Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika merupakan mata pelajaran penting, tidak saja karena
kegunaannya dalam kehidupan praktis sehari-hari, tetapi juga karena
manfaatnya dalam mempelajari ilmu-ilmu lain. Keteraturan berfikir atau
berfikir secara sistematis dan logis, hal yang sangat berguna dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam mempelajari ilmu, sering disebut sebagai salah satu
hasil belajar matematika.
Pada tingkat sekolah dasar, siswa mempelajari matematika yang sifat
materinya masih tergolong sederhana, tetapi merupakan konsep yang
mendasar untuk prasyarat menuju konsep yang lebih tinggi, disamping banyak
memiliki nilai guna dalam kehidupan sehari-hari. Ditinjau dari hal ini maka
matematika disekolah dasar sangat penting terkait dengan peranannya untuk
membentuk keterampilan matematika lebih lanjut.
Saat ini dihadapkan pada permasalahan sangat rendahnya prestasi
belajar siswa dalam mata pelajaran matematika di sekolah dibandingkan
dengan rata-rata prestasi mereka dalam mata pelajaran lain seperti PPKn,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan sebagainya (Arifin, 2003).
Kalau dikaji secara lebih mendalam, bahwa ada banyak faktor sebagai
penyebab terjadinya hal tersebut. Yang patut dipertanyakan adalah sejauhmana
efektivitas proses belajar mengajar matematika saat ini, karena prestasi belajar

matematika merupakan hasil pencapaian siswa dalam mengikuti proses belajar


mengajar matematika. Di dalam proses belajar mengajar secara umum
tercakup komponen pendekatan, metode pengajaran dan bahan pelajaran.
Dalam pelaksanaannya, proses belajar mengajar akan efektif bila terdapat
kesesuaian antara komponen-komponen tersebut.
Dalam praktek pembelajaran yang dilakukan di sekolah-sekolah
sampai saat ini dalam pembelajaran matematika, pengaruh cara berfikir yang
didasarkan pada psikologi tingkah laku sangat kuat (Arifin, 2003). Adapun
gambaran dari kegiatan belajar mengajar yang mengacu pada pandanganpandangan seperti ini adalah bahwa proses belajar mengajar selalu diisi
dengan ceramah, lebih berorientasi pada target penguasaan materi, tidak
mengaktifkan siswa dalam belajar di kelas, teacher centred, dan sebagainya.
Inilah yang terjadi sampai sekarang dan terbukti tidak produktif dan tidak
dapat meningkatkan mutu pendidikan matematika (Arifin, 2003).
Hal ini sesuai dengan yang ditemukan peneliti setelah melakukan
survey di SDN 5 Bentek yang berimplikasi pada perolehan nilai rendah.
berikut adalah data hasil survey dan informasi hasil wawancara Guru Bidang
Studi Matematika Kelas V SDN 5 Bentek yaitu: 1). Prestasi belajar
matematika siswa tidak mengembirakan atau rendah dan perolehan nilai ratarata mereka pada pokok bahasan pecahan 50,26. 2). Siswa cenderung berlaku
multiple D (datang, duduk, dengar, diam) sehingga kegiatan pembelajaran
didalam kelas cenderung pasif dan berlangsung satu arah (teacher centre). 3).

Kurangnya motivasi siswa umtuk belajar matematika. 4). Mereka merasa


bosan terhadap pelajaran matematika.
Usaha untuk mengatasi hal tersebut, dewasa ini telah dikembangkan
pemikiran-pemikiran baru tentang belajar. Pengetahuan dipandang bukanlah
merupakan seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep atau kaidah-kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat oleh siswa. Proses belajar terjadi bila individu
itu aktif sendiri, melibatkan diri dengan segala kapasitas yang ada pada dirinya
seperti kemauan, kemampuan, pemikiran dan perasaannya terutama jika
individu itu berada dalam lingkungan belajar seperti sekolah dan tempat
pelatihan (Depdiknas, 2002a). Pengetahuan itu sesungguhnya dikembangkan
melalui pengalaman-pengalaman siswa sendiri dengan melakukan berbagai
kegiatan pembelajaran tertentu secara mandiri (Depdiknas, 2002b). Dalam
kondisi seperti ini peran guru lebih berorientasi kepada fungsi membimbing
dan mengarahkan aktifitas belajar siswa. Secara teknis, guru memberi
keleluasan dan kebebasan pada siswa untuk dapat belajar sendiri, mengamati
sendiri, menyelidiki sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri, sehingga
sampai pada membangun pengetahuannya sendiri.
Strategi belajar mengajar yang memuat dan merangkum dasar-dasar
pemikiran tersebut adalah CTL (Contextual Teaching and Learning). Dengan
konsep ini maka aktivitas pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.
Pada berbagai tingkatan kelas, proses mengajar ditandai penekanan
pemberdayaan siswa secara aktif dalam rangka membangun pengetahuan
mereka sendiri.

Adapun penelitian ini berusaha untuk menerapkan pendekatan


kontekstual dalam pembelajaran matematika ditingkat sekolah dasar. Dengan
penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran diharapkan prestasi yang
diraih siswa bisa ditingkatkan, sekaligus kualitas pembelajaran matematika
akan menjadi lebih bermutu.

B. Rumusan Masalah
Terkait dengan uraian-uraian yang telah dipaparkan dalam latar
belakang penelitian, rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian
ini adalah: Apakah dengan Penerapan Pendekatan Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) dengan Model Pengajaran Langsung (Direc
Instruction Model) dapat meningkatkan prestasi siswa dalam Pokok Bahasan
Pecahan di Kelas V SDN 5 Desa Bentek Tahun Pelajaran 2009/2010.

