Anda di halaman 1dari 121

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan


kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas berkat dan anugrah-Nya, kami
kelompok 7 selaku pencerita kembali
dapat menyelesaikan buku berjudulkan
Kumpulan Legenda Nusantara ini.
Buku ini berisi kumpulan-kumpulan
legenda Nusantara. Sebagaimana yang
kita ketahui bahwa legenda-legenda
Nusantara seringkali terlupakan oleh
anak-anak hingga orang tua di masa
modern ini. Oleh karena itu, buku ini
dapat membantu semua kalangan untuk
mengenal legenda-legenda di Nusantara.
Kami sebagai pencerita kembali
sadar bahwa dalam penyusunan buku ini
terdapat banyak kekurangan. Maka dari
itu, penyusun mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak. Dan semoga
buku ini dapat berguna bagi semua
pembaca.
Makassar, November 2013
FICSYcompany
1

Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar................................... 1
Daftar Isi............................................. 2
Danau Lipan................................ 4
Legenda Danau Toba................... 10
Malin Kundang............................ 15
Legenda Batu Menangis.............. 22
Asal-Usul Kota Banyuwangi......... 27
Rara Jonggrang........................... 34
Asal-Usul Kota Surabaya............. 40
Ande-Ande Lumut........................ 46
Legenda Rawa Pening................. 49
Legenda Reog Ponorogo.............. 52
Sawunggaling.............................. 59
Asal-Usul Telaga Warna............... 68
Gunung Tangkuban Perahu.......... 72
Asal Usul Nama Salatiga............. 76
Manik Angkeran.......................... 80
Telaga Pasir................................. 85
Sawerigading.............................. 90
Daftar Pustaka....................................
...........................................................107
2

About FICSY........................................
...........................................................108

Legenda Danau Lipan


Cerita Rakyat Muara Kaman,
Kalimantan Selatan

Di

kecamatan Muara Kaman kurang lebih


120 km di hulu Tenggarong ibukota
Kabupaten
Kutai
Kartanegara
di
Kalimantan Timur ada sebuah daerah
yang terkenal dengan nama Danau Lipan.
Meskipun
bernama
Danau,
daerah
tersebut bukanlah danau seperti Danau
Jempang dan Semayang. Daerah itu
merupakan padang luas yang ditumbuhi
semak dan perdu.
4

Dahulu kala kota Muara Kaman dan


sekitarnya
merupakan
lautan.
Tepi
lautnya ketika itu ialah di Berubus,
kampung Muara Kaman Ulu yang lebih
dikenal dengan nama Benua Lawas. Pada
masa itu ada sebuah kerajaan yang
bandarnya sangat ramai dikunjungi
karena terletak di tepi laut.
Terkenallah pada masa itu di
kerajaan tersebut seorang putri yang
cantik jelita. Sang putri bernama Putri Aji
Bedarah Putih. Ia diberi nama demikian
tak lain karena bila sang putri ini makan
sirih dan menelan air sepahnya maka
tampaklah air sirih yang merah itu
mengalir melalui kerongkongannya.
Kejelitaan dan keanehan Putri Aji
Bedarah Putih ini terdengar pula oleh
seorang Raja Cina yang segera Berangkat
dengan
Jung
besar
beserta
Bala
tentaranya dan berlabuh di laut depan
istana Aji Bedarah Putih. Raja Cina pun
segera naik ke darat untuk melamar Putri
jelita.
5

Sebelum Raja Cina menyampaikan


pinangannya, oleh Sang Putri terlebih
dahulu raja itu dijamu dengan santapan
bersama. Tapi malang bagi Raja Cina, ia
tidak mengetahui bahwa ia tengah diuji
oleh Putri yang tidak saja cantik jelita
tetapi juga pandai dan bijaksana. Tengah
makan dalam jamuan itu, puteri merasa
jijik melihat kejorokan bersantap dari si
tamu. Raja Cina itu ternyata makan
dengan
cara
menyesap,
tidak
mempergunakan
tangan
melainkan
langsung dengan mulut seperti anjing.
Betapa jijiknya Putri Aji Bedarah
Putih dan ia pun merasa tersinggung,
seolah-olah
Raja
Cina
itu
tidak
menghormati dirinya disamping jelas
tidak dapat menyesuaikan diri. Ketika
selesai santap dan lamaran Raja Cina
diajukan, serta merta Sang Putri menolak
dengan penuh murka sambil berkata,
Betapa hinanya seorang putri berjodoh
dengan manusia yang cara makannya
saja menyesap seperti anjing.

Penghinaan yang luar biasa itu tentu


saja membangkitkan kemarahan luar
biasa pula pada Raja Cina itu. Sudah
lamarannya
ditolak
mentah-mentah,
hinaan pula yang diterima. Karena sangat
malu dan murkanya, tak ada jalan lain
selain ditebus dengan segala kekerasaan
untuk menundukkan Putri Aji Bedarah
Putih. Ia pun segera menuju ke jungnya
untuk kembali dengan segenap Bala
tentara yang kuat guna menghancurkan
kerajaan dan menawan Putri.
Perang dahsyat pun terjadilah antara
Bala tentara Cina yang datang bagai
gelombang pasang dari laut melawan
Bala tentara Aji Bedarah Putih.
Ternyata tentara Aji Bedarah Putih
tidak dapat menangkis serbuan Bala
tentara Cina yang mengamuk dengan
garangnya. Putri yang menyaksikan
jalannya pertempuran yang tak seimbang
itu merasa sedih bercampur geram. Ia
telah membayangkan bahwa peperangan
itu akan dimenangkan oleh tentara Cina.
Karena itu timbullah kemurkaannya.
7

Putri pun segera makan sirih seraya


berucap, Kalau benar aku ini titisan raja
sakti, maka jadilah sepah-sepahku ini
lipan-lipan yang dapat memusnahkan
Raja
Cina
beserta
seluruh
Bala
tentaranya. Selesai berkata demikian,
disemburkannyalah sepah dari mulutnya
ke arah peperangan yang tengah
berkecamuk itu. Dengan sekejap mata
sepah sirih putri tadi berubah menjadi
beribu-ribu ekor lipan yang besar-besar,
lalu dengan bengisnya menyerang Bala
tentara Cina yang sedang mengamuk.
Bala tentara Cina yang berperang
dengan gagah perkasa itu satu demi satu
dibinasakan. Tentara yang mengetahui
serangan lipan yang tak terlawan itu,
segera lari lintang-pukang ke jungnya.
Demikian pula sang Raja. Mereka
bermaksud akan segera meninggalkan
Muara Kaman dengan lipannya yang
dahsyat itu, tetapi ternyata mereka tidak
diberi kesempatan oleh lipan-lipan itu
untuk meninggalkan Muara Kaman hiduphidup. Karena lipan-lipan itu telah diucap
untuk membinasakan Raja dan Bala
8

tentara
Cina,
maka
dengan
bergelombang mereka menyerbu terus
sampai ke Jung Cina. Raja dan segenap
Bala tentara Cina tak dapat berkisar ke
mana pun lagi dan akhirnya mereka
musnah
semuanya.
Jung
mereka
ditenggelamkan juga.
Sementara itu Aji Bedarah Putih
segera hilang dengan gaib, entah kemana
dan bersamaan dengan gaibnya putri,
maka gaib pulalah Sumur Air Berani,
sebagai kekuatan tenaga sakti kerajaan
itu. Tempat Jung Raja Cina yang
tenggelam dan lautnya yang kemudian
mendangkal menjadi suatu daratan
dengan
padang
luas
itulah
yang
kemudian
disebut
hingga
sekarang
dengan nama Danau Lipan.

Legenda Danau Toba


Cerita Rakyat Sumatra
Di sebuah desa di wilayah Sumatera,
hidup seorang petani. Ia seorang petani
yang rajin bekerja walaupun lahan
pertaniannya
tidak
luas.
Ia
bisa
mencukupi kebutuhannya dari hasil
kerjanya
yang
tidak
kenal
lelah.
Sebenarnya usianya sudah cukup untuk
menikah, tetapi ia tetap memilih hidup
sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah,
petani itu memancing ikan di sungai.
"Mudah-mudahan hari ini aku mendapat
ikan yang besar," gumam petani tersebut
dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya
dilemparkan, kailnya terlihat bergoyanggoyang. Ia segera menarik kailnya.
Petani itu bersorak kegirangan
setelah mendapat seekor ikan cukup
besar. Ia takjub melihat warna sisik ikan
yang indah. Sisik ikan itu berwarna
kuning emas kemerah-merahan. Kedua
matanya
bulat
dan
menonjol
memancarkan kilatan yang menakjubkan.
10

"Tunggu, aku jangan


dimakan! Aku akan
bersedia
menemanimu
jika
kau
tidak
jadi
memakanku." Petani
tersebut
terkejut
mendengar
suara
dari ikan itu. Karena
keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya
terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa
lama, ikan itu berubah wujud menjadi
seorang
gadis
yang
cantik
jelita.
"Bermimpikah aku?," gumam petani.
"Jangan takut pak, aku juga manusia
seperti engkau. Aku sangat berhutang
budi
padamu
karena
telah
menyelamatkanku dari kutukan Dewata,"
kata gadis itu. "Namaku Puteri, aku tidak
keberatan untuk menjadi istrimu," kata
gadis itu seolah mendesak. Petani itupun
mengangguk.
Maka
jadilah
mereka
sebagai suami istri. Namun, ada satu janji
yang telah disepakati, yaitu mereka tidak
boleh menceritakan bahwa asal-usul
Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu
11

dilanggar
dahsyat.

maka

akan

terjadi

petaka

Setelah
sampai
di
desanya,
gemparlah penduduk desa melihat gadis
cantik jelita bersama petani tersebut.
"Dia mungkin bidadari yang turun dari
langit," gumam mereka. Petani merasa
sangat bahagia dan tenteram. Sebagai
suami yang baik, ia terus bekerja untuk
mencari nafkah dengan mengolah sawah
dan ladangnya dengan tekun dan ulet.
Karena ketekunan dan keuletannya,
petani itu hidup tanpa kekurangan dalam
hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka
menyebarkan sangkaan buruk yang dapat
menjatuhkan keberhasilan usaha petani.
"Aku tahu Petani itu pasti memelihara
makhluk halus! " kata seseorang kepada
temannya. Hal itu sampai ke telinga
Petani dan Puteri. Namun mereka tidak
merasa tersinggung, bahkan semakin
rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan
Petan dan istri bertambah, karena istri
Petani melahirkan seorang bayi laki-laki.
Ia diberi nama Samosir. Kebahagiaan
12

mereka tidak membuat mereka lupa diri.


Samosir tumbuh menjadi seorang anak
yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak
manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai
satu kebiasaan yang membuat heran
kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa
lapar. Makanan yang seharusnya dimakan
bertiga dapat dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Samosir selalu
membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh
membantu pekerjaan orang tua, ia selalu
menolak. Istri Petani selalu mengingatkan
Petani agar bersabar atas ulah anak
mereka. "Ya, aku akan bersabar, walau
bagaimanapun dia itu anak kita!" kata
Petani kepada istrinya. "Syukurlah, kanda
berpikiran seperti itu. Kanda memang
seorang suami dan ayah yang baik," puji
Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu
ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani
itu. Pada suatu hari, Samosir mendapat
tugas
mengantarkan
makanan
dan
minuman ke sawah di mana ayahnya
sedang bekerja. Tetapi Samosir tidak
memenuhi tugasnya. Petani menunggu
13

kedatangan anaknya, sambil menahan


haus dan lapar. Ia langsung pulang ke
rumah. Di lihatnya Samosir sedang
bermain bola. Petani menjadi marah
sambil menjewer kuping anaknya. "Anak
tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar
anak ikan !," umpat si Petani tanpa sadar
telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan katakatanya, seketika itu juga anak dan
istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan
jejak. Dari bekas injakan kakinya, tibatiba menyemburlah air yang sangat deras
dan semakin deras. Desa Petani dan desa
sekitarnya terendam semua. Air meluap
sangat
tinggi
dan
luas
sehingga
membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya
membentuk sebuah danau. Danau itu
akhirnya dikenal dengan nama Danau
Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya
dikenal dengan nama Pulau Samosir.

