NURMAYANI J.SAID
1212041007
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan peradaban manusia maka perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) melaju dengan begitu pesat, sehingga
memengaruhi pola kehidupan manusia itu sendiri. Pada kenyataanya, manusia
tengah berlomba-lomba untuk mengembangkan IPTEK yang dijadikan sebagai
sarana dalam memenuhi kebutuhan hidup diberbagai bidang kehidupan tak
terkecuali dalam bidang pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang dapat mewujudkan
masyarakat yang berkualitas dan telah menjadi penopang dalam meningkatkan
sumber daya manusia. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia terus-menerus
berusaha meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum,
pengadaan buku paket, peningkatan pengetahuan pendidik, serta melakukan
berbagai penelitian terhadap faktor-faktor yang diduga memengaruhi hasil belajar.
Namun pada kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh dari yang
diharapkan. Kualitas pendidikan di sekolah diantaranya dapat dilihat dari hasil
belajar peserta didik yang dicapai oleh peserta didik di sekolah tersebut. Dengan
demikian hasil belajar peserta didik pada suatu mata pelajaran tertentu merupakan
salah satu indikator kualitas pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan pada semua mata pelajaran,
diantaranya adalah mata pelajaran fisika.
Fisika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang berperan penting
dalam meningkatkan perkembangan sains dan teknologi. Selain itu, Fisika
menjadi ilmu pengetahuan yang mendasar, karena berhubungan dengan perilaku
dan struktur benda, khususnya benda mati. Dimana ilmu pengetahuan menjadi
lebih sempurna dengan adanya fisika. Fisika merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern serta mempunyai peran penting
dalam berbagai disiplin dan memajukan daya peserta didik. Terkadang, peserta
didik menganggap fisika adalah mata pelajaran yang tidak menarik dan
diasumsikan sulit oleh mereka. Sehingga peserta didik yang demikian akan
memiliki pemikiran negatif, pesimis dan kurang termotivasi dalam proses belajar
khususnya dalam menyelesaikan masalah yang ada di dalam fisika. Sikap-sikap
tersebut tentunya akan memengaruhi hasil belajar yang akan mereka capai.
Untuk dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran dikelas
diperlukan kemampuan pendidik dalam mengembangkan metode pembelajaran
yang efektif. Metode pembelajaran yang tepat yaitu metode yang digunakan
pendidik demi menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi
peserta didik dan memungkinkan peserta didik dapat memahami materi yang
diajarkan. Upaya yang dilakukan yaitu dengan metode pembelajaran yang
melibatkan peserta didik secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga
peserta
didik
memperoleh
peningkatan
hasil
belajar.
Untuk
dapat
terlibat
1.
2.
3.
resiko.
Peserta didik jarang mengajukan pertanyaan walaupun guru sering
meminta peserta didik untuk bertanya, penyebabnya adalah karena
peserta didik terkadang merasa takut atau malu kepada gurunya dan
4.
teman-temannya.
Peserta didik melakukan kegiatan lain saat pelajaran berlangsung sebab
peserta didik lebih mudah terpengaruh oleh teman-temannya, misalnya
5.
6.
pembelajaran
Berdasarkan hasil diskusi peneliti dan guru mengenai hal-hal tersebut,
peneliti dan guru menduga metode pembelajaran yang digunakan selama ini
belum efektif. Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar
fisika peserta didik yang ditandai dengan tingkat pemahaman peserta didik
terhadap materi yang tergolong masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu
solusi untuk memperbaiki proses pembelajaran diantaranya aktivitas peserta didik
didik
yang
diajar
dengan
Manfaat Teoretis
Manfaat secara teoretis yang dapat diambil dari hasil penelitian
Manfaat Praktis
a. Bagi Peserta Didik
1) Dapat menambah pengalaman belajar peserta didik pada mata
pelajaran fisika.
2) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran
fisika.
b. Bagi Guru
1) Menambah informasi bagi guru dalam upaya meningkatkan hasil
belajar peserta didik dalam pembelajaran fisika.
2) Dapat menjadi referensi bagi guru untuk meningkatkan kreatifitas
dalam menggunakan metode pembelajaran yang inovatif.
3) Memberikan
(Pembelajaran
wawasan
Aktif,
pengetahuan
Inovatif,
tentang
Kreatif,
PAIKEM
Efektif,
dan
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Tinjauan Pustaka
1. Hasil Belajar Fisika
a. Pengertian Hasil Belajar
3.
4.
eksperimen,
Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah,
Praktikum dapat menunjang materi pembelajaran.
Alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum di atas adalah
sebagai salah satu bagian dari proses pembelajaran yang akan dilaksanakan
oleh peserta didik dengan pendidik sebagai fasilitatornya.
a.
Kelebihan Metode Eksperimen
Kelebihan metode eksperimen adalah suatu keuntungan yang
diperoleh dengan menggunakan metode tersebut. Keuntungan menggunakan
metode eksperimen adalah siswa dapat memberikan gambaran yang kongkret
tentang suatu peristiwa, dapat mengamati proses, dapat mengembangkan
keterampilan, dapat mengembangkan sifat ilmiah, membantu guru mencapai
tujuan pengajaran lebih efektif dan efisien (Arifin, 2005).
