Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI METODE EKSPERIMEN


PADA PESERTA DIDIK KELAS X1 SMA NEGERI 2 POLEWALI

NURMAYANI J.SAID
1212041007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan peradaban manusia maka perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) melaju dengan begitu pesat, sehingga
memengaruhi pola kehidupan manusia itu sendiri. Pada kenyataanya, manusia
tengah berlomba-lomba untuk mengembangkan IPTEK yang dijadikan sebagai
sarana dalam memenuhi kebutuhan hidup diberbagai bidang kehidupan tak
terkecuali dalam bidang pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang dapat mewujudkan
masyarakat yang berkualitas dan telah menjadi penopang dalam meningkatkan
sumber daya manusia. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia terus-menerus
berusaha meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum,
pengadaan buku paket, peningkatan pengetahuan pendidik, serta melakukan
berbagai penelitian terhadap faktor-faktor yang diduga memengaruhi hasil belajar.
Namun pada kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh dari yang
diharapkan. Kualitas pendidikan di sekolah diantaranya dapat dilihat dari hasil
belajar peserta didik yang dicapai oleh peserta didik di sekolah tersebut. Dengan
demikian hasil belajar peserta didik pada suatu mata pelajaran tertentu merupakan
salah satu indikator kualitas pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan pada semua mata pelajaran,
diantaranya adalah mata pelajaran fisika.
Fisika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang berperan penting
dalam meningkatkan perkembangan sains dan teknologi. Selain itu, Fisika
menjadi ilmu pengetahuan yang mendasar, karena berhubungan dengan perilaku
dan struktur benda, khususnya benda mati. Dimana ilmu pengetahuan menjadi
lebih sempurna dengan adanya fisika. Fisika merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern serta mempunyai peran penting
dalam berbagai disiplin dan memajukan daya peserta didik. Terkadang, peserta
didik menganggap fisika adalah mata pelajaran yang tidak menarik dan
diasumsikan sulit oleh mereka. Sehingga peserta didik yang demikian akan

memiliki pemikiran negatif, pesimis dan kurang termotivasi dalam proses belajar
khususnya dalam menyelesaikan masalah yang ada di dalam fisika. Sikap-sikap
tersebut tentunya akan memengaruhi hasil belajar yang akan mereka capai.
Untuk dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran dikelas
diperlukan kemampuan pendidik dalam mengembangkan metode pembelajaran
yang efektif. Metode pembelajaran yang tepat yaitu metode yang digunakan
pendidik demi menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi
peserta didik dan memungkinkan peserta didik dapat memahami materi yang
diajarkan. Upaya yang dilakukan yaitu dengan metode pembelajaran yang
melibatkan peserta didik secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga
peserta

didik

memperoleh

peningkatan

hasil

belajar.

Untuk

dapat

mengembangkan metode pembelajaran yang efektif pendidik harus memiliki


pengetahuan luas mengenai metode yang akan dikembangkan. Belajar fisika
berarti belajar konsep, struktur suatu konsep dan menghubungkan antara konsep
tersebut. Oleh sebab itu, pembelajaran fisika yang pada dasarnya mempelajari
fenomena alam yang terjadi, maka setiap fenomena tersebut harus dikaji secara
ilmiah untuk mendapatkan konsepsi yang terdapat pada setiap fenomena yang
terjadi tersebut. Oleh karena itu, peserta didik diberi kesempatan untuk
mengidentifikasi

suatu peristiwa atau situasi. Dimana peserta didik

terlibat

langsung menyelidiki objek-objek, suatu peristiwa atau keadaan dapat


membangkitkan minat belajar peserta didik.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti pada SMA
Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali tentang hasil belajar peserta didik di kelas
X1 diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik di kelas tersebut
kurang serius dalam belajar sehingga kurang memahami materi terutama pada
mata pelajaran Fisika. Hal tersebut menyebabkan hasil belajar yang tergolong
rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian siswa pada
semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 yang masih berada di bawah nilai standar
yang telah ditetapkan. Adapun beberapa faktor dari aktivitas siswa yang menjadi
penyebab siswa kurang memahami materi pada saat proses belajar mengajar
berlangsung, diantaranya:

1.

Peserta didik cenderung kurang aktif dalam pembelajaran fisika


(misalnya dalam memperhatikan dan menanggapi penjelasan guru),
salah satu penyebabnya adalah metode mengajar guru yang masih
monoton, dimana guru tersebut masih menggunakan metode yang sama
dalam setiap pembelajaran fisika sehingga pelajaran fisika dianggap
sulit, tidak menarik bagi peserta didik, serta menyebabkan peserta didik

2.

terkadang merasa mengantuk pada saat belajar.


Minat belajar peserta didik yang masih rendah, penyebabnya adalah
rasa ingin tahu mereka yang masih rendah, mudah bosan pada saat
pelajaran berlangsung, tidak percaya diri, dan tidak berani mengambil

3.

resiko.
Peserta didik jarang mengajukan pertanyaan walaupun guru sering
meminta peserta didik untuk bertanya, penyebabnya adalah karena
peserta didik terkadang merasa takut atau malu kepada gurunya dan

4.

teman-temannya.
Peserta didik melakukan kegiatan lain saat pelajaran berlangsung sebab
peserta didik lebih mudah terpengaruh oleh teman-temannya, misalnya

5.

bercerita dengan teman sehingga tidak memperhatikan penjelasan guru.


Metode mengajar yang digunakan oleh guru masih menggunakan
metode ceramah, dimana pada proses pembelajaran masih berpusat

6.

pada guru bukan pada peserta didik.


Selain itu, dalam proses pembelajaran fisika pendidik dalam
mengajarkan fisika lebih menekankan pada persamaan matematisnya
sehingga pemahaman akan konsep fisika tidak diketahui oleh peserta
didik. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran kurang
menyenangkan dan peserta didik kurang aktif dalam proses

pembelajaran
Berdasarkan hasil diskusi peneliti dan guru mengenai hal-hal tersebut,
peneliti dan guru menduga metode pembelajaran yang digunakan selama ini
belum efektif. Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar
fisika peserta didik yang ditandai dengan tingkat pemahaman peserta didik
terhadap materi yang tergolong masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu
solusi untuk memperbaiki proses pembelajaran diantaranya aktivitas peserta didik

selama proses pembelajaran dan diharapkan terjadinya peningkatan pemahaman


peserta didik terhadap materi sehingga hasil belajar dapat meningkat.
Selanjutnya observasi lebih lanjut terhadap peserta didik di kelas X 1
SMAN 2 polewali diketahui bahwa peserta didik di kelas tersebut lebih tertarik
pada sesuatu yang dapat mereka amati secara langsung yaitu suatu peristiwa dan
membuktikan secara langsung teori yang mereka ketahui misalnya melakukan
suatu percobaan untuk melihat suatu peristiwa dan membuktikan pengetahuan
konsep yang mereka miliki. Oleh karena itu peneliti mengambil kesimpulan
bahwa pembelajarn akan efektif apabila pembelajaran fisika di ajarkan dengan
metode yang membuat peserta didik aktif secara langsung mengamati tentang
suatu peristiwa dan mengamati suatu proses dalam pembelajaran fisika.
Alternative untuk mengatasi masalah di atas yaitu pendidik harus
merancang suatu pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung
untuk mengidentifikasi suatu fenomena yang ada atau aspek-aspek permasalahan
untuk meningkatkan pengetahuan konsep yang dimiliki oleh peserta didik,
sehingga akan terjadi interaksi antara peserta didik untuk mendapatkan solusi dari
setiap masalah yang diberikan. Salah satu alternative dalam mengatasi masalah
tersebut adalah metode eksperimen. Metode eksperimen adalah salah satu cara
mengajar dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan
percobaan. Penggunaan metode eksperimen tersebut, mempunyai tujuan agar
peserta didik aktif dalam pembelajaran fisika dan mengetahui konsep fisika
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik tersebut.
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis merasa perlu melakukan penelitian
tindakan kelas pada proses pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen
yang berlangsung pada X1 SMA Negeri 2 Polewali. Adapun judul yang diangkat
peneliti yaitu Peningkatan Hasil Belajar Fisika Melalui Metode Eksperimen
Pada Peserta Didik Kelas X1 Sma Negeri 2 Polewali.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar fisika yang diajar dengan


menggunakan metode eksperimen pada peserta didik kelas X1 SMA Negeri
2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar ?
2. Bagaimana aktivitas belajar peserta

didik

yang

diajar

dengan

menggunakan metode eksperimen di kelas X1 SMA Negeri 2 Polewali


Kabupaten Polewali Mandar ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan hasil belajar fisika dengan menggunakan metode
eksperimen pada peserta didik kelas X1 SMAN 2 Polewali.
2. Untuk meningkatkan aktivitas belajar Fisika dengan metode eksperimen
pada peserta didik kelas X1 SMAN 2 Polewali.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan hasil penelitian dapat diklasifikasikan menjadi
manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1.

Manfaat Teoretis
Manfaat secara teoretis yang dapat diambil dari hasil penelitian

tindakan kelas ini adalah dapat menambah pengetahuan dan pengalaman


dalam rangka peningkatan hasil belajar fisika melalui penerapan metode
eksperimen. Selain itu diharapkan pula penelitian ini dapat dijadikan sumber
informasi untuk penelitian-penelitian berikutnya yang relevan.
2.

Manfaat Praktis
a. Bagi Peserta Didik
1) Dapat menambah pengalaman belajar peserta didik pada mata
pelajaran fisika.
2) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran
fisika.
b. Bagi Guru
1) Menambah informasi bagi guru dalam upaya meningkatkan hasil
belajar peserta didik dalam pembelajaran fisika.
2) Dapat menjadi referensi bagi guru untuk meningkatkan kreatifitas
dalam menggunakan metode pembelajaran yang inovatif.

3) Memberikan
(Pembelajaran

wawasan
Aktif,

pengetahuan
Inovatif,

tentang

Kreatif,

PAIKEM

Efektif,

dan

Menyenangkan), khususnya melalui metode eksperimen.


c. Bagi Sekolah
Penggunaan metode eksperimen dapat memberikan kontribusi
positif bagi sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.

BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Tinjauan Pustaka
1. Hasil Belajar Fisika
a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri sesorang karena


pengalaman yang telah dilalui, dimana belajar disini tidak hanya melalui
proses perolehan ilmu tetapi juga disebabkan karena adanya pengalaman
yang dialami seseorang. Dengan belajar seseorang dapat memiliki banyak
informasi mengenai suatu hal, dimana dengan belajar sesorang dapat
mengalami perubahan baik perubahan tingkah laku, pengetahuan ataupun
keterampilan yang dimiliki.
Menurut Sanjaya (2010), belajar adalah proses perubahan melalui
kegiatan atau prosedur latihan baik di dalam laboratorium maupun dalam
lingkungan alamiah. Penjelasan yang sama dijelaskan oleh Rumimat (2011)
yang menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas yang disengaja dan
dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan
belajar yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu
melakukan sesuatu atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.
Dengan belajar siswa akan memperoleh suatu hasil belajar, dimana
hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi
peserta didik dan dari pendidik. Dari sisi peserta didik, hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan
pada saat sebelum belajar dan sesudah belajar. Sedangkan dari sisi guru,
hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran (Dimyati dan
Mudjiono, 2010).
Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan
dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2006).
Berdasarkan berbagai defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar yang diharapkan pada pembelajaran ini adalah adanya perubahan
tingkah laku dari peserta didik dan pendidik. Peserta didik dapat memahami
materi yang diberikan yang dapat dilihat dari ketuntasan setiap indikator.
pendidik dapat menyelesaikan bahan pelajaran serta tercipta interaksi antara
pendidik dan peserta didik. Belajar disini bukanlah sebuah tujuan,
melainkan suatu proses yang berkesinambungan atau secara sistematis
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dimana didalamnya secara

jelas terjadi interaksi antara individu dengan lingkungan atau melalui


pengalaman baik secara sengaja maupun tidak sengaja yang menghasilkan
perubahan (menjadi lebih baik) maupun perbaikan pada sikap dan perilaku
yang bersifat menetap atau permanen.
Dari penjelasan tersebut dapat dirangkum bahwa hasil belajar yang
diharapkan pada pembelajaran kali ini adalah penilaian hasil belajar yang
penilaiannya dapat dilakukan setelah proses belajar mengajar selesai dan
semua indikator sudah terlaksana sehingga terjadi perubahan tingakah laku
pendidik dan peserta didik. Dimana peserta didik dapat memahami materi
yang diberikan sesuai dengan indikator dan pendidik dapat meyelesaikan
semua bahan pelajaran.
b. Hasil Belajar Fisika
Hasil belajar fisika adalah sesuatu yang diperoleh setelah
pembelajaran fisika dilakukan. Hasil belajar tersebut merupakan
kecapakan seseorang siswa yang dapat di ukur langsung dengan
menggunakan tes hasil belajar atau dengan kata lain hasil belajar fisika
menggambarkan tingkat penggunaan pesrta didik dalam pelajaran fisika
yang dicerminkan oleh skor yang diperoleh dalam tes hasil belajar fisika.
Hasil belajar Fisika adalah suatu kecakapan/kemampuan nyata dan
dapat diukur langsung dengan menggunakan alat evaluasi yang disebut tes
hasil belajar. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Mulyono
(Wahyuni, 2004:8) bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
anak melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari
seseorang, dimana hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh intelegensi dan
penguasaan awal anak tentang materi yang akan dipelajari.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar fisika adalah suatu hasil dari proses belajar Fisika yang
diperoleh seorang anak dalam kurun waktu tertentu serta dapat diukur
dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan tes hasil belajar.
2. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana peserta
didik melakukan sendiri percobaan dengan mengalami dan membuktikan

sendiri sesuatu yang dipelajari. Proses belajar mengajar dengan metode


praktikum memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu
objek, keadaan, atau proses sesuatu (Djamarah, 2006).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen
adalah metode dimana siswa melakukan, mengamati, membuktikan dan
menarik suatu kesimpulan sendiri tentang proses ilmu yang diperolehnya
dengan menggunakan alat-alat praktikum sehingga ilmu hasil belajar yang
diperolehnya bisa bertahan lebih lama.
Rustaman (2002), mengemukakan empat alasan mengenai pentingnya
kegiatan praktikum antara lain:
1.
2.

Praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA,


Praktikum dapat mengembangkan keterampilan dasar melakukan

3.
4.

eksperimen,
Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah,
Praktikum dapat menunjang materi pembelajaran.
Alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum di atas adalah

dengan adanya motivasi dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik


untuk mengetahui atau membuktikan keingintahuannya tentang pengetahuan
terhadap alam dan sekitarnya, sehingga peserta didik dapat mengembangkan
kemampuan dasarnya melalui suatu ekperimen seperti peserta didik dapat
mengobservasi secara cermat, sebagai bahan latihan untuk mengukur secara
akurat baik dengan instrument sederhana sampai dengan menggunakan
instrument yang lebih canggih. Dari kegiatan yang dilakukan tersebut dapat
menuntut peserta didik melakukan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah,
dan menunjang materi pembelajaran, dimana peserta didik dapat membangun
sendiri konsep dan kepekaan terhadap gejala alam yang diamatinya,
kemudian menyimpulkan data hasil eksperimen yang telah dilakukannya.
Dengan mempertimbangkan alasan tersebut, pendidik dapat
merancang strategi dan metode yang didalamnya terdapat kegiatan praktikum
yang harus dilakukan oleh peserta didik. Kegiatan praktikum dapat dijadikan

sebagai salah satu bagian dari proses pembelajaran yang akan dilaksanakan
oleh peserta didik dengan pendidik sebagai fasilitatornya.
a.
Kelebihan Metode Eksperimen
Kelebihan metode eksperimen adalah suatu keuntungan yang
diperoleh dengan menggunakan metode tersebut. Keuntungan menggunakan
metode eksperimen adalah siswa dapat memberikan gambaran yang kongkret
tentang suatu peristiwa, dapat mengamati proses, dapat mengembangkan
keterampilan, dapat mengembangkan sifat ilmiah, membantu guru mencapai
tujuan pengajaran lebih efektif dan efisien (Arifin, 2005).
Kelebihan dari metode praktikum juga dapat membuat anak didik
lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya
sendiri daripada hanya menerima penjelasan dari guru atau buku, dapat
mengembangkan sikap eksplorasi tentang ilmu dan teknologi, juga dapat
menjadikan anak didik menjadi manusia yang dapat membawa terobosanterobosan baru dengan penemuannya sebagai hasil percobaannya yang dapat
bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia (Djamarah, 2010).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode
eksperimen adalah dapat mengembangkan keterampilan dan sikap ilmiah
peserta didik, dapat membuktikan kebenaran dari konsep yang telah
didapatkannya sehingga dapat membuat kesimpulan sendiri berdasarkan
percobaannya, bahkan nantinya bisa membuat penemuan baru sebagai hasil
dari percobaannya.
b.
Kekurangan Metode Eksperimen
Selain ada kelebihan tentu ada kekurangan, kekurangan dari metode
eksperime ini adalah menuntut berbagai peralatan yang terkadang sulit
diperoleh. Hal lain yang biasanya terjadi diantaranya adalah tidak tersedianya
laboratorium beserta peralatannya, terbatasnya waktu yang tersedia
dibandingkan materi yang harus