C. Tujuan Penelitian
Tujun-tujuan yang diharapakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui hasil belajar siswa setelah melalui Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual dengan Model Direct Instruction Pada Poko Bahasan Pecahan
pada Kelas V di SDN 5 Desa Bentek Tahun Pelajaran 2009/2010.
2. Mengetahui sejauh mana efektifitas Penerapan Pendekatan Pembelajaran
Komtekstual dalam Pembelajaran Pokok Bahasan Pecahan secara khusus
dan pengajaran matematika secara umum pada siswa kelas V SDN 5 Desa
Bentek Tahun Pelajaran 2009/2010

D. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini diselesaikan, maka hasil dar penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Memberi bahan kajian untuk pengembangan peserta didik terutama bagi
guru matematika dalam mengajarkan matematika.
2. Sebagai bahan wacana untuk inovasi teknik pembelajaran, memperkaya
pengetahuan guru atau tidak tertutup kemungkinan pada pihak-pihak lain
dalam pemahaman terhadap Model-Model Pembelajaran.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Belajar Dan Pembelajaran Kontekstual (Contextual


Teaching And Learning)
Pendekatan

CTL

adalah

suatu

pengajaran

dan

pembelajaran

menggunakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan isi atau materi


pelajaran dengan dunia nyata (Nawawi, 2003: 4). Dalam pengajaran CTL
banyak yang perlu di pertimbangkan dalam penyusunan program pengajaran
dan persiapan pengajaran, guru harus mampu menjelaskan dan mempunyai
pandangan yang sama tentang konsep dasar yaitu 1). Peran guru 2). Hakekat
pengajaran dan pembelajaran serta 3). Misi sekolah (Suyanto, 2003:2).
Pendekatam CTL dalam pelaksanaanya dapat diterapkan dalam kurikulum apa
saja, bidang studi apa saja, dan kelas bagaimanapun keadaanya (Nawawi,
2003:4).
Pendekatan CTL adalah suatu pendekatan dengan pengajaran dan
pembelajaran yang membantu guru mengaitkan isi dan materi pelajaran
dengan dunia nyata.
The Washington State Concorcium For Contextual teaching and
Learning (Depdiknas, 2002c), telah mengidentifikasikan tujuh unsur kunci
pembelajaran kntekstual seperti berikut:

1. Inquiri;

Kegiatan inti dari pembelajaran berbasis CTL adalah inquiry atau


menemukan. Kata kunci dari strategi inquiry adalah siswa menemukan
sendiri. Karena pengetehuan bukanlah seperangkat konsep dan fakta,
melainkan

dikembangkan

melalui

pengalaman-pengalaman

dengan

melakukan aktivitas pembelajaran tertentu maka strategi inquiry adalah


satu solusi untuk mendapatkan pengetahuan.
Penekanan
mendapatkan

inquiry adalah pada keterlibatan aktif siswa untuk

pengalaman

dengan

melakukan

kegiatan

yang

memungkinkan menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk


mereka sendiri. Siklus inquiry meliputi kegiatan pengamatan, mengajukan
pertanyaan, mengumpulkan data analisis dan penyimpulan.
2. Bertanya (Questioning).
Keingintahuan (curiousity) adalah salah satu sifat manusia yang
selalu menekan dirinya untuk mengajukan pertanyaan. Pengetahuan yang
dimiliki seseorang adalah bermula dari bertanya.
Questioning merupakan unsur kunci pembelajaran berbasis CTL.
Dalam penerapannya dikelas ditemukan ketika siswa melakukan diskusi
dalam kelompok , bertanya kepada guru ketika menemukan kesulitan dan
sebagainya. Aktivitas belajar questioning dapat berlangsung antar siswa,
antara guru dengan siswa, antara kelompok di dalam kelas, dan
sebagainya. Questioning juga bisa digunakan oleh guru untuk memotivasi
siswa, membimbing dan juga menilai kemampuan berfikir siswa selama
proses

belajar mengajar berlangsung. Dalam pengambangan

teknik

bertanya semua pertanyaan disetting sedemikian rupa sehingga mudah


difahami dan komunikatif.
3. Konstruktivisme;
Konstruktivisme merupakan landasan teoretik pengambangan
pendekatan

kontekstual.

Menurut

teori

konstruktivisme,

bahwa

pengetahuan sesunggunya dibangun oleh siswa secara bertahap melalui


keterlibatan mereka secara aktif dalam proses belajar mengajar yang
dilakukannya. Pengetahuan bukanlah seperangkat konsep, melainkan
pengetahuan itu tumbuh dan berkembang dari pengalaman-pengalaman
dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan sendiri. Sementara itu seiring
perjalanan waktu, siswa selalu akan mengalami peristiwa-peristiwa baru
maka pengetahuan yang dimilikinya tidak pernah stabil, kondusional, dan
selalu akan berkembang.
Implementasi teori konstruktivisme dikelas, posisi guru tidak dapat
sekedar mentransfer pengetahuan pada siswa, melainkan mamacu kaktifan
siswa dengan beragam kegiatan belajar yang telah didesain, memberi
kesempatan pada siswa menemukan dan

menerapakan ide-ide mereka

sendiri dan mengarahkan mereka menggunakan strategi sendiri untuk


berlajar. Ilustrasinya guru memberikan anak tangga yang membawa siswa
kepahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sndiri yang harus
memanjat anak tangga tersebut.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community).

Konsep learning community menekankan agar hasil pembelajaran


diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Konsep ini dalam kelas
biasanya diaplikasikan dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok,
yang anggota masing-masing kelompok heterogen dan bervariasi baik dari
segi kemampuan akademik, jenis kelamin, ras maupun asal tempat. Proses
mendapatkan poengetehuan dilalui dengan intraksi antar kelompok, antar
teman di satu kelompok, atau antar siswa yang tahu dengan yang belum
tahu.
Salah satu pendukung dari konsep ini adalalah teori L.S. Vygotsky.
Salah satu prinsip dari teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekat
sosial dari pembelajran, yaitu bahwa siswa akan lebih mudah menemukan
dan

memahami

konsep-konsep yang

sulit jika mereka saling

mendiskusikan masalah tersebut dengan teman-temannya

dalam suatu

kerangaka interaksi yang koopratif.


5. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)
Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketehui oleh guru
untuk bisa memastikan dan menilai keberhasilan proses belajar mengajar
yang telah dilakukan sebelumnya sehingga lankah-langkah perbaikan dan
remidial bisa disusun dengan pertimbangan hasil penilaian tesebut. Dengan
authentic assesment perkembangan belajar mengajar siswa diukur dari
kinerja siswa dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya, dan
dilasanakan dengan berbagai metode penilaian, tidak hanya pada
penggunaan tes tulisan semata. Ini berarti bahwa bahan-bahan penilaian

adalah data selama proses belajar mengajar tertentu dilaksanakan, seperti


misalnya keaktifan siswa didalam kelompok, sehingga siswa memberi
respon posotif, interaksi antara siswa dangan guru dan kemampuan siswa
melakukan tugas-tugas dengan benar.

B. Kajian Tentang Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction Model)


1. Gambaran Umum dan Ciri-Ciri Pengajaran Langsung
Model pengajaran langsung merupakan suatu model mengajar
yang dapat membantu siswa memperoleh keterampilan dasar dan
memperoleh informasi yag dapat difahamai selangkah demi selangkah.
Pengajaran langsung mensyaratkn setiap detail keterampilan atau setiap
informasi didefinisikan dengan rinci. Tiap keterampilan dasar atau
informasi harus didemonstrasikan oleh guru dan diikuti oleh fase pelatihan
yang direncanakan dan direncanakan secara seksama (puspitawati, 2002).
Model pengajaran langsung merupakan suatu model mengajar
yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan
memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah
dan dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedural dan deklaratif yang terstruktur dengan baik.
Model pengajaran langsung ini memerlukan lingkungan belajar yang
terstruktur dengan baik dan uraian guru dengan jelas, dimana dalam
pelaksanaanya

guru

perlu

memberikan

uraian

guru

yag

jelas,

mendemonstrasikan dan memperagakan tingkah laku dengan benar, serta

10

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih (Kardi dan Nur,


2002)

Secara umum model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri


sebagai berikut:
a. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk
prosedural penilaian hasil belajar
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan
agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dan berhasil
2. Latar Belakang Teoritik Dan Empirik Pengajaran Langsung
Pengembangan model pengajaran langsung dilandasi oleh teoritik
dan empirik tertentu (Kardi dan Nur, 2002), yaitu:
a. Analisa Sistem
Analisa sistem mempelajari hubungan yang terdapat pada
komponen-komponen yang saling bergantungan dan merupakan suatu
ketentuan. Dalam bidang pengajaran dan pembelajaran, analisis sistem
menekankan bagaimana menguraikan secara sistematik keterampilan
komplek dan ide-ide menjadi komponen-komponen sehinga dapat
dijarkan secara berurutan.

b. Teori Pemodelan Tingkah Laku

11

Teori ini merupakan teori belajar yang paling banyak


sumbangannya

pada

model

pengajaran

langsung. Teori

mempelajari bagaimana seseorang belajar dari

ini

mengamati orang

lain. Menurut Bandura (1998), teori pemodelan tingah laku


merupakan proes tiga tahap yang meliputi perhatian, retensi dan
produksi
c. Penilaian Tentang Keefektifan Guru
Data penunjang empirik yang paling jelas terhaap model
pengajaran

langsung

berasal

dari

penelitian

tentang

model

pengajaran langsung ari penelitian keefektifan guru pada tahun 1970an dan 1980-an. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa guru
yang

memiliki

kelas

yang

terorganisasi

dengan

baik

dan

pembelajaran terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa dan


hasil belajar lebih tinggi dari guru yang menggunakan pendekatan
yang kurang formal dan kurang terstruktur.
3. Pelaksanaan Dan Sintaks Pengajaran Langsung
Terdapat dua kegiatan dalam melaksanakan pngajaran langsung
yaitu tugas perencanaan dan tugas-tugas intraktif. Paa tugas perencanaan
ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh guru, yaitu memilih isi,
melakukan analisis tugas, merumuskan tujuan dan merencanakan waktu
dan ruang. Sedangkan tugas-tugas interaktif berkaitan dengasn kegiatan
yang berlangsung didalam kelas yaitu: menginformasikan tujaun dan

12

menyiapkan siswa, persentasi dan demonstrasi serta menyediakan latihan


terbimbing (Puspitawati, 2002).
Model pengajaran langsung mempunyai lima fase (Kardi dan
Nur. 2002) yaitu
a. Menyiapkan tujuan dan menyiapkan siswa
pada fase ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran khusus (TPK).
Informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran dan
mempersiapkan siswa untuk belajar.
b. Mendemonstrasikan pengJetahuan atau keterampilan
Pada fase ini guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar,
atau menyajikan informasi tahap-demi tahap.
c. Membimbing pelatihan
Pada fase ini guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan
awal
d. Mengecek pemahaman dan memberi umpan balik
Pada fase ini guru mengecek apakah siswa telah berhasil mlakukan
tugas dengan baik dan memberi umpan balik
e. Memberi kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Pada fase ini guru memepersiapkan kesempatan untuk melakukan
pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada
situasi yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.

13

C. Kajian Tentang Prestasi Belajar Matematika


Menurut kamus Bahasa Indonesia (2001,895) prestasi adalah hasil
yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan atau dikerjakan. Djamarah
(1991,91) menyatakan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang
telah dikerjakan, dicapai yang menyenagkan hati yang diperoleh dengan
jalan keuletan, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang
kegiatan tertentu.
Menurut Muhibbudin (2003.89) belajar adalah kegiatan
berproses dan

memakan waktu yagn

sangat fundamental dari

yang
setiap

penyelenggara jenis dan jenjang pendidikan, ahli lain mengungkapkan bahwa


belajar merupakan proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditentukan
atau diukur melalui

praktik maupun latihan (kingsley dalam Soemanto,

1990:99). Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh


suatu pemahaman tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
berinteraksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik (Djamarah,1994,23).
Matematika menurut kamus Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang
bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan
dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan (2001,73). Matematika adalah
ilmu induktif,

detektif, abstrak juga merupakan seni dan ratunya ilmu

(Hadiana dikutip dari Soejadi,2004,7)


Pendekatan masing-masing pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar matematika adalah merupakan hasil belajar yang telah

14

dicapai oleh sesorang telah mengalami proses belajar matematika yang dilalui
secara sadar dan

diwujudkan dalam perubahan tingkah laku, sikap dan

keterampilan menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.


Adapun yang mempengaruhi prestasi belajar :
1. Faktor internal meliputi:
-

Minat bakat dan perhatian. Dalam belajar harus didasarkan pada minat
dan perhataian yang sunguh-sungguh serta kemampuan yang memang
sudah ada yang perlu dikembangkan

Keadaan psikologi sama haslnya dengan keadaan intelektual dan non


intelektual

Kesehatan jasmani

2. Faktor eksternal meliputi:


-

Faktor social (lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat)

Faktor budaya(adat istiadat dan kesehatan)

Lingkungan fisik (fasilitas rumah dan fasilitas belajar)

Faktor sarana dan prasarana

Faktor keadaan sekolah

D. Materi Pokok Bahasan Pecahan Kelas V Sekolah Dasar


Pecahan yang dipelajari siswa ditingkat sekolah dasar merupakan
bagian dari bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk

dimana a dan

b elemen bilangan bulat dan b 0. secara sombolik pecahan dapat dinyatakan


sebagai salah satu dari pecahan biasa, pecahan campuran, pecahan desimal

15

dan pecahan persen. Adapun di kelas V sekolah dasar penelitian ini akan
memfokuskan pembahasan pada pokok bahasan pecahan yang akan disajikan
menggunakan pendekatan CTL.
Pada saat siswa belajar operasi hitung pecahan, mereka perlu
pengalaman-pengalaman sehingga menemukan penemuan-penemuan untuk
sampai pada pemahaman konsep. Alternative kegiatan yang biasa dilakukan
adalah peragaan menggunakan bangun-bangun geometri. Bangun-bangun
geometri dapat dimanfaatkan sebagai alat atau media peraga mempelajari
konsep operasi pada pecahan. Bahan yang dipakai harus mudah dilipat atau
dipotong-potong sehingga luasan dari bangun tersebut bia diamati dengan
jelas sesuai dengan operasi yang diterapkan.
Sebuah kelas dikatakan mengunakan pendekatan CTL jika
menerapkan tujuh komponen utama pendekatan CTL yaitu: konstruktivisme,
inquiry, quitioning, learning community, modeling, refleksi dan peneliaian
yang sebenarnya.
1. Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Campuran Dan Sebaliknya.
Mengubah pecahan biasa yang pembilangnya lebih besar dari penyebutnya
menjadi pecahan campuran dilakukan dengan cara peragaan.
Contoh:
5
Ubahlah pecahan 4 menjadi pecahan campuran.
Jawab:
5 1 1 1 1 1

a. Gambar pecahan sebanyak 5 buah, karena 4 4 4 4 4 4

16

1
b. Gabungkan 4 buah pecahan 4 , sehingga menjadi 1 utuh.
c. Setelah penggabungan itu, diperoleh 1 utuh dan masih tersisa 1

1
pecahan 4 .
5
1
1
4
d. Jadi kesimpulannya 4

5
1
1
4
4

Jadi

Mengubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran secara umum dapat

a
sisa
hasil bagi
;a b
b
b

ditulis:

Sedangkan mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa maka


langkahnya merupakan kebalikan dari mengubah pecahan biasa menjadi
pecahan campuran yaitu dengan cara mengalikan
Contoh:

Ubahlah

2
3 menjadi pecahan biasa.

17

Jawab :

1. Buat wujud dari pecahan

2
3 menggunakan luasan daerah yang

diarsir.
2

2
2
2
3 3 2
2 (1 1) ( )
3
3
3
3 3 3

gambaranya adalah sebagai

berikut

2. Jumlahkan semua ruas yang kena arsir, diperoleh 8 ruas


8
3. Jumlah ruasan arsiran ternyata menunjukkan bilangan pecahan 3

4. Jadi

2 8

3 3

Atau penyelesaian memakai cara perkalian:

2 (3 2) 2 6 2 8

3
3
3
3

2. Penjumlahan Pecahan.
Penjumlahan pecahan dapat diperagakan dengan model konkrit dengan
menggunakan kertas yang dilipat atau digambar.
a. Penjumlahan pecahan yang penyebutnya tidak sama.
Siswa dalam mempelajari materi ini diberikan penjelasan awal dengan
ilustrasi kehidupan sehari-hari.

18

Misalnya : Adik memapunyai

sepotong kue lagi yang besarnya

bagian kue diatas meja. Ibu memberi


1

bagian. Berapa kue adik sekarang

?
Jawaban dengan peragaan menggunakan luasan daerah yang dapat
diilustrasikan sebagai berikut:

1
4

1
2

3
4
Dari peragaan ini tampak bahwa hasil akhirnya adalah

yang

1 1 3

diperoleh dari penggambingan ruasan yang diarsir. Berarti 4 2 4

1 1
1 1 1 2 1 2 3

4
4 . Bila
tampak pula bahwa 2 4 , sehingga 4 2 4 4
peragaan ini diulang-ulang maka akan tertanam didalam pikiran siswa
bahwa bila menjumlah pecahan dengan penyebut tidak sama, supaya
dapat memperoleh hasil maka penyebutnya harus disamakan terlebih
dahulu, dengan cara mencari pecahan senilainya. Untuk menetukan
pecahan senilai, kendala yang akan timbul adalah apabila anak belum
belajar tentang Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK). Pengetahuan

19

mengenai KPK akan membantu untuk menentukan penyebut


persekutuan dalam setiap mengubah suatu pecahan menjadi pecahan
lain yang senilai, atau dikatakan pengetahuan mengenai KPK
merupakan pengetahuan prasyarat mempelajari materi ini. Bila KPK
sudah dipelajari maka selanjutnya model abstrak dapat dilakukan
seperti berikut ini:
1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 3 KPK dari 2 dan 4 adalah 4,

4
4 maka penyebutnya adalah
1) 2 4 2 2 4 1 4 4
4

KPK dari 3 dan 5

2 1 2 5 1 3 10 3 10 3 13 adalah 15, maka


15
15 penyebutnya adalah
2) 3 5 3 5 5 3 15 15
15

b. Penjumlahan pecahan yang penyebutnya sama.


2 1
...
Contoh: 4 4
Jawab :
Dengan peragaan menggunakan luasan daerah:
2
1
1. Buat wujud 4 dan 4 sebagai luasan daerah-daerah yang diarsir
2.

Gabungkan ruas yang diarsir kedalam sebuah bangun yang


ekuivalen. Hasilnya ternyata menunjukkan perbandingan luas

3
daerah arsiran dengan yang utuh adalah 4
2 1 3

3. Jadi 4 4 4

20

2
4

1
4

3
4

Diperoleh dengan
menggabungkan bagian
yang diarsir

Jawaban dengan memanfaatkan garis bilangan.

2
tarik garis dari titik 0 sampai 4 dilanjutkan lagi ( menunjukkan

1
2 1 3

penjumlahan ) sebesar 4 sehingga 4 4 4 ( angka yang
ditunjukkan anak panah tebal )
Adapun

secara

matematika

adalah

seperti

berikut:

2 1 2 1 3

4 4
4
4 Dapat disimpulkan bahwa penjumlahan pecahan
yang berpenyebut sama dapat dilakukan dengan menjumlahkan
pembilangnya sedangkan penyebutnya tetap.
3.

Penjumlahan pecahan campuran.


Materi ini dapat diperagakan dengan menggunakan bangun geometri
seperti contoh berikut:
Hitung penjumlahan dari :

21

1
1
2 3
4
2?
Jawab :

a. Buat gambar dari wujud


2

1
1
dan 3
4
2 seperti berikut ini.

1
4

1
2

b. Bagian utuh digabung sehingga diperoleh 5 bagian yang utuh.


1
1
dan
2 ) juga digabung
c. Bagian yang tidak utuh ( 4

Bagian yang diarsir digabung kemudian


dibandingkan dengan yang satu utuh

1
4

1
2

3
4

1
1
3
1
2 3 5 5
2
4
4
Diperoleh 4

Atau secara perhitungan matematis sebagai berikut:


1
1
3
3
1 1
1 2
2 3 (2 3) 5 5 5
4
2
4
4
4 2
4 4

22

sehingga hasilnya adalah 4 atau


dilakukan prosesa penjumlahan seperti
pada penjumlahan dua pecahan yang
berbeda penyebut

Untuk penjumlahan pecahan campuran dengan teknik matematika,


cara pengerjaanya adalah dengan mengubah pecahan campuran
terlebih dahulu kebentuk pecahan biasa. Selanjutnya dikerjakan
seperti pada penjumlahan pecahan biasa.
4. Pengurangan pecahan
a. Untuk pecahan biasa
Pengurangan pecahan biasa dapat juga diperagakan dengan model
konkrit yaitu menggunakan luas daerah.
3 1
?
Contoh: hitunglah 5 5
Jawab:
3
1. Buat gambar wujud 5 sebagai luas daerah yang diarsir seperti
berikut ini:

