PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini harga obat/alat kesehatan cukup tinggi/mahal dan diluar
jangkauan masyakat, utamanya bagi klien dirumah sakit yang mayoritas
menggunakan berbagai merek obat paten bagi etiap pasien. Penggunaan
berbagai jenis dan merek obat dengan harga yang cukup tinggi tersebut tentu
saja tidak hanya berpengaruh secara ekonomi semata; namun lebih dari itu;
resiko penyimpangan penggunaan obat diluar hal semestinya juga mampu
menimbulkan kerugian bagi klien itu sendiri. Resiko resistensi tubuh terhadap
obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat terjadi manakala konsumsi
obat oleh penderita tidaklah terkontrol dengan baik.
Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat; sebagai salah
satu peran perawat; perlu dilakukan suatu pola/alur yang sistematis sehingga
penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resikoresiko kerugian baik secara materiil maupun non materiil dapat dieliminir.
Upaya sistematik meliputi uraian terinci tentang pengelolaan obat secara ketat
oleh perawat diperlukan sebagai bentuk tanggung jawab perawat dalam
menyelenggarakan kegiatan keperawatan.
Namun dalam kenyataannya dirumah sakit; tidak jarang ditemukan
adanya jumlah tenaga yang tidak sesuai dengan kebutuhan; sehingga
beberapa tugas dan peran perawat harus diserahkan pada keluarga atau
klien itu sendiri. termasuk didalamnya adalah penggunaan obat. Untuk itu
perlu diupayakan langkah peningkatan mutu pelayanan dengan sentraliasi
obat
dan
pengontrolan
keluarga
dalam
menciptakan
suatu
bentuk
Manajemen Keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Pengelolaan atau Kontroling Obat
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
menyangkut aspek perencanaan/ seleksi, pengadaan, pendistribusian dan
penggunaan obat dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti
tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak (metoda dan tatalaksana) dalam
upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.
Sistem Pengelolaan Obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
meliputi aspek seleksi dan perumusan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian dan penggunaan obat.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing
tahap pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian yang terkait, dengan
demikian dimensi pengelolaan obat akan dimulai dari perencanaan pengadaan
yang merupakan dasar pada dimensi pengadaan obat di Rumah Sakit.
Tujuan dari pengadaan yaitu untuk memperoleh barang atau jasa yang
dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat
dipertanggung jawabkan, dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan
efisien, menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku. Sistem pengelolaan
obat mempunyai empat fungsi dasar untuk mencapai tujuan yaitu:
1. Perumusan kebutuhan atau perencanaan (selection)
2. Pengadaan (Procure ment)
3. Distribusi (Distribution)
4. Penggunaan (Use)
Keempat fungsi tersebut didukung oleh sistem penunjang pengelolaan
yang terdiri dari:
1. Organisasi (Organitation)
2. Pembiayaan dan kesinambungan (Financing and Sustainnability)
3. Pengelolaan informasi (Information Management)
4. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia (Human Resorces
Management)
Keempat tahap pengelolaan obat tersebut dapat didefinisikan sebagai :
1. Seleksi dan perumusan kebutuhan, yaitu kegiatan menyusun kebutuhan
perbekalan farmasi yang tepat dan sesuai kebutuhan, mencegah terjadinya
kekosongan atau kekurangan perbekalan farmasi serta meningkatkan
penggunaan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
Manajemen Keperawatan
Manajemen Keperawatan
Manajemen Keperawatan
akan
diberikan
kepada
pasien
diserahkan
pengelolaan
tergantung
untuk
mencapai
atau
harus
10
kemudian
dimintakan
resep
kepada
dokter
11
Manajemen Keperawatan
12
pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu dan
benar dokumentasi
b) Pasien patuh terhadap program terapi.
c) Pemberian obat dapat dipertanggung jawabkan.
C. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pengelolaan Obat
1. Memeriksa ulang tas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat, dan
menulis eriket dan alamat pasien (Pedoman, 1997). Penyimpanan stok
(persediaan) yang teratur dengan baik merupaka bagian penting dari
manajemen obat.
