Anda di halaman 1dari 30

BAB 7

HUKUM KEDUA TERMODINAMKA


7.1

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Mahasiswa mampu menghitung efisiensi termal pada proses transformasi energi.

7.2

PENDAHULUAN

Pernyataan umum hukum kedua termodinamika, antara lain:


1.

Tidak ada suatu alat yang dapat dioperasikan secara sempurna untuk mengubah
panas yang diserap (oleh sistem) menjadi kerja yang dilakukan oleh sistem

2.

Proses perpindahan panas selalu terjadi dari permukaan yang suhunya lebih
tinggi ke permukaan yang suhunya lebih rendah.

Pernyataan yang pertama menandakan bahwa proses perubahan panas menjadi kerja dapat
terjadi namun tidak dapat mengabaikan perubahan yang terjadi baik pada sistem maupun
lingkungannnya. Dalam operasi perubahan panas menjadi kerja, selalu terjadi pembuangan
panas dari sistem ke lingkungan. Dengan demikian, pada proses siklus selalu dibutuhkan
energi panas yang baru untuk mengembalikan sistem ke keadaan semula untuk
menghasilkan kerja.
7.3

HEAT ENGINE
Heat engine (mesin panas) ialah suatu peralatan yang dapat digunakan untuk

mengubah energi panas menjadi kerja dalam proses siklus. Proses siklus ialah proses yang
terjadi secara berulang-ulang dan selalu kembali ke keadaan semula. Tahapan yang terjadi
pada proses siklus pembangkit tenaga terdiri dari :
1.

Air dalam bentuk cair dipompa ke dalam boiler bertekanan tinggi.

2.

Energi panas yang berasal pembakaran bahan bakar ditransfer ke air di dalam boiler
untuk mengubah air menjadi steam dengan temperatur tinggi pada tekanan boiler.

3.

Energi yang dimiliki steam ditransfer ke lingkungan sebagai kerja poros turbin.
Selanjutnya steam akan terekspansi sehingga temperatur dan tekanannya akan turun.

118

4.

Steam yang keluar dari turbin dikondensasi pada temperatur dan tekanan rendah
dengan perpindahan panas ke air pendingin. Ini merupakan siklus yang lengkap.
Pada dasarnya operasi mesin panas terdiri dari dari penyerapan energi panas pada

suhu tinggi, pembuangan panas pada temperatur rendah, dan produksi kerja. Perbedaan
temperatur yang dapat diperoleh di sumber-sumber panas menjadi karakteristik operasi
mesin panas. Demikian pula dengan kemampuan penyerapan dan pembuangan panas untuk
jumlah yang tak terbatas dari suatu permukaan dengan proses temperatur tetap. Selama
operasi, fluida kerja menyerap panas sebesar
sejumlah kerja

QH

di sumber pemanas, menghasilkan

, dan membuang panas ke lingkungan sebesar

QC

di sumber

pendingin, dan selanjutnya kembali ke keadaan semula, sebagaimana diilustrasikan pada


Gambar 7.1.

Gambar 7.1 Diagram heat engine


Berdasarkan hukum pertama termodinamika:
W QH QC

(7.1)

Efisiensi termal operasi mesin panas dapat dinyatakan dengan

atau

kerja netto
panas masuk

(7.2)

QC

(7.3)

QH

Tanda absolut digunakan agar persamaan tidak tergantung pada positif negatif saat terjadi
konversi dari panas dan kerja. Bila efisiensi mencapai 100 %, maka nilai

QC

haruslah

nol. Tidak pernah ada mesin panas yang mencapai efisiensi 100% karena selalu ada panas
yang harus dibuang ke lingkungan. Efisiensi termal sangat tergantung pada tingkat
119

reversibilitas operasi. Salah satu mesin panas yang tahapannya dianggap reversibel adalah
mesin Carnot. Karakteristik operasi mesin panas ideal pertama kali diperkenalkan oleh
N.L.S Carnot pada tahun 1924. Empat tahap dalam siklus Carnot terdiri atas:
1.

Sistem mula-mula dalam keadaan kesetimbangan termal dengan sumber pendingin


pada temperatur TC. Selanjutnya dilakukan proses adiabatis secara reversibel
sehingga temperaturnya naik sampai TH, yaitu temperatur sumber panas.

2.

Sistem kontak dengan sumber panas pada temperatur TH dan menyerap panas sebesar
QH

3.

secara isotermal dan reversibel.

Pada sistem dilakukan proses adiabatis secara reversibel dengan arah yang
berlawanan dengan tahap 1, sehingga temperatur sistem kembali menjadi seperti
temperatur sumber pendingin TC.

4.

Sistem dikontakkan dengan sumber pendingin pada temperatur TC dan mengalami


proses pembuangan panas secara isotermal dan reversibel sebesar

QC

. Dengan

demikan fluida kerja telah kembali ke keadaan awal.


Selama mesin Carnot bekerja secara reversibel, maka dapat beroperasi balik, dan siklus
Carnot yang dioperasikan secara berlawanan arah menjadi proses refrigerasi yang
reversibel dengan
7.4

QH

QC

, dan

sama.

SKALA TEMPERATUR TERMODINAMIKA


Persamaan yang digunakan untuk menunjukkan efisiensi termal, diharapkan dapat

diubah menjadi persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk temperatur, yaitu:
QH
QC

TH
TC

(7.4)

Dengan demikian, efisiensi termal sudah tidak lagi merupakan fungi sifat fisik dari fluida
kerjanya.

120

7.5

SIKLUS DAN SKALA TEMPERATUR GAS IDEAL


Apabila fluida kerjanya gas ideal, maka siklus Carnot dapat digambarkan dengan

diagram PV seperti pada Gambar 7.2 dan mengikuti persamaan-persamaan untuk gas ideal.

TH
b
QH

TC

TH

a
d
QC

TC

V
Gambar 7.2 Diagram PV untuk siklus Carnot
Empat tahap dalam siklus reversibel terdiri atas :
1.

a b kompresi adiabatis sampai temperaturnya naik dari TC menjadi TH

2.

b c ekspansi secara isotermal ketika terjadi penyerapan panas

3.

c d ekspansi adiabatis sampai temperatur menjadi TC

4.

d a kompresi secara isotermal sampai kembali ke keadaan awal ketika


terjadi pembuangan panas

QH

QC

Untuk langkah isotermal b c dan da, dengan anggapan gas ideal berlaku:
Q H RTH ln

QH
QC

Vc
Vb

dan

Q C RTC ln

Vd
Va

TH ln Vc Vb
TC ln Vd Va

(7.5)
(7.6)

Untuk proses adiabatis dapat ditulis sebagai berikut:

121

C V dT dV

R T
V

(7.7)

Maka langkah a b diintegrasi diperoleh:


Tb

C V dT
V
ln a
Vb
Ta R T

Dan untuk langkah c d setelah diintegrasi diperoleh :


Td

C V dT
V
ln d
Vc
Tc R T

Karena ruas kiri kedua persamaan sama, maka :


ln

Va
V
ln d
Vb
Vc

atau dapat juga ditulis sebagai


ln

Vc
V
ln d
Vb
Va

Maka diperoleh persamaan :


QH
QC

TH
TC

(7.8)

Skala temperatur adalah bentuk persamaan yang hanya berisi perubah temperatur saja,
sehingga analisisnya tidak lagi dipengaruhi sifat fisik zat. Dari persamaan di atas terlihat
hubungan yang sangat sederhana antara perbandingan energi panas dengan temperaturnya.
Persamaan untuk efisiensi termal adalah:
1

TC
TH

(7.9)

Agar efisiensi termal mencapai 100%, nilai TH harus tak terhingga dan nilai TC harus nol.
7.6

ENTROPI

Persamaan untuk siklus Carnot dapat ditulis sebagai :


QH
TH

QC

(7.10)

TC

Bila sebagai acuan perpindahan panas adalah mesin panas, maka nilai Q H adalah positif
dan nilai QC negatif. Dengan demikian persamaan diatas dapat ditulis tanpa tanda absolut
menjadi:
122

atau

Q
QH
C
TH
TC

(7.11)