14

Malin Kundang
Cerita Rakyat dari Sumatra
Pada suatu waktu, hiduplah sebuah
keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah
Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari
ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang
diberi nama Malin Kundang. Karena
kondisi
keuangan
keluarga
memprihatinkan, sang ayah memutuskan
untuk mencari nafkah di negeri seberang
dengan mengarungi lautan yang luas.
Maka tinggallah si Malin dan ibunya
di gubug mereka. Seminggu, dua minggu,
sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun
lebih lamanya, ayah Malin tidak juga
kembali
ke
kampung
halamannya.
Sehingga ibunya harus menggantikan
posisi ayah Malin untuk mencari nafkah.
Malin termasuk anak yang cerdas tetapi
sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam
dan memukulnya dengan sapu. Suatu
hari ketika Malin sedang mengejar ayam,
15

ia tersandung batu dan lengan kanannya


luka terkena batu. Luka tersebut menjadi
berbekas dilengannya dan tidak bisa
hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin
Kundang merasa kasihan dengan ibunya
yang banting tulang mencari nafkah
untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir
untuk mencari nafkah di negeri seberang
dengan harapan nantinya ketika kembali
ke kampung halaman, ia sudah menjadi
seorang yang kaya raya. Malin tertarik
dengan ajakan seorang nakhoda kapal
dagang yang dulunya miskin sekarang
sudah menjadi seorang yang kaya raya.
Malin
kundang
mengutarakan
maksudnya
kepada
ibunya.
Ibunya
semula kurang setuju dengan maksud
Malin Kundang, tetapi karena Malin terus
mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya
menyetujuinya walau dengan berat hati.
Setelah
mempersiapkan
bekal
dan
16

perlengkapan secukupnya, Malin segera


menuju ke dermaga dengan diantar oleh
ibunya. Anakku, jika engkau sudah
berhasil
dan
menjadi
orang yang
berkecukupan, jangan kau lupa dengan
ibumu dan kampung halamannu ini, nak,
ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang
air mata.
Kapal
yang
dinaiki Malin semakin
lama semakin jauh
dengan
diiringi
lambaian tangan Ibu
Malin Kundang. Selama berada di kapal,
Malin Kundang banyak belajar tentang
ilmu pelayaran pada anak buah kapal
yang sudah berpengalaman. Di tengah
perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki
Malin Kundang di serang oleh bajak laut.
Semua barang dagangan para pedagang
yang berada di kapal dirampas oleh bajak
laut. Bahkan sebagian besar awak kapal
dan orang yang berada di kapal tersebut
17

dibunuh oleh para bajak laut. Malin


Kundang sangat beruntung dirinya tidak
dibunuh oleh para
bajak laut, karena
ketika peristiwa itu
terjadi,
Malin
segera
bersembunyi
di
sebuah ruang kecil
yang tertutup oleh
kayu.
Malin Kundang terkatung-katung
ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang
ditumpanginya terdampar di sebuah
pantai. Dengan sisa tenaga yang ada,
Malin Kundang berjalan menuju ke desa
yang terdekat dari pantai. Sesampainya
di desa tersebut, Malin Kundang ditolong
oleh masyarakat di desa tersebut setelah
sebelumnya menceritakan kejadian yang
menimpanya.
Desa
tempat
Malin
terdampar adalah desa yang sangat
subur. Dengan keuletan dan kegigihannya
18

dalam bekerja, Malin lama kelamaan


berhasil menjadi seorang yang kaya raya.
Ia memiliki banyak kapal dagang dengan
anak buah yang jumlahnya lebih dari 100
orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin
Kundang mempersunting seorang gadis
untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah
menjadi kaya raya dan telah menikah
sampai juga kepada ibu Malin Kundang.
Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan
sangat gembira anaknya telah berhasil.
Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap
hari pergi ke dermaga, menantikan
anaknya yang mungkin pulang ke
kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah,
Malin dan istrinya melakukan pelayaran
dengan kapal yang besar dan indah
disertai
anak
buah
kapal
serta
pengawalnya yang banyak. Ibu Malin
Kundang yang setiap hari menunggui
19

anaknya,

melihat

kapal yang sangat


indah
itu,
masuk
ke
pelabuhan.
Ia
melihat ada dua
orang
yang
sedang berdiri
di atas geladak
kapal. Ia yakin
kalau
yang
sedang berdiri
itu
adalah
anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal.
Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup
dekat, ibunya melihat belas luka dilengan
kanan orang tersebut, semakin yakinlah
ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin
Kundang.
Malin
Kundang,
anakku,
mengapa kau pergi begitu lama tanpa
mengirimkan kabar?, katanya sambil
memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang
terjadi kemudian? Malin Kundang segera
20

melepaskan
pelukan
ibunya
dan
mendorongnya hingga terjatuh. Wanita
tak tahu diri, sembarangan saja mengaku
sebagai ibuku, kata Malin Kundang pada
ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak
mengenali ibunya, karena malu dengan
ibunya yang sudah tua dan mengenakan
baju compang-camping. Wanita itu
ibumu?, Tanya istri Malin Kundang.
Tidak, ia hanya seorang pengemis yang
pura-pura mengaku sebagai ibuku agar
mendapatkan harta ku, sahut Malin
kepada istrinya. Mendengar pernyataan
dan diperlakukan semena-mena oleh
anaknya, ibu Malin Kundang sangat
marah. Ia tidak menduga anaknya
menjadi anak durhaka.
Karena
kemarahannya
yang
memuncak, ibu Malin menengadahkan
tangannya sambil berkata Oh Tuhan,
kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia
menjadi sebuah batu. Tidak berapa lama
kemudian angin bergemuruh kencang
21

dan
badai
dahsyat
datang
menghancurkan kapal Malin Kundang.
Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan
menjadi
kaku
dan
lama-kelamaan
akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu
karang.

Legenda Batu Menangis

22

Cerita Rakyat dari Kalimantan


Di sebuah bukit yang jauh dari desa,
di daerah Kalimantan hiduplah seorang
janda miskin dan seorang anak gadisnya.
Anak gadis janda itu sangat cantik jelita.
Namun sayang, ia mempunyai prilaku
yang amat buruk. Gadis itu amat
pemalas, tak pernah membantu ibunya
melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah.
Kerjanya hanya bersolek setiap hari.
Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya
manja sekali. Segala permintaannya
harus dituruti. Setiap kali ia meminta
sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan,
tanpa memperdulikan keadaan ibunya
yang
miskin,
setiap
hari
harus
membanting tulang mencari sesuap nasi.
Pada suatu hari anak gadis itu diajak
ibunya turun ke desa untuk berbelanja.
Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga
mereka harus berjalan kaki yang cukup
melelahkan. Anak gadis itu berjalan
melenggang dengan memakai pakaian
yang bagus dan bersolek agar orang
dijalan yang melihatnya nanti akan
23

mengagumi kecantikannya. Sementara


ibunya
berjalan
dibelakang
sambil
membawa keranjang dengan pakaian
sangat dekil. Karena mereka hidup
ditempat terpencil, tak seorangpun
mengetahui bahwa kedua perempuan
yang berjalan itu adalah ibu dan anak.
Ketika mereka mulai memasuki
desa, orang-orang desa memandangi
mereka. Mereka begitu terpesona melihat
kecantikan anak gadis itu, terutama para
pemuda desa yang tak puas-puasnya
memandang wajah gadis itu. Namun
ketika melihat orang yang berjalan
dibelakang gadis itu, sungguh kontras
keadaannya. Hal itu membuat orang
bertanya-tanya. Di antara orang yang
melihatnya
itu,
seorang
pemuda
mendekati dan bertanya kepada gadis itu,
Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan
dibelakang itu ibumu? Namun, apa
jawaban anak gadis itu? Bukan, katanya
dengan angkuh. Ia adalah pembantuku!
Kedua ibu dan anak itu kemudian
meneruskan perjalanan. Tak seberapa
24

jauh, mendekati lagi seorang pemuda dan


bertanya kepada anak gadis itu.

Hai,
manis.
Apakah
yang
berjalan
dibelakangmu itu ibumu? tanya seorang
pemuda. Bukan, bukan, jawab gadis itu
dengan mendongakkan kepalanya. Ia
adalah budakk!
Begitulah setiap gadis itu bertemu
dengan seseorang disepanjang jalan yang
menanyakan
perihal
ibunya,
selalu
25

jawabannya itu. Ibunya diperlakukan


sebagai pembantu atau budaknya.
Pada mulanya mendengar jawaban
putrinya yang durhaka jika ditanya orang,
si ibu masih dapat menahan diri. Namun
setelah
berulang
kali
didengarnya
jawabannya sama dan yang amat
menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang
malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu
berdoa.
Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan
hinaan ini. Anak kandung hamba begitu
teganya memperlakukan diri hamba
sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah
anak durhaka ini ! Hukumlah dia.
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha
Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka
itu berubah menjadi batu. Perubahan itu
dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu
telah mencapai setengah badan, anak
gadis itu menangis memohon ampun
kepada ibunya.
Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya,
ampunilah kedurhakaan anakmu selama
26

ini. IbuIbuampunilah anakmu.. Anak


gadis itu terus meratap dan menangis
memohon kepada ibunya. Akan tetapi,
semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh
gadis itu akhirnya berubah menjadi batu.
Sekalipun menjadi batu, namun orang
dapat melihat bahwa kedua matanya
masih menitikkan air mata, seperti
sedang menangis. Oleh karena itu, batu
yang berasal dari gadis yang mendapat
kutukan ibunya itu disebut Batu
Menangis .

27

Demikianlah
cerita
berbentuk
legenda ini, yang oleh masyarakat
setempat dipercaya bahwa kisah itu
benar-benar pernah terjadi. Barang siapa
yang mendurhakai ibu kandung yang
telah melahirkan dan membesarkannya,
pasti perbuatan laknatnya itu akan
mendapat hukuman dari Tuhan Yang
Maha Kuasa.

28

Asal Usul
Kota Banyuwangi
Cerita Rakyat dari Jawa Timur
Pada zaman dahulu di kawasan
ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat
sebuah kerajaan besar yang diperintah
oleh seorang Raja yang adil dan
bijaksana. Raja tersebut mempunyai
seorang putra yang gagah bernama
Raden Banterang. Kegemaran Raden
Banterang adalah berburu. Pagi hari ini
aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat
berburu, kata Raden Banterang kepada
para abdinya. Setelah peralatan berburu
siap, Raden Banterang disertai beberapa
pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika
Raden Banterang berjalan sendirian, ia
melihat seekor kijang melintas di
depannya. Ia segera mengejar kijang itu
hingga masuk jauh ke hutan. Ia terpisah
dengan para pengiringnya.

29

Kemana seekor kijang tadi?, kata


Raden Banterang, ketika kehilangan jejak
buruannya. Akan ku cari terus sampai
dapat, tekadnya. Raden Banterang
menerobos
semak
belukar
dan
pepohonan hutan. Namun, binatang
buruan itu tidak ditemukan. Ia tiba di
sebuah sungai yang sangat bening
airnya. Hem, segar nian air sungai ini,
Raden Banterang minum air sungai itu,
sampai
merasa
hilang
dahaganya.
Setelah itu, ia meninggalkan sungai.
Namun baru beberapa langkah berjalan,
tiba-tiba dikejutkan kedatangan seorang
gadis cantik jelita.
Ha? Seorang gadis cantik jelita?
Benarkah ia seorang manusia? Janganjangan setan penunggu hutan, gumam
Raden Banterang bertanya-tanya. Raden
Banterang memberanikan diri mendekati
gadis cantik itu. Kau manusia atau
penunggu
hutan?
sapa
Raden
Banterang. Saya manusia, jawab gadis
itu sambil tersenyum. Raden Banterang
pun memperkenalkan dirinya. Gadis
cantik itu menyambutnya. Nama saya
30

Surati berasal dari kerajaan Klungkung.


Saya berada di tempat ini karena
menyelamatkan
diri
dari
serangan
musuh. Ayah saya telah gugur dalam
mempertahankan mahkota kerajaan,
Jelasnya. Mendengar ucapan gadis itu,
Raden
Banterang
terkejut
bukan
kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja
Klungkung itu, Raden Banterang segera
menolong dan mengajaknya pulang ke
istana. Tak lama kemudian mereka
menikah membangun keluarga bahagia.
Pada
suatu
hari,
puteri
Raja
Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar
istana. Surati! Surati!, panggil seorang
laki-laki yang berpakaian compangcamping. Setelah mengamati wajah lelaki
itu, ia baru sadar bahwa yang berada di
depannya adalah kakak kandungnya
bernama Rupaksa. Maksud kedatangan
Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya
untuk membalas dendam, karena Raden
Banterang
telah
membunuh
ayahandanya. Surati menceritakan bahwa
ia mau diperistri Raden Banterang karena
telah berhutang budi. Dengan begitu,
31

Surati tidak mau membantu ajakan kakak


kandungnya. Rupaksa marah mendengar
jawaban adiknya. Namun, ia sempat
memberikan sebuah kenangan berupa
ikat kepala kepada Surati. Ikat kepala ini
harus kau simpan di bawah tempat
tidurmu, pesan Rupaksa.
Pertemuan Surati dengan kakak
kandungnya tidak diketahui oleh Raden
Banterang, dikarenakan Raden Banterang
sedang berburu di hutan. Tatkala Raden
Banterang berada di tengah hutan, tibatiba pandangan matanya dikejutkan oleh
kedatangan seorang lelaki berpakaian
compang-camping.
Tuangku,
Raden
Banterang. Keselamatan Tuan terancam
bahaya yang direncanakan oleh istri tuan
sendiri, kata lelaki itu. Tuan bisa melihat
buktinya, dengan melihat sebuah ikat
kepala yang diletakkan di bawah tempat
peraduannya. Ikat kepala itu milik lelaki
yang dimintai tolong untuk membunuh
Tuan, jelasnya. Setelah mengucapkan
kata-kata itu, lelaki berpakaian compangcamping itu hilang secara misterius.
Terkejutlah Raden Banterang mendengar
32

laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera


pulang ke istana. Setelah tiba di istana,
Raden Banterang langsung menuju ke
peraaduan istrinya. Dicarinya ikat kepala
yang telah diceritakan oleh lelaki
berpakaian compang-camping yang telah
menemui di hutan. Ha! Benar kata lelaki
itu! Ikat kepala ini sebagai bukti! Kau
merencanakan
mau
membunuhku
dengan minta tolong kepada pemilik ikat
kepala ini! tuduh Raden Banterang
kepada istrinya. Begitukah balasanmu
padaku?
tandas
Raden
Banterang.Jangan asal tuduh. Adinda
sama sekali tidak bermaksud membunuh
Kakanda, apalagi minta tolong kepada
seorang lelaki! jawab Surati. Namun
Raden
Banterang
tetap
pada
pendiriannya, bahwa istrinya yang pernah
ditolong
itu
akan
membahayakan
hidupnya.
Nah,
sebelum
nyawanya
terancam, Raden Banterang lebih dahulu
ingin mencelakakan istrinya.
Raden
Banterang
berniat
menenggelamkan istrinya di sebuah
sungai. Setelah tiba di sungai, Raden
33

