Anda di halaman 1dari 7

Laporan Pendahuluan Close Fraktur Femure

A. Pengertian
Fraktur adalah putusnya hubungan suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh
kekerasan. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur tertutup adalah bila tidak ada
hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas
melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi. Fraktur femur adalah terputusnya
kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh
dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini
dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam
syok. Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh kekerasan
langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi anterior dari sendi
tersebut . Jadi, kesimpulan fraktur adalah suatu cedera yang mengenai tulang yang disebabkan
oleh trauma benda keras.
B. Anatomi dan Fisiologis

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan, dan otot
menyusun kurang lebih 50%.Kesehatan baiknya fungsi system musculoskeletal sangat
tergantung pada sistem tubuh yang lain. Struktur tulang- tulang memberi perlindungan terhadap
organ vital termasuk otak,jantung dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat
untuk meyangga struktur tubuh otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak
metrik. Tulang memproduksi kalsium, fosfor, magnesium, fluor. Tulang dalam tubuh manusia
yang terbagi dalam empat kategori: tulang panjang (missal femur tulang kumat) tulang pendek
(missal tulang tarsalia),tulang pipih (sternum) dan tulang tak teratur (vertebra). Tulang tersusun
oleh jaringan tulang kanselus (trabekular atau spongius).Tulang tersusun atas sel,matrik
protein,deposit mineral.sel selnya terdiri atas tiga jenis dasar osteoblas,osteosit dan
osteocklas.osteoblas berfungi dalam pembetukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang.
Matrik merupakan kerangka dimana garam - garam mineral anorganik di timbun. Osteosit

adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharahan fungsi tulang dan tarletak ostion.
Osteocklas adalah sel multi nukliar yang berperan dalam panghancuran,resorbsi dan
remodeling tulang. Tulang diselimuti oleh membran fibrus padat di namakan periosteum
mengandung saraf,pembuluh darah dan limfatik. Endosteum adalah membrane faskuler tipis
yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga rongga dalam tulang kanselus.
Sumsum tulang merupakan jaringan faskuler dalam rongga sumsum tulang panjang dan dalam
pipih. Sumsum tulang merah yang terletak di sternum,ilium,fertebra dan rusuk pada orang
dewasa,bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan putih.pembentukan tulang
.Tulang mulai terbentuk lama sebelum kelahiran.
C. Etiologi / Predisposisi
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Cedera Traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara
spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di
atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya
jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat
mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan
progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul
sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan kegagalan absorbsi
Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara Spontan
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang
yang bertugas dikemiliteran.
D. Patofisiologi
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan
otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi
peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem
lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut
saraf yang dapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang
dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan
dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas
kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik,
patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai
serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat

mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak
sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak
yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada
pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.
E. Manifestasi Klinis
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang.
b. Penekanan tulang.
2. Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur.
3. Echimosis dari perdarahan Subcutaneous.
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
5. Tenderness
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan
struktur didaerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi ( mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf/perdarahan ).
8. Pergerakan abnormal.
9. Dari hilangnya darah.
10. Krepitasi
F. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada klien dengan fraktur tertutup adalah sebagai berikut :
1. Terapi non farmakologi, terdiri dari :
a. Proteksi, untuk fraktur dengan kedudukan baik. Mobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya
pemasangan gips pada fraktur inkomplet dan fraktur tanpa kedudukan baik.
b. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat dalam anestesi umum atau lokal.
c. Traksi, untuk reposisi secara berlebihan.
2. Terapi farmakologi, terdiri dari :
a. Reposisi terbuka, fiksasi eksternal.
b. Reposisi tertutup kontrol radiologi diikuti interial. Terapi ini dengan reposisi anatomi diikuti
dengan fiksasi internal. Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin,
penundaan waktu dapat mengakibatkan komplikasi. Waktu yang optimal untuk bertindak
sebelum 6-7 jam berikan toksoid, anti tetanus serum (ATS). Berikan antibiotik untuk
kuman gram positif dan negatif dengan dosis tinggi. Lakukan pemeriksaan kultur dan
resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka.
G. Komplikasi
Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal dalam beberapa jam
setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih, dan sindrom
kompartemen, yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak ditangani
segera. Komplikasi lainnya adalah infeksi, trombo emboli yang dapat menyebabkan kematian
beberapa minggu setelah cedera dan koagulopati intravaskuler diseminata (KID). Syok
hipovolemik atau traumatik, akibat pendarahan (baik kehilangan dara eksterna maupun tak

kelihatan ) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak dapat terjadi pada fraktur
ekstremitas, toraks, pelvis,dan vertebra karena tulang merupakan organ yang sangat vaskuler,
maka

dapaler

terjadi

kehilangan

darah

dalam

jumlah

yang

besar

sebagai

akibat

trauma,khususnya pada fraktur femur pelvis. Penanganan meliputi mempertahankan volume