2. Sistem kartu persediaan kadang-kadang digunakan untuk menggantikan
buku besar persediaan.karnu ini berfungsi seperti buku besar pesediaan,
yakni neraca diseimbangkan dengan menambahkan barang yang diterima
dan megurangi dengan jumlah barang yang dikeluarkan. Dalam hal ini
buku persediaan, masing-masing barang ditempakan pada halaman yang
terpisah, tetapi dalam sistem kartu persediaan, masing-masing barang yang
dituliskan dalam kartu yang terpisah.
3. Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemri obat serta
lemari pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan anatara obat untuk
penggunaan oral dan obat luar (Pedoman,1990).
4. Obat-obatan dikeluarkan dari tempat penyimpanan yang terkunci atau ari
lemari penyimpanan oleh orang-orang yang bertugas menangani
persediaan obat kepada bagian yang menggunakan obat itu.
5. Kegiatan yang dilakukan dalam pengawasan pengeluaran obat akan
memungkinkan perawat mengetahui kapan melakukan pemesanan ulang,
mencocokkan pemakain obat dengan pengobatan psien, segera tidak dasar
akan ketidakcocokan dalam pemberian obat, memeriksa peubahan
pemakain obat (Mc Mahon,1999).
Obat tanpa resep dokter merupakan obat yang aman digunakan/dibeli
tanpa menggunakan resep dokter, fungsi utamanya hanya untuk meringankan
gejala dan mengobati penyakit ringan, contoh obat ini adalah obat yang
mengandung parasetamol digunakan untuk meredakan rasa sakit dan
menurunkan panas. Obat bebas dapat digunakan hanya untuk beberapa hari
saja. Apabila gejala menetap, maka dapat dikonsultasikan ke dokter.
Tanda khusus obat bebas, ada beberapa tanda yaitu sebagai berikut
Manajemen Keperawatan
13
2. Lingkaran biru obat bebas terbatas yang keras. Biasanya ada tanda
peringatan untuk aturan pakai obat dan sebaiknya digunakan berdasarkan
resep dokter. Contohnya obat batuk yang mengandung Codeine atau
Caffein
Ruangan
No,Reg
:
Tgl
No
Nama
Obat
Dosis
Keteranaga
atau
tangan / Nama n
Doserahkan
Terang
yag
diserahkan
Manajemen Keperawatan
14
15
a.
b.
c.
d.
masing-masing
obat
(Siregar,2004).
Pengaturan
obat
Kelompok farmakologi/terapeutik
Indikasi klinik
Kelompok alphabetis
Tingkat penggunaan
Bentuk sediaan
Random bin
Kode barang.
Selain disimpan dalam tempertur yang sesuai, barang-barang
28/MENKES/PER/I/1978
tentang
penyimpanan
Manajemen Keperawatan
16
17
buruk,
telah
melewati
masa
kadaluwarsa,
proses
Pendekatan
Klien/keLuarg
Farmasi/apote
1. Surat persetujuan
Sentralisasi Obat
dari Perawat
Klien/keluarga
2. Lembar serah
terima obat
Karu/pp/pa yang
3. Buku serah
terima / masuk
obat
Klien/keluarga
Manajemen Keperawatan
18
Manajemen Keperawatan
19
Manajemen Keperawatan
20
a. Memberikan
perlindungan
terhadap
pasien
terhadap
tindakan
malpraktik
b. Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi
c. Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi
Manajemen Keperawatan
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen rumah sakit
yang sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan secara
keseluruhan, karena ketidakefisienan dan ketidaklancaran pengelolaan obat
akan memberi dampak negatif terhadap rumah sakit, baik secara medik, sosial
maupun secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu satu unit
di rumah sakit yang bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya pada
pengelolaan semua aspek yang berkaitan dengan obat / perbekalan kesehatan
yang beredar dan digunakan di rumah sakit
B. Saran
Makalah yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan. Dengan
dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta
wawasan pembaca. Selanjutnya penulis makalah mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya.
Manajemen Keperawatan
22
DAFTAR PUSTAKA
dalam
praktek
Syamsuni, H.A. Drs. Apt. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
WHO. 1996. Managament pelayanan kesehatan primer Ed 2.
WHO. 1999. Managament pelayanan keperawatan primer edisi 2. Jakarta: EGC
Manajemen Keperawatan
23