Kelebihan dari metode praktikum juga dapat membuat anak didik
lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya
sendiri daripada hanya menerima penjelasan dari guru atau buku, dapat
mengembangkan sikap eksplorasi tentang ilmu dan teknologi, juga dapat
menjadikan anak didik menjadi manusia yang dapat membawa terobosanterobosan baru dengan penemuannya sebagai hasil percobaannya yang dapat
bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia (Djamarah, 2010).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode
eksperimen adalah dapat mengembangkan keterampilan dan sikap ilmiah
peserta didik, dapat membuktikan kebenaran dari konsep yang telah
didapatkannya sehingga dapat membuat kesimpulan sendiri berdasarkan
percobaannya, bahkan nantinya bisa membuat penemuan baru sebagai hasil
dari percobaannya.
b.
Kekurangan Metode Eksperimen
Selain ada kelebihan tentu ada kekurangan, kekurangan dari metode
eksperime ini adalah menuntut berbagai peralatan yang terkadang sulit
diperoleh. Hal lain yang biasanya terjadi diantaranya adalah tidak tersedianya
laboratorium beserta peralatannya, terbatasnya waktu yang tersedia
dibandingkan materi yang harus
menggunakan
Metode
seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas
yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas
belajar, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas
siswa dalam belajar merupakan kegiatan fisik dan mental siswa selama
kegiatan belajar. Aktivitas belajar yang dilakukan sendiri oleh siswa akan
menjadikan pengetahuan yang diperoleh lebih bermakna, oleh karena itu guru
diharapkan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Selain itu, aktifitas siswa adalah aktivitas yang dilakukan oleh siswa baik
fisik maupun psikis untuk menyelesaikan suatu persoalan. Oleh sebab itu,
dalam pelaksanaan pengajaran fisika didalam kelas, diharapkan guru mampu
meningkatkan aktivitas siswa. Karena dalam pengajaran sebuah materi, siswa
akan dihadapkan pada persoalan-persoalan yang mungkin saja membutuhkan
pemahaman dan keterampilan dalam pemecahannya.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Retno Wulaningtyas dengan judul
penerapan model pembelajaran Jigsaw dengan metode eksperimen dalam
pembelajaran fisika di SMP Negeri 3 Kencong diperoleh hasil penelitian
bahwa aktivitas siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kencong tahun ajaran
2010/2011 selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Jigsaw dan metode eksperimen termasuk dalam kategori aktif.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Septi Budi Sartika dengan judul pengaruh
penerapan metode eksperimen sebagai implementasi kurikulum tingkat
satuan pendidikan terhadap prestasi belajar siswa, menunjukkan bahwa
pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar siswa.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Mutrofin Rozaq dengan judul perbedaan
prestasi belajar fisika antara siswa yang belajar dengan metode eksperimen
berbasis Konstruktivitik dan siswa yang belajar dengan metode ekperimen
terbimbing di kelas X SMA PGRI 1 Lumajang, mendapatkan hasil bahwa
nilai rata rata prestasi belajar fisika kelas eksperimen Konstruktivitik
67.87 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen terbimbing 58.11.
C. Kerangka Pikir
eksperimen
PESERTA
DIDIK
GURU
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka
hipotesis penelitian ini adalah
1. Metode Eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar Fisika Peserta
didik kelas X1 SMAN 2 Polewali.
2. Metode Eksperimen dapat meningkatkan aktivitas peserta didik kelas X 1
SMAN 2 Polewali.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Action Research
Classroom). Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X1 SMAN 2
polewali dengan jumlah peserta didik 36 orang yang
terdiri atas 25
pembelajaran
(RPP)
yang
peserta
didik
kurang
memperhatikan
dan
3) Peserta
didik
kesulitan
bergantian
dengan
temannya
d. Refleksi
1) Mengupayakan seluruh peserta didik dalam kelompok paham
akan materi yang diajarkan dan membuat proses pembelajaran
lebih efektif.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Data penelitian
a. Tes hasil belajar Fisika untuk yang berupa tes formatif setiap
selesai 1 KD
b. Observasi untuk memperoleh data tentang aktivitas belajar
dengan menggunakan angket aktivitas belajar peserta didik
2. Pengamatan kolaboratif
Peneliti melakukan pengamatan kolaboratif dengan guru bidang Studi
Fisika Kelas X1 di SMAN 2 Polewali.
3. Instrumen dan Pendekatan
a. Angket aktivitas belajar untuk data kualitatif
b. Tes hasil belajar berupa tes formatif di akhir siklus yaitu 6 butir soal
essai.
F. Teknik Analisis Data
1. Prosedur Analisis
a. Analisis data observasi untuk keaktifan peserta didik dalam proses
belajar mengajar adalah dengan persentase. Untuk menghitung rata-rata
persentase setiap aspek aktivitas siswa dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut:
Klasikal
Kualifikasi
Tuntas
Tidak Tuntas
2. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila terjadinya
peningkatan pemahaman konsep fisika, baik dari segi hasil tes setiap akhir
siklus maupun dari segi keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran. Selain itu juga, dilihat dari ketuntasan belajar fisika yakni
menjadi keberhasilan penelitian ini adalah 80% peserta didik memperoleh
skor 65 ke atas.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Mulyati. 2005. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Universitas Negeri
Malang. Malang.
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. PT
Rineka Cipta . Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Rineka Cipta. Jakarta.
Hamalik, O. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Rustaman, N. 2002. Perencanaan dan Penilaian Praktikum di Perguruan Tinggi.
http://file.upi.edu/Direktori/KD-SUMEDANG/197212262005011002.
Diakses pada tanggal 20 Maret. 2013.
Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang. UM Press.
Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi
Aksara. Jakarta.
Rumimat, Toto dkk. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Rajawali Press. Jakarta
Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Prenada Media Group. Jakarta.
Wahyuni, A. 2004. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 11 SLTP
Negeri 14 Makassar Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi:
FMIPA Universitas Negeri Makassar.