diberikan kepada siswa sesuai dengan

tuntutan kurikulum, serta mahalnya alat dan bahan praktikum (Rustaman,


2005).
Kelemahan metode eksperimen juga dipaparkan oleh Slameto (1991)
yaitu memerlukan banyak waktu, seringkali memerlukan fasilitas yang

banyak, pengawasannya kurang efektif kalau instrukturnya terbatas terutama


untuk kelas yang besar.
Dari kedua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
kelemahan metode praktikum adalah peralatan, bahan dan waktu yang
digunakan terlalu banyak sehingga pelaksanaannya bisa tidak maksimal
apalagi dalam jumlah kelas yang besar, serta pengawasan juga menjadi
kurang efektif jika instrukturnya terbatas.
c. Langkah-langkah metode eksperimen
Langkah-langkah pembelajaran dengan

menggunakan

Metode

eksperimen adalah suatu urutan kegiatan yang dilakukan secara sistematis


dengan menggunakan suatu metode pembelajaran yaitu metode eksperimen.
Pada pelaksanaan eksperimen agar hasil yang diharapkan dapat dicapai
dengan baik maka perlu dilakukan langkah-langkah. Adapun langkah-langkah
metode eksperimen yang diadopsi dari Rustam (2005) adalah:
1) Langkah persiapan
a) Sebelum melaksanakan praktikum, guru mempersiapan alat dan
bahan yang diperlukan.
b) Guru membagikan penuntun praktikum dan lembar hasil pengamatan
2) Langkah pelaksanaan
a) Siswa mengambil alat dan bahan yang diperlukan.
b) Siswa melakukan praktikum sesuai dengan penuntun.
c) Selama berlangsungnya proses pelaksanaan praktikum. Guru perlu
melakukan observasi terhadap proses praktikum yang sedang
dilaksanakan baik secara menyeluruh maupun perkelompok.
3) Langkah setelah praktikum
a) Siswa mengisi lembar hasil pengamatan.
b) Mendiskusikan masalah-masalah yang terjadi selama praktikum.
c) Memeriksa kebersihan alat dan bahan dan menyimpan kembali
semua perlengkapan praktikum.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah
metode eksperimen terdapat 3 tahap yaitu langkah persiapan, langkah
pelaksanaan dan langkah tindak lanjut. Pada langkah pertama yang berperan
penting dalam hal tersebut adalah pendidik, dimana sebelum melakukan
praktikum persiapan harus dilakukan dengan baik, alat dan bahan dan
mambagikan penuntun praktikum. Pada langkah kedua peserta didik sudah
berperan mulai dari penyiapan alat dan bahan sampai pelaksanaan

praktikumnya, tapi pendidik harus selalu melakukan observasi selama


kegiatan praktikum berlangsung. Pada tahap akhir, peserta didik sangat
berperan karena peserta didik yang membuat hasil pengamatan yang telah
dilakukan, melakukan diskusi kelas maupun teman kelompoknya terhadap
masalah-masalah yang dilakukan selama kegiatan praktikum berlangsung,
disini pendidik hanya berperan untuk meluruskan masalah-masalah yang
telah mereka diskusikan.
3. Aktivitas Siswa
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam
interaksi belajar-mengajar, sebab pada dasarnya belajar adalah sebuah proses.
Oleh karena itu dalam proses pembelajaran sangat diperlukan keaktifan
peserta didik agar proses pembelajaran menjadi optimal.
Sehubungan dengan hal ini, Thorndike (dalam Dimyati & Mudjiono,
2010:45) mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum law
of exercise-nya menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihanlatihan. Sedangkan Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan
mengemukakan bahwa individu merupakan manusia belajar yang aktif
selalu ingin tahu, social. (Dimyati & Mudjiono, 2010:45)
Selain itu, John Dewey (dalam Dimyati & Mudjiono, 2010:44) juga
mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan
siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri.
Guru sekadar pembimbing dan pengarah.
Gage & Berliner mengemukakan bahwa menurut teori kognitif,
belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi
yang kita terima, tidak sekadar menyimpannya saja tanpa mengadakan
transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan
mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mecari, menemukan dan
meggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajamengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan
menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan.
(Dimyati & Mudjiono, 2010:44)

Menurut Dimyati & Mudjiono (2010:45), dalam setiap proses belajar,


siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam
bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan
psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar,
menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh
kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki
dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep
dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang
lain.Dalam interaksi belajar-mengajar diketahui bahwa proses belajar yang
dilakukan oleh siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Proses belajar
merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan belajar. Aktivitas belajar
dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu.
Aktivitas belajar tersebut juga dapat diketahui oleh guru dari perlakuan siswa
terhadap bahan belajar. Proses belajar sesuatu yang dialami oleh siswa dan
aktivitas belajar sesuatu dapat diamati oleh guru.
Selama proses belajar dituntut adanya aktvitas siswa untuk
mendengarkan, memperhatikan dan mencerna pelajaran yang diberikan guru,
disamping itu sangat dimungkinkan para siswa memberikan balikan berupa
pertanyaan, gagasan pikiran, perasaan, kenginannya. Guru hendaknya mampu
membina rasa keberanian, keingintahuan siswa, untuk itu siswa hendaknya
merasa aman, nyaman, dan kondusif dalam belajar. Peran guru dalam
pembelajaran siswa aktif adalah sebagai fasilitator dan pembimbing siswa
yang memberi berbagai kemudahan siswa dalam belajar serta mampu
mendorong siswa untuk belajar seoptimal mungkin. (Wiratmoyo, 2005:14)
Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam
proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Aktivitas yang dimaksudkan disini penekanannya adalah pada siswa, sebab
dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi
belajar aktif. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan
salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar.
Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku

seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas
yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas
belajar, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas
siswa dalam belajar merupakan kegiatan fisik dan mental siswa selama
kegiatan belajar. Aktivitas belajar yang dilakukan sendiri oleh siswa akan
menjadikan pengetahuan yang diperoleh lebih bermakna, oleh karena itu guru
diharapkan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Selain itu, aktifitas siswa adalah aktivitas yang dilakukan oleh siswa baik
fisik maupun psikis untuk menyelesaikan suatu persoalan. Oleh sebab itu,
dalam pelaksanaan pengajaran fisika didalam kelas, diharapkan guru mampu
meningkatkan aktivitas siswa. Karena dalam pengajaran sebuah materi, siswa
akan dihadapkan pada persoalan-persoalan yang mungkin saja membutuhkan
pemahaman dan keterampilan dalam pemecahannya.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Retno Wulaningtyas dengan judul
penerapan model pembelajaran Jigsaw dengan metode eksperimen dalam
pembelajaran fisika di SMP Negeri 3 Kencong diperoleh hasil penelitian
bahwa aktivitas siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kencong tahun ajaran
2010/2011 selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Jigsaw dan metode eksperimen termasuk dalam kategori aktif.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Septi Budi Sartika dengan judul pengaruh
penerapan metode eksperimen sebagai implementasi kurikulum tingkat
satuan pendidikan terhadap prestasi belajar siswa, menunjukkan bahwa
pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar siswa.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Mutrofin Rozaq dengan judul perbedaan
prestasi belajar fisika antara siswa yang belajar dengan metode eksperimen
berbasis Konstruktivitik dan siswa yang belajar dengan metode ekperimen
terbimbing di kelas X SMA PGRI 1 Lumajang, mendapatkan hasil bahwa
nilai rata rata prestasi belajar fisika kelas eksperimen Konstruktivitik
67.87 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen terbimbing 58.11.
C. Kerangka Pikir