darah,mengurangi
nyeri yang diderita pasien, memasang pembebatan yang memadai, dan melindungi pasien dari
cedera lebih lanjut. Sindrom Emboli Lemak. Setelah terjadi fraktur panjang atau pelvis,fraktur
multiple,atau cidera remuk dapat terjadi emboli lemak, khususnya pada dewasa muda 20-30th
pria pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat termasuk ke dalam darah karma tekanan
sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karma katekolamin yang di lepaskan oleh
reaksi setres pasien akan memobilitasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak
dalam aliran darah. Globula lemak akan bergabung dengan trombosit membentuk emboli, yang
kemudian menyumbat pembuluh darah kecil yang memasok otak, paru, ginjal dan organ lain
awitan dan gejalanya, yang sangat cepat, dapat terjadi dari beberapa jam sampai satu minggu
setelah cidera gambaran khansya berupa hipoksia, takipnea, takikardia, dan pireksia.
H. Pengkajian Fokus
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluruh. Pengkajian Pasien Post Operasi Fraktur meliputi :
a. Gejala Sirkulasi
Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmononal, penyakit vascular perifer atau
Statis vascular (peningkatan resiko pembentukan thrombus ).
b. Integritas Ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; faktor-faktor stress multiple, misalnya financial,
hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
c. Makanan / Cairan
Gejala : insufisiensi pankreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi
(termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode
puasa pra operasi).
d. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune
(peningkatan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker /
terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ;
Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah
koagulasi) ; Riwayat transfusi darah / reaksi transfusi.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
f. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : penggunaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid,
antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, anti inflamasi, antikonvulsan
atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional.
Penggunaan alkohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan
pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior, posterior lateral.
b. CT Scan tulang, fomogram MRI
Untuk melihat dengan jelas daerah yang mengalami kerusakan.
c. Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)
d. Hitung darah kapiler
1. HT mungkin meningkat (hema konsentrasi) meningkat atau menurun.
2. Kreatinin meningkat, trauma obat, keratin pada ginjal meningkat.
3. Kadar Ca kalsium, Hb.

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa keperawatan gawat darurat yang muncul pada pasien dengan close fraktur femure
meliputi :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan
tulang.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal.

J. Fokus Intervensi Dan Rasional


Diagnosa
Keperawatan

Tujuan & Kiteria


Hasil

Gangguan
Setelah dilakukan
rasa nyaman
tindaka
nyeri
keperawatan
berhubungan
diharapkan:
dengan
- Nyeri dapat
terputusnya
berkurang / hilang
jaringan
- Pasien tampak
tulang
tenang

Gangguan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
kerusakan
muskuloskelet
al.
-

Setelah dilakukan
tindaka
keperawatan
diharapkan:
pasien memiliki
cukup energi
untuk beraktifias
perilaku
menampakkan
kemampuan
untuk memenuhi
kebutuhan sendiri
pasien
- mengungkapkan
mampu untuk
melakukan
beberapa aktifitas

Intervensi

Rasional

1.hubungan yang baik


1.melakukan pendekatan
membuat klien &
pada klien & keluarga
keluarga kooperatif
2.Tingkat intensitas nyeri &
2. mengkaji tingkat
frekuensi menunjukkan
intensitas & frekuensi
skala nyeri
nyeri
3. menjelaskan pada klien 3.Memberikan penjelasan
akan menambah
penyebab dari nyeri
pengetahuan klien
4. mengkaji tanda tanda
tentang nyeri
vital
4.Untuk mengetahui
5. Melakukan kolaborasi
perkembangan klien
dengan tim medis
5. Merupakan tindakan
dalam pemberian
dependent perawat,
analgetik
dimana analgetik
berfungsi untuk memblok
stimulasi nyeri
1. merencanakan periode 1.Mengurangi aktifitas dan
energi yang tidak
istirahat yang cukup
terpakai
2. memberikan latihan
2.
tahapan-tahapan yang
aktifitas secara
diberikan membantu
bertahap
proses aktifitas secara
3. membantu pasien
perlahan
dengan
dalam memenuhi
menghemat tenaga
kebutuhan
tujuan yang tepat,
4. mengkaji respon
mobilisasi dini
pasien Setelah latihan
3.
Mengurangi pemakaian
dan aktifitas
energi sampai kekuatan
pasien pulih kembali
4. menjaga kemungkinan
adanya menjaga
kemungkinan adanya
abnormal dari tubuh
sebagai akibat dari

tanpa dibantu

latihan.

Pathway Keperawatan
Trauma langsung, benturan, kecelakaan
Trauma eksternal > kekuatan tulang
Kompresi tulang
Patah tulang tak sempurna

patah tulang sempurna

Patah tulang tertutup & Patah tulang terbuka


Kerusakan struktur tulang
Patah tulang merusak jaringan
pembuluh darah

Pendarahan lokal

kebersihan plasma darah

hematome pada daerah fraktur

akumulasi di dalam jaringan

resiko deficit volume cairan

aliran darah ke perifer


jaringan kurang

bengkak / tumor

warna jaringan pucat,

gangguan perfusi jaringan

nadi lemah
desakan ke jaringan di sekitar

saraf perifer terganggu

/ tekanan
Saraf terjepit
nyeri

resiko tinggi cidera

gangguan mobilitas fisik

Daftar Pustaka

Apley A, Graham. 1995. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Jakarta: Widya
Medika.
Burhan E, Manjas M, Riza A, Erkadius. 2014. Perbandingan fungsi extremitas atas pada fraktur
metafise distal radius intraartikuler usia muda antara tindakan operatif dan
non operatif dengan penilaian klinis quick dash score. Jurnal kesehatan andalas. Hlm. 312.
Sudoyo A. 2010. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I edisi V. Jakarta: Interna Publishing
Engram B. 1998. Medical Surgical Nursing Care Plans. Volume 2. Editor : Ester Monica. Alih
Bahasa : Suharyati Samba. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Henderson, MA. 1997. Ilmu bedah untuk perawat. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika.
Long, BC. 1996. Perawatan medikal bedah. Edisi 3 EGC, Jakarta.
Maharta GRA, Maliawan S, Kawiyana KS. 2011. Manajemen fraktur pada trauma muskeletal.
Bali: FK Udayana Bali.
Sjamsuhidayat R, Jong W. 2010. Buku ajar ilmu bedah edisi 3. Jakarta: Jakarta.
Tucker, SM. 1998. Standar perawatan pasien: proses keperawatan, diagnosa dan evaluasi.
Edisi V. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai