Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

PEWARNAAN SEDERHANA

Nama

: Ainutajriani

Nim

: 14 3145 453 048

Kelompok : II
Kelas

: IB

PRODI DIII ANALIS KESEHATAN


STIKES MEGA REZKY MAKASSAR
2014/2015

KARTU KONTROL
PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI
Nama

: Ainutajriani

Nim

: 14 3145 453 048

Kelas

: IB

Kelompok

: II (dua)

N
o

Judul praktikum

Paraf

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Praktikan

Dosen Pembimbing

( Ainutajrani )

( Nirmawati Angria, S.Si.,M.Kes )

BAB I

PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
Pewarnaan sederhana merupakan tekhnik pewarnaan yang paling banyak
digunakan. Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat
sulit,larena selain bakteri itu tidak berwarna juga tranparan dan sangat kecil.
Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu tekhnik pewarnaan sel
bakteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamat. Oleh karena itu
tekhnik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama
dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara
komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut
kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen
seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat
dibedakan asam dan pewarna basa.
Pewarna asam dapat terjadi karena bila senyawa pewarna bermuatan
negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral dinding sel bakteri cenderung
bermuatan negatif, sehingga pewarna asam yang bermuatan negatif akan ditolak
oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna. Pewarna asam ini disebut pewarna
negatif. Contoh pewarna asam misalnya: tinta cina, larutan nigrosin, asam pikrat,
eosin, dll.
Pewarna basa bisa terjadi bila senyawa pewarna bersifat positif, sehingga
akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri ini jadi berwarna dan terlihat.

Contoh dari pewarna basa misalnya metilen biru, kristal violet, safranin, dan lainlain. Teknik pewarnaa asam basa ini hanya menggunaka satu jenis senyawa
pewarna, teknik ini disebut pewarna sederhana. Pewarnaan sederhana ini
diperlukan untuk mengamati morfologi, baik bentuknya maupun susunan sel.
Teknik pewarnaan yang lain adalah pewarnaan diferensial, yang menggunakan
senyawa pewarna yang lebih dari satu jenis. Diperlukan untuk mengelompokkan
bakteri misalnya, bakteri gram positif dan gram negatif atau bakteri tahan asam
dan tidak tahan asam. Juga diperlukan untuk mengamati struktur bakteri seperti
flagela, kapsula, spora, dan nukleus.
Teknik pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan
kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku sebagai berikut:
Mempersiapkan kaca objek. Kaca objek ini harus bersih dan bebas lemak,
untuk membuat apusan dari bakteri yang diwarnai. Mempersiapkan apusan,
apusan yang baik adalah yang tipis dan kering, terlihat seperti lapisan yang tipis.
Apusan ini berasal dari biakan cair atau padat. Biakan cair suspensi sel sebanyak
satu atau dua mata ose dan diletakkan ke kaca objek. Lalu diapuskan pada kaca
objek selebar...cm. biarkan mengerig di udara atau diatas apai kecil dengan jarak
25 cm.
Biakan padat. Bakteri yang dikulturkan pada medium padat tidak dapat
langsung dibuat apusan seperti dari biakan cair, tapi harus diencerkan dulu.
Letakkan setetes air pada kaca objek, lalu dengan jarum inokulasi ambil bakteri
dari biakan padat, letakkan pada tetesan air dan apusan. Biarkan mengering di

udara. Fiksasi dengan pemanasan. Apusan bakteri pada kaca objek dapat
dilakukan diantaranya dengan cara memanaskan diatas api.
Struktur di dalam sel pada tempat-tempat yang dibentuk oleh spesies ini,
disebut endospora. Endospora dapat bertahan hidup dalam keadaan kekurangan
nutrien, tahan terhadap panas, kekeringan, radiasi UV serta bahan-bahan kimia.
Ketahanan tersebut disebabkan oleh adanya selubung spora yang tebal dan
keras. Sifat-sifat ini menyebabkan dibutuhkannya perlakuan yang keras untuk
mewarnainya. Hanya bila diperlukan panas yang cukup, pewarna yang sesuai
dapat menembus endospora. Tetapa sekali pewarna memasuki endospora, sukar
untuk dihilangkan. Ukuran dan letak endospora di dalam sel merupakan ciri-ciri
yang digunakan untuk membedakan spesies-spesies bakteri yang membentuknya.
Faktor yang mempengaruhi pewaraan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna,
subtrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu
preparat yang sudah suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer.bakteribakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang
khas bagi suatu spesies.
Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat
macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial
dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad-jasad renik
lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau
olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur
pewarnaan yang menampilkan perbedaan diantara sel-sel mikroba atau bagian-

bagian sel mikroba disebut teknik pewarnan diferensial. Sedangkan pengecatan


struktural hanya bisa mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan
bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengectan
endospora, flagela dan pengecatan kapsul.

B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum yaitu mengetahui morfologi dari bakteri

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur, dan
sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak
berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut di suspensikan.
Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk
diidentifikasi adalah dengan metode pengecatan atau pewarnaan, hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding
sel bakteri melalui serangkain pengecetan. (Jimmo, 2008)

Sel bakteri dapat diamati dengan jelas jika menggunakan mikroskop


dengan perbesaran 100 x 10 yang ditambah minyak emersi. Jika dibuat preparat
ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk
memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel
bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras
sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan. Zat warna yang digunakan bersifat
asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan
warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif.
Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat
warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena
muatan negatif banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam
antara lain cristal violet, methylen blue, safranin, Base Fuchsin, Malachite Green,
dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll ( Irawan, 2008).
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan
sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zatzat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin
(komponen kromotofiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi
pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, subtrat, intensifikasi, pewarnaan
dan penggunaan warna penutup. Suatu preparat yang sudah menyerap zat warna,
kemudian dicuci dengan asam encer maka zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat
juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri ini disebut bakteri
tahan asam, dan ini merupakan ciri khas bagi suatu spesies (dwidjoeseputro,
1994)

Langkah-langkah utama dalam persiapan spesiemen mikroba untuk


pemeriksaan mikroskopis adalah :

Penempatan olesan atau lapisan spesiemen pada kaca objek.

Fiksasi olesan pada kaca objek

Aplikasi pewarnaan tunggal (pewarnaan sederhana) atau serangkain larutan

pewarna atau reagen (Pelczar,1986)


Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk,
susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran zat pewarna khusus
diperlukan untuk melihat bentuk kapsul atau pun flagella, dan hal-hal terperinci
tertentu di dalam sel. Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan
ion negatif, yang salah satu diantaranya berwarna (Volk dan Whleer, 1998).

BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan bahan
Alat yang digunakan :
Bahan yang digunakan :
1. Mikroskop
1. Sampel koloni
2. Objek glass
2. Metilen blue
3. Ose
3. Air kran
4. Lampu spiritus
4. Oil mersi
5. Botol semprot
5. Tissue
6. Rak pewarnaan
B. Prinsip
Dalam pewarnaan sederhana hanya menggunakan satu zat warna, dalam
praktikum ini menggunakan zat warna metilen blue.
C. Cara Kerja

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan diatas meja kerja
Ambil 1-2 ose koloni bakteri, letakkan diatas objek glass
Fiksasikan
Tambahkan 1-2 tetes metilen blue diatas koloni
Diamkan selama 1-2 menit
Cuci dengan air mengalir lalu keringkan
Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran objektif 100x dan
ditambahkan oil mersi
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

Bakteri berbentuk basil berwarna ungu dengan pembesaran objektif 100x

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan dibawah mikroskop dengan menggunakan
perbesaran objektif 100 x , maka dapat disimpulkan bahwa pada sampel
tersebut ditemukan bakteri berbentuk basillus.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D,1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan


Irawan, 2008. Teknik pewarnaan. Mikroba.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo
Persada.
Syahrurachman, dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi.
Jakarta: UI Press.
http://wordbiology.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 4 April 2015
http://alexschemistry.blogspot.com/
diakses tanggal 4 April 2015

Anda mungkin juga menyukai