Penerapan metode eksperimen dapat membantu membangun kondisi


belajar peserta didik agar lebih aktif ketika proses pembelajaran berlangsung.
Dalam metode eksperimen peserta didik melakukan percobaan secara
langsung, dengan melakukan percobaan secara langsung tersebut peserta didik
dapat aktif dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik lebih memahami
teori mengenai fakta, konsep dan prinsip yang telah diajarkan.
Dengan diterapkannya pembelajaran dengan metode

eksperimen

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

PESERTA
DIDIK

GURU

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN


BERBASIS MASALAH

AKTIFITAS SISWA MENINGKAT

HASIL BELAJAR MENINGKAT

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka
hipotesis penelitian ini adalah
1. Metode Eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar Fisika Peserta
didik kelas X1 SMAN 2 Polewali.
2. Metode Eksperimen dapat meningkatkan aktivitas peserta didik kelas X 1
SMAN 2 Polewali.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Action Research
Classroom). Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X1 SMAN 2
polewali dengan jumlah peserta didik 36 orang yang

terdiri atas 25

perempuan dan 11 laki-laki. Penelitian ini akan berlangsung selama 2 bulan


dengan mencakup 2 siklus.
B. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian adalah peserta didik kelas X1 SMAN 2 polewali
dengan jumlah peserta didik 36 orang yang terdiri atas 25 perempuan dan 11
laki-laki.
C. Variabel Penelitian Tindakan
1. Variabel Masalah
Variabel Masalah pada penelitian ini adalah Hasil belajar fisika peserta
didik
2. Variabel Tindakan
Variabel Tindakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dalam
pembelajaran Fisika di kelas X1 SMAN 2 polewali.
D. Desain Tindakan
Prosedur penelitianyang akan dilakukan, direncanakan dua siklus
dengan menggunakan Model Kurt Lewin untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar fisika menggunakan metode eksperimen kelas yang digambarkan


sebagai berikut

Gambar 1. Skema Prosedur Pelaksanaan Tindakan


1. Persiapan

1) Telaah kurikulum SMA Negeri 2 Polewali untuk mata pelajaran


fisika dan pengadaan literatur.
2) Menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran

(RPP)

yang

disesuaikan dengan metode eksperimen pada pembelajaran fisika.


3) Menyiapkan Lembar Kerja peserta didik yang akan digunakan pada
setiap pertemuan.
4) Membuat lembar observasi aktivitas peserta didik dalam proses
pembelajaran yaitu dengan melihat kondisi pembelajaran di kelas
pada saat proses pembelajaran berlangsung.
5) Membuat alat evaluasi yang akan digunakan berupa tes di setiap
akhir siklus untuk melihat apakah hasil belajar fisika telah meningkat
setelah penerapan metode eksperimen.
6) Membuat angket respon yang akan digunakan untuk melihat respon
peserta didik (aktivitas peserta didik) terhadap penerapan metode
eksperimen.
2. Pelaksanaan
Siklus I
a. Perencanaan
1) Pembagian kelompok belajar peserta didik menjadi 4 kelompok
dengan masing masing kelompok 9 orang
2) Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran fisika di
kelas.
3) Pengamatan aktivitas peserta didik dalam menerima pelajaran
b. Tindakan
1) Membagi kelompok belajar peserta didik menjadi 4 kelompok
dengan masing masing 9 orang.
2) Menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran fisika di
kelas
3) Mengamati aktivitas peserta didik dalam menerima pelajaran
c. Pengamatan
1) Kebanyakan

peserta

didik

kurang

mengganggu teman yang lain.


2) Aktivitas peserta didik ribut dikelas.

memperhatikan

dan

3) Peserta

didik

kesulitan

bergantian

dengan

temannya

kelompoknya untuk melakukan percobaan sehingga suasana


kelas menjadi gaduh
d. Refleksi
1) Bagaimana membuat seluruh peserta didik lebih memahami
percobaan yang dilakukan?
2) Bagaimana membuat seluruh peserta didik aktif dalam
penyelidikan dan suasana kelas tidak gaduh?
Siklus II
a. Revisi Perencanaan
1) Mengubah jumlah kelompok belajar peserta didik menjadi lebih
kecil yaitu menjadi 6 kelompok dengan masing masing 6
orang
2) Pemberian contoh penyelidikan untuk setiap kelompok
3) Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran dikelas.
4) Pengamatan aktvitas peserta didik dalam pengajaran Fisika di
kelas.
b. Tindakan
1) Membagi kelompok belajar peserta didik menjadi 6 kelompok
dengan masing masing 6 orang.
2) Memberi contoh penyelidikan untuk setiap kelompok
3) Menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran dikelas
4) Mengamati aktvitas peserta didik dalam pengajaran Fisika di
kelas.
c. Pengamatan
1) Pembelajaran dengan metode eksperimen dilakukan dengan
yang lebih kecil menjadi lebih efektif
2) Hampir seluruh peserta didik memahami materi fisika yang
diajarkan.
3) Dengan tes atau pertanyaan yang diberikan kepada peserta
didik, hampir seluruhnya dapat menjawab dengan benar.

4) Proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen


membuat seluruh peserta didik aktif dalam proses pembelajaran
dan semangat dalam belajar.

d. Refleksi
1) Mengupayakan seluruh peserta didik dalam kelompok paham
akan materi yang diajarkan dan membuat proses pembelajaran
lebih efektif.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Data penelitian
a. Tes hasil belajar Fisika untuk yang berupa tes formatif setiap
selesai 1 KD
b. Observasi untuk memperoleh data tentang aktivitas belajar
dengan menggunakan angket aktivitas belajar peserta didik
2. Pengamatan kolaboratif
Peneliti melakukan pengamatan kolaboratif dengan guru bidang Studi
Fisika Kelas X1 di SMAN 2 Polewali.
3. Instrumen dan Pendekatan
a. Angket aktivitas belajar untuk data kualitatif
b. Tes hasil belajar berupa tes formatif di akhir siklus yaitu 6 butir soal
essai.
F. Teknik Analisis Data
1. Prosedur Analisis
a. Analisis data observasi untuk keaktifan peserta didik dalam proses
belajar mengajar adalah dengan persentase. Untuk menghitung rata-rata
persentase setiap aspek aktivitas siswa dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut:

1. Frekuensi setiap aspek aktivitas siswa pada masing-masing


pertemuan, dihitung dengan menjumlahkan frekuensi setiap aspek
yang muncul pada setiap siswa yang diamati.
2. Persentase setiap aspek aktivitas siswa pada masing-masing
pertemuan, dihitung dengan membagi jumlah frekuensi setiap aspek
dengan jumlah frekuensi semua aspek pada semua siswa yang
diamati.
3. Rata-rata persentase setiap aspek aktivitas siswa, dihitung dengan
membagi jumlah persentase, setiap aspek untuk semua pertemuan
dengan banyak pertemuan.
Adapun penentuan kategori aspek aktivitas siswa berdasarkan
kriteria berikut.
Tabel 3.1 Kategori Aspek Aktivitas Siswa
No
Skor Rata-Rata
Kategori
1
1,0 1,4
Sangat Tidak Baik
2
1,5 2,4
Tidak Baik
3
2,5 3,4
Baik
4
3,5 4,0
Sangat Baik
Sumber: Djaya (dalam Kendran, 2015:69)
b. Data hasil belajar yang dikumpulkan kemudian yang dianalisis secara
kualitatif yang didukung oleh data kuantitatif. Data kuantitatif disini
diperoleh dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu skor rata-rata,
persentase, standar deviasi, nilai minimun dan nilai maksimum yang
dicapai siswa setiap siklus serta kategori hasil belajar. Dalam penelitian
ini batas ketuntasan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu tuntas
dan tidak tuntas berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata
pelajaran fisika kelas X1 SMA Negeri 2 Polewali.
Tabel 3.2 Kriteria Kelulusan
Kriteria Kelulusan
Individu

Klasikal

Kualifikasi
Tuntas

Tidak Tuntas

2. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila terjadinya
peningkatan pemahaman konsep fisika, baik dari segi hasil tes setiap akhir
siklus maupun dari segi keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran. Selain itu juga, dilihat dari ketuntasan belajar fisika yakni
menjadi keberhasilan penelitian ini adalah 80% peserta didik memperoleh
skor 65 ke atas.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Mulyati. 2005. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Universitas Negeri
Malang. Malang.
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. PT
Rineka Cipta . Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Rineka Cipta. Jakarta.
Hamalik, O. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Rustaman, N. 2002. Perencanaan dan Penilaian Praktikum di Perguruan Tinggi.
http://file.upi.edu/Direktori/KD-SUMEDANG/197212262005011002.
Diakses pada tanggal 20 Maret. 2013.
Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang. UM Press.
Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi
Aksara. Jakarta.
Rumimat, Toto dkk. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Rajawali Press. Jakarta
Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Prenada Media Group. Jakarta.
Wahyuni, A. 2004. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 11 SLTP
Negeri 14 Makassar Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi:
FMIPA Universitas Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai