.
Plato adalah pencipta ajaran serbacita (ideenleer), karena itu
filsafatnya disebut idealisme. Diapun beranggapan bahwa pengetahuan
yang diperoleh melalui pengamatan atas gejala-gejala yang nampak,
adalah bersifat relatif. Kebajikan tidak mungkin ada tanpa memiliki
pengetahuan dan pengetahuan tidak dapat hanya terbatas pada
pengamatan saja. Sebab pengetahuan itu dilahirkan oleh alam bukan
benda, melainkan alam sebacita. Contohnya cita atau konsep tentang
kuda yang memiliki semua sifat kuda dalam bentuk yang murni, tidak
dapat diamati di dunia ini. Kuda kita lihat berbeda satu sama lain dalam
bentuk, warna, dan sifatnya. Kuda dalam bentuk yang murni dan
sempurna ada di idealisme pikiran manusia, sedangkan dalam
kenyataannya kuda dikenali dalam keadaan yang kurang sempurna di
dunia ini.
Jadi serbacita itu adalah pengertian-pengertian yang sudah ada pada
saat manusia lahir. Mencari pengetahuan berarti menimbulkan kembali
ingatan-ingatan dan tata tertib dari kerinduan jiwa kita akan dunia
sebacita, dimana jiwa kita dahulu berada.
3.
Filsafat Sosial
The Republic sebenarnya bernilai sebagai tulisan tentang etika sosial,
mengenai masyarakat ideal, The Republic itu sebagai tulisan pertama dan
terbesar yang bersifat sosiologis. Plato menganggap bahwa masyarakat
ideal adalah merupakan perluasan dari konsep tentang individu manusia.
Menurut Plato manusia pada dasarnya memiliki tiga sifat tingkatan
kegiatan yaitu
a.
b.
c.
a.
b.
c.
C. ARISTOTELES
1.
Riwayat Hidup
Filsuf ini dilahirkan pada tahun 384 SM, di Stagira, dan meninggal pada
tahun 332 SM, pada usia 62 tahun. Ibu Aristoteles adalah seorang ahli
kesehatan dari Raja Amyntas II, dan ayahnya juga seorang ahli kesehatan,
penjinak binatang, dan pecinta alam yang pada akhirnya mempengaruhi
pemikiran Aristoteles yang bersifat naturalistik.
2. Metode Berfikir
3.
Filsafat Sosial
a.
Ada dua bentuk asosiasi manusia yang bersifat dasar dan essensial, yaitu
asosiasi antara laki-laki dan wanita untuk mendapatkan keturunan, dan
asosiasi antara penguasa dan yang dikuasai. Kedua asosiasi ini
bersifat naturalistic (tidak disengaja). Negara berasal dari perkumpulan
kampung/dusun, sedangkan dusun berasal dari kumpulan keluarga yang
terbentuk secara alamiah. Ciri-ciri negara : merdeka penuh (full
independent), memenuhi kebutuhan sendiri (self sufficiency) dan memiliki
pemerintahan sendiri (self government). Negara adalah suatu natural
group, dan manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon). Masyarakat
manusia memiliki dasar kultur dan dasarnya yang alamiah.
b.
2.
3.
4.
c.
d.
e.
6.
7.
Sistem sosial yang baik menurut Aristoteles adalah suatu sistem dimana
setiap orang dapat berbuat sebaik-baiknya dan hidup bahagia. Dengan
demikian idealisme Aristoteles tentang masyarakat adalah merupakan
idealisme seimbang antara kemakmuran material, kesehatan fisik,
kecerdasan yang tersebar, dan karakter yang merata.
f.
Pendidikan mengandung dua hal, yaitu : habituasi atau apa yang disebut
dengan latihan membiasakan diri, dan pendidikan kekuatan-kekuatan
rasional, yakni akal atau pikiran. Yang harus diperhatikan di dalam setiap
pendidikan adalah meningkatkan karakter atau moral warga negara, karena
karakter yang lebih tinggi akan menghasilkan tertib sosial yang tinggi pula.
RINGKASAN
LATIHAN
1.
2.
3.
4.
5.
TUGAS
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, D.P., 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Gramedia. Jakarta.
Ke
Arah
Sejarah
dan
Teori
BAB III
PERIODE TRANSISI DARI PEMIKIRAN FILSAFAT KE PEMIKIRAN ILMU
PENGETAHUAN
PENDAHULUAN
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Pokok bahasan pada bab ini menguraikan pemikiran sosial para tokoh masa
transisi dari periode filsafat ke ilmu pengetahuan yang ditandai besarnya
a.
Riwayat Hidup
Thomas Van Aquinas dilahirkan di daerah Napoli pada tahun 1225. Dia
berasal dari keturunan bangsawan dan mengenyam pendidikan di
universitas Napoli. Aquinas belajar filsafat di University of Cologne, kemudian
pada tahun 1245 Ia melanjutkan pendidikannya di University of Paris. Seusai
studi, Aquinas kemudian menjadi maha guru di universitas tersebut. Aquinas
memperoleh gelar kehormatan dengan sebutan Doctor Angelicus oleh
mahasiswanya. Di antara tulisan-tulisannya yang paling terkenal yaitu a
Commentary on Aristotle dan juga Summa Theologica. Aquinas meninggal
pada tahun 1247.
b.
Metode Berpikir
c.
Asal
mula
negara
karena
adanya
kebutuhan
sosial.
Aquinas
menambahkan bahwa wewenang (authority) negara, tidak hanya bersifat
natural, tetapi juga bersumber dari Tuhan.
1.
2.
wahyu
ini.
Keadilan
merupakan
penerapan
1. Francis Bacon
2. Niccolo Machiavelli
Machiavelli dilahirkan di Florence pada tahun 1469 dan wafat tahun 1527.
Machiavelli adalah seorang realis yang menganjurkan politik kekuasaan
praktis dengan tidak memakai dasar-dasar kesusilaaan atau alam metafisika.
Machiavelli dapat disebut sebagai wakil dari paham baru yaitu paham
Negara kebangsaan, dan pemahaman pemisahan gereja dengan Negara, di
mana di dalam paham ini terjelma suatu kecondongan alam pikiran yang
hendak memisahkan antara alam rohaniah dengan alam pikiran duniawi.
Dalam tulisan yang terkenal The Prince Machiavelli mengatakan bahwa
negara, setelah bebas dari kekuasaan gereja, hendaklah berakar pada rakyat
bangsa, pada kesadaran kebangsaan.
Untuk
meningkatkan
jumlah
penduduk
dapat
peningkatan kelahiran.
2. Memperluas perdagangan dan komersialisasi.
3. Mengadakan perjanjian atau persekuutuan yang menguntungkan dengan
negara lain.
4. Membangun tentara yang kuat (termasuk tentara sewaaan)
5. Diplomasi. Menurut
diplomasi. Sebab
Machiavelli
Negara
harus
pandai
melalukan
Dengan metode yang diajarkan oleh Machiavelli ini, maka dia dapat disebut
sebagai bapak dari militerisme modern, dan merupakan orang yang pertama
kali sekali mengajarkan pentingnya suatu ekspansi politik perdagangan dan
politik imperialisme perdagangan. Dan lebih dari semua itu, Machiavellli
adalah perumus dari politik amoral, terutama dalam usaha memperoleh
kekuasaan. Sebab menurutnya, barang siapa mempunyai kekuasaan akan
mempunyai hukum dan barang siapa yang tidak mempunyai kekuasaan dia
tidak akan pernah mempunyai hukum.