1
2. Karena ingin dikurangi 5 , maka 1 ruas arsiran dihapus sebab 1

1
ruas arsiran menunjukkan 5
3. Sisa dari penghapusan 1 ruas daerah yang diarsir adalah seperti
gambar berikut ini:

23

4. Perbandingan luas daerah yang diarsir dengan yang utuh setelah

2
dihapus menunjukkan bilangan 5 .
3 1 2

5. Jadi: 5 5 5
3 1 3 1 2

5
5
atau secara perhitungan matematis sebagai berikut : 5 5
Contoh peragaan diperluas sehingga siswa mempunyai pengalamanpengalaman yang banyak. Dari peragan dapat disimpulkan bahwa
pengurangan pecahan yang penyebutnya sama dapat dilakukan dengan
mengurangkan pembilangnya sedangkan penyebutnya tetap. Untuk
pengurangan pecahan yang penyebutya tdak sama maka terlebih
dahulu disamakan penyebutnya, seperti pada iperasi penjumlahan.
Menjelaskan operasi pengurangan pada pecahan biasa juga dilakukan
menggunakan bantuan garis bilangan seperti contoh berikut ini.

3 1

Hitunglah hasil dari pengurangan 5 5 ?

24

3
Langkahnya, tarik garis dari titik pangkal 0 kekanan sejauh 5 . Dari
titik ini tarik lagi garis yang berlawanan arah yaitu kekiri ( yang

1
menunjukkan pengurangan), sejauh 5 . Garis tebal menunjukkan hasil

2
akhir pengurangan yang menunjukkan pecahan 5
b. Pengurangan pada pecahan campuran
Pengurangan

pecahan

campuran

dapat

diperagakan

deangan

menggunakan bangun geometri seperti berikut ini:


Contoh:
3
2
2 1
4?
Hitunglah hasil 4
Jawab:

1. Ambil atau buatlah gambar wujud dari

3
4 yang tampak seperti

berikut ini:

2. Ambil atau pisahkan 1 utuh (menunjukkan pengurangan oleh 1 ),


sehingga hasilnya seperti berikut

25

2
2
3. Ambil lagi atau hapus 4 bisa dari yang tidak utuh ( 4 adalah sisa

2
2
1 1
4 )sehingga hasilnya
pengurangannya 4

.
1
4. Hasil yang terakhir ini menunjukkan bilangan 4
1

3
2
1
2 1 1
4
4
5. Jadi 2
Atau secara perhitungan matematika sebagai berikut:
3
2
3 2
1
1
2 1 (2 1) ( ) 1 1
4
4
4 4
4
4

E. Kerangka Berfikir
Prestasi belajar yang menjadi produk belajar sangat ditentukan oleh
keberhasilan proses belajar mengajar. Prestasi balajar mengajar yang bermutu
adalah hasil dari proses belajar mengajar yang bermutu pula. Beberapa
komponen penting dalam proses belajar mengajar bisa disebut antara lain;
pendekatan pengajaran dan materi pelajaran. Peoses belajarar mengajar akan
berhasil baik manakala terdapat kasesusaian antara pendekatan mengajar
dengan materi yang dibahas. Demikian halnya dalam pengajaran matematika
secaraleih khusus mempertimbangkan kedua unsur tersebut.

26

Pengajaran matematika sebenarnya bertumpu pada pengembangan


keterampilan dalam menelaah stuktur-struktur. Hubugn-hubungan atau
konsep-konsep. Hal ini disebabklan karena muatan pengajaran matematika
adalah ide-ide abstrak dan untuk mempelajarinya melibatkan proses mental
berupa strategi menalar dan cara-cara berfikir yang baik. Salah satu cara yang
bisa dikembangkan oleh guru dalam mengajarkan matemarika adalah dengan
memberi latijan-latihanm soal-soal atau siswa diberi kesempatan secara aktif
mengkonstruksiakn sendiri konsep-konsep dalam matematika. Ditingkat dasar
hal ini didukung oleh pendapat seorang psikolog Jean Piaget, bahwa taraf
berfikir anak seusia SD adalah masih konkrit operasional yang berarti untuk
memahami suatu koonsep siswa masih harus diberikan kegiatan yang
berhubungan dengan benda nyata atau kejadian nyata yang dapat diterima akal
mereka.
Aritmatika (secara lebih khusus dalam penelitian ini memilih Pokok
Bahasa Operasi Pada Pecahan) adalah bagian khusus dari matematika yang
membicarakan tentang bilangan dan hitungan. Menghitung adalah aktivitas
yang selalu dijumpai dan ditemukan dimanapun dan kapanpun dengan
memakai lambang-lambang verbalisme. Artinya bahwa pokok pembahasan
bersifat sangat dekat dengan kehidupan nyata siswa, selalu dipraktikan dan
dijumpai dalam masalah sehari-hari
Atas

dasar

pertimbangan-pertimbangan

tersebut

maka

dalam

pengajaran Pokok Bahasan tersebut, strategi kontekstual adalah sebuah pilihan


yang tepat. Konsep-konsep akan disajikan melalui suatu peragaan

27

menggunakan benda-benda nyata, sehingga akan terwujud meaningful


learning dengan pemahaman yang kuat dibenak siswa.

F. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis

adalah

suatu

teori

atau

dugaan

semantara

yang

kebenarannya masih perlu diuji atau di buktikan (Arikunto,2002: 64) dalam


penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah dengan Penerapan Pendekatan
CTL menggunakan Model Pengajaran Langsung dalam pembelajaran Pokok
Bahasan Pecahan dapat meningakatkan prestasi belajar siswa di Kelas V SDN
5 Desa Bentek Tahun Pelajaran 2009/2010

BAB III
METODE PENELITIAN

28

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian praktis yang
bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pmbelajaran
dikelas, dengan cara melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas
secara lebih profesional (Sukayati, 2002)

B. Subjek Penelitaan
Yang menjadi subyek penelitian adalah siswa Kelas V SDN 5 Desa Bentek
Tahun Pelajaran 2009/2010

C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) yang direncanakan dalam

tiga siklus dan tiap siklus akan

dilaksanakan sesuai dengan tahapan yang ditempuh yakni perencanaan,


tindakan, observasi dan rerfleksi.

Uraian dari masing-masing tahapan siklus yakni sebagai berikut:


1.

Perencanaan

29

Dalam tahapan perencanaan beberapa kegiatan yang dilakukan


antarta lain:
a. Peneliti mengkoordinasikan pengajaran yang akan dilakukan dengan
guru mata pelajaran metematika di sekolah bersangkutan
b.

Menyiapkan rencana pembelajaran sesuai dengan materi yang akan


diajarkan untuk setiap siklus

c.

Mempersiapkan fasilitas belajar seperti LKS dan alat peraga yang


diperlukan berupa kertas manila berwarna.

d.

Menyiapkan instrumen penilaian pembelajaran.

e. Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan dalam menilai


pelaksanaan pembelajaran
2.

Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan
tindakan adalah sbagai berikut:
a. Mengacu pada Rencana Pembelajaran yang telah dipersiapkan, Peneliti
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
b. Diakhir pertemuan dilaksanakan penilaian (post- test) menggunakan
instrumen yang telah dipersiapkan sebelumnya.
c.

Guru mata

jpelajaran bersama peneliti menganalisis hasil tes

penilaian
d. Menentukan prosentase ketuntasan belajar siswa baik
individual maupun klasikal yang dicapai kelas
e.

Membuat kesimpulan akhir

30

secara

3.

Observasi
Kegiatan ini dilakukan bersama dengan pelaksanaan

tindakan.

Observator (guru mata pelajaran) mengamatai dan mencatat sekaligus


menilai secara obyektif karaktristik pembelajaran yang dilakukan.
Instrumen observasi yang dilakukan adalah lembar observasi yang telah
disusun oleh peneliti sebelumnya. Sasaran observasi yaitu:
a. Guru/pengajar; yang diobservasi meliputi kemampuan guru dalam
melaksanakan dan mengelola kegiatan pembelajaran diantaranya
kemampuan

guru

dalam

menyajikan

materi,

kemampuan

membimbing diskusi kelmpok dan sebagainya


b. Siswa; yang diobservasi adalah keterlibatan mereka

dalam proses

belajar mengajar meliputi keaktifan, kedisiplinan, kesiapan menerima


pelajaran dan sebagainya
4.

Refleksi
Tahap ini adalah tahapan memperoses data yang didapat pada
saat pelaksanaan tindakan. Dalam refleksi diungkapkan kekurangan atau
kekeliruan yang terjadi dalam pembelajaran yang telah dilakukan.
Merujuk pada hal ini maka upaya-upaya perbaikan disusun untuk
dijadikan pertimbangan pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Dengan
refleksi yang tajam dan terpercaya akan didapat suatu masukan yang
sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan selanjutnya.

D. Instrumen Penelitian

31

Instrumen penelitian adalah alat yang dipakai untuk memperoleh


serta mengumpulkan data mengenai variabel-variabel yang merupakan fokus
kajian dalam penelitian. Mengingat hal tersebut maka ketentuan penyusunan
instrumen harus mempertimbangkan apa yang hendak diukur dan ragam
subyek penelitian. Telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam penelitian ini
menggunakan dua jenis metode pengumpulan data yaitu metode tes dan
metode observasi.
1. Instrumen tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oeh individu atau kelompok
(Arikunto, 2002)
Disamping ketentuan penyusunan intrumen tes hal penting yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan instrumen tersebut adalah persyaratan
validitas dan reabilitas.
2. Instrumen observasi
Untuk mengumpulkan data dengan metode observasi digunakan
istrumen/berupa pedomen observasi. Pedomen observasi adalah acuan
pelaksanaan Oervasi terhadap objek yang ingin diteliti secara langsung.
Pedoman observasi yang dipakai dalam penelitian ini berbentuk check list
(daftar cek) dangan item-item yang telah disusun oleh peneliti yang
mencakup kemungkinan-kemungkinan tertentu yang akan terjaidi.

E. Teknik Pengumpulan Data

32

Pengumpulan data adalah hal penting dalam suatu penelitian. Untuk


memperoleh data yang tepat diperlukan teknik yang dapat dan sesuai dangan
data yang akan dikumpulkan:
1. Sumber data
Data-data dalam penelitian ini bersumber dari siswan kelas V SDN 3 Desa
Bentek Tahun Pelajaran 2009/2010 berupa aktivitas, dan kejadian dan
proses intraksi belajar mengajar yang mereka laksanakan yang telah
direncanakan sbelumya oleh peneliti dan hasil belajar mereka setelah itu.
2. Jenis data
Jenis-jenis data yang didapatkan adalah:
a. Data tentang prestasi belajar (data kuantitatif)
b. Data hasil obsrvasi (data kualitatif)
c. Data tentang perancanaan dan

pelaksanaan pembelajaran meiputi

rencana pembelajaran dan skenario pembelajaran.


