Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN TEORI
II. KLASIFIKASI
Otitis Media terdiri atas :
1. Otitis Media Supuratif
a). Otitis Media Supuratif Akut atau Otitis Media Akut
b). Otitis Media Supuratif Kronik
2. Otitis Media Non Supuratif atau Otitia Media Serosa
a). Otitis Media Serosa Akut
b). Otitis Media Serosa Kronik
3. Otitis Media Spesifik, seperti otitis media sifilitika atau otitis media
tuberkulosa
4. Otitis Media adhesiva
III. ETIOLOGI
1. Pneumococcus
2. Hemopylus influenza
3. Streptococcus
IV. PATHWAYS
Halaman berikutnya
V. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis dari Otitis Media Akut tergantung pada stadium penyakit dan
umur pasien, yaitu :
VI.
Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningakat, sreta nyeri ditelinga
bertambah hebat. Apabila tekanan tidak berkurang akan terjadi iskemic, tromboplebitis, dan
necrosis mukosa serta sub mukosa. Nekrosis ini terlihat sebagai daerah yang lebih lembek
dasn kekuningan pada membran tympani. Di tempat ini akan terjadi ruptur.
4.
Stadium Perforasi
VII. Karena pemberian antibiotik yang berlebihan atau virulensi kuman yang
tinggi dapat terjadi ruptur membran tympani dan nanah keluar dari telinga tengah ke telinga
luar. Pasien yang semula gelisah menjadi tenaga, suhu badan menurun dan dapat tidur
nyenyak
5. Stadium Resolusi
VIII. Bila membran tympani tetap utuh, maka perlahan lahan akan normal
kembali. Bila terjadi perforasi maka secret akan berkurang dan mongering. Bila day
tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi tanpa
pengobatan. Otitais media akut berubah menjadi otitis media supuratif subakut bila
perforasi menetap dengan secret yang keluar terus menerus atauhilang timbul lebih
dari 3 minggu. Disebut otitis media supuratif kronik (OMSK) bila lebih dari 1 1/2
atau 2 bulan. Dapat meninggalkan gejala sisi berupa otitis media serosa bila secret
menetap di kavum tympani tanpa perforasi.
Pada anak keluhan utama adalah rasa nyaeri di dalam telinga dan suhu tubuh yang
tinggi.
Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada orang dewasa
idapatkan juga gangguan pendengaran berupa rasa penuh atau kurang dengar. Pada
bayi dan anak kecil gejal khas otitis media akut adalah suhu yang tinggi (> 39,5
o
C ). Gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang dan kadang-
kadang memegang telinga yang sakit. Setelah terjadi ruptur membran tympani, suhu
tubuh akan turun dan anak tertidur.
IX. KOMPLIKASI
1. Mengenai mastoid
2. Intrakranial
a). Miringitis
b). Abses otak
X. PENATALAKSANAN
Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stdium awal
ditujukan untuk mengobati infeksi saluran nafas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan local atau sistemik dan antipiretik
Stadium Oklusi
Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba eustachius sehingga tekanan
negatif ditelinga tengah hilang. Diberikan obat tetes telinga HCL efedrin 0,5 %
untuk anak < 12 tahun atau HCL efedrin 1 % dalam larutan fisiologis untuk anak 12
tahun dan dewasa. Sumber infeksi local harus diobati. Antibiotik diberikan bila
penyebabnya kuman.
Stadium Presupurasi
Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran tympani
sudah terlihat hiperemesis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan
pemberian antibiotik golongan pinisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi,
dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunat atau sepalosporin. Untuk terapi
awal diberikan pinisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat didalam darah,
sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala
sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak
diberikan ampisilin 4 x 50-100 mg/kg BB, amoxsisilin 4 x 40 mg/ kg BB/hari, atau
eritromisin 4 x 40 mg/ kg BB/hari.
Stadium Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran
tympani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.
Stadium Perforasi
Terlihat sekret banyak yang keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci
telinga H2O2 3 % selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.
Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.
Stadium Resolusi
Membran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi
menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap
mungkin telah terjadi mastoiditis.
II. KLASIFIKASI
1. Benigna
2. Maligna
III. ETIOLOGI
IV.
Sebagian besar Otitis Media Kronik merupakan kelanjutan Otitis Media
Akut yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa penyebab adalah
terapi yang terlambat, tetapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh
rendah atau kebersihan buruk.Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut
V.
Sebagian kecil perforasi membran tympani terjadi akibat trauma tengah.
Kuman penyebab biasanya gram positif aerob, sedangkan pad infeksi yang telah
berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram neagtif dan anaerob.
KOMPLIKASI
1. Abses otak
2. Labirinitis
3. Paralisis nervus fasialis
VIII.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Terlihat bayangan kolesteatum pada foto mastoid.
IX. PENATALAKSANAAN
1.
2.
3.
4.
PENGKAJIAN
Umumnya dilakukan pembedahan, yaitu mastoidektomi radikal oleh dokter ahli
THT. Bila ada komplikasi abses retrourikula dan penderita jauh dari ahli, harus
dilakukan insisi sementara untuk drainage
Beberapa hal yang penting dalam menanggulangi kasus otitis media kronik ialah
Harus dapat membedakan jenis otitis media kronik benigna dan otitis media kronik
maligna
Dapat memberikan pengobatan yang tepat pada otitis media kronik benigna
Harus dapat memilih kasus otitis media kronik maligna yang perlu segera dikirim
dan memdapatkan pertolongan ahli THT
Data yang muncul saat pengkajian :
1. Data Subyektif :
Sakit telinga tidak pernah sembuh.
Keluar nanah dari telinga terus menerus dan berbau busuk.
Pendengaran berkurang.
Pembengkakan dibelakang telinga.
Perasaan penuh ditelinga.
Suara bergema dari suara sendiri.
Bunyi letupan sewaktu menguap atau menelan.
Gatal pada telinga.
Tinitus.
i. Berikan informasi langkah demi langkah dan lakukan demonstrasi ulang bila
mengajarkan prosedur.
j. Berikan pujian atau reinforcement positif pada klien.
Evaluasi
:
1. Klien menyatakan pemahaman tentang pemberian informasi.
2. Klien mampu mendemonstrasikan prosedur dengan tepat.