3. Thomas Hobbes
a.
Riwayat Hidup
Lahir pada tahun 1588 dan meninggal pada tahun 1679. Ia merupakan anak
seorang pendeta gereja Inggris yang mendapat pendidikan dari perguruan
Magdalena dan kemudian di Oxford, kemudian menjadi seorang Kepala
Sekolah Gereja.
b.
Metode Berpikir
2.
3.
Kerinduan manusia yang bersifat alamiah untuk memperoleh pujian
serta rasa kekaguman sebagai makhluk yang lebih superior dibandingkan
dengan makhluk yang lain, atau kecintaan manusia untuk memperoleh
keagungan.
Demikianlah, Hobbes menganggap egoisme manusialah yang mendorong
manusia untuk mempertahankan serta memperbaiki hidupnya.
c.
4. Giambattista Vico
a.
Riwayat Hidup
Dilahirkan tahun 1668 dan meninggal tahun 1744. Ia berasal dari keluarga
sangat miskin di Napoli. Teorinya yang sangat terkenal yakni mengenai
b. Filsafat Sosial
1.
Masa ini adalah suatu masa didalam kehidupan sosial yang mulai mengenal
tentang Tuhan atau berbagai Tuhan. Rasa takut menciptakan suatu dunia
mengenai adanya Tuhan. Masa ini disebut sebagai masa mitologis. Bentuk
pemerintahan didalam masa ini adalah Theokratis. Vico berusaha untuk
menunjukkan bahwa bentuk pemerintahan yang mula-mula sekali adalah
pemerintahan yang didominasi oleh kelas rohaniawan, karena itu bersifat
theokratis.
2.
3.
Masa ini adalah masa dimana manusia sudah mulai menemukan dirinya.
Bahasa juga sudah mulai berkembang ke dalam wujud tulisan. Hak-hak sipil
dan politik mulai diperluas, bentuk pemerintahannya demokrasi dan
monarki. Agama juga mulai memanusiawi dan tujuannya diarahkan kepada
pengembangan moral. Vico menyebut masa ini sebagai masa pemerintahan
bebas atau pemerintahan Republik. Selanjutnya Vico menambahkan bahwa
masa ini mengandung pula benih-benih keruntuhan. Agama telah
dipengaruhi oleh pemikiran yang bersifat skeptis. Masyarakat telah dikorupsi
oleh kemewahan sehingga muncul pertentangan antara golongan kaya dan
golongan miskin. Sementara itu pemerintahan telah menjurus menjadi
korup. Keadaan yang demikian ini akan ditaklukkan oleh dua kekuatan, yaitu
musuh yang datang dari luar atau tenggelam kedalam bentuknya yang
barbar.
5. John Locke
a.
Riwayat Hidup
b.
Locke adalah ahli pikir yang terkenal dengan kekuasaan membuat undangundang dengan yang menjalankan undang-undang. Apabila undang-undang
dipegang
oleh
masyarakat
seluruhnya
sedangkan
pemerintah
menjalankannya, maka negara itu dalah negara yang bersifat demokrasi.
Apabila kekuasaan perundang-undangan diserahkan kepada satu orang atau
beberapa orang, maka ia disebut dengan monarki atau aristokrasi.
Demikianlah uraian tentang J. Locke yang buah pikirannya menandai
abadAufklarung, terutama tentang pentingnya kesatuan di dalam
membentuk negara dan pembatasan kekuasaan pemerintahan. Ajaran
Locke ini sangat berakar di Amerika.
RINGKASAN
LATIHAN
1.
2.
Bagaimanakah pendapat
masyarakat dan negara ?
Hobbes
3.
4.
5.
6.
mula
mengenai
masyarakat
terbentuknya
dan
negara
suatu
yang
TUGAS
Buatlah makalah tentang berbagai persoalan ekonomi, sosial, maupun politik
yang terjadi di masyarakat kita dengan menggunakan konsep pemikiran
dari Nicccolo Machiavelli!
DAFTAR PUSTAKA
BAB IV
LAHIRNYA SOSIOLOGI SEBAGAI SUATU ILMU PENGETAHUAN
PENDAHULUAN
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Uraian utama pada bab empat ini adalah menjelaskan sumbangan pemikiran
sosial yang berguna bagi lahirnya sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.
Sumbangan pemikiran itu khususnya dari tokoh Saint Simon, Auguste
Compte dan Herbert Spencer. Ke tiga tokoh ini akan diuraikan secara jelas
mulai dari riwayat hidup hingga sumbangan pemikiran mereka yang begitu
berarti dan berperan dalam melahirkan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.
A.
Saint Simon
1.
Riwayat Hidup
Saint Simon dilahirkan dari keluarga bangsawan pada tahun 1760. Simon
adalah seorang amatir dan avontunis di bidang ilmu pengetahuan. Selain itu,
beliau juga seorang ahli tehnik matematik sekaligus seorang pemikir agama.
c.
d.
Monograph yang berjudul The Reconstruction of European Society
(1816)
e.
f.
Industry (1817)
New Cristiany (1825)
2.
Masyarakat yang berpola pikir sintesis akan bersifat konstruktif atau organis,
dan pada masyarakat yang berfikir analisis akan membawa pemikiran yang
kritis. Simon mengambil contoh masyarakat periode kritis adalah pada masa
Yunani sampai kelahiran Socrates, kemudian masa reformasi Eropa pada
abad pertengahan sampai terjadinya Revolusi Perancis yang merupakan
awal dari periode konstruktif atau organis.
2.
3.
Execution, yang bertugas untuk menetapkan hukum-hukum serta
kebijaksanaan tersebut dalam kenyataan sehari-hari
B.
Auguste Comte
1.
Riwayat Hidup
Auguste Comte lahir di Perancis pada tahun 1798. Comte adalah anak
keluarga monarki Katolik yang terdidik dalam lingkungan psikologi dan
kedokteran
pada Polytechnique. Kemudian,
Comte
mengajar
filsafat
positivistic dan mendirikan masyarakat positivis. Dalam tradisi filsafat
pencerahan, beliau berpengalaman pada katalis politik Perancis
sebagaimana pasca penolakan revolusi, permulaan revolusi industri, dan
konflik yang meningkat antara ilmu dan agama.
2.
3.
3.
Menurut Comte, alam semesta diatur oleh hukum-hukum alam yang tak
terlihat (invisible natural) sejalan dengan evolusi dan perkembangan alam
pikiran atau nilai-nilai sosial yang dominan. Comte menyatakan bahwa
proses evolusi ini terjadi melalui tiga tahapan utama yang disebut dengan
hukum tentang perkembangan intelegensi manusia (the law of the three
stages), yaitu: tahapan theologies atau fiktif, tahapan metafisis atau abstrak,
dan tahapan scientifik atau positivistik sebagai proses peradaban dan
pengaruh faktor-faktor tertentu, seperti kebosanan, harapan hidup, sifat-sifat
populasi, dan lain sebagainya. Dengan adanya ketiga tahapan tersebut,
dapat mengubah tatanan naluri yang rendah menuju tatanan yang lebih
tinggi yang mengarah pada penekanan yang bersifat intelektual menuju
tahapanpositif, yaitu
tahapan
yang
paling
ilmiah
dan
keutuhan
moralitas. Dalam setiap tahap perkembangan intelegensi manusia terdapat
pula bagian-bagian yang merupakan sub-ordinat.
4.
Auguste Comte membagi masyarakat atas dua bagian utama yaitu model
masyarakat statis (sosial statics)yang menggambarkan struktur sosial
kelembagaan masyarakat dan prinsip perubahan sosial yang meliputi sifatsifat sosial (agama seni, keluarga, kekayaan, dan organisasi sosial), dan sifat
kemanusian (naluri emosi, perilaku, dan inteligensi). Dan model masyarakat
dinamis
(sosial
dynamics) yang
menggambarkan
struktur
sosial
kelembagaan masyarakat dan prinsip perubahan sosial yang terdiri atas
hukum-hukum perubahan sosial, dan faktor yang berhubungan dengan
tingkat kebosanan masyarakat, usia harapan hidup, perkembangan
penduduk, dan tingkat perkembangan intelektual. Comte memandang
bagian-bagian ini sebagai suatu kesatuan yang berkembang melalui tiga
macam tahapan perkembangan intelektual menuju positivisme. Tipologi
Comte ini lebih menggambarkan unsur-unsur pokok dan beberapa proses
dalam sistem sosial sehingga dapat mengantisipasi pekerjaan selanjutnya
oleh golongan struktur fungsional, bahkan konflik para ahli teori sosiologi.
C.
Herbert Spencer
1. Riwayat Hidup
RINGKASAN
3.
Memandang masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh dan
berkembang terus melalui serangkaian tahapan-tahapan menuju masyarakat
yang lebih positif dan industri.
4.
Menjelaskan susunan masyarakat yang terdiri dari masyarakat statis
dan dinamis serta masyarakat yang sintesis dan analitis.
5.
Menekankan pada observasi empiris dan metode komperatif sebagai
metode-metode yang sesuai.
6.
Menggaris bawahi tipe-tipe masyarakat pada tahapan tertentu dari
evolusi sebagai tipologi-tipologi dasar mereka.
LATIHAN
1.
Menurut Saint Simon, terdapat adanya kesejajaran antara
perkembangan individu dengan masyarakat. Dari pernyataan tersebut, hal
apakah yang dapat menjadi penyebab kesejajaran tersebut, serta adakah
pengaruh terhadap perkembangan masyarakat di dalamnya?
2.
Menurut Auguste Comte, tipologi yang Comte kemukakan
menggambarkan masyarakat yang bagaimana dan jelaskan apa yang
dimaksud dengan masyarakat statis dan masyarakat dinamis?
3.
Dalam teori yang dikemukakan oleh Herbert Spencer, apa yang
menjadi bahasan utama dalam sosiologi?
4.
Apa yang membedakan teori yang dikemukakan oleh Saint Simon,
Auguste Comte, dan Herbert Spencer dalam perspektif sosial masyarakat?
TUGAS
Buatlah rangkuman pemikiran sosiologi dari Saint Simon, A.Compte dan
Herbert Spencer, berdasarkan literatur rujukan yang diberikan. Kemudian
jelaskan persamaan dan perbedaan dari pemikiran sosiologis ke tiga tokoh
tersebut. Selanjutnya akan didiskusikan di kelas!
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, Paul D, 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern I. Gramedia. Jakarta
Dan
Paradigma
Utama
Teori
Ke
Arah
Sejarah
Dan
Teori
Veeger, K.J., 1986. Realitas Sosial. Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan
Individu-Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi. Gramedia. Jakarta.
BAB V
SUMBANGAN PEMIKIRAN SOSIOLOGI DARI KARL MARX
PENDAHULUAN
Pokok bahasan yang akan diuraikan pada bab lima ini adalah sumbangan
pemikiran dari Karl Marx terhadap ilmu sosiologi. Adapun materi-materi yang
akan dibahas adalah sejarah singkat riwayat hidup Karl Marx serta
menjelaskan pemikiran Karl Marx tentang materialisme historis, model-model
masyarakat,alinasi, kesadaran kelas dan perubahan sosial.
2.
3.
menjelaskan
alienasi Karl Marx.
konsep
alienasi
dan
membedakan
macam-macam
4.
menjelaskan perjuangan kelas dan analisa dialektika perubahan sosial
Karl Marx.
5.
mengkaji fenomena masyarakat saat ini dengan menggunakan teori
Karl Marx
Jika secara spontan orang ditanya tentang Karl Marx, biasanya jawaban yang
muncul akan berkisar pada Marx sebagai seorang kakek tua berjenggot
dengan wajah angker yang ide-idenya perlu dicurigai dan dihindari. Ia akan
dipahami sebagai seorang lelaki dari Jerman yang adalah filsuf, ahli ekonomi,
dan teoritikus sosial yang mempelopori gagasan mengenai materialisme
dialektis dan materialisme historis. Selanjutnya ia akan dipandang sebagai
seorang penganjur perjuangan kelas dan revolusi komunis; seorang atheis
pejuang gagasan diktator proletariat dan masyarakat tanpa kelas; atau
seorang anti-kapitalis yang membenci kaum borjuis sambil menunjukkan
ketakterpisahan antara politik dan ekonomi.
Setelah itu ia pun pindah ke Paris. Di Paris inilah Marx menikah dengan Jenny
pada tanggal 19 Juni 1843. Di sini pula ia bertemu dengan Friedrich Engels.
Pada tahun 1845 ia dan keluarganya berpindah ke Brussels. Kemudian tahun
1846 Marx bersama teman kerjanya Friedrich Engels (sekaligus teman dekat
sampai Marx meninggal) mengikuti Communist League suatu organisasi
revolusioner yang bermarkas di London.
Dua tahun kemudian (1848) dia diusir karena pemerintah Belgia takut
bahwa Marx akan mendorong revolusi di situ. Marx pun kembali ke Paris, lalu
ke Rhineland, namun di sana ia juga berbenturan dengan penguasa
setempat. Akhirnya pada tahun 1849 Marx pindah ke London. Ia tinggal dan
berkarya di kota itu sampai meninggalnya, pada tanggal 14 Maret 1883.
Sebagai seorang ahli sosial sekaligus filosof yang juga menguasai ilmu
ekonomi, Marx dalam melihat masalah kemasyarakatan memiliki pusat
perhatian pada tingkat struktur sosial dan bukan pada tingkat kenyataan
sosial budaya. Marx dalam hal ini lebih memusatkan perhatiannya pada cara
orang menyesuaikan diri dengan lingkungan fisiknya. Dia juga melihat
hubungan-hubungan sosial yang muncul dari penyesuaian ini dan tunduknya
aspek-aspek kenyataan sosial dan budaya pada asas ekonomi.
Bagi Marx, kunci untuk memahami kenyataan sosial tidak ditemukan dalam
ide-ide abstrak, tetapi dalam pabrik-pabrik atau dalam tambang batu bara.
Di mana para pekerja menjalankan tugas yang di luar batas kemanusiaan
dan berbahaya, untuk menghindarkan diri dari mati kelaparan dan berbagai
penderitaan kaum buruh, inilah kenyataan sosial. Kenyataan sosial bukan
impian naif dan idealistik yang dibuat oleh ilmu pengetahuan, teknologi dan
pertumbuhan industri untuk meningkatkan kerjasama dan meningkatkan
kesejahteraan dalam bidang materil semua orang.
Sedikit banyak dalam ingatan orang Marx lebih dikenal sebagai pengikut
Hegelian. Marx sendiri menggunakan inti model analisa dialektik Hegel. (lihat
gambar).
1.
2.
Meskipun model ini agak abstrak, mungkin dapat digambarkan dalam satu
hal yang terdapat dalam tradisi masyarakat kita sendiri dengan adanya
pertentangan antara ide-ide yang digunakan untuk membenarkan pelbagai
bentuk pelapisan sosial dan ide-ide mengenai persamaan. Namun, sulit
untuk membayangkan suatu dilema dasar seperti itu yang dapat
dipertemukan sepenuhnya.
Menurut kebanyakan ahli selain alam pikirnya, Marx dalam berkarya dan
menelurkan karya-karyanya berpijak pada tiga sila dasar:
1.
2.
3.
hasil kerja kaum buruh yang bisa dijual kaum kapitalis untuk kepentingan
kaum kapitalis.
2.
3.
4.
5.
Das Kapital
Dari karya The Comunist Manifesto, dan Das Kapital, Marx sangat terkenal
dengan dialektika materialis dan dialektika historisnya. Baginya, kekuatan
yang mendorong manusia dalam sejarah adalah cara manusia berhubungan
antara manusia yang satu dengan manusia yang lain, yang dalam
perjuangannya yang abadi untuk merengut kehidupan dari alam. Tindakan
historis yang pertama adalah membina kehidupan material itu sendiri.
Keinginan untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, tempat tinggal
serta sandang adalah tujuan manusia yang utama pada awalnya. Namun
demikian, perjuangan manusia tidaklah terhenti pada saat kebutuhannya
yang paling utama terpenuhi atau tercapai, manusia memang sesungguhnya
binatang yang tetap tidak akan terpuaskan. Ketika kebutuhan-kebutuhan
pokok telah terpenuhi, pemenuhan kebutuhan itu justru menyebabkan
timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru, yang mengawali terbentuknya kelaskelas yang saling bertentangan. Menurut Marx, semua periode sejarah
ditandai oleh perjuangan kelas yang berbeda satu sama lain sesuai dengan
periode sejarahnya. Meskipun gejala historis merupakan hasil dari saling
mempengaruhi antar berbagai komponen, sesungguhnya hanya faktor
ekonomi yang merupakan independent variabelnya. Perkembangan
politik ,hukum, filsafat, kesusasteraan dan kesenian semuanya bertopang
pada faktor ekonomi.
E. Teori Alienasi
Selain teori Perjuangan Kelas dan beberapa hal di atas ada sebuah teori Marx
yang menjelaskan dampak dari produktifitas manusia terhadap keterasingan
manusia itu sendiri. Teori ini lebih dikenal dengan Teori Alienasi.
c.
d.
F.
Teori kelas dari Marx berdasarkan pemikiran bahwa sejarah dari segala
bentuk masyarakat dari dahulu hingga sekarang adalah sejarah pertikaian
antara golongan. Menurut pandangannya, sejak masyarakat manusia mulai
dari bentuknya yang primitif secara relatif tidak berbeda satu sama lain,
namun tetap mempunyai perbedaan-perbedaan fundamental antara
golongan yang bertikai di dalam mengejar kepentingannya masing-masing.
Bagi Marx, dasar dari sistem stratifikasi adalah tergantung dari hubungan
kelompok-kelompok manusia terhadap sarana produksi. Yang disebut kelas
dalam hal ini adalah suatu kelompok orang-orang yang mempunyai fungsi
dan tujuan yang sama dalam organisasi produksi.
RINGKASAN
Adalah suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran Karl Marx
dalam perkembangan sosiologi telah memberikan warna baru. Bahkan dalam
perkembangannya kelak, sosiologi modern telah menampilkan lagi ajaranajarannya yang dikenal dengan Neo Marxian yang mewarnai suatu aliran
dalam sosiologi yaitu pendekatan konflik. Juga dapat dicatat secara
sosiologis adalah jasa Marx untuk menampilkan pendapatnya bahwa
kesadaran manusia dan kesadaran golongan (kelas menurut Marx) senatiasa
ditentukan pula oleh keadaan masyarakat di mana kesadaran itu hidup dan
berkembang.
LATIHAN
1.
2.
Apa yang dimaksud dengan alienasi, serta sebutkan 4 aspek manusia
sebagai homo faberteralinasi dalam pekerjaannya!
3.
4
Sebutkan dan jelaskan 3 sila dasar menurut para ahli sebagai pijakan
Marx dalam
Berkarya!
5. Jelaskan kritik utama yang diberikan terhadap teori Karl Marx!
TUGAS
1.
Carilah serta kumpulkan dari surat-surat kabar atau media massa
lainnya, 2 artikel yang menyangkut persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan dunia kerja, khususnya dalam dunia industri di Indonesia.
2.
Analisakan persoalan-persoalan itu dengan menggunakan teori Karl
Marx yang telah kamu pelajari!
DAFTAR PUSTAKA
Giddens, Anthony, 1986. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern. Suatu Analisis
Karya Tulis Marx, Durkheim dan Max Weber. UI Press. Jakarta.
Ke
Arah
Sejarah
dan
Teori
Wardaya, Baskara T., 2003. Marx Muda: Marx Muda Berwajah Manusiawi. Buku
Baik.Yogyakarta.
Ramli, Andi Muawiyah. 2000. Peta Pemikiran Karl Marx. LKLS. Yogyakarta.
Suseno, Frans Magnis. 2000. Pemikiran Karl Marx. Gramedia. Jakarta.
BAB VI
PENDAHULUAN
Pokok bahasan yang akan diuraikan pada bab keenam ini adalah sumbangan
pemikiran dari Emile Durkheim. Durkheim dapat dipandang sebagai salah
seorang yang meletakkan dasar-dasar sosiologi modern. Durkheim adalah
Tekanan Durkheim pada tingkat analisa struktur sosial adalah pada analisa
mengenai
hasil-hasil tindakan sosial yang obyektif terlepas dari motif-motif subyektif,
serta minatnya pada penelitian mengenai dasar-dasar keteraturan sosial,
merupakan elemen-elemen utama dalam teori fungsional masa kini.
4.
menjelaskan teori bunuh diri dan jenis-jenis bunuh diri menurut
Durkheim.
5.
6.
7.
mengkaji fenomena masyarakat saat ini dengan menggunakan teori
Durkheim
A.
Riwayat Hidup
Bagaimana gejala sosial itu benar-benar dapat dibedakan dari gejala yang
benar-benar individual (psikologis) Durkheim mengemukakan dengan tegas
tiga karakteristik fakta sosial, yaitu :
1. Gejala sosial bersifat eksternal terhadap individu. Individu sejak awalnya
mengkonfrontasikan fakta sosial itu sebagai suatu kenyataan eksternal.
Hampir setiap orang sudah mengalami hidup dalam satu situasi sosial yang
baru, mungkin sebagai anggota baru dari suatu organisasi, dan pernah
merasakan adanya norma serta kebiasaan yang sedang diamati yang tidak
ditangkap/ dimengertinya secara penuh. Dalam situasi serupa itu, kebiasaan
dan norma ini jelas dilihat sebagai sesuatu yang eksternal.
2. Fakta itu memaksa individu. Individu dipaksa, dibimbing, diyakinkan,
didorong, atau dengan cara tertentu dipengaruhi oleh pelbagai tipe fakta
sosial dalam lingkungan sosialnya. Seperti Durkheim katakan : Tipe perilaku
atau berfikir ini mempunyai kekuatan memaksa yang karenanya kereka
memaksa individu terlepas dari kemauan individu itu sendiri. Ini tidak berarti
bahwa individu itu harus mengalami paksaan fakta sosial dengan cara yang
negatif atau membatasi atau memaksa seseorang untuk berprilaku yang
bertentangan dengan kemauannya kalau sosialisasi itu berhasil, sehingga
perintahnya akan kelihatan sebagai hal yang biasa, sama sekali tidak
bertentangan dengan kemauan individu.
3. Fakta itu bersifat umum atau tersebar secara meluas dalam suatu
masyarakat.
Dengan kata lain, fakta sosial itu merupakan milik bersama bukan sifat
individu perorangan. Sifat umumnya ini bukan sekedar hasil dari
penjumlahan beberapa fakta individu. Fakta sosial benar-benar bersifat
Prinsip dasar yang kedua (dan salah satu yang fundamental dalam
fungsionalisme modern) adalah bahwa asal-usul suatu gejala sosial dan
fungsi-fungsinya merupakan dua masalah yang terpisah. Seperti ditulis
Durkheim Lalu apabila penjelasan mengenai suatu gejala sosial diberikan
kita harus memisahkan sebab yang mengakibatkannya (efficient cause)
yang menghasilkan gejala itu, dan fungsi yang dijalankannya. Sesudah
menentukan bahwa penjelasan tentang fakta sosial harus dicari di dalam
fakta sosial lainnya, Durkheim memberikan strategi tentang perbandingan
terkendali sebagai metoda yang paling cocok untuk mengembangkan
penjelasan kausal dalam sosiologi.
Solidaritas menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu dan atau
kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang
dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.
Solidaritas mekanik.
Solidaritas mekanik didasarkan pada suatu kesadaran kolektif bersama,
yang
menunjuk pada totalitas kepercayaan dan sentimen bersama yang ratarata ada
pada warga masyarakat yang sama itu. Indikator yang paling jelas
untuk
solidaritas mekanik adalah ruang lingkup dan kerasnya hukum-hukum
yang
bersifat menekan
solidaritas mekanik
adalah bahwa
homogenitas yang
itu (repressive).
silidaritas itu
Ciri
khas
didasarkan
yang
pada
penting
suatu
dari
tingkat
b.
Solidaritas organik.
pekerjaan,
bertambahnya
perbedaan
mempertahankan bahwa
yang
memungkinkan
dikalangan
dan
individu.
juga
Durkheim
timbul
karena
perilaku
menyimpang
menjadi
kecil
Selain itu, Durkheim juga membandingkan sifat pokok dari masyarakat yang
didasarkan pada solidaritas mekanik dengan sifat masyarakat yang
didasarkan pada solidaritas organik.
Solidaritas Mekanik
Solidaritas Organik
Individualitas rendah
Individualitas tinggi
primitif
atau
Bersifat
perkotaan
ketergantungan
industrial-
D. Kesadaran Kolektif
Menurut Durkheim peristiwa-peristiwa bunuh diri sebenarnya kenyataankenyataan sosial tersendiri yang karena itu dapat dijadikan sara penelitian
dengan menghubungkannya dengan derajat integrasi sosial dari suatu
kehidupan
masyarakat.
Untuk
membuktikan
teorinya,
Durkheim
memusatkan perhatiannya pada 3 macam kesatuan sosial yang pokok dalam
masyarakat, yaitu kesatuan agama, keluarga dan kesatuan politik.
Dalam kesatuan agama, Durkheim membuat kesimpulan bahwa penganutpenganut agama Protestan mempunyai kecenderungan lebih besar untuk
melakukan bunuh diri dibandingkan dengan penganut agama Katholik.Hal ini
dikarenakan perbedaan derajat integrasi sosial di antara penganut agama
Katolik dengan Protestan. Penganut agama Protestan memperoleh
kebebasan yang jauh lebih besar untuk mencari sendiri hakekat ajaranajaran kitab suci. Pada agama Katolik tafsir agama lebih ditentukan oleh
para pater. Oleh karena itu kepercayaan bersama dari penganut Protestan
menjadi berkurang, hingga sekarang ini terdapat banyak gereja (sektesekte). Integrasi yang rendah dari penganut agama protestan itulah yang
menyebabkan angka laju bunuh diri dari penganut ajaran ini lebih besar
dibandingkan dengan penganut ajaran Katolik.
Bunuh diri egoistis (egoistic suicide) Yaitu yang merupakan akibat dari
kurangnya integrasi dalam kelompok. Misalnya, lebih banyak orang Protestan
yang bunuh diri dari pada orang Katolik. Sebab orang Katolik lebih terikat
pada komunitas keagamaan sedangkan dalam Protestan terdapat anjuran
Bunuh diri anomi (anomie suicide). Anomi adalah suatu situasi dimana
terjadi suatu keadaan tanpa aturan, dimana kesadaran kolektif tidak
berfungsi. Jenis bunuh diri ini terjadi dalam waktu krisis dan bukannya krisis
ekonomi saja. Bunuh diri ini juga terjadi bilamana sekonyong-konyong terjadi
kemajuan yang tidak terduga.
Bunuh diri Fatalistik. Merupakan lawan dari bunuh diri anomi, dan yang
timbul dari pengaturan kelakuan secara berlebih-lebihan, misalnya dalam
rezim yang sangat keras dan otoriter.
]
F.
Anomi Durkheim
Anomi adalah suatu situasi di mana terjadi suatu keadaan tanpa aturan, di
mana colective conciousness(kesadaran kelompok) tidak berfungsi. Suatu
situasi di mana aturan-aturan dalam masyarakat tidak berlaku/berfungsi lagi
sehingga orang merasa kehilangan arah dalam kehidupan sosialnya.
Contohnya krisis yang sering terjadi di dalam perdagangan dan industri,
terhadap spesialisasi yang jauh di dalam ilmu pengetahuan yang merugikan
kesatuan dalam ilmu pengetahuan sendiri, terhadap sengketa antara modal
dan kerja. Durkheim menamakan situasi ini situasi pembagian kerja anomis.
cukup lama, kalau interaksi seperti itu tidak ada, maka terjadi anomi, yaitu
sama sekali tidak ada aturan, atau aturan-aturan yang ada tidak sesuai
dengan taraf perkembangan pembagian kerja. Karena itu, anomi tidak boleh
diberantas dengan mengurangi pembagian kerja, tetapi dengan
menghilangkan sebab-sebab anomi itu.
G.
RINGKASAN
LATIHAN
1.
Menurut Durkheim fakta sosial terbagi menjadi dua macam. sebutkan dan
jelaskan!
2.
3.
4.
Jelaskan
organik !
5.
Apa yang dimaksud dengan bunuh diri, dan sebutkan jenis-jenis bunuh diri
menurut Durkheim !
TUGAS
perbedaan
antara
solidaritas
mekanik
dengan
solidaritas
1.
Saat ini cukup banyak peristiwa-peristiwa bunuh diri yang terjadi di
masyarakat. Cari dan kumpulkan 3 berita tentang bunuh diri yang terdapat
di surat kabar atau media massa lainnya!
2.
Berikan analisa anda terhadap persoalan-persoalan bunuh diri tersebut
dengan menggunakan teori Suicidenya E. Durkheim!
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik dan A.C. Van Der Leeden (Penyunting). 1986. Durkheim dan
Pengantar Sosiologi Moralitas. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Johnson, D.P., 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern I. Gramedia. Jakarta.
Ke
Arah
Sejarah
dan
Teori
BAB VII
PENDAHULUAN
Max Weber dilahirkan sebagai anak tertua dari tujuh bersaudara pada 21
April 1864 di Erfurt, Thuringia wilayah Jerman Timur. Weber meninggal pada
14 Juni 1920. Sosiologi lahir dalam konteks latar belakang sosial masyarakat
Jerman di mana dia berada, suatu masyarakat yang berada dalam masa
transisi yang pesat dan penuh dengan kontradiksi internal. Selagi Weber
hidup, Jerman mengalami transisi dari suatu masyarakat yang sangat
bersifat agraris ke masyarakat yang sangat bersifat industri dan perkotaan.
Transisi ini disertai oleh rasionalisasi yang semakin bertambah dalam semua
bidang kehidupan politik dan ekonomi. Seperti Durkheim, Weber juga aktif
menerbitkan
jurnal
ilmu
sosial
di
Jerman
yaitu Archiv
fur
Sozialwissenschaften dan menjadi editornya. Jurnal ini menjadi jurnal sosial
yang terkemuka di Jerman. Diantara sekian banyak karyanya yang ditulis,
adalah antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
From Max Weber; Essay in Sociology (terjemahan dan diedit H.H. Gerth
and c. Wright Mills, 1946)
Atau bisa diartikan sosiologi sebagi ilmu tentang perilaku sosial. Kata
keprilakuan yang dipakai oleh Weber untuk perbuatan-perbuatan yang bagi
si pelaku mempunyai arti subyektif. Dimana si pelaku hendak mencapai
suatu tujuan atau didorong motivasi. Artinya, yang menjadi inti dari sosilogi
Weber bukanlah bentuk-bentuk substansial dari kehidupan masyarakat
maupun nilai obyektif dari tindakan, melainkan semata-mata arti yang nyata
dari tindakan perseorangan yang timbul dari alasan-alasan subyektif. Adanya
kemungkinan untuk memahami tindakan seseorang inilah yang
membedakan sosiologi dari ilmu pengetahuan alam, yang menerangkan
peristiwa-peristiwa tetapi tidak memahami perbuatan obyek-obyek.
Keempat tipe kelakuan tersebut sebagai tipe-tipe murni yang berarti bahwa
konstruksi-konstruksi konseptual dari Weber untuk memahami dan
menafsirkan realitas empiris yang beraneka ragam.
yang sukar ditangkap dan tidak dapat diamati seperti , perasaan individu,
pikirannya dan motif-motifnya. Cara lain untuk melihat perbedaan antara
obyektif dan subyektif dalam hubungannya dengan hal di mana pengalaman
subyektif pribadi seseorang dimiliki bersama oleh suatu kelompok sosial.
Weber juga memberikan 4 tipe ideal dari tindakan sosial dalm sosiologinya,
yaitu:
a.
tindakan
sosial
yang
melandaskan
diri
kepada
c.
Tindakan tradisional
Merupakan tindakan sosial yang didorong dan berorientasi kepada
teradisi masa
lampau.
d.
Tindakan afektif
Merupakan suatu tindakan sosial yang timbul karena dorongan atau
motivasi
yang sifatnya emosional.
C. Verstehende Weber
D.
jangka
panjang
dari
E.
Namun bagi Weber yang utama adalah pada landasan keteraturan sosial
yang absah. Artinya bahwa keteraturan sosial dan pola-pola dominasi yang
berhubungan dengan itu diterima sebagai yang benar, baik oleh mereka
yang tunduk pada suatu dominasi maupun mereka yang dominan. Weber
mengidentifikasikan 3 dasar legitimasi yang utama dalam hubungan otoritas,
ketiganya dibuat berdasarkan tipologi tindakan sosial. Masing-masing tipe
berhubungan dengan tipe struktur adminstratifnya sendiri dan dinamika
sosialnya sendiri yang khusus. Tipe-tipe itu adalah :
1. Otoritas Tradisional
Tipe ini berlandaskan pada kepercayaan yang mapan pada tradisi yang
sudah ada. Hubungan antar tokoh pemilik otoritas dengan bawahannya
adalah pribadi. Weber membedakan 3 otoritas tradisional yaitu ;
gerontokrasi, patriakalisme, dan patrimodialisme. Pengawasan dalam
2. Otoritas Karismatik
Otoritas ini didasarkan pada mutu luar biasa yang dimiliki pemimpin sebagai
pribadi. Menurut Weber, istilah kharisma akan diterapkan pada mutu
tertentu yang terdapat pada kepribadian seorang, yang berbeda dengan
orang biasa yang dianugerahi kelebihan. Kepatuhan para pengikut
tergantung pada identifikasi emosional pemimpin itu sebagai pribadi.
Orientasi kepemimpinan kharismatik biasanya menantang status-quo
kebalikan dari kepemimpinan tradisional.
3. Otoritas Legal-Rasional
Salah satu alasan pokok mengapa bentuk organisasi birokratis itu memiliki
efisiensi adalah karena organisasi itu memiliki cara yang secara sistematis
menghubungkan kepentingan individu dengan tenaga pendorong dengan
pelaksana fungsi-fungsi organisasi. Ini dilihat dari dari pelaksanaan fungsi
organisasi yang secara khusus menjadi kegiatan yang utama bagi pekerjaan
pegawai birokrasi.
Analisa Weber dalam bukunya The Protestant Ethic and The Spirit of
Capitalism memiliki pengaruh ide-ide yang bersifat independen dalam
perubahan sejarah. Weber hidup di Eropa Barat yang sedang menjurus ke
arah pertumbuhan kapitalisme modern. Hal ini yang mendorongnya untuk
mencari sebab hubungan antara tingkah laku agama dan ekonomi, terutama
di masyarakat Eropa Barat yang mayoritas beragama Protestan.
1.
2.
3.
4.
5.
Inti dari spirit kapitalisme modern adalah menganggap bahwa bekerja keras
adalah merupakan callingatau suatu panggilan suci bagi kehidupan manusia.
Spirit protestan juga menganut paham bahwa membuat atau mencari uang
dengan
jujur
merupakan
aktivitas
yang
tidak
berdosa.
Itulah
pembuktianpertama secara analitis dari Weber tentang hubungan antara
spirit kapitalisme modern identik dengan spirit protestan, bahwa agama
berpengaruh pada faktor ekonomi.
Pembuktian kedua ditunjukkan Weber bahwa sejak zaman reformasi, negaranegara yang menganut agama protestan sebagai mayoritas adalah negaranegara yang lebih maju ekonominya.
RINGKASAN
Weber menaruh perhatian yang besar pada struktur sosial yang besar dan
perubahan sejarah. Gambaran dasarnya mengenai kenyataan sosial yang
dpusatkan pada tindakan individu yang dapat dimengerti hanya dalam artiarti subyrktif yang dicerminkannya. Hal ini berbeda dengan pusat perhatian
Durkheim pada fakta sosial yang mengatasi individu. Dalam perspektif
Weber, pelbagai kategori struktur sosial didefinisikan dengan istilah-istilah
yang bersifat probabilistik, tidak sebagai fakta obyektif, dan strategi analisa
tipe ideal diberikan untuk memungkinkan suatu analisa perbandingan
mengenai tipe-tipe struktur sosial yang berbeda atau tipe orientasi budaya
yang berbeda. Analisa Weber mengenai etika protestan serta pengaruhnya
dalam meningkatkan pertumbuhan kapitalisme menunjukkan pengertiannya
mengenai pentingnya kepercayaan agama serta nilai dalam membentuk
motivasional individu serta tindakan ekonominya. Selain itu juga, Weber
telah memberikan corak tersendiri dengan verstehende soziologienya, yang
dalam perkembangan selanjutnya banyak dijadikan model dalam analisaanalisa sosiologi oleh sosiolog-sosiolog modern masa kini.
LATIHAN
TUGAS
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, D.P., 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern I. Gramedia. Jakarta
Giddens, Anthony. 1986. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern. UI Press.
Jakarta
Laeyendecker, L., 1994. Tata, Perubahan, dan
Pengantar Sejarah Sosiologi. Gramedia. Jakarta.
M. Siahaan, Hotman,
Sosiologi. Erlangga.
1986. Pengantar
ke
arah
Ketimpangan.
Sejarah
dan
Suatu
Teori
Jakarta.
Soekanto,Soerjono, 2002. Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
----------------------,
1985. Max
Weber.
Konsep-Konsep
Sosiologi. Seri Pengenalan Sosiologi I. Rajawali. Jakarta.
Dasar
Dalam
BAB VIII
PARADIGMA SOSIOLOGI
PENDAHULUAN
Suicide adalah hasil karya Durkheim yang didasarkan atas hasil penelitian
empiris terhadap gejala bunuh diri sebagai suatu fenomena sosial.
Sedangkan The Rule Of Sosiological Method berintikan konsep-konsep dasar
tentang metode yang dapat dipakai untuk melakukan penelitian empiris
dalam lapangan sosiologi,
Durkheim adalah orang pertama yang menunjukkan fakta sosial (social fact)
sebagai pokok persoalan yang harus dipelajari oleh disiplin sosiologi. Fakta
sosial dinyatakannya sebagai barang sesuatu yang berbeda dari dunia ide
yang menjadi sasaran penyelidikan dari filsafat. Menurut Durkheim, fakta
sosial tak dapat dipelajari dan difahami hanya dengan melalui kegiatan
mental murni atau melalui proses mental yang disebut pemikiran spekulatif.
tentang
paradigma
Istilah paradigma ini pertama kali diperkenal oleh Thomas Kuhn dalam
karyanya The Structure of Scientific Revolution (1962), intinya menyatakan
bahwa perkembangan ilmu pengetahuan bukanlah terjadi secara kumulatif
tetapi secara revolusi. Ia berpendapat bahwa sementara kumulatif
memainkan peranan dalam perkembangan ilmu pengetahuan, maka
sebenarnya perubahan utama dan penting dalam ilmu pengetahuan itu
terjadi sebagai akibat dari revolusi.
Kuhn melihat bahwa ilmu pengetahuan pada waktu tertentu didominasi oleh
satu paradigma tertentu, yakni suatu pandangan yang mendasar tentang
apa yang menjadi pokok persoalan (Subject matter) dari suatu cabang ilmu.
Ritzer menilai bahwa sosiologi itu terdiri atas kelipatan beberapa paradigma
(multiple paradigm), pergulatan pemikiran sedemikian itu dijelaskan dalam
uraian tentang masing masing paradigma dibawah ini.
Exemplar paradigma fakta sosial ini diambil dari kedua karya Durkheim.
Durkheim meletakkan landasan paradigma fakta social melalui karyanya The
Rules of Sociological Method (1895) dan Sucide (1897). Durkheim melihat
sosiologi yang baru lahir itu dalam upaya untuk memperoleh kedudukan
sebagai cabang ilmu social yang berdiri sendiri, tengah berada dalam
ancaman bahaya kekuatan pengaruh dua cabang ilmu yang telah berdiri
kokoh yakni filsafat dan psikologi. Menurut Durkheim, riset empiris adalah
yang membedakan antara sosiologi dengan filsafat. Kenyataan tentang
hidup bermasyarakat nyata adalah sebagai obyek studi sosiologi menurut
Durkheim, bukan ide keteraturan masyarakat (social order) yang lebih
bernilai filosofis.
diobservasi. Fakta sosial yang berbentuk material ini adalah bagian dari
dunia nyata
(external world) contohnya arsitektur dan norma hukum.
2. Dalam bentuk non material, yaitu sesuatu yang dianggap nyata (external),
fakta sosial
jenis ini merupakan fenomena yang bersifat inter subjective yang hanya
dapat muncul
dari dalam kesadaran manusia, contohnya egoisme, altrusisme dan opini.
Fakta Sosial yang berbentuk material lebih mudah difahami, misalnya norma
hukum jelas merupakan barang sesuatu yang nyata ada dan berpengaruh
terhadap kehidupan individu, begitu pula arsitektur.
Dalam paradigma ini pokok persoalan yang menjadi pusat perhatian adalah
fakta-fakta sosial yang pada garis besarnya terdiri atas dua tipe, masingmasing struktur sosial (social structure) dan pranata sosial (social
institution). Norma-norma dan pola nilai ini biasa disebut dengan pranata,
sedangkan jaringan hubungan sosial dimana interaksi sosial berproses dan
menjadi terorganisir serta melalui mana posisi-posisi sosial dari individu dan
sub kelompok dapat dibedakan, sering diartikan sebagai struktur sosial.
Dengan demikian struktur sosial dan pranata sosial inilah yang menjadi
pokok persoalan persoalan penyelidikan sosiologi menurut paradigma fakta
sosial.
Ada empat teori yang tergabung dalam paradigma fakta sosial ini seperti
teori fungsionalisme structural, teori konflik, teori system dan teori sosiologi
makro, dimana dua teori yang paling dominan didalamnya yakni (1) Teori
Fungsionalisme Struktural dan (2) Teori Konflik.
Metode observasi tidak cocok untuk studi fakta social. Fakta social tidak
dapat diamati secara langsung, hanya dapat dipelajari melalui pemahaman
(interpretative understanding). Penganut paradigma fakta sosial cenderung
mempergunakan metode kuesioner dan interview dalam penelitian empiris
mereka. Namun, penggunaan metode kuesioner dan interview oleh para
penganut paradigma fakta social ini mengandung ironi karena kedua metode
ini tidak mampu menyajikan secara sungguh-sungguh bersifat fakta social.
Informasi yang dikumpulkan melalui kuesioner dan interview banyak
mengandung unsure subyektifitas dari si informan.
Secara ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan
semua struktur adalah fungsional bagi sutu masyarakat. Perubahan dapat
terjadi secara perlahan-lahan dalam masyarakat. Kalau terjadi konflik,
penganut teori Fungsionalisme Struktural memusatkan perhatiannya kepada
masalah bagaimana cara menyelesaikannya sehingga masyarakat tetap
dalam keseimbangan Robert K. Merton sebagai penganut teori ini
Dari pendapat Merton tentang fungsi, maka ada konsep barunya yaitu
mengenai sifat dari fungsi. Merton membedakan atas fungsi manifest dan
fungsi latent. Fungsi manifest adalah fingsi yang diharapkan(intended) atau
fungsional. Fungsi manifest dari institusi perbudakan di atas adalah untuk
meningkatkan
produktifitas
di
Amerika
Selatan.
Sedangkan
fungsi latent adalah sebaliknya yaitu fungsi yang tidak diharapkan,
sepanjang menyangkut contoh di atas fungsai latentnya adalah
menyediakan kelas rendah yang luas.
2. Teori Konflik
adalah
fungsi,
disfungsi,
fungsi latent,
Kesimpulan penting yang dapat diambil adalah bahwa teori konflik ini
ternyata terlalu mengabaikan keteraturan dan stabilitas yang memang ada
dalam masyarakat disamping konflik itu sendiri. Masyarakat selalu
dipandang dalam kondisi konflik. Mengabaikan norma-norma dan nilai-nilai
yang berlaku umum yang menjamin terciptanya keseimbangan dalam
Max Weber sebagai tokoh paradigma ini mengartikan sosiologi sebagai suatu
studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial. Yang dimaksud tindakan
sosial itu adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai
makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang
lain. Sebaliknya tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati atau
objek fisik semata tanpa dihubungkannya dengan tindakan orang lain bukan
merupakan tindakan sosial. Tindakan seseorang melempar batu ke sungai
bukan tindakan social. Tapi tindakan tersebut dapat berubah menjadi
tindakan social kalau dengan melemparkan batu tersebut menimbulkan
reaksi dari orang lain seperti mengganggu seseorang yang sedang
memancing.
Konsep pertama tentang tindakan sosial yang dimaksud Weber dapat berupa
tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa
tidakan yang bersifat membatin atau bersifat subyektif yang mungkin
Bertolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial dan antar hubungan
sosial sosial itu Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran
penelitian sosiologi yaitu :
1. Tindakan manusia, yang menurut si aktor mengandung makna yang
subyektif. Ini
meliputi berbagai tindakan nyata.
2. Tindakan nyata dan yang bersifat, membatin sepenuhnya dan bersifat
subyektif.
3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang
sengaja
diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.
4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.
5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada
orang lain itu.
a. Zwerk rational, yakni tindakan sosial murni,. Dalam tindakan ini aktor
tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya
tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri.
b. Werktrational action, dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai
apakah cara-cara yang dipilinya itu merupakan yang paling tepat untuk
mencapai tujuan yang lain. Dalam tindakan ini memang antara tujuan dan
cara-cara mencapainya cenderung menjadi sukar untuk dibedakan, namun
tindakan ini rasional karena pilihan terhadap cara-cara sudah menentukan
tujuan yang diinginkan.
antara orang yang satu dengan yang lain meskipun ada sekumpulan orang
yang diketemukan bersamaan.
Ada tiga teori yang termasuk ke dalam paradigma definisi sosial ini, yakni :
Teori aksi (action theory), teori interaksionisme simbolik (symbolic
interactionism) dan teori fhenomenologi (fhenomenology). Ketiga teori ini
mempunyai kesamaan ide dasarnya yang berpandangan bahwa manusia
adalah aktor yang aktif dan kreatif dari realitas sosialnya. Artinya tindakan
manusia tidak sepenuhnya ditentukan norma-norma, kebiasaan-kebiasaan,
nilai-nilai dan sebagainya yang kesemuanya itu tercakup dalam fakta sosial.
Manusia mempunyai cukup banyak kebebasan untuk bertindak di luar batas
kontrol dari fakta sosial.
mengalami
sendiri
(vicarious
hidup
dalam
suatu
lingkungan
simbol-simbol.
Manusia
berkomunikasi,
belajar,
serta
dan
aturan-aturan
yang
mengendalikan
2. Teori Exchange
Tokoh utama teori ini adalah George Homan, teori ini dibangun dengan
maksud sebagai reaksi terhadap paradigma fakta sosial, yang menyerang
ide Durkheim secara langsung dari tiga jurusan, yakni :
a) pandangan tentang emergence. Selama berlangsung interaksi timbul
fenomena baru
yang tidak perlu proposisi baru pula untuk menerangkan sifat fenomena
baru yang
timbul tersebut.
b) pandangan tentang psikologi. Sosiologi dewasa ini sudah berdiri sendiri
lepas dari
pengaruh psikologi.
c. Metode penjelasan Durkheim. Fakta sosial tertentu selalu menjadi
penyebab
fakta sosial yang lain yang perlu dijelaskan melalui pendekatan perilaku
(behavioral), yang bersifat psikologi.
besarnya
dapat
makin
besar
kemungkinan atau
makin
sering
ia
akan
tingkahlakunya itu.
4. Makin sering orang menerima ganjaran atas tindakannya dari orang lain,
makin
berkurang nilai dari setiap tindakan yang dilakukan berikutnya.
5. Makin dirugikan seseorang dalam dalam hubungannya dengan orang lain,
makin
besar kemungkinan orang tersebut akan mengembangkan emosi.
RINGKASAN
LATIHAN
yang
menyebabkan
terjadinya
perbedaan
sosiologi!
3. Jelaskan Paradigma Fakta Sosial melalui eksemplar, teori-teori serta
metode yang
dipergunakan.
4. Jelaskan perbedaan proposisi yang dikemukakan penganut teori struktural
fungsional
dengan proposisi yang dikemukakan oleh penganut teori konflik sehingga
menimbulkan pertentangan!
5. Sebutkan dan jelaskan 4 tipe tindakan sosial menurut Weber!
TUGAS
Buatlah makalah individu yang isinya mengkaji sebuah fenomena social yang
adaa dalam masyarakat dengan menggunakan pisau analisa teori sosiologi
yang kamu pahami!
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, D.P., 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern I. Gramedia. Jakarta.
Ke
Arah
Sejarah
dan
Teori
----------------------,
1985. Max
Weber.
Konsep-Konsep
Sosiologi. Seri Pengenalan Sosiologi I. Rajawali. Jakarta.
Dasar
Dalam
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik dan A.C. Van Der Leeden (Penyunting). 1986. Durkheim dan
Pengantar Sosiologi Moralitas. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Giddens, Anthony, 1986. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern. Suatu Analisis
Karya Tulis Marx, Durkheim dan Max Weber. UI Press. Jakarta.
Dan
Paradigma
Utama
Teori
Ke
Arah
Sejarah
dan
Teori
Ramli, Andi Muawiyah. 2000. Peta Pemikiran Karl Marx. LKLS. Yogyakarta.
----------------------,
1985. Max
Weber.
Konsep-Konsep
Sosiologi. Seri Pengenalan Sosiologi I. Rajawali. Jakarta.
Dasar
Dalam