Banterang
menceritakan
tentang
pertemuan
dengan
seorang
lelaki
compang-camping ketika berburu di
hutan. Sang istri pun menceritakan
tentang pertemuan dengan seorang lelaki
berpakaian compang-camping seperti
yang dijelaskan suaminya. Lelaki itu
adalah kakak kandung Adinda. Dialah
yang memberi sebuah ikat kepala kepada
Adinda, Surati menjelaskan kembali,
agar Raden Banterang luluh hatinya.
Namun, Raden Banterang tetap percaya
bahwa
istrinya
akan
mencelakakan
dirinya. Kakanda suamiku! Bukalah hati
dan perasaan Kakanda! Adinda rela mati
demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah
kesempatan
kepada
Adinda
untuk
menceritakan perihal pertemuan Adinda
dengan kakak kandung Adinda bernama
Rupaksa, ucap Surati mengingatkan.
Kakak
Adindalah
yang
akan
membunuh kakanda! Adinda diminati
bantuan,
tetapi
Adinda
tolak!.
Mendengar hal tersebut , hati Raden
Banterang tidak cair bahkan menganggap
istrinya berbohong.. Kakanda ! Jika air
34

sungai ini menjadi bening dan harum


baunya, berarti Adinda tidak bersalah!
Tetapi, jika tetap keruh dan bau busuk,
berarti Adinda bersalah! seru Surati.
Raden Banterang menganggap ucapan
istrinya itu mengada-ada. Maka, Raden
Banterang segera menghunus keris yang
terselip di pinggangnya. Bersamaan itu
pula, Surati melompat ke tengah sungai
lalu menghilang.
Tidak berapa
lama,
terjadi
sebuah keajaiban.
Bau nan harum
merebak di sekitar
sungai.
Melihat
kejadian itu, Raden
Banterang berseru
dengan
suara
gemetar. Istriku tidak berdosa! Air kali ini
harum baunya! Betapa menyesalnya
Raden Banterang. Ia meratapi kematian
istrinya, dan menyesali kebodohannya.
Namun sudah terlambat.

35

Sejak itu, sungai menjadi harum


baunya. Dalam bahasa Jawa disebut
Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi
artinya
harum.
Nama
Banyuwangi
kemudian
menjadi
nama
kota
Banyuwangi.

36

Rara Jonggrang
Cerita Rakyat dari Jawa Timur
Konon di Jawa Tengah terdapat dua
kerajaan yang bertetangga, Kerajaan
Pengging dan Kerajaan Baka. Pengging
adalah kerajaan yang subur dan makmur,
dipimpin
oleh
seorang
raja
yang
bijaksana bernama Prabu Damar Maya.
Prabu Damar Maya memiliki putra
bernama Raden Bandung Bondowoso
(Bandawasa) yang gagah perkasa dan
sakti. Sedangkan kerajaan Baka dipimpin
oleh
raja
danawa
(raksasa)
pemakan
manusia
bernama
Prabu
Baka.
Prabu
Baka
dibantu
oleh
seorang Patih bernama
Patih
Gupala yang juga adalah
raksasa. Meskipun berasal
dari
bangsa raksasa, Prabu
Baka
memiliki putri cantik
bernama
Rara
Jonggrang.
37

Untuk memperluas kerajaannya dan


merebut kerajaan Pengging, Prabu Baka
bersama
Patih
Gupala
melatih
balatentara dan menarik pajak dari rakyat
untuk
membiayai
perang.
Setelah
persiapan matang, Prabu Baka beserta
tentaranya menyerbu kerajaan Pengging.
Pertempuran
meletus
di
kerajaan
Pengging. Banyak korban jatuh dari kedua
belah pihak. Akibatnya rakyat Pengging
menderita kelaparan, kehilangan harta
benda, dan banyak yang tewas. Demi
mengalahkan para penyerang, Prabu
Damar Moyo mengirimkan putranya,
Pangeran Bandung Bondowoso untuk
bertempur
melawan
Prabu
Baka.
Pertempuran antara keduanya begitu
hebat, dan berkat kesaktiannya Bandung
Bondowoso berhasil mengalahkan dan
membunuh Prabu Baka. Ketika Patih
Gupala mendengar kabar kematian
junjungannya, ia segera melarikan diri
mundur kembali ke kerajaan Baka.
Pangeran
Bandung
Bondowoso
mengejar Patih Gupala hingga kembali ke
kerajaan Baka. Ketika Patih Gupala tiba di
38

Keraton Baka, ia segera melaporkan


kabar kematian Prabu Baka kepada Putri
Rara Jongrang. Mendengar kabar duka ini
sang putri bersedih dan meratapi
kematian ayahandanya. Setelah kerajaan
Baka jatuh ke tangan balatentara
Pengging, Pangeran Bandung Bondowoso
menyerbu masuk ke dalam Keraton
(istana) Baka. Ketika pertama kali melihat
Putri Rara Jonggrang, seketika Bandung
Bondowoso terpikat oleh kecantikan sang
putri. Ia jatuh cinta dan melamar Rara
Jonggrang. Akan tetapi sang putri
menolak lamaran itu, karena ia tidak mau
menikahi pembunuh ayahandanya dan
penjajah negaranya. Bandung Bondowoso
terus membujuk dan memaksa agar sang
putri bersedia dipersunting. Akhirnya
Rara Jonggrang bersedia dinikahi oleh
Bandung Bondowoso, tetapi sebelumnya
ia mengajukan dua syarat yang mustahil
untuk dikabulkan. Syarat pertama adalah
ia meminta dibuatkan sumur yang
dinamakan sumur Jalatunda, syarat kedua
adalah sang putri minta Bandung
Bondowoso untuk membangun seribu
candi untuknya. Meskipun syarat-syarat
39

itu teramat berat dan mustahil untuk


dipenuhi,
Bandung
Bondowoso
menyanggupinya.

40

Sang
pangeran
berhasil
menyelesaikan sumur Jalatunda dengan
kesaktiannya. Setelah sumur selesai, Rara
Jonggrang berusaha memperdaya sang
pangeran dengan membujuknya untuk
turun
ke
dalam
sumur
dan
memeriksanya.
Setelang
Bandung
Bondowoso masuk ke dalam sumur, sang
putri memerintahkan
Patih
Gupala
untuk menutup
dan menimbun
sumur
dengan batu,
mengubur
Bondowoso
hidup-hidup.
Akan tetapi
Bandung
Bondowoso
berhasil
keluar
dengan
mendobrak timbunan batu itu karena
sakti. Bondowoso sempat marah akibat
tipu daya sang putri, akan tetapi sang
putri berhasil memadamkan kemarahan
sang pangeran karena kecantikan dan
rayuannya.
Untuk mewujudkan syarat kedua, sang
pangeran bersemadi dan memanggil
41

makhluk halus, jin, setan, dan dedemit


dari dalam bumi. Dengan bantuan
makhluk halus ini sang pangeran berhasil
menyelesaikan 999 candi. Ketika Rara
Jonggrang mendengar kabar bahwa
seribu candi sudah hampir rampung, sang
putri berusaha menggagalkan tugas
Bondowoso. Ia membangunkan dayangdayang
istana
dan
perempuanperempuan desa untuk mulai menumbuk
padi. Ia kemudian memerintahkan agar
membakar jerami di sisi timur. Mengira
bahwa pagi telah tiba dan sebentar lagi
matahari akan terbit, para makhluk halus
lari
ketakutan
bersembunyi
masuk
kembali ke dalam bumi. Akibatnya hanya
999 candi yang berhasil dibangun dan
Bandung
Bondowoso
telah
gagal
memenuhi syarat yang diajukan Rara
Jonggrang. Ketika mengetahui bahwa
semua itu adalah hasil kecurangan dan
tipu muslihat Rara Jonggrang, Bandung
Bondowoso amat murka dan mengutuk
Rara Jonggrang menjadi batu. Sang putri
berubah menjadi arca yang terindah
untuk
menggenapi
candi
terakhir.
Menurut kisah ini situs Keraton Ratu Baka
42

di dekat Prambanan adalah istana Prabu


Baka, sedangkan 999 candi yang tidak
rampung kini dikenal sebagai Candi
Sewu, dan arca Durga di ruang utara
candi utama di
Prambanan
adalah
perwujudan
sang putri yang
dikutuk
menjadi
batu
dan
tetap
dikenang
sebagai
Lara
Jonggrang
yang
berarti
"gadis
yang
ramping".

43

Asal usul Kota Surabaya


Cerita Rakyat dari Jawa Timur
Dahulu, di lautan luas sering terjadi
perkelahian antara Ikan Hiu Sura dengan
Buaya. Mereka berkelahi hanya karena
berebut mangsa.Keduanya sama-sama
kuat, sama-sama tangkas,sama-sama
cerdik, sama-sama ganas dan sama-sama
rakus.Sudah berkali-kali mereka berkelahi
belum pernah ada yang menang atau pun
yang
kalah.
akhirnya
mereka
mengadakan kesepakatan. "Aku bosan
terus-menerus berkelahi, Buaya," kata
ikan Sura. "Aku juga, Sura.Apa yang harus
kita lakukan agar kita tidak lagi
berkelahi?" tanya Buaya Ikan Hiu Sura
sudah
punya
rencana
untuk
menghentikan perkelahiannya dengan
Buaya segera menerangkan. "Untuk
mencegah
perkelahian
di
antara
kita,sebaiknya kita membagi daerah
44

kekuasaan menjadi dua. Aku berkuasa


sepenuhnya di dalam air dan harus
mencari mangsa di dalam air,sedangkan
kamu barkuasa di daratan dan mangsamu
harus yang berada di daratan. Sebagai
batas antara daratan dan air, kita
tentukan batasnya,yaitu tempat yang
dicapai oleh air laut pada waktu pasang
surut!" "Baik aku setujui gagasanmu itu!"
kata Buaya.
Dengan adanya pembagian wilayah
kekuasaan,
maka
tidak
ada
lagi
perkelahian antara Sura dan Buaya.
Keduanya
telah
sepakat
untuk
menghormati wilayah masing-masing.
Tetapi pada suatu hari,Ikan Hiu Sura
mencari mangsa di sungai. Hal ini
dilakukan dengan sembunyi-sembunyi
agar Buaya tidak mengetahui. Mula-mula
hal ini memang tidak ketahuan. Tetapi
pada suatu hari Buaya memergoki
perbuatan Ikan Hiu Sura ini.Tentu saja
Buaya sangat marah melihat Hiu Sura
45

melanggar janjinya. "Hai Sura, mengapa


kamu melanggar peraturan yang telah
kita sepakati berdua? Mengapa kamu
berani memasuki sungai yang merupakan
wilayah kekuasaanku?" tanya Buaya. Ikan
Hiu Sura yang merasa tak bersalah
tenang-tenang saja. "Aku melanggar
kesepakatan?
Bukankah
sungai
ini
berair.Bukankah aku sudah bilang, bahwa
aku adalah penguasa di air? Nah, sungai
ini 'kan ada airnya, jadi juga termasuk
daerah kekuasaanku, " Kata Ikan Hiu
Sura. "Apa? Sungai itu 'kan tempatnya di
darat, sedang daerah kekuasaanmu ada
di laut, berarti sungai itu adalah darerah
kekuasaanku!" Buaya ngotot. "Tidak bisa.
Aku 'kan tidak pernah bilang kalau di air
itu hanya air laut, tetapi juga airsungai"
jawab Hiu Sura? "Kau sengaja mencari
gara-gara,Sura?" "Tidak! kukira alasanku
cukup kuat dan aku memang dipihak
yang benar!" kata Sura. "Kau sengaja
mengakaliku.Aku tidak sebodoh yang kau
kira!" kata Buaya mulai ,marah. "Aku
46

tidak perduli kau bodoh atau pintar, yang


penting air sungai dan air laut adalah
kekuasaanku!" Sura tak mau kalah.
Karena tidak ada yang mau mengalah,
maka pertempuran sengit antara Ikan Hiu
Sura dan Buaya terjadi lagi.

47

Pertarungan kali ini semakin seru


dan dahsyat. Saling menerjang dan
menerkam,
saling
menggigit
dan
memukul. Dalam waktu sekejap, air
disekitarnya menjadi merah oleh darah
yang keluar dari luka-luka kedua binatang
tersebut. Mereka terus bertarung matimatian tanpa istirahat sama sekali.
Dalam pertarungan dahsyat ini, Buaya
mendapat gigitan Hiu Sura di pangkal
ekornya sebelah kanan. Selanjutnya,
ekornya itu terpaksa selalu membengkok
ke kiri. Sementara ikan Sura juga tergigit
ekornya hingga hampir putus, lalu ikan

48

Sura
kembali ke
lautan.
Buaya puas
telah dapat

mempertahankan daerahnya.
Pertarungan antara ikan Hiu yang
bernama Sura dan Buaya ini sangat
berkesan di hati masyarakat Surabaya.
Oleh karena itu,nama Surabaya selalu
dikait-kaitkan dengan peristiwa ini. Dari
peritiwa inilah kemudian dibuat lambang
Kota Surabaya yaitu gambar "ikan sura
dan buaya". Namun ada juga sebahagian
berpendapat, asal usul Surabaya berasal
dari kata Sura dan Baya. Sura berarti Jaya
atau selamat. Baya berarti bahaya, jadi
Surabaya berarti "selamat menghadapi
bahaya". Bahaya yang dimaksud adalah
49

serangan tentara Tar-tar yang hendak


menghukum Raja Jawa.Seharusnya yang
dihukum adalah Kartanegara, karena
Kartanegara sudah tewas terbunuh, maka
Jayakatwang yang diserbu oleh tentara
Tar-tar
itu.
Setelah
mengalahkan
Jayakatwang, orang Tar-tar itu merampas
harta benda dan puluhan gadis-gadis
cantik untuk dibawa keTiongkok. Raden
Wijaya tidak terima diperlakukan seperti
itu. Dengan siasat yang jitu, Raden Wijaya
menyerang tentara Tar-tar di pelabuhan
Ujung Galuh hingga mereka menyingkir
kembali ke Tiongkok. Selanjutnya, dari
hari peristiwa kemenangan Raden Wijaya
inilah ditetapkan sebagai hari jadi Kota
Surabaya. Surabaya sepertinya sudah
ditakdirkan untuk terus baergolak.Tanggal
10 November 1945 adalah bukti jati diri
warga Surabaya yaitu berani menghadapi
bahaya serangan Inggris dan Belanda. Di
zaman sekarang, setelah ratusan tahun
dari cerita asal usul Surabaya tersebut,
ternyata pertarungan memperebutkan
50

wilayah air dan darat terus berlanjut. Di


kalamusim penghujan tiba kadangkala
banjir menguasai kota Surabaya. Pada
musim kemarau kadangkala tempattempat genangan air menjadi daratan
kering. Itulah Surabaya.

51

Dan akhirnya, lambang ikan Sura


dan Buaya pun dijadikan sebagai ikon
kota Surabaya.

52

Ande-Ande Lumut
Dahulunya,
Jenggala dan Kediri
berada dalam suatu wilayah bernama
Kahuripan. Tapi oleh Airlangga dibagi dua
karena takut terjadi perang saudara.
Sebelum meninggal, Airlangga sempat
berpesan, Kediri dan Jenggala harus
kembali disatukan dalam suatu ikatan
pernikahan antara anak Jayengnagara
(Penguasa Jenggal) dan anak Jayengrana
(Penguasa Kediri). Tapi pernikahan bukan
berdasarkan perjodohan melainkan atas
dasar suka sama suka.
Adalah Panji Asmarabangun (anak
Jayengnagara)
dan
Sekartaji
(anak
Jayenggrana)
secara
rahasia
sudah
bersahabat sejak kecil. Mereka selalu
menghabiskan waktu bersama dengan
ditemani Simbok dan Prasanta, dua
pembantu setia. Maka ketika kemudian
keluarga
Jayengnagara
berkunjung
53

kerumah Jayengrana, tentu saja Panji dan


Sekar jadi senyum-senyum sendiri.
Ternyata
orangtua
keduanya
bersahabat
karib
dan
mempunyai
keinginan untuk saling berbesanan. Panji
langsung saja minta diamankan saat itu
juga.
Sekar,
meskipun
malu-malu,
sebenarnya menyetujui juga.
Keputusan untuk menikahkan Panji
(Temmy Rahadi) dengan Sekar (Imel Putri
Cahyati) membuat Padukasari (isteri
kedua Jayengrana) tidak terima. Karena
Padukasari menginginkan Intan Sari yang
bersanding dengan Panji. Padukasari
kemudian
menculik
dan
menyembunyikan
Sekar
bersama
Candrawulan (Ibunda Sekar - isteri
pertama
Jayengrana)
di
rumah
peristirahatan di luar kota.
Mengetahui Sekar menghilang, Panji
kecewa.
Langsung
menolak
usul
54

Padukasari yang minta pernikahan tetap


berlangsung dengan Intan Sari sebagai
mempelai wanitanya. Panji yang kecewa,
berkenalan untuk mencari Sekar dan
Candrawulan. Kemudian diangkat anak
oleh ibu Randa yang berterimakasih
karena
sudah
menolongnya.
Panji
berganti
nama
menjadi
Ande-Ande
Lumut.
Sementara itu Candrawulan berhasil
mengirim pesan ke Jayengrana melalui
burung merpati. Sekar dan Candrawulan
dibebaskan, Padukasari dan Intan Sari
melarikan diri.
Tapi Sekar tidak langsung senang.
Karena Panji sudah pergi berkelana entah
kemana.
Sekar
yang
kecewa,
memutuskan
berkelana
juga
untuk
mencari Panji bersama Simbok. Lalu
ditampung dirumah ibu Wati yang
memiliki 2 anak perempuan bernama
Klenting Merah dan Klenting Biru.
55

Ande-Ande Lumut terus tinggal


bersama ibu Randa. Karena mau balas
budi, ibu randa lalu membuka lowongan
untuk siapa saja yang mau menjadi isteri
Ande-Ande Lumut. Dan ternyata usaha
ibu Randa memang ada hasilnya. AndeAnde Lumut, alias Panji Asmarabangun
bisa bertemu lagi dengan Sekartaji yang
sudah ganti nama menjadi Klenting
Kuning. Kedua sejoli tersebut lalu sepakat
pulang
untuk
melanjutkan
rencana
menikah.

Legenda Rawa Pening


Konon, hiduplah seorang bocah yang
karena kesaktiannya di kutuk seorang
penyihir jahat. Akibatnya, bocah itu
memiliki luka di sekujur tubuh dengan
bau yang sangat tajam dan amis. Luka itu
tak pernah kering. Jika mulai kering,
selalu saja muncul luka-luka baru,
disebabkan memar. Biru Klinting berubah
56

menjadi seorang
anak kecil
yang
mempunyai luka disekujur tubuhnya, dan
lukanya menimbulkan bau amis. Biru
Klinting berjalan-jalan di desa tersebut,
dan melihat anak-anak didesa itu sedang
bermain. Muncullah keinginan dihatinya
untuk bergabung, namun anak-anak
tersebut menolak kehadiran Biru Klinting
dan memaki-makinya dengan ejekan. Biru
Klinting pun pergi. Di tengah jalan,
perutnya mulai lapar, dan Biru Klinting
mendatangi salah satu rumah dan
meminta makan. Saat itu Biru Klinting
pun kembali di tolak bahkan di makimaki.
Desa tersebut adalah desa yang
makmur, namun penduduk di Desa itu
sangatlah angkuh. Sampai suatu hari ada
seorang Janda tua (Nyai Latung) yang
baik dan mau menampung dan memberi
makan Biru Klinting. Setelah selesai
makan, Biru Klinting berterimakasih
kepada Nyai, sambil berkata, "Nyai, kalau
Nyai mendengar suara kentongan, Nyai
harus langsung naik ke perahu atau
lisung ya?", kemudian Nyai tersebut
menjawab
"Iya".
57

Ketika Biru Klinting sedang di perjalanan


meninggalkan komunitas tersebut, Biru
Klinting bertemu dengan anak-anak yang
sering
menghinanya
dan
langsung
mengusir Biru Klinting dengan kata-kata
kasar. Tak terima dengan perlakuan itu, ia
pun langsung menancapkan sebatang lidi
yang kebetulan ada di sana. Lalu dengan
wajah berang ia pun bersumpah, bahwa
tak ada seorang pun yang sanggup
mengangkat lidi ini, kecuali dirinya.
Satu
persatu
mulai
berusaha
mencabut lidi yang di tancapkan Biru
Klinting, namun anak-anak tidak ada yang
bisa mencabutnya. Sampai akhirnya
orang-orang dewasa yang berusaha
mencabut lidi tersebut. Namun hasilnya
tetap Akhirnya Biru Klinting sendiri yang
menarik lidi tersebut, karena hanya dia
yang bisa mencabutnya (mengingat
bahwa dia sakti). Saat itupun keluarlah air
dari tanah bekas lidi itu menancap, airnya
sangat deras keluar dari tanah, dan
terjadilah banjir bandang di Desa Rawa
Pening
dan
menewaskan
seluruh
masyarakat di desa itu, kecuali Nyai
Latung.
58

Setelah lidi tersebut lepas, Biru


Klinting
langsung
membunyikan
kentongan untuk memperingati Nyai.
Akhirnya Nyai Latung yang sedang
menumbuk padi segera masuk ke lisung,
dan selamatlah dia. Nyai menceritakan
kejadian ini kepada penduduk desa
tetangganya dan Biru Klinting kembali
menjadi ular dan menjaga desa yang
telah menjadi rawa tersebut.

59

Legenda Reog Ponorogo


Cerita asal mula Reog Ponorogo
terjadi pada masa Kerajaan Kediri. Pada
saat
itu
Baginda
sedang
pusing
memikirkan putrinya, Dewi Sanggalangit
yang selalu menolak pinangan para
pangeran dan para raja dari berbagai
kerajaan. Baginda cemas sikap putrinya
itu lama kelamaan akan mendatangkan
amarah para raja muda dan kemudian
mengobarkan perang di Kerajaan Kediri.
Anakku, yang harus kamu pikirkan
juga adalah nasib rakyat Kediri. Jika
engkau tidak segera menjatuhkan pilihan
pada seorang pangeran atau raja, mereka
bisa mendatangkan malapetaka bagi
Kediri, kata Baginda mengingatkan
putrinya.
Akhirnya
demi
menyelamatkan
Kerajaan Kediri dari amukan para
pangeran atau para raja yang mungkin
kecewa dengan sikap Dewi Sanggalangit,
Putri Kediri itu pun mengajukan syarat.
60

Calon suami hamba harus dapat


menghadirkan sebuah pertunjukan yang
belum pernah ada sebelumnya. Sebagai
pengiring temanten harus naik barisan
kuda kembar sebanyak seratus empat
puluh ekor, dan terakhir harus dilengkapi
pula dengan binatang berkepala dua,
berkata
Dewi Sanggalangit kepada
ayahandanya.
Syaratmu sungguh sangat berat,
anakku. Tapi mungkin itu juga syarat yang
layak untuk seorang Putri Kediri. Baiklah,
akan aku umumkan kepada para raja dan
pangeran yang datang melamarmu,
berkata Baginda lagi.
Mendengar syarat yang diajukan
oleh Dewi Sanggalangit, para raja dan
pangeran
yang
tadinya
menggebu
hendak memperistri Dewi Sanggalangit
akhirnya satu persatu mengundurkan diri.
Mereka sadar tak akan mampu memenuhi
permintaan Putri Kediri itu.
Akhirnya hanya tinggal dua orang
raja
yang
mengatakan
sanggup
61

memenuhi
permintaan
Dewi
Sanggalangit.
Mereka
adalah
Raja
Singabarong dari kerajaan Lodaya dan
Raja Kelanaswandana dari Kerajaan
Bandarangin.
Raja
Kediri
sangat
terkejut
mendengar laporan bahwa dua raja itu
yang
akhirnya
sanggup
memenuhi
persyaratan putrinya. Bagi Baginda,
kedua orang raja itu bukanlah raja yang
baik.
Raja Singabarong dikenal sebagai
seorang raja yang bengis dan kejam.
Semua keinginannya harus dituruti, yang
mencoba
membangkang
langsung
dibunuhnya. Raja Singabarong sosoknya
tinggi besar, dari bagian leher ke atas
berwujud harimau, sekujur tubuhnya
dipenuhi bulu-bulu yang lebat dan penuh
dengan kutu. Oleh karena itulah dia
memelihara burung merak yang tugasnya
mematuki kutu-kutunya.
Sedangkan Raja Kelanaswandana
meskipun seorang raja yang gagah dan
62

tampan, namun kebiasaannya sangat


aneh. Dia sering menyukai anak laki-laki,
namun Raja Kelanaswandana terkenal
sebagai
raja
yang
sakti.
Dengan
kesaktian dan dibantu oleh segenap
rakyat
Bandarangin
itulah
Raja
Kelanaswandana sudah hampir berhasil
memenuhi syarat Dewi Sanggalangit.
Hanya tinggal mendapatkan binatang
berkepala
dua
maka
Raja
Kelanaswandana dapat memperistri Putri
Kediri
yang
cantik
menawan
itu.
Sementara
itu
selagi
Raja
Kelanaswandana berusaha keras mencari
kelengkapan
persyaratan
Dewi
Sanggalangit, Raja Singabarong diamdiam mempunyai rencana sendiri. Raja
yang berwatak bengis itu ternyata sudah
menyiapkan rencana perampasan.
Ha
ha
ha
ha

biarlah
Kelanaswandana
yang
menyiapkan
semua persyaratan, nanti akulah yang
menikmati jerih payahnya, Singabarong
pun
tertawa
senang
mengingat
rencananya.
63

Namun
ternyata
rencana
Raja
Singabarong berhasil diketahui oleh Raja
Kelanaswandana karena mata-mata Raja
Singabarong yang disusupkan di Kerajaan
Bandarangin berhasil ditangkap. Raja
Kelanaswandana menjadi sangat marah.
Maka Raja Bandarangin itu justru
memerintahkan
pasukannya
untuk
menyerbu Kerajaan Lodaya terlebih
dahulu daripada di kelak kemudian hari
menjadi
penghalang
perkawinannya
dengan Dewi Sanggalangit.
Serbuan
pasukan
Raja
Kelanaswandana sama sekali tidak diduga
oleh Raja Singabarong. Maka dalam
waktu singkat pasukan Kerajaan Lodaya
yang tanpa pimpinan, karena Raja
Singabarong sedang bermalas-malasan
dengan burung merak kesayangannya,
dapat dikalahkan.
Raja Singabarong yang tengah
keenakan merasakan kepalanya dipatuhi
burung merak yang sedang mencari kutu
menjadi tersentak mendengar suara
gaduh di luar istana. Dia segera meloncat
64

ke luar untuk mengetahui peristiwa yang


terjadi.
Baik
Raja
Kelanaswandana
maupun Raja Singabarong sama-sama
tercekat
hatinya
ketika
saling
berhadapan. Bagi Raja Kelanaswandana,
dia pantas tercekat hatinya karena dalam
pandangannya, Raja Singabarong yang
datang
dengan
burung
merak
di
kepalanya, tampak seperti berkepala dua
yaitu berkepala harimau dan burung
merak.
Raja Kelanaswandana pun yakin
bahwa Raja Singabarong inilah yang
menjadi
jawaban
syarat
Dewi
Sanggalangit. Maka Raja Bandarangin itu
pun
bertekat
mengalahkan
dan
menangkap Raja Singabarong hiduphidup.
Sedangkan
Raja
Singabarong
tercekat
hatinya
karena
serbuan
mendadak
pasukan
Kelanaswandana
telah
berhasil
menghancurkan
pasukannya. Raja Singabarong yang
menjadi sangat marah segera menyerang
Raja Kelanaswandana. Perang tanding
65

pun segera terjadi antara kedua raja yang


sakti itu.
Namun
pada
akhirnya
Raja
Singabarong harus mengaku kesaktian
Raja Kelanaswandana. Bahkan karena
kesaktian Raja Kelanaswandana, Raja
Singabarong dapat dikutuk menjadi
binatang berkepala dua dan dijadikan
pelengkap
persyaratan
Dewi
Sanggalangit. Demikianlah, maka pada
hari
yang
ditentukan,
datanglah
rombongan Raja Kelanaswandana yang
diringi dengan pertunjukan yang belum
pernah
ada
sebelumnya.
Seratus
gamelan,
gendang
dan
terompet
menimbulkan perpaduan suara yang
aneh, merdu mendayu-dayu. Ditambah
lagi dengan hadirnya seekor binatang
berkepala dua yang menari-nari liar
namun menarik hati telah menjadikan
rakyat
Kediri
heboh.
Oleh Raja Kelanaswandana pertunjukan
kesenian itu dinamakan Reog. Oleh
karena Kerajaan Bandarangin terletak di
Wengker, sedangkan Wengker adalah
nama lain dari Ponorogo, maka kesenian
66

Reog itu akhirnya terkenal dengan nama


Reog Ponorogo. Dengan iringan Reog
Ponorogo
itulah
akhirnya
Raja
Kelanaswandana berhasil mendapatkan
Dewi
Sanggalangit
dan
berjanji
menghentikan kesenangannya menyukai
anak laki-laki.

Sawunggaling
Jaka Berek baru saja pulang dari
bermain dengan teman-temannya. Ia
marah, penasaran bukan kepalang karena
teman-temannya selalu mengejek bahwa
ia tak punya ayah sah alias anak haram.
Sesampai di rumah, Jaka Berek segera

menjumpai ibunya yang saat itu sedang


berkumpul dengan kakek dan neneknya.
67

Biyung (Ibu), aku tak tahan lagi, ujar


Jaka Ada apa, Anakku ? Kenapa
wajahmu cemberut begitu? tanya ibu
Jaka-Dewi
Sangkrah.Biyung
harus
menjelaskan,
siapakah
sebenarnya
ayahku?..Kalau sudah meninggal dimana
kuburnya biar aku mengirim doa di
pusaranya, dan jika masih hidup, sudilah
ibu
menunjukkan
tempatnya
padaku.rengek Joko pada Ibunya.
Hati Dewi sangkrah berdebar, Ia
sudah menduga hal ini akan terjadi. Tak
bisa tidak dia harus menjawabnya dengan
gamblang. Anakku Jaka Berek, karena
kau telah dewasa, sudah sepatutnya kau
bertanya tentang ayahmu. Ketahuilah
anakku, ayahmu adalah seorang adipati
di
Kadipaten
Surabaya.
Namanya
Jayengrana.
Bila
ingin
bertemu
dengannya datanglah kesana.
Dengan bekal seadanya, Jaka Berek
berangkat ke Kadipaten Surabaya untuk
menjumpai ayahnya. Ketika hendak
memasuki pintu gapura kadipaten,Jaka
68

Berek dicegat oleh seorang prajurit yang


sedang berjaga.
Berhenti kamu! teriak prajurit itu.
mau apa berani datang ke kadipaten
ini?
Saya ingin bertemu dengan sang
adipati..jawab Jaka dengan wajahnya
yang polos sebagaimana kebanyakan
pemuda desa. anak muda ketahuilah aku
adalah prajurit yang sedang berjaga. Kau
tidak boleh masuk ke kadipaten.kau harus
pergi dari sini sebelum kuusir..bentak
prajurit itu.
Aku tak mau pergi sebelum
bertemu dengan Adipati Jayengrana,
jawab Jaka Berek.
Prajurit penjaga itu jengkel melihat
Jaka Berek yang tak mau pergi .Maka
iapun menyerang Jaka Berek agar segera
pergi, tetapi Jaka Berek bukannya pergi
malah
melawan
dengan
berani.
Untunglah perkelahian itu diketahui oleh
dua orang putera Adipati Jayengrana
yang
bernama
Sawungsari
dan
69

Sawungrana.
Oleh
mereka perkelahian itu
dilerai. Maaf pangeran,
pemuda
ini
hendak
memaksa
masuk
kadipaten.saya halanghalangi tetapi dia malah
melawan.lapor prajurit
itu. Mendengar laporan
dari
prajuritnya
keduanya
bertanya
pada Jaka Berek, Maaf,
siapakah saudara dan
ada
keperluan
apa
hendak
memaksa
masuk
kadipaten?tanya
Sawungrana.
Aku
hendak menghadap Adipati Jayengrana.
Ada yang ingin ku sampaikan kepada
beliau.
Tak ada orang luar yang boleh
menemui ayahku. Sebaiknya kau pulang
saja atau aku yang memaksamu pulang.
kata Sawungsari. Aku tetap pada
pendirianku,
mau
menemui
Adipati
Jayengrana! tegas Jaka Berek.
70

Melihat kenekatan Jaka, kedua


putera
Adipati
itupun
segera
mengeroyoknya, dengan tangkas Jaka
Berek melawan. Belum lama perkelahian
itu, Adipati Jayengrana keluar dan
melihatnya
dan
iapun
segera
menghampiri. Hei..hentikan perkelahian
ini! teriaknya. Adipati menanyakan hal
ihwal perkelahian, kedua puteranyapun
menjelaskan secara terperinci.
Kamu yang bernama Jaka Berek
yang mau menemuiku, sekarang katakan
apa keperluanmu?
Hamba hanya ingin mencari ayah
hamba yang menjadi adipati di sini yang
bernama
Adipati
Jayengrana.kalau
memang tuan orangnya,tentu tuanlah
ayah hamba. Nanti dulu. Siapa nama
ibumu dan apa buktinya kalau kau
memang anakku? Hamba adalah putera
dari Biyung Dewi Sangkrah. Sebagai
buktinya,ibu memberi hamba sebuah
selendang Cinde Puspita ini.Jaka Berek
mengeluarkan selendang dari bungkusan
yang
dibawanya.
71

Ternyata benar selendang itu adalah


selendang Cinde Puspita yang dulu oleh
Adipati Jayengrana diberikan pada Dewi
Sangkrah yang dicintainya.
Kalau begitu kau memang anakku
Adipati
memeluk
Jaka
Berek
dan
memperkenalkan Jaka pada saudaranya,
Sawungrana
dan
Sawungsari.
Jaka
Berekpun tinggal di kadipaten dan
berganti nama menjadi Sawunggaling.
Suatu hari Kadipaten Surabaya
kedatangan
kompeni
belanda
yang
dipimpin
oleh
Kapten
Knol
yang
membawa surat dari Jenderal De Boor
yang
isinya
mengatakan
bahwa
kedudukan adipati di Surabaya akan
dicabut karena Adipati Jayengrana tak
mau
bekerjasama
dengan
kompeni
belanda. Tetapi pada saat itu,ada
pengumuman
bahwa
di
alun-alun
Kartasura akan diadakan sayembara
sodoran (perang tanding prajurit berkuda
dengan bersenjata tombak) dengan
memanah umbul-umbul yang bernama
umbul-umbul Yunggul Yuda.
72

Adipati Jayengrana yang sudah


dicabut kedudukannya itupun menyuruh
kedua anaknya agar giat berlatih untuk
mengikuti sayembara itu.Pemenang dari
sayembara itu akan diangkat menjadi
adipati di Surabaya.
Pada hari sayembara diadakan,
tanpa
memberitahu
Sawunggaling,
Jayengrana dan kedua puteranya pergi ke
Kartasura.dan tanpa setahu merekapun
Sawunggaling juga pergi ke Kartasura.
Sebelum berangkat Sawunggaling pulang
ke desa meminta doa restu dari ibu,
kakek dan neneknya
Sayembara memanah umbul-umbul
itu
ternyata
hanya
diikuti
oleh
Sawungrana dan Sawungsari, tetapi
keduanya gagal tak bisa menjatuhkan
umbul-umbul Tunggul Yuda yang dipasang
di Menara Galah. Karena tak ada
pemenangnya, Sosra Adiningrat yang
bertindak sebagai panitia pelaksana
lomba, segera mengadakan pendaftaran
lagi.nPada saat itu ada seorang pemuda
yang ikut mendaftar dan ternyata dialah
73

Sawunggaling
dan
diapulalah
satusatunya yang bisa menjatuhkan umbulumbul
Tunggul
Yuda.
Dengan
kemenangan ini selain diangkat menjadi
adipati, Sawunggalingpun mendapatkan
puteri
dari
Amangkurat
Agung
di
Kartasura yang bernama Nini Sekat
Kedaton.
Keberhasilan
sawunggaling
itu
membuat
iri
dua
saudaranya.
Sawungrana
dan
sawungsari
ingin
mencelakakan sawunggaling, pada saat
pesta besar-besaran untuk merayakan
pengangkatan
Sawunggaling
sebagai
adipati di Surabaya, secara diam-diam
mereka memasukkan bubuk racun ke
dalam
gelas
minuman
Sawunggaling.namun
perbuatan
itu
diketahui oleh Adipati Cakraningrat dari
Madura. Ketika minuman itu disodorkan
pada Sawunggaling, Adipati Cakraningrat
pura-pura menubruk Sawunggaling yang
mengakibatkan terjatuhnya gelas berisi
racun itu. Melihat itu, Sawungrana sangat
marah Dinda Sawunggaling, lihatlah ulah
adipati dari Madura itu, dia tidak
74

menghormatimu
karena
telah
menjatuhkan minuman. Ini penghinaan
Dengan cepat, disambarnya tangan
Adipati Cakraningrat dan ditariknya
keluar dari kadipaten. Mengapa paman
menghinaku di hadapan para tamu.
Apakah
paman
ingin
menantangku
berkelahi? tanya Sawunggaling.
Tenang anakku, ketahuilah bahwa
minuman yang hendak kau minum itu
sebenarnya telah diberi racun oleh
Sawungrana,
aku
melihatnya
Sawunggaling merasa menyesal telah
tergesa-gesa
menuduh
Adipati
Cakraningrat yang bukan-bukan.
Dan semua itu memang telah
direncanakan oleh para kompeni Belanda.
Kedua kakakmu telah bergabung dengan
para kompeni karena menginginkan
kedudukan sebagai adipati di Surabaya
jelas Adipati Cakraningrat.
Sejak
saat
itu
Sawunggaling
bertekad memerangi Belanda, dia selalu
menambah kekuatan laskarnya. Dalam
75

suatu
peperangan
yang
sengit
Sawunggaling
berhasil
membunuh
Jenderal De Boor. Akhirnya, karena
menderita sakit
parah, Sawunggaling
meninggal dunia di daerah Kupang dan di
makamkan di Lidah Wetan- Surabaya.

76

Asal usul telaga warna


Dahulu kala, ada sebuah kerajaan
yang dipimpin oleh seorang raja. Prabu,
itu adalah nama panggilannya. Ia adalah
raja yang baik dan bijaksana.
Sayangnya, Prabu dan permaisuri
belum memiliki anak. Itu membuat
pasangan kerajaan itu sangat sedih. Ratu
sering murung dan menangis. Prabu pun
ikut sedih melihat permaisurinya.. Lalu
Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di
sana sang Prabu terus berdoa, agar
dikaruniai anak.
Pada akhirnya, setelah melewati
berbagai macam ujian, keinginan mereka
terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh
rakyat di kerajaan itu senang sekali.
Mereka membanjiri istana dengan hadiah.
Sembilan bulan kemudian, Ratu
melahirkan seorang putri. Penduduk
negeri pun kembali mengirimi putri kecil
itu berbagai macam hadiah. Belasan
77

tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja


yang cantik. Prabu dan Ratu sangat
menyayangi putrinya.Mereka memberi
putrinya apa pun yang dia inginkan. Hal
itu tentu saja membuatnya menjadi gadis
yang manja. Walaupun begitu, orangtua
dan rakyat di kerajaan itu mencintainya.
Hari terus berlalu. Putri pun tumbuh
menjadi gadis tercantik di seluruh negeri.
Dalam beberapa hari, Putri akan berusia
17 tahun. Maka para penduduk di negeri
itu pergi ke istana. Mereka membawa
berbagai macam hadiah yang sangat
indah.
Prabu mengambil sedikit emas dan
permata dari hadiah yang diberikan. Ia
membawanya ke ahli perhiasan. "Tolong,
buatkan kalung yang sangat indah untuk
putriku," kata Prabu. "Dengan senang
hati, Yang Mulia." Sang ahli perhiasan lalu
bekerja dengan sebaik mungkin. Ia
menciptakan kalung yang paling indah di
dunia.

78

Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk


negeri berkumpul di alun-alun istana.
Ketika Prabu dan permaisuri datang,
orang-orang
menyambutnya
dengan
gembira.
Sambutan
hangat
makin
terdengar, ketika Putri yang cantik jelita
muncul di hadapan semua orang. Prabu
lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang
indah sudah dipegangnya.
"Putriku, hari ini kuberikan kalung
ini. Ini pemberian rakyat dari penjuru
negeri.
Mereka
mempersembahkan
hadiah ini, karena mereka gembira
melihatmu tumbuh jadi dewasa," kata
Prabu. Putri menerima kalung itu.
"Aku tak mau memakainya. Kalung
ini jelek!" seru Putri. Dilemparnya kalung
itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas
dan permatanya tersebar di lantai.
Tak seorang pun menyangka, Putri
akan berbuat seperti itu. Suasana hening.
Tiba-tiba terdengar tangisan permaisuri.
Tangisannya diikuti oleh semua orang.
79

Tiba-tiba saja muncul mata air dari


halaman istana. Mula-mula membentuk
kolam kecil. Lalu istana mulai banjir.
Membentuk danau. Dan danau itu makin
besar dan menenggelamkan istana.

Danau ini kemudian dikenal dengan


nama Talaga Warna. Pada hari yang
cerah, kita bisa melihat danau itu penuh
warna. Orang-orang mengatakan, warnawarna itu berasal dari kalung Putri yang
tersebar di dasar telaga.

80

Gunung Tangkuban
Perahu
Cerita Rakyat dari Jawa Barat
Pada jaman dahulu, tersebutlah
kisah seorang puteri raja di Jawa Barat
bernama Dayang Sumbi.
Ia mempunyai seorang
anak laki-laki yang diberi
nama Sangkuriang. Anak
tersebut sangat gemar
berburu
Ia
berburu
dengan ditemani oleh Tumang, anjing
kesayangan istana. Sangkuriang tidak
tahu, bahwa anjing itu adalah titisan
dewa dan juga bapaknya.
Pada suatu hari Tumang tidak mau
mengikuti perintahnya untuk mengejar
hewan buruan. Maka anjing tersebut
diusirnya ke dalam hutan. Ketika kembali
ke istana, Sangkuriang menceritakan
81

kejadian itu pada ibunya. Bukan main


marahnya
Dayang
Sumbi
begitu
mendengar cerita itu. Tanpa sengaja ia
memukul kepala Sangkuriang dengan
sendok
nasi
yang
dipegangnya.
Sangkuriang terluka. Ia
sangat
kecewa
dan
pergi mengembara.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi
sangat menyesali dirinya. Ia selalu berdoa
dan sangat tekun bertapa. Pada suatu
ketika, para dewa memberinya sebuah
hadiah. Ia akan selamanya muda dan
memiliki
kecantikan
abadi.
Setelah
bertahun-tahun
mengembara,
Sangkuriang akhirnya berniat untuk
kembali ke tanah airnya. Sesampainya
disana, kerajaan itu sudah berubah total.
Disana dijumpainya seorang gadis jelita,
yang tak lain adalah Dayang Sumbi.
Terpesona
oleh
kecantikan
wanita
tersebut maka, Sangkuriang melamarnya.
82

Oleh karena pemuda itu sangat tampan,


Dayang Sumbi pun sangat terpesona
padanya.
Pada suatu hari Sangkuriang minta
pamit untuk berburu. Ia minta tolong
Dayang Sumbi untuk merapikan ikat
kepalanya. Alangkah terkejutnya Dayang
Sumbi ketika melihat bekas luka di kepala
calon suaminya. Luka itu persis seperti
luka anaknya yang telah pergi merantau.
Setelah lama diperhatikannya, ternyata
wajah pemuda itu sangat mirip dengan
wajah anaknya. Ia menjadi sangat
ketakutan. Maka kemudian ia mencari
daya upaya untuk menggagalkan proses
peminangan itu. Ia mengajukan dua buah
syarat. Pertama, ia meminta pemuda itu
untuk membendung sungai Citarum. Dan
kedua, ia minta Sangkuriang untuk
membuat sebuah sampan besar untuk
menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu
harus sudah dipenuhi sebelum fajar
menyingsing.
83

Malam itu Sangkuriang melakukan


tapa.
Dengan
kesaktiannya
ia
mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk
membantu menyelesaikan pekerjaan itu.
Dayang Sumbi pun diam-diam mengintip
pekerjaan tersebut. Begitu pekerjaan itu
hampir selesai, Dayang
Sumbi memerintahkan
pasukannya
untuk
menggelar kain sutra
merah di sebelah timur
kota.
Ketika
menyaksikan warna memerah di timur
kota, Sangkuriang mengira hari sudah
menjelang pagi. Ia pun menghentikan
pekerjaannya. Ia sangat marah oleh
karena itu berarti ia tidak dapat
memenuhi syarat yang diminta Dayang
Sumbi.
Dengan kekuatannya, ia menjebol
bendungan yang dibuatnya. Terjadilah
banjir besar melanda seluruh kota. Ia pun
kemudian menendang sampan besar
84

yang dibuatnya. Sampan itu melayang


dan jatuh menjadi sebuah gunung yang
bernama
Tangkuban
Perahu.

85

Asal Mula Nama Salatiga


Cerita Rakyat dari Jawa Tengah
Zaman dahulu, Kota Semarang
dipimpin oleh Adipati Pandanarang II dan
mempunyai
isteri
bernama
Nyai
Pandanarang.
Ia
terkenal
sebagai
pemimpin yang jujur, tetapi juga orang
yang menyukai harta benda berlimpah.
Sifat
kurang
baik
Adipati
ini
terdengar oleh Sunan Kalijaga, seorang
wali yang sangat arif bijaksana. Sunan
berniat mengingatkan Pandanarang II
dengan
menyamar
sebagai
tukang
rumput.
Ketika
lewat
di
halaman
Kabupaten,
Adipati
Pandanarang
II
menawar rumputnya dengan harga
sangat rendah.
Penjual rumput itu setuju dan
meletakkan rumputnya di kandang.
Sebelum pergi, ia menyelipkan yang lima
sen di antara rerumputan. Uang tersebut
ditemukan oleh abdi dalem Pandanarang
II yang segera melaporkannya kepada
tuannya.
86

Kejadian ini berulang kali terjadi


selama satu minggu. Pandanarang II
heran mengapa tukang rumput tersebut
tidak pernah menanyakan uangnya.
Ketika tukang rumput itu kembali datang,
Pandanarang pun menanyakan asal usul
tukang rumput itu. Ia juga menanyakan
mengapa ia seperti tidak membutuhkan
uang. Tukang rumput itu menjawab
bahwa ia tidak butuh benda-benda
duniawi yang melimpah karena semuanya
tidak ada yang abadi. Ia juga bilang
bahwa ada emas permata tertanam di
dalam halaman istana.
Adipati
Pandanarang
marah
mendengar jawaban itu. Ia merasa
sedang dihina oleh tukang rumput itu.
Namun, ternyata, kata-kata orang itu
benar. Ada emas permata di dalam tanah
istana.
Akhirnya,
Sang
Adipati
mengetahui bahwa orang itu adalah
Sunan Kalijaga. Adipati itu memohon
maaf dan memohon untuk jadi murid
Sunan
Kalijaga.
Sunan
Kalijaga
menyetujuinya,
asalkan
Pandanarang
melepaskan kegemarannya pada harta
duniawi.
87

Isteri Sang Adipati pun ingin ikut


suaminya.
Namun,
ia
tak
rela
meninggalkan
harta
bendanya
dan
menyerahkannya kepada fakir miskin. Ia
menyuruh suaminya berangkat lebih
dulu. Lalu, perempuan ini menyimpan
emas dan permata di dalam tongkatnya
yang terbuat dari bambu.
Pandanarang bisa menyusul Sunan
Kalijaga.
Mereka
pun
menempuh
perjalanan
bersama.
Di
perjalanan,
mereka
dihadang
oleh
tiga
para
penyamun.
Kalau kau ingin barang berharga,
tunggulah. Sebentar lagi, akan lewat
seorang wanita tua. Cegatlah. Kau akan
mendapatkan emas permata di dalam
tongkat bambunya, kata Sunan Kalijaga.
Lalu, muncullah Nyai Pandanarang
berjalan tertatih-tatih dengan tongkat
bambu. Ketiga penyamun menghadang
perempuan itu dan merampas tongkat
bambu yang ia pegang.
Nyai Pandanarang tidak bisa berbuat
apa-apa selain merelakan hartanya
dirampas.
Ketika
berhasil
bertemu
88

dengan suaminya dan Sunan Kalijaga, ia


menceritakan kejadian perampokan yang
dialaminya sambil menangis.
Kau tidak mendengarkan kata
suamimu. Untuk berguru denganku,
kalian harus meninggalkan harta duniawi.
Jadi, kejadian ini salahmu sendiri, ujar
Sunan Kalijaga.
Untuk mengingat kejadian tersebut,
Sunan Kalijaga menamakan daerah itu
dengan Salah Tiga.
Ada tiga yang melakukan kesalahan
di sini, yaitu kau sendiri, suamimu, dan
para penyamun itu. Kelak, tempat ini
akan menjadi kota yang ramai, kata
Sunan Kalijaga.
Pada perkembangan selanjutnya,
nama Salah Tiga bergeser ucapannya
menjadi Salatiga. Kini, Salatiga menjadi
kota yang ramai seperti yang pernah
diperkirakan oleh Sunan Kalijaga.

89

Manik Angkeran
Cerita Rakyat dari Bali
Pada jaman dulu di kerajaan Daha
hiduplah
seorang
Brahmana
yang
benama Sidi Mantra yang sangat terkenal
kesaktiannya. Sanghyang Widya atau
Batara Guru menghadiahinya Harta
benda dan seorang istri yang cantik.
Sesudah bertahun-tahun kawin, mereka
mendapat seorang anak yang mereka
namai Manik Angkeran.
Meskipun Manik Angkeran seorang
pemuda yang gagah dan pandai namun
dia mempunyai sifat yang kurang baik,
yaitu suka berjudi. Dia sering kalah
sehingga dia terpaksa mempertaruhkan
harta kekayaan orang tuanya, malahan
berhutang pada orang lain. Karena tidak
dapat membayar hutang, Manik Angkeran
meminta bantuan ayahnya untuk berbuat
sesuatu. Sidi Mantra berpuasa dan berdoa
untuk memohon pertolongan dewa-dewa.
Tiba-tiba dia mendengar suara, Hai, Sidi
Mantra, di kawah Gunung Agung ada
90

harta karun yang dijaga seekor naga yang


bernarna Naga Besukih. Pergilah ke sana
dan mintalah supaya dia mau mernberi
sedikit hartanya.
Sidi Mantra pergi ke Gunung Agung
dengan mengatasi segala rintangan.
Sesampainya di tepi kawah Gunung
Agung,
dia duduk bersila.
Sambil
membunyikan
genta
dia
membaca
mantra dan memanggil nama Naga
Besukih. Tidak lama kernudian sang Naga
keluar. Setelah mendengar maksud
kedatangan Sidi Mantra, Naga Besukih
menggeliat dan dari sisiknya keluar emas
dan intan. Setelah mengucapkan terima
kasih, Sidi Mantra mohon diri. Semua
Harta benda yang didapatnya diberikan
kepada Manik Angkeran dengan harapan
dia tidak akan berjudi lagi. Tentu saja
tidak lama kemudian, harta itu habis
untuk taruhan. Manik Angkeran sekali lagi
minta bantuan ayahnya. Tentu saja Sidi
Mantra
menolak
untuk
membantu
anakya.

91

Manik Angkeran mendengar dari


temannya bahwa harta itu didapat dari
Gunung Agung. Manik Angkeran tahu
untuk sampai ke sana dia harus
membaca mantra tetapi dia tidak pernah
belajar mengenai doa dan mantra. Jadi,
dia hanya membawa genta yang dicuri
dari ayahnya waktu ayahnya tidur.
Setelah sampai di kawah Gunung
Agung, Manik Angkeran membunyikan
gentanya. Bukan main takutnya ia waktu
ia melihat Naga Besukih. Setelah Naga
mendengar maksud kedatangan Manik
Angkeran, dia berkata, Akan kuberikan
harta yang kau minta, tetapi kamu harus
berjanji untuk mengubah kelakuanmu.
Jangan berjudi lagi. Ingatlah akan hukum
karma.
Manik Angkeran terpesona melihat
emas, intan, dan permata di hadapannya.
Tiba-tiba ada niat jahat yang timbul
dalam hatinya. Karena ingin mendapat
harta lebih banyak, dengan secepat kilat
dipotongnya ekor Naga Besukih ketika
Naga beputar kembali ke sarangnya.
92

Manik Angkeran segera melarikan diri dan


tidak terkejar oleh Naga. Tetapi karena
kesaktian Naga itu, Manik Angkeran
terbakar menjadi abu sewaktu jejaknya
dijilat sang Naga.
Mendengar
kematian
anaknya,
kesedihan
hati
Sidi
Mantra
tidak
terkatakan. Segera dia mengunjungi Naga
Besukih dan memohon supaya anaknya
dihidupkan
kembali.
Naga
menyanggupinya asal ekornya dapat
kembali
seperti
sediakala.
Dengan
kesaktiannya,
Sidi
Mantra
dapat
memulihkan ekor Naga. Setelah Manik
Angkeran dihidupkan, dia minta maaf dan
berjanji akan menjadi orang baik. Sidi
Mantra tahu bahwa anaknya sudah
bertobat tetapi dia juga mengerti bahwa
mereka tidak lagi dapat hidup bersama.

93

Kamu harus mulai hidup baru tetapi


tidak di sini, katanya. Dalam sekejap
mata dia lenyap. Di tempat dia berdiri
timbul sebuah sumber air yang makin
lama makin besar sehingga menjadi laut.
Dengan
tongkatnya,
Sidi
Mantra
membuat garis yang mernisahkan dia
dengan anaknya. Sekarang tempat itu
menjadi selat Bali yang memisahkan
pulau Jawa dengan pulau Bali

94

Telaga Pasir
Cerita Rakyat dari Jawa Timur
Kyai Pasir dan Nyai Pasir adalah
pasangan suami isteri yang hidup di
hutan gunung Lawu. Mereka berteduh di
sebuah rumah (pondok) di hutan lereng
gunung Lawu sebelah timur. Pondok itu
dibuat dari kayu hutan dan beratapkan
dedaunan. Dengan pondok yang sangat
sederhana ini keduanya sudah merasa
sangat aman dan tidak takut akan bahaya
yang menimpanya, seperti gangguan
binatang buas dan sebagainya. Lebihlebih mereka telah lama hidup di hutan
tersebut sehingga paham terhadap
situasi lingkungan sekitar dan pasti dapat
mengatasi
segala
gangguan
yang
mungkin akan menimpa dirinya.

ke

Pada suatu hari pergilah Kyai Pasir


hutan dengan maksud bertanam
95

sesuatu di ladangnya, sebagai mata


pencaharian untuk hidup sehari-hari. Oleh
karena ladang yang akan ditanami
banyak pohon-phon besar, Kyai Pasir
terlebih dahulu menebang beberapa
pohon besar itu satu demi satu.

96

Tiba-tiba Kyai Pasir terkejut karena


mengetahui sebutir telur ayam terletak di
bawah salah sebuah pohon yang hendak
ditebangnya. Diamat-amatinya telur itu
sejenak sambil
bertanya
di
dalam hatinya,
telur
apa
gerangan yang
ditemukan itu.
Padahal
di
sekitarnya tidak
tampak
binatang
unggas seekorpun yang biasa bertelur.
Tidak berpikir panjang lagi, Kyai Pasir
segera pulang membawa telur itu dan
diberikan kepada isterinya.
Kyai Pasir menceritakan ke Nyai
Pasir awal pertamanya menemukan telur
itu, sampai dia bawa pulang.

97

Akhirnya kedua suami isteri itu


sepakat telur temuan itu direbus. Setelah
masak, separo telur masak tadi oleh Nyai
Pasir diberikan ke suaminya. Dimakannya
telur itu oleh Kyai Pasir dengan lahapnya.
Kemudian Kemudian Kyai Pasir berangkat
lagi
keladang
untuk
meneruskan
pekerjaan
menebang
pohon
dan
bertanam.
Dalam perjalanan kembali ke ladang,
Kyai Pasir masih merasakan nikmat telur
yang baru saja dimakannya. Namun
setelah tiba di ladang, badannya terasa
panas, kaku serta sakit sekali. Mata
berkunang-kunang, keringat dingin keluar
membasahi seluruh tubuhnya. Derita ini
datangnya secara tiba-tiba, sehingga Kyai
Pasir tidak mampu menahan sakit itu dan
akhirnya rebah ke tanah. Mereka sangat
kebingungan sebab sekujur badannya
kaku dan sakit bukan kepalang. Dalam
keadaan yang sangat kritis ini Kyai Pasir
berguling-guling di tanah, berguling
98

kesana kemari dengan dahsyatnya. Gaib


menimpa Kyai Pasir. Tiba-tiba badanya
berubah wujud menjadi ular naga yang
besar, bersungut, berjampang sangat
menakutkan. Ular Naga itu berguling
kesana kemari tanpa henti-hentinya.
Alkisah, Nyai Pasir yang tinggal di
rumah dan juga makan separo dari telur
yang direbus tadi, dengan tiba-tiba
mengalami nasib sama sebagaimana
yang dialami Kyai Pasir. Sekujur badannya
menjadi sakit, kaku dan panas bukan
main. Nyai Pasir menjadi kebingungan,
lari kesana kemari, tidak karuan apa yang
dilakukan.
Karena derita yang disandang ini
akhirnya Nyai Pasir lari ke ladang
bermaksud menemui suaminya untuk
minta pertolongan. Tetapi apa yang
dijuumpai.
Bukannya
Kyai
Pasir,
melainkan seekor ular naga yang besar
sekali dan menakutkan. Melihat ular naga
99

yang besar itu Nyai Pasir terkejut dan


takut bukan kepalang. Tetapi karena sakit
yang disandangnya semakin parah, Nyai
Pasir tidak mampu lagi bertahan dan
rebahlah ke tanah. Nyai Pasir mangalami
nasib gaib yang sama seperti yang
dialami suaminya. Demikian ia rebah ke
tanah, badannya berubah wujud menjadi
seekor ular naga yang besar, bersungut,
berjampang, giginya panjang dan runcing
sangat mengerikan. Kedua naga itu
akhirnya berguling-guling kesana kemari,
bergeliat-geliat di tanah ladang itu,
menyebabkan tanah tempat kedua naga
berguling-guling itu menjadi berserakan
dan bercekung-cekung seperti dikedukkeduk. Cekungan itu makin lama makin
luas dan dalam, sementara kedua naga
besar itu juga semakin dahsyat pula
berguling-guling dan tiba-tiba dari dalam
cekungan tanah yang dalam serta luas itu
menyembur air yang besar memancar
kemana-mana. Dalam waktu sekejap saja,
cekungan itu sudah penuh dengan air dan
100

ladang Kyai Pasir berubah wujud mejadi


kolam besar yang disebut Telaga. Telaga
ini oleh masyarakat setempat terdahulu
dinamakan Telaga Pasir, karena telaga ini
terwujud disebabakan oleh ulah Kyai Pasir
dan Nyai Pasir.

101

Sawerigading
Cerita Rakyat Sulawesi Selatan

Sawerigading
adalah Putra
Raja
Luwu Batara Lattu', dari Kerajaan Luwu
Purba, Sulawesi Selatan, Indonesia.
Dalam
bahasa
setempat, Sawerigading berasal dari dua
kata, yaitu sawe yang berarti menetas
(lahir) dan ri gading yang berarti diatas
bambu betung. Jadi, Sawerigading berarti
keturunan dari orang yang menetas
(lahir) diatas bambu betung. Menurut
cerita,
ketika
Batara Guru
(kakek
Sawerigading yang merupakan keturunan
dewa) pertama kali diturunkan ke bumi,
ia ditempatkan di atas bambu betung.
Sawerigading
mempunyai
saudara
kembar perempuan yang bernamaWe
Tenriabeng. Namun, sejak kecil hingga
dewasa
mereka
dibesarkan
secara
terpisah, sehingga mereka tidak saling
mengenal. Suatu ketika, saat bertemu
dengan
adik
kandungnya
itu,
Sawerigading jatuh cinta dan berniat
untuk
melamarnya.
Berhasilkah
Sawerigading menikahi We Tenriabeng,
102

saudara
kandungnya
itu?
selengkapnya dapat kita ikuti
cerita Sawerigading berikut ini.

Kisah
dalam

Alkisah, di daerah Luwu, Sulawesi


Selatan, hiduplah seorang raja bernama
La Togeq Langiq atau lebih dikenal
dengan panggilan Batara Lattu'. Sang raja
mempunyai dua orang istri, yaitu satu
103

dari golongan manusia biasa (penduduk


dunia
nyata)
bernama
We
Opu
Sengengeng dan satu lagi berasal dari
bangsa jin. Dari perkawinannya dengan
We Opu Sengengeng lahir sepasang anak
kembar emas, yakni seorang laki-laki
bernama Sawerigading dan seorang
perempuan bernama We Tenriabeng.
Berdasarkan ramalan Batara Guru (ayah
Raja Luwu), Sawerigading dan We
Tenriabeng kelak akan saling jatuh cinta
dan menikah. Padahal menurut adat
setempat, seseorang sangat pantang
menikahi saudara kandung sendiri. Agar
tidak melanggar adat tersebut, Raja Luwu
pun
membesarkan
kedua
anak
kembarnya tersebut secara terpisah. Ia
menyembunyikan anak perempuannya
(We Tenriabeng) di atas loteng istana
sejak masih bayi.
Waktu terus berjalan, Sawerigading
tumbuh jadi pemuda yang gagah dan
tampan,
sedangkan
We
Tenriabeng
tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita.
Namun, sepasang anak kembar tersebut
belum saling mengenal.
104

Pada suatu hari, Sawerigading


bersama sejumlah pengawal istana diutus
oleh ayahnya berlayar ke Negeri Taranati
(Ternate) untuk mewakili Kerajaan Luwu
dalam sebuah pertemuan para pangeran.
Namun
sebenarnya
tujuan
utama
Sawerigading diutus pergi jauh ke Ternate
karena
saudara
kembarnya
We
Tenriabeng akan dilantik jadi bissu dalam
sebuah upacara umum, yang tentu saja
tidak
boleh
dihadirinya
karena
dikhawatirkan akan bertemu dengan We
Tenriabeng.
Dalam perjalanan menuju ke Negeri
Ternate, Sawerigading mendapat kabar
dari seorang pengawalnya bahwa ia
mempunyai saudara kembar yang cantik
jelita. Sawerigading tersentak kaget
mendengar kabar tersebut.

105

"Apa katamu? Aku mempunyai


saudara kembar perempuan?" tanya
Sawerigading dengan kaget.
"Benar, Pangeran! Saudara mu itu
bernama Tenriabeng. Ia disembunyikan
dan dipelihara di atas loteng istana sejak
kecil," ungkap pengawal itu.
Sekembalinya
dari
Ternate,
Sawerigading langsung mencari saudara
kembarnya yang disembunyikan di atas
loteng istana.Tak pelak lagi, Sawerigading
langsung jatih cinta saat melihat saudara
kembarnya itu dan memutuskan untuk
menikahinya. Raja Luwu Batara Luttu'
106

yang mengetahui rahasia keluarga istana


tersebut terbongkar segera memanggil
putranya itu untuk menghadap.
"Wahai,
putraku!
Mengharap
pendamping
hidup
untuk
saling
menentramkan hati bukanlah yang keliru.
Tapi, perlu kamu ketahui bahwa menikahi
saudara kandung sendiri merupakan
pantangan terbesar dalam adat istiadat
kita. Jika adat ini dilanggar, bencana akan
menimpa
negeri
ini.
Sebaiknya
urungkanlah niatmu itu, Putraku!" bujuk
Raja Luwu Batara Lattu'.
Namun,
bujukan
ayahandanya
tersebut
tidak
menyurutkan
niat
Sawerigading untuk menikahi adiknya.
Namun, akhirnya Sawerigading mengalah
setelah We Tenriabeng memberitahunya
bahwa di Negeri Cina (bukan Cina
Tiongkok, tapi daerah Ternate, Kabupaten
Bone
Sulawesi
Selatan)
mereka
mempunyai saudara sepupu yang sangat
mirip dengannya.
"Bang, pergilah ke Negeri Cina! Kita
mempunyai
saudara
sepupu
yang
bernama We Cudai. Ayahanda pernah
bercerita bahwa aku dan We Cudai bagai
107

pinang
dibelah
Tenriabeng.

dua,"

bujuk

We

"Benar.
Putraku!
Wajah
dan
perawakan We Cudai sama benar dengan
adikmu We Tenriabeng," sahut Raja Luwu
Batara Luttu'.
Untuk membuktikan kebenaran katakatanya, We Tenriabeng memberikan
sehelai rambut, sebuah gelang dan
cincinnya kepada Sawerigading. We
Tenriabeng
juga
berjanji
jika
perkataannya tidak benar, ia bersedia
menikah dengan Sawerigading.
"Bang! Jika rambut ini tidak sama
panjang dengan rambut We Cudai, gelang
dan cincin ini tidak cocok dengan
pergelangan dan jarinya, aku bersedia
menikah dengan Abang," kata We
Tenriabeng.
Akhirnya,
Sawerigading
pun
bersedia berangkat ke Negeri Cina,
walaupun dihatinya ada rasa kecewa
keepada orang tuanya karena tidak
diizinkan
menikahi
adiknya.
Untuk
berlayar ke Negeri Cina, Sawerigading
harus menggunakan kapal besar yang
108

terbuat
dari
kayu welerennge (kayu
Belanda)
yang
mampu
menahan
hantaman badai dan ombak besar di
tengah laut.
"Wahai, Putraku! Untuk memenuhi
keinginanmu meperistri We Cudai, besok
pergilah
ke
hulu
Sungai
Saqdan
menebang pohon welerennge raksasa
untuk dibuat perahu!" perintah Raja Luwu
Batara Lattu'.
Keesokan
harinya,
berangkatlah
Sawerigading ke tempat yang dimaksud
ayahnya itu. Ketika sampai di tempat itu,
ia pun segera menebang pohon raksasa
tersebut. Anehnya, walaupun batang dan
pangkalnya telah terpisah, pohon raksasa
itu tetap tidak mau roboh. Namun, hal itu
tidak membuatnya putus asa. Keesokan
harinya, Sawerigading kembali menebang
pohon ajaib itu, tapi hasilnya tetap sama.
Kejadian aneh ini terulang hingga tiga
hari berturut-turut. Sawerigading pun
mulai putus asa dan hatunya sangat
galau
memikirkan
apa
gerangan
penyebabnya.
Mengetahui
kegalauan
hati
abangnya, pada malam harinya We
109

Tenriabeng secara diam-diam pergi ke


hulu Sungai Saqdan. Sungguh ajaib!
Hanya sekali tebasan, pohon raksasa itu
pun roboh ke tanah;
Dengan ilmu yang dimilikinya, We
Tenriabeng segera mengubah pohon
raksasa itu menjadi sebuah perahu layar
yang siap untuk mengarungi samudera
luas.
Keesokan
harinya,
Sawerigading
kembali ke hulu Sungai Saqdan. Betapa
terkejutnya ia ketika melihat pohon
welerennge raksasa yang tak kunjung
bisa dirobohkannya kini telah berubah
menjadi sebuah perahu layar.
"Hei, siapa yang melakukan semua
ini?" gumam Sawerigading heran.
"Ah,
tidak
ada
gunanya
aku
memikirkan siapa yang membantuku
membuat perahu layar ini. Yang pasti aku
harus segera pulang untuk menyiapkan
perbekalan yang akan aku bawa berlayar
ke Negeri Cina," pungkasnya seraya
bergegas pulang ke istana.
Setelah
menyiapkan
sejumlah
pengawal
dan
perbekalan
yang
diperlukan, berangkatlah Sawerigading
110

bersama rombongannya menuju Negeri


Cina. Dalam perjalanan, mereka menemui
berbagai
tantangan
dan
rintangan
hantaman badai dan ombak serta
serangan para perompak. Namun, berkat
izin Tuhan Yang Mahakuasa, Sawerigading
bersama pasukannya melalui semua
rintangan tersebut dan selamat sampai
tujuan
Setibanya
di
Negeri
Cina,
Sawerigading mendengar kabar bahwa
We Cudai telah bertunangan dengan
seorang pemuda bernama Settiyabonga.
Namun, hal itu tidak menyurutkan
niatnya
untuk
melihat
langsung
kecantikan wajah We Cudai. Untuk itu, ia
pun
memutuskan
untuk menyamar
menjadi pedagang orang oro (berkulit
hitam).
Untuk
memenuhi
penyamarannya, ia harus mengorbankan
satu nyawa orang oro sebagai tumbal.
Pada mulanya, orang oro yang akan
dijadikan
tumbal
tersebut
mengiba
kepadanya.
"Ampun, Tuan! Jika kulit saya
dijadikan pembungkus tubuh Tuan, tentu
saya meninggal."
111

Namun,
setelah
Sawerigading
membujuknya dengan tutur kata yang
halus,
akhirnya
orang oro itu
pun
bersedia
memenuhi
permintaannya.
Setelah itu, Sawerigading segera menuju
ke
istana
sebagai oro pedagang.
Setibanya di istana, ia terkagum-kagum
melihat kecantikan We Cudai?
"Benar kata Ayahanda, We Cudai
dan We Tenriabeng bagai pinang dibelah
duda. Perawakan mereka benar-benar
serupa," ucap Sawerigading.
Setelah membuktikan kecantikan We
Cudai, Sawerigading segera mengirim
utusan
untuk
melamarnya
dan
lamarannya pun diterima oleh keluarga
istana Kerajaan Cina. Namun, sebelum
pesta pernikahan dilangsungkan, We
Cudai mengirim seorang pengawal istana
untuk mengusut siapa sebenarnya calon
suaminya itu.
Suatu hari, utusan itu mendekati
perahu layar Sawerigading yang tengah
bersandar di pelabuhan. Keberulan, saat
itu para pengawal Sawerigading yang
berbulu lebat sedang mandi. Utusan itu
ketakutan saat melihat tampang mereka
112

yang dikiranya "orang-orang biadab" dan


mengira bahwa wujud Sawerigading
serupa dengan mereka. Ia pun segera
kembali ke istana untuk menyampaikan
kabar tersebut kepada We Cudai.
Mendengar kabar tersebut, We Cudai pun
berniat
untuk
membatalkan
pernikahannya
dan
mengembalikan
semua mahar Sawerigading.
Sawerigading
yang
mendengar
kabar buruk tersebut segera menghapus
penyamarannya sebagai orang oro dan
mengenakan pakaian kebesarannya, lalu
segera
menghadap
Raja
Cina.
Sesampainya di istana, ia pun segera
menceritakan asal-usul dan maksud
kedatangannya ke Negeri Cina.
"Ampun, Baginda Raja! Perkenalkan
nama Ananda Sawerigading Putra Raja
Luwu Batara Lattu' dari Sulawesi Selatan.
Ananda datang menghadap membawa
amanat
Ayahanda
dengan
harapan
sudilah
kiranya
Baginda
menerima
Ananda sebagai menantu Baginda,"
ungkap Sawerigading.
"Hai, Anak Muda! Kamu jangan
mengaku-ngaku! Apa buktinya bahwa
113

kamu adalah putra dari saudaraku itu?"


tanya Raja Cina.
Sawerigading
pun
segera
memperlihatkan sehelai rambut, sebuah
gelang
dan
cincin
pemberian
We
Tenriabeng kepada Raja Cina seraya
menceritakan semua kejadian yang
dialaminya hingga ia bisa sampai ke
Negeri Cina. Mendengar harapan dan
permohonan
saudaranya
melalui
keponakannya itu, Raja Cina terdiam
sejenak, lalu berkata:
"Baiklah! Sekarang aku percaya
bahwa kamu adalah keponakan ku.
Ayahanda mu dulu pernah mengirimkan
kabar kepada ku bahwa ia mempunyai
anak kembar emas. Anaknya yang
perempuan wajah dan perawakannya
serupa dengan putri ku."
Untuk lebih meyakinkan dirinya, Raja Cina
segera
memanggil
putrinya
untuk
menghadap. Tak berapa lama, We Cudai
pun datang dan duduk di samping
ayahandanya. Saat melihat pemuda
tampan
yang
duduk
di
hadapan
ayahandanya, We Cudai tampak gugup
dan hatinya tiba-tiba berdetak kencang.
114

Rupanya, ia jatuh hati kepada pemuda itu


yang tak lain adalah Sawerigading.
"Ada apa gerangan Ayahanda memanggil
Ananda?" tanya We Cudai tertunduk
malu-malu."Wahai Putri ku, ketahuilah!
Sesungguhnya orang yang melamar mu
beberapa hari yang lalu ternyata sepupu
mu sendiri. Namanya Sawerigading,
Ayahanda bersaudara dengan ayahnya.
Tapi, untuk meyakinkan kebenaran ini,
cobalah kamu cocokkan panjang rambut
ini dengan panjang rambut mu dan
pakailah gelang dan cincin ini!" pinta Raja
Cina seraya memberikan sehelai rambut,
sebuah gelang dan cincin itu kepada
putrinya.
Setelah We Cudai mengenakan
gelang dan cincin tersebut, maka
semakin yakinlah Raja Cina bahwa
Sawerigading benar-benar keponakannya.
Gelang dan cincin tersebut semuanya
cocok dikenakan oleh We Cudai. Begitu
pula
rambutnya
sama
panjangnya
dengan rambut We Tenriabeng.
"Bagaimana, Putri ku! Apakah kamu
bersedia menerima kembali lamaran
Sawerigading untuk mempererat tali
115

persaudaraan kita dengan keluarga


Sawerigading di Sulawesi Selatan?" tanya
Raya Cina.
"Baik, Ayahanda! Jika Ayahanda
merestui, Ananda bersedia menikah
dengan Sawerigading. Ananda mohon
maaf
karena
sebelumnya
mengira
Sawerigading bukan keluarga baik-baik,"
jawab We Cudai malu-malu.
Betapa bahagianya perasaan Raja
Cina mendengar jawaban putrinya itu.
Demikian
pula
yang
dirasakan
Sawerigading
karena
lamarannya
diterima. Dengan perasaan bahagia, ia
segera kembali ke kapalnya untuk
menyampaikan berita gembira itu kepada
para pengawalnya dan memerintahkan
mereka mengangkat semua barang
bawaan yang ada di perahu ke istana
untuk keperluan pesta.
Tiga
hari
kemudian,
pesta
pernikahan
itu
pun
dilangnsungkan
dengan meriah. Segenap rakyat Negeri
Cina turut menyaksikan pesta pernikahan
tersebut.
Setahun kemudian, Sawerigading
dan We Cudai dikaruniai oleh seoarang
116

anak yang diberi nama La Galigo. Namun,


bagi We Cudai, kebahagiaan tersebut
terasa belum lengkap jika belum bertemu
dengan mertuanya. Suatu hari, ia pun
mengajak suaminya ke Sulawesi Selatan
untuk mengunjungi mertuanya.
Mulanya,
Sawerigading
menolak
ajakan istrinya, karena ia sudah berjanji
tidak
ingin
kembali
ke
kampung
halamannya karena kecewa kepada
kedua orang tuanya yang telah menolak
keinginannya
menikahi
saudara
kembarnya. Namun, karena istrinya terus
mendesaknya,
akhirnya
ia
pun
menyetujuinya
Keesokan
harinya,
berangkatlah
sepasang suami istri itu bersama
beberapa orang pengawal menuju Negeri
Luwu.
Akan
tetapi,
mereka
tidak
membawa serta putra mereka (La Galigo)
karena masih bayi. Dalam perjalanan,
Sawerigading
bersama
rombongan
kembali menemui banyak rintangan.
Perahu yang mereka tumpangi hampir
tenggelam
di
tengah
laut
karena
dihantam badai dan gelombang besar.
Berkat
pertolongan
Tuhan
Yang
117

Mahakuasa, mereka pun selamat sampai


di
Negeri
Luwu
Setelah
bertahun-tahun
lamanya
Sawerigading bersama istrinya tinggal di
Negeri Luwu, terdengarlah kabar bahwa
di Tanah Jawa berkembang ajaran Islam.
Sawerigading
pun
segera
memerintahkan
pasukannya
untuk
memerangi ajaran tersebut. Namun apa
yang terjadi setelah pasukannya tiba di
tanah Jawa? Rupanya, mereka bukannya
memerangi penganut ajaran agama
tersebut, tetapi justru berbalik memeluk
agama Islam. Bahkan sebagian anggota
pasukannya memutuskan untuk menetap
di Tanah Jawa.
Sementara anggota pasukan lainnya
kembali
ke
Negeri
Luwu
untuk
melaporkan
kabar
tersebut
kepada
Sawerigading dan sekaligus mengajaknya
untuk memeluk agama Islam. Karena
kesal atas penghianatan pasukannya itu
dan tidak ingin masuk agama Islam,
Sawerigading
bersama
istrinya
memutuskan untuk kembali ke Negeri
Cina dan berjanji tidak ingin mengijakkan
kaki lagi di Negeri Luwu.
118

Dalam perjalanan pulang ke Negeri


Cina, kapal yang mereka tumpangi karam
di tengah laut. Konon, pasangan suamiistri tersebut menjadi penguasa buriq
liu atau peretiwi (dunia bawah laut).

119

Daftar Pustaka
Marina Asril Reza, 2011, 108 Cerita
Rakyat Terbaik Asli Nusantara
(Cerita Kepahlawanan, Mitos,
Legenda, Dongeng, & Fabel dari
33 Provinsi), Jakarta: Visimedia
http://dongengkakrico.wordpress.co
m
http://dongengceritarakyat.blogspot.
com/
http://kekunaan.blogspot.com
http://www.lokerseni.web.id
http://id.wikipedia.org
120

http://google.com

121

Anda mungkin juga menyukai