PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan mata pelajaran penting, tidak saja karena
kegunaannya dalam kehidupan praktis sehari-hari, tetapi juga karena
manfaatnya dalam mempelajari ilmu-ilmu lain. Keteraturan berfikir atau
berfikir secara sistematis dan logis, hal yang sangat berguna dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam mempelajari ilmu, sering disebut sebagai salah satu
hasil belajar matematika.
Pada tingkat sekolah dasar, siswa mempelajari matematika yang sifat
materinya masih tergolong sederhana, tetapi merupakan konsep yang
mendasar untuk prasyarat menuju konsep yang lebih tinggi, disamping banyak
memiliki nilai guna dalam kehidupan sehari-hari. Ditinjau dari hal ini maka
matematika disekolah dasar sangat penting terkait dengan peranannya untuk
membentuk keterampilan matematika lebih lanjut.
Saat ini dihadapkan pada permasalahan sangat rendahnya prestasi
belajar siswa dalam mata pelajaran matematika di sekolah dibandingkan
dengan rata-rata prestasi mereka dalam mata pelajaran lain seperti PPKn,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan sebagainya (Arifin, 2003).
Kalau dikaji secara lebih mendalam, bahwa ada banyak faktor sebagai
penyebab terjadinya hal tersebut. Yang patut dipertanyakan adalah sejauhmana
efektivitas proses belajar mengajar matematika saat ini, karena prestasi belajar
B. Rumusan Masalah
Terkait dengan uraian-uraian yang telah dipaparkan dalam latar
belakang penelitian, rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian
ini adalah: Apakah dengan Penerapan Pendekatan Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) dengan Model Pengajaran Langsung (Direc
Instruction Model) dapat meningkatkan prestasi siswa dalam Pokok Bahasan
Pecahan di Kelas V SDN 5 Desa Bentek Tahun Pelajaran 2009/2010.
C. Tujuan Penelitian
Tujun-tujuan yang diharapakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui hasil belajar siswa setelah melalui Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual dengan Model Direct Instruction Pada Poko Bahasan Pecahan
pada Kelas V di SDN 5 Desa Bentek Tahun Pelajaran 2009/2010.
2. Mengetahui sejauh mana efektifitas Penerapan Pendekatan Pembelajaran
Komtekstual dalam Pembelajaran Pokok Bahasan Pecahan secara khusus
dan pengajaran matematika secara umum pada siswa kelas V SDN 5 Desa
Bentek Tahun Pelajaran 2009/2010
D. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini diselesaikan, maka hasil dar penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Memberi bahan kajian untuk pengembangan peserta didik terutama bagi
guru matematika dalam mengajarkan matematika.
2. Sebagai bahan wacana untuk inovasi teknik pembelajaran, memperkaya
pengetahuan guru atau tidak tertutup kemungkinan pada pihak-pihak lain
dalam pemahaman terhadap Model-Model Pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORI
CTL
adalah
suatu
pengajaran
dan
pembelajaran
1. Inquiri;
dikembangkan
melalui
pengalaman-pengalaman
dengan
pengalaman
dengan
melakukan
kegiatan
yang
teknik
kontekstual.
Menurut
teori
konstruktivisme,
bahwa
memahami
konsep-konsep yang
dalam suatu
guru
perlu
memberikan
uraian
guru
yag
jelas,
10
11
pada
model
pengajaran
langsung. Teori
ini
mengamati orang
langsung
berasal
dari
penelitian
tentang
model
pengajaran langsung ari penelitian keefektifan guru pada tahun 1970an dan 1980-an. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa guru
yang
memiliki
kelas
yang
terorganisasi
dengan
baik
dan
12
13
yang
setiap
14
dicapai oleh sesorang telah mengalami proses belajar matematika yang dilalui
secara sadar dan
Minat bakat dan perhatian. Dalam belajar harus didasarkan pada minat
dan perhataian yang sunguh-sungguh serta kemampuan yang memang
sudah ada yang perlu dikembangkan
Kesehatan jasmani
dimana a dan
15
dan pecahan persen. Adapun di kelas V sekolah dasar penelitian ini akan
memfokuskan pembahasan pada pokok bahasan pecahan yang akan disajikan
menggunakan pendekatan CTL.
Pada saat siswa belajar operasi hitung pecahan, mereka perlu
pengalaman-pengalaman sehingga menemukan penemuan-penemuan untuk
sampai pada pemahaman konsep. Alternative kegiatan yang biasa dilakukan
adalah peragaan menggunakan bangun-bangun geometri. Bangun-bangun
geometri dapat dimanfaatkan sebagai alat atau media peraga mempelajari
konsep operasi pada pecahan. Bahan yang dipakai harus mudah dilipat atau
dipotong-potong sehingga luasan dari bangun tersebut bia diamati dengan
jelas sesuai dengan operasi yang diterapkan.
Sebuah kelas dikatakan mengunakan pendekatan CTL jika
menerapkan tujuh komponen utama pendekatan CTL yaitu: konstruktivisme,
inquiry, quitioning, learning community, modeling, refleksi dan peneliaian
yang sebenarnya.
1. Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Campuran Dan Sebaliknya.
Mengubah pecahan biasa yang pembilangnya lebih besar dari penyebutnya
menjadi pecahan campuran dilakukan dengan cara peragaan.
Contoh:
5
Ubahlah pecahan 4 menjadi pecahan campuran.
Jawab:
5 1 1 1 1 1
a. Gambar pecahan sebanyak 5 buah, karena 4 4 4 4 4 4
16
1
b. Gabungkan 4 buah pecahan 4 , sehingga menjadi 1 utuh.
c. Setelah penggabungan itu, diperoleh 1 utuh dan masih tersisa 1
1
pecahan 4 .
5
1
1
4
d. Jadi kesimpulannya 4
5
1
1
4
4
Jadi
a
sisa
hasil bagi
;a b
b
b
ditulis:
Ubahlah
2
3 menjadi pecahan biasa.
17
Jawab :
2
3 menggunakan luasan daerah yang
diarsir.
2
2
2
2
3 3 2
2 (1 1) ( )
3
3
3
3 3 3
berikut
4. Jadi
2 8
3 3
2 (3 2) 2 6 2 8
3
3
3
3
2. Penjumlahan Pecahan.
Penjumlahan pecahan dapat diperagakan dengan model konkrit dengan
menggunakan kertas yang dilipat atau digambar.
a. Penjumlahan pecahan yang penyebutnya tidak sama.
Siswa dalam mempelajari materi ini diberikan penjelasan awal dengan
ilustrasi kehidupan sehari-hari.
18
?
Jawaban dengan peragaan menggunakan luasan daerah yang dapat
diilustrasikan sebagai berikut:
1
4
1
2
3
4
Dari peragaan ini tampak bahwa hasil akhirnya adalah
yang
1 1 3
diperoleh dari penggambingan ruasan yang diarsir. Berarti 4 2 4
1 1
1 1 1 2 1 2 3
4
4 . Bila
tampak pula bahwa 2 4 , sehingga 4 2 4 4
peragaan ini diulang-ulang maka akan tertanam didalam pikiran siswa
bahwa bila menjumlah pecahan dengan penyebut tidak sama, supaya
dapat memperoleh hasil maka penyebutnya harus disamakan terlebih
dahulu, dengan cara mencari pecahan senilainya. Untuk menetukan
pecahan senilai, kendala yang akan timbul adalah apabila anak belum
belajar tentang Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK). Pengetahuan
19
4
4 maka penyebutnya adalah
1) 2 4 2 2 4 1 4 4
4
15
15 penyebutnya adalah
2) 3 5 3 5 5 3 15 15
15
3
daerah arsiran dengan yang utuh adalah 4
2 1 3
3. Jadi 4 4 4
20
2
4
1
4
3
4
Diperoleh dengan
menggabungkan bagian
yang diarsir
2
tarik garis dari titik 0 sampai 4 dilanjutkan lagi ( menunjukkan
1
2 1 3
penjumlahan ) sebesar 4 sehingga 4 4 4 ( angka yang
ditunjukkan anak panah tebal )
Adapun
secara
matematika
adalah
seperti
berikut:
2 1 2 1 3
4 4
4
4 Dapat disimpulkan bahwa penjumlahan pecahan
yang berpenyebut sama dapat dilakukan dengan menjumlahkan
pembilangnya sedangkan penyebutnya tetap.
3.
21
1
1
2 3
4
2?
Jawab :
1
1
dan 3
4
2 seperti berikut ini.
1
4
1
2
1
4
1
2
3
4
1
1
3
1
2 3 5 5
2
4
4
Diperoleh 4
22
1
2. Karena ingin dikurangi 5 , maka 1 ruas arsiran dihapus sebab 1
1
ruas arsiran menunjukkan 5
3. Sisa dari penghapusan 1 ruas daerah yang diarsir adalah seperti
gambar berikut ini:
23
2
dihapus menunjukkan bilangan 5 .
3 1 2
5. Jadi: 5 5 5
3 1 3 1 2
5
5
atau secara perhitungan matematis sebagai berikut : 5 5
Contoh peragaan diperluas sehingga siswa mempunyai pengalamanpengalaman yang banyak. Dari peragan dapat disimpulkan bahwa
pengurangan pecahan yang penyebutnya sama dapat dilakukan dengan
mengurangkan pembilangnya sedangkan penyebutnya tetap. Untuk
pengurangan pecahan yang penyebutya tdak sama maka terlebih
dahulu disamakan penyebutnya, seperti pada iperasi penjumlahan.
Menjelaskan operasi pengurangan pada pecahan biasa juga dilakukan
menggunakan bantuan garis bilangan seperti contoh berikut ini.
3 1
24
3
Langkahnya, tarik garis dari titik pangkal 0 kekanan sejauh 5 . Dari
titik ini tarik lagi garis yang berlawanan arah yaitu kekiri ( yang
1
menunjukkan pengurangan), sejauh 5 . Garis tebal menunjukkan hasil
2
akhir pengurangan yang menunjukkan pecahan 5
b. Pengurangan pada pecahan campuran
Pengurangan
pecahan
campuran
dapat
diperagakan
deangan
3
4 yang tampak seperti
berikut ini:
25
2
2
3. Ambil lagi atau hapus 4 bisa dari yang tidak utuh ( 4 adalah sisa
2
2
1 1
4 )sehingga hasilnya
pengurangannya 4
.
1
4. Hasil yang terakhir ini menunjukkan bilangan 4
1
3
2
1
2 1 1
4
4
5. Jadi 2
Atau secara perhitungan matematika sebagai berikut:
3
2
3 2
1
1
2 1 (2 1) ( ) 1 1
4
4
4 4
4
4
E. Kerangka Berfikir
Prestasi belajar yang menjadi produk belajar sangat ditentukan oleh
keberhasilan proses belajar mengajar. Prestasi balajar mengajar yang bermutu
adalah hasil dari proses belajar mengajar yang bermutu pula. Beberapa
komponen penting dalam proses belajar mengajar bisa disebut antara lain;
pendekatan pengajaran dan materi pelajaran. Peoses belajarar mengajar akan
berhasil baik manakala terdapat kasesusaian antara pendekatan mengajar
dengan materi yang dibahas. Demikian halnya dalam pengajaran matematika
secaraleih khusus mempertimbangkan kedua unsur tersebut.
26
dasar
pertimbangan-pertimbangan
tersebut
maka
dalam
27
F. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis
adalah
suatu
teori
atau
dugaan
semantara
yang
BAB III
METODE PENELITIAN
28
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian praktis yang
bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pmbelajaran
dikelas, dengan cara melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas
secara lebih profesional (Sukayati, 2002)
B. Subjek Penelitaan
Yang menjadi subyek penelitian adalah siswa Kelas V SDN 5 Desa Bentek
Tahun Pelajaran 2009/2010
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) yang direncanakan dalam
Perencanaan
29
c.
d.
Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan
tindakan adalah sbagai berikut:
a. Mengacu pada Rencana Pembelajaran yang telah dipersiapkan, Peneliti
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
b. Diakhir pertemuan dilaksanakan penilaian (post- test) menggunakan
instrumen yang telah dipersiapkan sebelumnya.
c.
Guru mata
penilaian
d. Menentukan prosentase ketuntasan belajar siswa baik
individual maupun klasikal yang dicapai kelas
e.
30
secara
3.
Observasi
Kegiatan ini dilakukan bersama dengan pelaksanaan
tindakan.
guru
dalam
menyajikan
materi,
kemampuan
dalam proses
Refleksi
Tahap ini adalah tahapan memperoses data yang didapat pada
saat pelaksanaan tindakan. Dalam refleksi diungkapkan kekurangan atau
kekeliruan yang terjadi dalam pembelajaran yang telah dilakukan.
Merujuk pada hal ini maka upaya-upaya perbaikan disusun untuk
dijadikan pertimbangan pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Dengan
refleksi yang tajam dan terpercaya akan didapat suatu masukan yang
sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan selanjutnya.
D. Instrumen Penelitian
31
32
belajar, metode
pengumpulan data yang tepat adalah dengan metode tes. Metode tesd
merupakan suatu cara untuk mengadakan penelitian yang berbentuk
suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh subyek
atau kelompok subyek sehingga menghsilkan suatu nilai tentang
tingkah laku atau prestasi subyek tersebut yang dapat dibandingkan
33
dengan nilai yang dicapai subyek lain atau dengan nilai-nilai standar
yang telah ditetapkan.
b. Metode observasi belajar, aktivitas, kajadian maupun interaksi belajar
mengajar dalam pelaksanaan tindakan juga adalah data penting yang
dibutuhkan. Untuk mengumpulkan data-data akualitatif seperti itu
maka metode observasi adalah sebuah pilihan metode pengumpulan
dta yang tepat. Metode observasi adalah suatu cara untuk mengadakan
penelitian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan
sistematis (Nurkancana, 1986).
F. Analisis Data
1. Tes Hasil Belajar
Setelah hasil tes diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data. Untuk
keperluan ini digunakan rumus:
Rumus tuntas individual:
Tuntas Individual (P)
n
100%
Keterangan:
= Persentase ketuntasan belajar klasikal
n = Jumlah seluruh siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas
34
x
xi
Keterangan:
= rata-rata skor siswa untuk setiap aktivitas
x = jumlah skor yasng diperoleh selurh siswa
= banyak siswa
i = banyak item
Skor yang diperoleh siswa dapat dilihat dari banyaknya prilaku
siswa dari sejumlah indikator yang diamati. Skor 5 diberikan jika semua
deskriptor nampak, skor 4 diberikan jika 3 deskriptor nampak, skor 3
diberikan jika 2 deskriptor nampak,skor 2 diberikan jika 1 deskriptor
nampak, skor 1 diberikan jika tidak ada deskriptor yang nampak.
35
Nilai
4,0 < M < 5,0
3,3 < M < 4,0
2,6 < M < 3,3
2,0 < M < 2,6
1,0 < M < 2,0
Keterangan
Sangat aktif
Aktif
Cukup aktif
Kurang aktif
Sangat kurang aktif
36
PROPOSAL PENELITIAN
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN STRATEGI PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL PADA POKOK BAHASAN PECAHAN
DENGAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG
PADA SISWA KELAS V SDN 5 DESA BENTEK
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
OLEH:
NAMA : M. LADUNI
NPM
: 05211048
37
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan proposal penelitian yang berjudul
Meningatkan prestasi siswa dengan menggunakan Strategi Pengajaran dan
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Pada Pokok
Bahasan Pecahan Dengan Model Pengajaran Langsung Pada Siswa Kelas V di
SDN 5 Bentek ini dapat diselesaikan.
Proposal ini merupakan usulan yang akan diajukan untuk melakukan
penelitian, suatu hal yang dalam Perguruan Tinggi mendapatkan perhatian yang
serius dan termasuk dalam salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Tersusunnya proposal ini berangkat dari perhatian dan minat penulis yang
sangat besar dalam mempelajari dan menelaah teori-teori pembelajaran terutama
teori-teori kontemporer, sehingga hal itu membuat penulis sekaligus berkehendak
untuk berkecimpung melakukan penelitian di dalamnya.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu sehingga penulisan proposal ini
rampung.
Terakhir, kepada pembaca, terimalah hasil karya ini dengan segala
kekurangan dan kelebihan yang terdapat di dalamnya
Pancor ,
Ttd
Penulis
38
Juli 2009