3. Teknik pengumpulan data
a. Metode tes
Untuk mengumpulkan data tentang prestasi

belajar, metode

pengumpulan data yang tepat adalah dengan metode tes. Metode tesd
merupakan suatu cara untuk mengadakan penelitian yang berbentuk
suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh subyek
atau kelompok subyek sehingga menghsilkan suatu nilai tentang
tingkah laku atau prestasi subyek tersebut yang dapat dibandingkan

33

dengan nilai yang dicapai subyek lain atau dengan nilai-nilai standar
yang telah ditetapkan.
b. Metode observasi belajar, aktivitas, kajadian maupun interaksi belajar
mengajar dalam pelaksanaan tindakan juga adalah data penting yang
dibutuhkan. Untuk mengumpulkan data-data akualitatif seperti itu
maka metode observasi adalah sebuah pilihan metode pengumpulan
dta yang tepat. Metode observasi adalah suatu cara untuk mengadakan
penelitian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan
sistematis (Nurkancana, 1986).

F. Analisis Data
1. Tes Hasil Belajar
Setelah hasil tes diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data. Untuk
keperluan ini digunakan rumus:
Rumus tuntas individual:
Tuntas Individual (P)

Jumlah Nilai Yang Diperoleh


100%
Jumlah Skor Tes Maksimal

Dikatakan tuntas individual manakala P 65%


Rumus Tuntas Klasikal:

n
100%

Keterangan:
= Persentase ketuntasan belajar klasikal
n = Jumlah seluruh siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas

34

N = Jumlah seluruh siswa yang mengikuti Tes


Kriteria:
Jika 85% maka belajar dikatakan tuntas secara klasikal
Jika 85% maka belajar dikatakan tidak tuntas secara klasikal.
2. Data Aktivitas Siswa
Peningkatan aktivitas belajar siswa dapat diketahui melalui hasil
observasi terhadap prilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
Aktivitas belajar siswa diamati dan dicatet menggunakan lembar observasi
yang telah disediakan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
menggunakan rumus:

x
xi

Keterangan:
= rata-rata skor siswa untuk setiap aktivitas
x = jumlah skor yasng diperoleh selurh siswa
= banyak siswa
i = banyak item
Skor yang diperoleh siswa dapat dilihat dari banyaknya prilaku
siswa dari sejumlah indikator yang diamati. Skor 5 diberikan jika semua
deskriptor nampak, skor 4 diberikan jika 3 deskriptor nampak, skor 3
diberikan jika 2 deskriptor nampak,skor 2 diberikan jika 1 deskriptor
nampak, skor 1 diberikan jika tidak ada deskriptor yang nampak.

35

Kemudian tentukan rerata ideal ( i ) dan simpangan baku (SDi)


berdasarkan skor maksimal dan minimal yasng ditentukan dengan rumus:
1
Mi = 2 ( Maksimal + Minimum )
1
SDi = 6 ( Maksimal - Minimum )
Selanjutnya kriteria untuk menentukan kualifikasi aktivitas
belajar siswa ditentukan berdasarkan pedoman konversi pada tabel berikut
ini
Table 1.
Tabelpedoman Konversi Penilaian Skala 1 5
Aktivitas Belajar Siswa
Interval
Mi + 1,5 SDi < M Mi + 3 SDi
Mi + 0,5 SDi < M Mi + 1,5 SDi
Mi - 0,5 SDi < M Mi + 0,5 SDi
Mi - 1,5 SDi < M Mi 0,5 SDi
Mi - 3 SDi < M Mi - 1,5 SDi

Nilai
4,0 < M < 5,0
3,3 < M < 4,0
2,6 < M < 3,3
2,0 < M < 2,6
1,0 < M < 2,0

Keterangan
Sangat aktif
Aktif
Cukup aktif
Kurang aktif
Sangat kurang aktif

(Wayan Nurkencana, 1986: 89)


Adapun kriteria aktivitas siswa dikatakan berhasil apabila rata-rata skor
siswa untuk setiap aktivitas minimal berada dalam kategori aktif, yaitu dengan
skor 3,3 < M < 4,0.

36

PROPOSAL PENELITIAN
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN STRATEGI PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL PADA POKOK BAHASAN PECAHAN
DENGAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG
PADA SISWA KELAS V SDN 5 DESA BENTEK
TAHUN PELAJARAN 2009/2010

OLEH:
NAMA : M. LADUNI
NPM
: 05211048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) HAMZANWADI SELONG
2009

37

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan proposal penelitian yang berjudul
Meningatkan prestasi siswa dengan menggunakan Strategi Pengajaran dan
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Pada Pokok
Bahasan Pecahan Dengan Model Pengajaran Langsung Pada Siswa Kelas V di
SDN 5 Bentek ini dapat diselesaikan.
Proposal ini merupakan usulan yang akan diajukan untuk melakukan
penelitian, suatu hal yang dalam Perguruan Tinggi mendapatkan perhatian yang
serius dan termasuk dalam salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Tersusunnya proposal ini berangkat dari perhatian dan minat penulis yang
sangat besar dalam mempelajari dan menelaah teori-teori pembelajaran terutama
teori-teori kontemporer, sehingga hal itu membuat penulis sekaligus berkehendak
untuk berkecimpung melakukan penelitian di dalamnya.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu sehingga penulisan proposal ini
rampung.
Terakhir, kepada pembaca, terimalah hasil karya ini dengan segala
kekurangan dan kelebihan yang terdapat di dalamnya
Pancor ,
Ttd

Penulis

38

Juli 2009

Anda mungkin juga menyukai