7.2
PENDAHULUAN
Tidak ada suatu alat yang dapat dioperasikan secara sempurna untuk mengubah
panas yang diserap (oleh sistem) menjadi kerja yang dilakukan oleh sistem
2.
Proses perpindahan panas selalu terjadi dari permukaan yang suhunya lebih
tinggi ke permukaan yang suhunya lebih rendah.
Pernyataan yang pertama menandakan bahwa proses perubahan panas menjadi kerja dapat
terjadi namun tidak dapat mengabaikan perubahan yang terjadi baik pada sistem maupun
lingkungannnya. Dalam operasi perubahan panas menjadi kerja, selalu terjadi pembuangan
panas dari sistem ke lingkungan. Dengan demikian, pada proses siklus selalu dibutuhkan
energi panas yang baru untuk mengembalikan sistem ke keadaan semula untuk
menghasilkan kerja.
7.3
HEAT ENGINE
Heat engine (mesin panas) ialah suatu peralatan yang dapat digunakan untuk
mengubah energi panas menjadi kerja dalam proses siklus. Proses siklus ialah proses yang
terjadi secara berulang-ulang dan selalu kembali ke keadaan semula. Tahapan yang terjadi
pada proses siklus pembangkit tenaga terdiri dari :
1.
2.
Energi panas yang berasal pembakaran bahan bakar ditransfer ke air di dalam boiler
untuk mengubah air menjadi steam dengan temperatur tinggi pada tekanan boiler.
3.
Energi yang dimiliki steam ditransfer ke lingkungan sebagai kerja poros turbin.
Selanjutnya steam akan terekspansi sehingga temperatur dan tekanannya akan turun.
118
4.
Steam yang keluar dari turbin dikondensasi pada temperatur dan tekanan rendah
dengan perpindahan panas ke air pendingin. Ini merupakan siklus yang lengkap.
Pada dasarnya operasi mesin panas terdiri dari dari penyerapan energi panas pada
suhu tinggi, pembuangan panas pada temperatur rendah, dan produksi kerja. Perbedaan
temperatur yang dapat diperoleh di sumber-sumber panas menjadi karakteristik operasi
mesin panas. Demikian pula dengan kemampuan penyerapan dan pembuangan panas untuk
jumlah yang tak terbatas dari suatu permukaan dengan proses temperatur tetap. Selama
operasi, fluida kerja menyerap panas sebesar
sejumlah kerja
QH
QC
di sumber
(7.1)
atau
kerja netto
panas masuk
(7.2)
QC
(7.3)
QH
Tanda absolut digunakan agar persamaan tidak tergantung pada positif negatif saat terjadi
konversi dari panas dan kerja. Bila efisiensi mencapai 100 %, maka nilai
QC
haruslah
nol. Tidak pernah ada mesin panas yang mencapai efisiensi 100% karena selalu ada panas
yang harus dibuang ke lingkungan. Efisiensi termal sangat tergantung pada tingkat
119
reversibilitas operasi. Salah satu mesin panas yang tahapannya dianggap reversibel adalah
mesin Carnot. Karakteristik operasi mesin panas ideal pertama kali diperkenalkan oleh
N.L.S Carnot pada tahun 1924. Empat tahap dalam siklus Carnot terdiri atas:
1.
2.
Sistem kontak dengan sumber panas pada temperatur TH dan menyerap panas sebesar
QH
3.
Pada sistem dilakukan proses adiabatis secara reversibel dengan arah yang
berlawanan dengan tahap 1, sehingga temperatur sistem kembali menjadi seperti
temperatur sumber pendingin TC.
4.
QC
. Dengan
QH
QC
, dan
sama.
diubah menjadi persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk temperatur, yaitu:
QH
QC
TH
TC
(7.4)
Dengan demikian, efisiensi termal sudah tidak lagi merupakan fungi sifat fisik dari fluida
kerjanya.
120
7.5
diagram PV seperti pada Gambar 7.2 dan mengikuti persamaan-persamaan untuk gas ideal.
TH
b
QH
TC
TH
a
d
QC
TC
V
Gambar 7.2 Diagram PV untuk siklus Carnot
Empat tahap dalam siklus reversibel terdiri atas :
1.
2.
3.
4.
QH
QC
Untuk langkah isotermal b c dan da, dengan anggapan gas ideal berlaku:
Q H RTH ln
QH
QC
Vc
Vb
dan
Q C RTC ln
Vd
Va
TH ln Vc Vb
TC ln Vd Va
(7.5)
(7.6)
121
C V dT dV
R T
V
(7.7)
C V dT
V
ln a
Vb
Ta R T
C V dT
V
ln d
Vc
Tc R T
Va
V
ln d
Vb
Vc
Vc
V
ln d
Vb
Va
TH
TC
(7.8)
Skala temperatur adalah bentuk persamaan yang hanya berisi perubah temperatur saja,
sehingga analisisnya tidak lagi dipengaruhi sifat fisik zat. Dari persamaan di atas terlihat
hubungan yang sangat sederhana antara perbandingan energi panas dengan temperaturnya.
Persamaan untuk efisiensi termal adalah:
1
TC
TH
(7.9)
Agar efisiensi termal mencapai 100%, nilai TH harus tak terhingga dan nilai TC harus nol.
7.6
ENTROPI
QC
(7.10)
TC
Bila sebagai acuan perpindahan panas adalah mesin panas, maka nilai Q H adalah positif
dan nilai QC negatif. Dengan demikian persamaan diatas dapat ditulis tanpa tanda absolut
menjadi:
122
atau
Q
QH
C
TH
TC
(7.11)
QH QC
0
TH TC
(7.12)
Karena mesin Carnot beroperasi secara periodik dan selalu kembali ke keadaan awal, maka
sifat fisik seperti temperatur, tekanan dan energi selalu kembali ke keadaan semula.
Siklus secara reversibel dapat digambarkan dengan diagram PV seperti pada
Gambar 7.2, yang mana terlukis kurva tertutup dibagi-bagi menjadi bagian yang masingmasing berpotongan dengan kurva adiabatis reversibel dan kurva isotermal T H dan TC.
Masing-masing bagian kurva tertutup merupakan kurva yang tertutup oleh pasangan garis
adiabatis dan isotermal, berukuran kecil-kecil dan jumlahnya sangat banyak. Masingmasing bagian dapat dituliskan sebagai:
dQ H dQ C
0
dT
dT
dQ rev
0
T
(7.13)
Lingkaran pada tanda integral berarti integrasi menyeluruh untuk satu siklus, dan tanda rev
menandakan bahwa persamaan tersebut berlaku hanya untuk siklus adiabatis.
Ada kuantitas baru yang menyatakan perubahan secara diferensial yang disebut
dengan entropi dan dapat dituliskan sebagai:
dS t
dQ rev
T
St adalah total entropi sistem. Dalam bentuk yang lain dapat dinyatakan dengan:
dQ rev T dS t
Pada Gambar 7.3 di bawah ini ditampilkan diagram untuk proses siklis yang terdiri dari
dua jalur proses reversibel antara dua keadaan keseimbangan. Apabila titk A dan B pada
diagram PV menyatakan adanya dua keseimbangan keadaan fluida pada proses siklus
secara reversibel yang masing-masing melalui lintasan ACB dan ADB. Integrasi
persamaan untuk setiap langkah adalah
S t
dQ rev
T
ACB
(7.14)
atau
123
S t
dQ rev
T
ADB
(7.15)
C
V
Gambar 7.3 Dua lintasan reversibel yang menghubungkan keadaan keseimbangan A dan B
Kedua nilai integrasi tersebut harus sama. Sehingga entropi merupakan besaran
yang merupakan fungsi keadaan, tidak tergantung jalan yang ditempuh.
Untuk proses yang terjadi dari keadaan A ke B secara irreversibel, perubahan
entropi masih bernilai , dan berdasarkan hasil eksperimen memperlihatkan bahwa hasilnya
tidak diperoleh dari
dQ
Perubahan entropi pada sumber panas selalu dihitung dengan Q/T, yang mana Q
adalah kuantitas panas yang ditransfer dari atau ke sumber panas pada temperatur T, baik
secara reversibel maupun irrerversibel. Hal ini disebabkan proses perpindahan panas
terjadi pada dan jumlah energi panas yang relatif tetap pada sumber panas.
Apabila proses terjadi secara adiabatis dan reversibel, maka dQ rev = 0, dan dSt = 0.
Oleh karena itu, entropi sistem yang constan selama proses adiabatis reversibel disebut
isentropi.
7.7
124
Q
TH
Q
TC
Q
TH
Q
TC
atau
S total Q
TH TC
TH TC
(7.16)
Apabila TH > TC total perubahan entropi yang dihasilkan dari proses irrevesibel adalah
positif. Apabila nilai TH sangat besar sekali dibandingkan TC, maka perpindahan panas
terjadi secara reversibel, dan S total mendekati nol. Sebaliknya untuk proses irreversibel,
Stotal akan bernlai positif. Pernyataan di atas disebut pernyataan matematis hukum kedua
termodinamika yang secara umum dapat dituliskan dengan persamaan:
S 0
Dengan demikian proses tidak terjadi apabila entropi total berkurang
DAFTAR PUSTAKA :
1.
Smith, J.M., Van Ness, H.C., and Abbott, A., (2001), Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics, 6th edition, McGraw-Hill, Boston
2.
Potter, M.C. and Somerton, C.W., (1993), Schaums Outline of Theory and
Problems of Thermodynamics for Engineers, McGraw-Hill, New York
3.
125
BAB 8
PRODUKSI KERJA DARI KALOR
8.1
pembangkit tenaga.
8.2. PENDAHULUAN
Dengan ditemukannya bahan bakar fosil dalam bentuk cair maupun gas dapat
diciptakan berbagai mesin penghasil kerja dengan berbagai ukuran sesuai dengan
kebutuhan. Dengan demikian dapat digunakan dimana saja dan dibawa bergerak. Pada
pembahasan sebelumnya bahan bakar diubah dulu menjadi energi panas kemudian menjadi
energi mekanik, nilai efisiensinya sangat rendah (35%). Para ahli terus melakukan
penelitian untuk dapat mendesain alat pembangkit tenaga yang mempunyai nilai efisiensi
tinggi, dengan cara tidak mengubah energi bahan baker menjadi energi panas terlebih
dahulu, dengan harapan dapat memperbaiki efisiensi. Salah satu bentuk konversi secara
langsung tersebut ialah pada sel elektrolisa, yang mengubah energi kimia menjadi energi
listrik. Kisaran efisiensi untuk sel mencapai 55-85% .
Pada produksi tenaga secara konvensional, energi molekul bahan bakar diperoleh
dengan cara pembakaran bahan bakar tersebut. Berbagai cara dan kegunaan dari alat
pembangkit tenaga ini tergantung dari bahan bakar dan cara pengubahan panas
pembakaran menjadi energi mekanik.
Pembangkit tenaga uap merupakan mesin panas berskala besar yang menggunakan
air sebagai fluida kerja yang mengalir secara tunak melalui pompa, boiler, turbin dan
kondensor dalam proses siklis.
Mesin pembakaran dalam, merupakan bentuk lain dari mesin kalor, dimana
temperatur tinggi dicapai dari hasil konversi energi kimia bahan bakar yang langsung
diubah menjadi energi dalam untuk melakukan kerja. Contoh dari mesin ini adalah mesin
Otto dan mesin turbin gas.
126
QH
W
QH
W QH QC
TC
TH
QC
dibuang ke
QH
.
Keadaan perubahan fluida yang mengalir pada masing-masing alat dapat dilihat
pada diagram TS yang terlihat pada Gambar 8.1. Langkah 12 adalah proses penyerapan
panas secara isotermal pada temperatur TH yang ditunjukkan dengan garis mendatar pada
diagram TS (Gambar 8.2). Proses penguapan terjadi pada tekanan tetap dan dihasilkan uap
jenuh dari cair jenuh. Langkah 23 adalah proses ekspansi secara adiabatis reversibel dari
uap jenuh ke tekanan dimana temperatur air mencapai TC. Proses yang terjadi adalah
ekspansi secara isentropi, yang ditunjukkan dengan garis vertikal pada diagram TS,
sehingga dihasilkan uap basah. Langkah 34 adalah proses pembuangan panas secara
isotermal pada temperatur TC, yang ditunjukkan dengan garis mendatar disebut proses
kondensasi. Langkah 41 adalah langkah balik kembali ke keadaan semula, menghasilkan
air pada keadaan cair jenuh pada titik 1, disebut proses kompresi secara isentropi yang
ditunjukkan dengan garis vertikal pada diagram TS.
127
Q H
Q C
1
cairan yang keluar dari turbin mengandung cairan dalam konsentrasi tinggi, sehingga
menyebabkan korosi. Pada titik 4, kesulitan dijumpai dalam mendesain pompa yang
mampu menerima campuran cairan uap, dan air keluar pompa dalam keadaan cair jenuh
(titik1). Berdasarkan alasan tersebut maka diajukan model lain yaitu siklus Rankine
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8.3.
Siklus Rankine berbeda dengan siklus Carnot. Siklus Rankine terdiri atas empat
langkah sebagai berikut:
Proses 1 2 : Fluida kerja dipompa dari tekanan rendah ke tekanan tinggi. Proses
pemompaan ini berlangsung secara adiabatis reversibel (isentropi).
Karena fluida berupa cairan maka pompa hanya memerlukan
sedikit energi.
129
Rangkaian proses pada siklus Rankine ini digambarkan dalam diagram TS sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 8.4.
dengan
m = massa fluida
H = beda entalpi antara dua keadaan ( 2 3 atau 4 1)
Efisiens termal pada steam power plant akan meningkat apabila tekanan operasi di
boiler dinaikkan, sehingga temperatur di boiler juga naik. Namun hal ini akan
meningkatkan biaya investasi pabrik, karena menghendaki alat dan material konstruksi
peralatan yang lebih mahal. Efisiensi mesin uap juga akan meningkat dengan penurunan
130
temperatur di kondenser. Namun hal in tetap dibatasi oleh temperatur media pendingin,
yang umumnya menggunakan air yang temperaturnya sangat tergantung pada iklim dan
geografi. Produksi tenaga biasanya beroperasi pada tekanan kondenser terendah yang dapat
dilakukan.
Pembangkit tenaga dari uap yang modern beroperasi berdasarkan siklus Rankine
yang dimodifikasi, yaitu dihubungkan dengan pemanas air umpan boiler. Air dari
kondenser tidak langsung dikembalikan ke boiler, namun dipanaskan terlebih dahulu
dengan uap yang keluar dari turbin. Biasanya hal ini terjadi pada beberapa tingkatan
(stage) steam sesuai dengan tingkat steam hasil ekspansi di turbin. Contoh pembangkit
tenaga uap dengan pemanasan air umpan dapat dilihat pada Gambar 8.5, sementara
diagram TS untuk proses tersebut ditampilkan pada Gambar 8.6. Adapun proses yang
terjadi adalah:
Proses 1 2 : Fluida kerja dipompa dari tekanan rendah ke tekanan tinggi. Proses
pemompaan ini berlangsung secara adiabatis reversibel (isentropi).
Proses 6 3 : Sebagian uap yang keluar dari turbin langsung dipanaskan dalam
FWH bersama dengan kondensat (titik 2).
Proses 6 7 : Sebagian uap yang masih dalam kondisi lewat panas (titik 6)
diekspansikan dari turbin (titik 6) menghasilkan tenaga. Langkah
ini juga akan menurunkan temperatur dan tekanan dari uap, dan
sebagian uap akan mengembun.
131
Proses 7 -1
Gambar 8.5 Skematik rangkaian peralatan untuk siklus Rankine dengan regenerasi
132
133
Pengaruh penambahan rasio kompresi (rasio antara volum awal dan akhir
kompresi) dapat menambah efisiensi mesin, yaitu menambah kerja yang dihasilkan untuk
setiap kuantitas bahan bakar.
Siklus Otto diidealkan seperti Gambar 8.8. Siklus tersebut terdiri atas dua langkah
adiabatis dan dua langkah volume konstan. Pada langkah 3-4 sejumlah panas diserap oleh
udara pada volume konstan sehingga temperatur dan tekanan naik sebagai hasil proses
pembakaran. Selanjutnya udara diekspansi secara adiabatis reversibel (4-5), pendinginan
pada kondisi volume konstan (5-6), dan akhirnya kompresi adiabatis dan reversibel
kembali ke kondisi awal 3.
Efisiensi termal pada siklus standar udara adalah :
Ws (net ) Q 34 Q 56
Q 34
Q 34
C V (T4 T3 ) C V (T5 T6 )
C v (T4 T3 )
134
(T5 T6 )
(T4 T3 )
P5 V5 P5 V6
R
R
T6
P6 V6
R
T4
P4 V4 P4 V3
R
R
T3
P3 V3
R
V6
V3
P5 P6
P P6
1 r 5
P
P
P
3
3
4
4
P4 V3 P5 V6
135
P6 V6 P3 V3
P3 V6
atau
(P5 / P6 1) P6
P
1 r 6
( P4 / P3 1) P5
P3
1
1 r
r
1
1
r
(8.2)
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa efisiensi termal bertambah besar ketika rasio
kompresi bernilai rendah. Dan hal ini telah diuji dalam test lapangan.
8.6 MESIN DIESEL
Mesin Diesel berbeda dengan mesin Otto. Pada mesin diesel, temperatur akhir pada
langkah kompresi cukup tinggi sehingga pembakaran bahan bakar dapat terjadi secara
spontan tanpa bantuan percikan api dari busi. Temperatur tinggi dapat dicapai karena rasio
kompresi yang tinggi. Bahan bakar tidak diinjeksi sampai akhir tahap kompresi. Injeksi
bahan bakar dilakukan secara perlahan sehingga proses pembakaran terjadi pada tekanan
tetap. Skematik mesin Diesel disajikan pada Gambar 8.9, sementara diagram PV untuk
siklus Diesel ditampilkan pada Gambar 8.10.
Di dalam mesin Diesel, udara dikompresi secara adiabatis dengan rasio kompresi
berkisar anatar 15 sampai 20. Kompresi ini akan menaikkan temperatur udara sampai
cukup tinggi hingga bahan bakar yang diinjeksikan dapat terbakar secara spontan tanpa
adanya percikan api dari busi.
136
Siklus ideal untuk udara dimodelkan dengan satu kompresi adiabatis yang diikuti
dengan proses pembakaran pada tekanan konstan, kemudian ekspansi adiabatis sebagai
137
langkah penghasil tenaga (power stroke) dan diakhiri dengan langkah pembuangan gas
gasil pembakaran yang berlangsung pada volume konstan. Udara segar diambil di akhir
langkah pembuangan, sebagaimana ditunjukkan dengan garis a-e-a pada Gambar 8.10.
Karena langkah kompresi dan power stroke pada siklus ideal ini merupakan proses
adiabatis, maka efisiensi dapat dihitung dari proses tekanan konstan dan volume konstan.
Energi yang masuk dan keluar dan efisiensi dapat dihitung sebagai berikut:
Q1 = CP (Tc Tb)
Q2 = CV (Ta Td)
Q1 Q 2
Q1
Efisiensi lebih umum dinyatakan dalam rasio kompresi r C = V1/V2 dan rasio
kompresi rE = V1/V3. Eficiency dapat ditulis sebagai:
C T Td
Q2
1 V a
Q1
C P Tc Tb
Untuk proses reversibel, ekspansi adiabatis reversibel (langkah cd) dan kompresi adiabatis
reversibel (langkah ab) berlaku:
Tc Vc 1 Td Vd 1
dan
Ta Va 1 Td Vd 1
Dengan mendefinisikan kompresi rasio rC = VC/VD dan rasio ekspansi rE = VB/VA, maka:
1
Tc Td
rE
1
Ta Tb
rC
dan
Pc Vc = R Tc
Tc Vc Vc / Vd rC
Maka diperoleh :
1
1 1 rE
rE rC 1 rC
1 rE rC
atau
138
(8.3)
1 rE rC
1
rE1 rC1
(8.4)
Untuk tingkat rasio kompresi sama, mesin Otto mempunyai efisiensi lebih tinggi
dibandingkan mesin Diesel. Namun mesin Diesel beroperasi pada rasio kompresi yang
tinggi, sehingga efisiensinya menjadi lebih tinggi.
8.7 MESIN TURBIN GAS
Mesin Otto dan Diesel adalah contoh penggunaan secara langsung energi pada
suhu tinggi, gas bertekanan tinggi beraksi pada piston dalam silinder, tidak ada transfer
panas dengan sumber luar. Bagaimanapun turbin lebih efisien daripada mesin
reciprocating, sehingga digabung antara mesin pembakaran dalam dengan turbin dalam
mesin turbin gas.
Turbin gas digerakkan dengan gas suhu tinggi dari ruang pembakaran, seperti
terlihat pada gambar. Udara yang masuk ditekan sampai beberapa bar sebelum dibakar.
Kompresor setrifugal dioperasikan pada poros yang sama dengan turbin, dan sebagian
kerja yang dihasilkan turbin digunakan untuk menggerakkan kompresor. Semakin tinggi
suhu gas hasil pembakaran masuk turbin semakin tinggi efisiensinya, dan semakin besar
kerja yang dihasilkan perunit bahan bakar yang dibakar. Suhu dibatasi oleh kekuatan
logam yang digunakan untuk sudu turbin, dan jauh lebih rendah dari flame temperature
bahan bakar. Udara ekses yang cukup harus disediakan untuk mempertahankan suhu
pembakaran pada level yang aman.
139
Idealisasi gas turbin (didasarkan pada udara disebut siklus Brayton) dapat dilihat
pada PV diagram. Langkah AB adalah kompresi adiabatis reversibel dari tekanan PA
(tekanan atmosferik) menjadi PB. Pada langkah BC panas sebesar QBC, digantikan dengan
pembakaran, ditambahkan pada tekanan konstan, menaikkan suhu udara sebelum ekspansi
isentropik menghasilkan kerja dari tekanan PC menjadi PD (tekanan atmosferik). Langkah
DA adalah proses pendinginan pada tekanan konstan yang menyempurnakan siklus
tersebut. Efisiensi termal siklus tersebut adalah:
W ( net )
Q BC
WCD WAB
Q BC
Kerja dihasilkan oleh udara yang melewati kompresor dan bila udara dianggap
sebagai gas ideal dengan kapasitas panas konstan maka:
WAB H B H A C P (TB TA )
WCD C p (TC TD )
TD TA
TC TB
Karena langkah AB dan CD isentropik, maka hubungan suhu dan tekanan dapat
dinyatakan dengan persamaan sbb:
TB PB
TA PA
dan
( 1) /
TD PD
TC PC
( 1) /
P
A
PB
( 1) /
( 1) /
(8.5)
140
Contoh 8.1
Sebuah gas turbin dengan rasio kompresi PB/PA=6 dioperasikan dengan udara masuk
compresor pada suhu 25oC. Bila suhu maksimum yang diijinkan dalam turbin 760oC,
tentukan:
a.
b.
Termal efisiensi siklus udara bila compresor dan turbin beroperasi secara adiabatis
tetapi irreversible dengan c = 0,83 dan e=0,86
Jawaban :
a.
b.
Ireversibilitas dalam kompresor dan turbin akan menurunkan efisiensi mesin, karena
kerja neto merupakan selisih antara kerja yang dibutuhkan kompresor dan kerja yang
diproduksi turbin. Suhu udara masuk kompresor TA dan suhu udara masuk turbin TC
adalah sama untuk siklus ideal. Tetapi, suhu setelah proses kompresi irreversible TB
lebih tinggi daripapada suhu setelah kompresi isentropik TB, dan suhu setelah
ekspansi irreversibel dalam turbin TD lebih tinggi daripada suhu setelah ekspansi
isentropik TD.
Efisiensi terma mesin tersebut :
W( turb ) W( comp )
Q
W( comp )
Cp(TB 'TA )
c
141
Rasio TC/TA tergantung dari kondidsi yang diberikan. Rasio TB/TA berhubungan
dengan rasio tekanan Rasio TD/TA dapat dinyatakan sebagai berikut:
TD ' TC TD ' TC
TA
TA TC
TA
PA
PB
( 1) /
t c (TC / TA )(1 1 / ) ( 1)
c (TC / TA 1) ( 1)
P
dimana B
PA
( 1) /
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa efisiensi termal akan meningkat bila suhu
udara masuk turbin TC meningkat dan efisiensi kompresor dan turbin meningkat.
Bila harga t = 0,86 dan harga t = 0,83
Dan
TC 760 273,15
3,47
TA
25 273,15
DAFTAR PUSTAKA :
1.
Smith, J.M., Van Ness, H.C., and Abbott, A., (2001), Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics, 6th edition, McGraw-Hill, Boston
2.
Potter, M.C. and Somerton, C.W., (1993), Schaums Outline of Theory and
Problems of Thermodynamics for Engineers, McGraw-Hill, New York
3.
142
BAB 9
REFRIGERASI
9.1
PENDAHULUAN
Kita mengenal refrigerasi di kehidupan sehari-hari dalam AC, kulkas, dan freezer.
Dalam skala besar refrigerasi digunakan dalam industri es, pencairan gas, dan dehidrasi
terhadap gas.
9.3
REFRIGERASI
Dalam proses refrigerasi kontinyu panas yang diserap pada suhu rendah secara
kontinyu dibuang pada suhu yang lebih tinggi. Berdasarkan hukum kedua termodinamika,
proses ini membutuhkan kerja dari luar sistem. Refrigerator ideal beroperasi berdasarkan
siklus Carnot, terdiri dari dua langkah isothermal dimana panas sebesar Qc diserap pada
suhu rendah TC dan panas sebesar QH dibuang pada suhu yang lebih tingg TH, dan dua
langkah adiabatis. Siklus tersebut membutuhkan tambahan kerja sebesar W ke dalam
sistem.
W QH QC
(9.1)
QC
(9.2)
1
QC
QC
T TC
T
W
H 1 H
QC
TC
TH
143
TC
TH TC
Persamaan ini hanya berlaku untuk refrigerator yang beroperasi berdasarkan siklus Carnot
(siklus ideal) dan memberikan harga koefisien unjuk kerja maksimum.
Pada umumnya refrigerator beroperasi dengan siklus kompresi uap yang terdiri dari
empat langkah. Cairan diuapkan di dalam evaporator pada tekanan dan suhu tetap. Cairan
menguap membutuhkan panas yang diserap dari lingkungannya. Uap jenuh yang
dihasilkan kemudian ditekan menggunakan kompresor sehingga suhu dan tekanannya naik.
Uap lewat panas keluar kompresor kemudian didinginkan dan diembunkan di dalam
kondensor sehingga mencair. Pada proses pengembunan, panas dilepas pada tekanan dan
suhu yang lebih tinggi. Cairan keluar kondensor dalam keadaan cair jenuh kemudian
diturunkan tekanannya ke tekanan semula dengan proses ekspansi. Selanjutnya cairan
tersebut akan diuapkan lagi dalam evaporator. Proses tersebut dapat dijelakan dengan
gambar berikut.
4
Kondensor
Kran
ekspansi
Kompresor
Evaporator
1
Untuk basis satu unit massa fluida, maka panas yang diserap dalam evaporator dan panas
yang dilepas dalam kondensor adalah :
Q C H 2 H1
dan
QH H3 H 4
Apabila perubahan energi kinetic dan energi potensial diabaikan maka kerja kompresor
dapat dinyatakan dengan persamaan :
W H3 H 2
144
H 2 H1
H3 H 2
QC
H 2 H1
Contoh 9.1
Sebuah ruangan suhunya akan dipertahankan pada suhu 10 oF. Air pendingin yang tersedia
suhunya 70oF. Kapasitas refrigerasi 120.000 Btu/jam. Perbedaan suhu untuk perpindahan
panas dalam evaporator dan kondensor 10oF. Cairan refrigerant yang digunakan adalah
tetrafluoroethane (HFC-134a), data dapat diambil dari gambar G.2 (app G) buku
Termodinamika untuk Teknik Kimia karangan Smith Van Ness:
a.
b.
Hitunglah koefisien unjuk kerja dan kecepatan cairan yang disirkulasi bila prosesnya
mengikuti siklus kompresi uap?
Jawaban :
a.
b.
TC
0 459,67
5,75
TH TC (80 459,67) (0 459,67)
S2 = 0,22525 Btu/lbm R
145
( H ) S 13,98
17,48Btu / lbm
0,8
Karena ekspansinya menggunakan kran maka H4 = H1. Maka harga koefisien unjuk
kerjanya menjadi :
H 2 H 4 103,015 37,978
3,72
H3 H 2
17,48
9.4
9.4.1
QC
H2 H4
120.000
1845lbm / jam
103,015 37,978
PENUTUP
Tes Formatif
Sebuah refrigerator siklus kompresi uap menggunakan cairan refrigerant
tetrafluoroethan. Suhu kerja evaporator 30oF, suhu kerja kondensor 80oF, efisiensi
kompresor 80%, kapasitas refrigerasi 600 btu/det. Hitunglah koefisien unjuk kejanya dan
kecepatan cairan refrigerant yang di sirkulasi.
9.4.2
Umpan Balik
Apabila mahasiswa sudah dapat menghitung koefisien unjuk kerja refrigerator dan
kecepatan cairan yang disirkulasi dengan benar , maka mahasiswa tersebut sudah
memenuhi kompetensi dasar untuk sub pokok bahasan refrigerasi.
9.4.3
Tindak lanjut.
Apabila mahasiswa belum dapat menghitung koefisien unjuk kerja refrigerator
maupun kecepatan sirkulasi cairan, mahasiswa dapat melihat contoh soal yang ada di buku
yang disarankan.
9.4.4
146
S2 = 0,22344 Btu/lbm R
(H ) S 7,68
9,6Btu / lbm
0,8
Karena ekspansinya menggunakan kran maka H4 = H1. Maka harga koefisien unjuk
kerjanya menjadi :
H 2 H 4 107,320 37,978
7,07
H3 H2
9,8
Qc
H2 H4
600
8,655lbm / det
107,320 37,978
DAFTAR PUSTAKA
1.
Smith, J.M., Van Ness, H.C., and Abbott, A., (2001), Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics, 6th edition, McGraw-Hill, Boston
2.
Potter, M.C. and Somerton, C.W., (1993), Schaums Outline of Theory and
Problems of Thermodynamics for Engineers, McGraw-Hill, New York
3.
147