QH QC

0
TH TC

(7.12)

Karena mesin Carnot beroperasi secara periodik dan selalu kembali ke keadaan awal, maka
sifat fisik seperti temperatur, tekanan dan energi selalu kembali ke keadaan semula.
Siklus secara reversibel dapat digambarkan dengan diagram PV seperti pada
Gambar 7.2, yang mana terlukis kurva tertutup dibagi-bagi menjadi bagian yang masingmasing berpotongan dengan kurva adiabatis reversibel dan kurva isotermal T H dan TC.
Masing-masing bagian kurva tertutup merupakan kurva yang tertutup oleh pasangan garis
adiabatis dan isotermal, berukuran kecil-kecil dan jumlahnya sangat banyak. Masingmasing bagian dapat dituliskan sebagai:
dQ H dQ C

0
dT
dT

bila diintegralkan menjadi:

dQ rev
0
T

(7.13)

Lingkaran pada tanda integral berarti integrasi menyeluruh untuk satu siklus, dan tanda rev
menandakan bahwa persamaan tersebut berlaku hanya untuk siklus adiabatis.
Ada kuantitas baru yang menyatakan perubahan secara diferensial yang disebut
dengan entropi dan dapat dituliskan sebagai:
dS t

dQ rev
T

St adalah total entropi sistem. Dalam bentuk yang lain dapat dinyatakan dengan:
dQ rev T dS t

Pada Gambar 7.3 di bawah ini ditampilkan diagram untuk proses siklis yang terdiri dari
dua jalur proses reversibel antara dua keadaan keseimbangan. Apabila titk A dan B pada
diagram PV menyatakan adanya dua keseimbangan keadaan fluida pada proses siklus
secara reversibel yang masing-masing melalui lintasan ACB dan ADB. Integrasi
persamaan untuk setiap langkah adalah
S t

dQ rev
T
ACB

(7.14)

atau

123

S t

dQ rev
T
ADB

(7.15)

C
V
Gambar 7.3 Dua lintasan reversibel yang menghubungkan keadaan keseimbangan A dan B

Kedua nilai integrasi tersebut harus sama. Sehingga entropi merupakan besaran
yang merupakan fungsi keadaan, tidak tergantung jalan yang ditempuh.
Untuk proses yang terjadi dari keadaan A ke B secara irreversibel, perubahan
entropi masih bernilai , dan berdasarkan hasil eksperimen memperlihatkan bahwa hasilnya
tidak diperoleh dari

dQ

Perubahan entropi pada sumber panas selalu dihitung dengan Q/T, yang mana Q
adalah kuantitas panas yang ditransfer dari atau ke sumber panas pada temperatur T, baik
secara reversibel maupun irrerversibel. Hal ini disebabkan proses perpindahan panas
terjadi pada dan jumlah energi panas yang relatif tetap pada sumber panas.
Apabila proses terjadi secara adiabatis dan reversibel, maka dQ rev = 0, dan dSt = 0.
Oleh karena itu, entropi sistem yang constan selama proses adiabatis reversibel disebut
isentropi.

7.7

PERNYATAAN MATEMATIS HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA

124

Dua permukaan sumber panas masing-masing mempunyai temperatur TH dan TC.


Perpindahan panas terjadi dari permukaan panas ke permukaan dingin. Perubahan entropi
pada sumber panas dengan temperatur TH adalah:
t
S H

Q
TH

Demikian pula pada permukaan dengan temperatur TC adalah:


S Ct

Q
TC

Kedua perubahan entropi bila dijumlahkan akan diperoleh:


t
S total S H
S Ct

Q
TH

Q
TC

atau
S total Q

TH TC
TH TC

(7.16)

Apabila TH > TC total perubahan entropi yang dihasilkan dari proses irrevesibel adalah
positif. Apabila nilai TH sangat besar sekali dibandingkan TC, maka perpindahan panas
terjadi secara reversibel, dan S total mendekati nol. Sebaliknya untuk proses irreversibel,
Stotal akan bernlai positif. Pernyataan di atas disebut pernyataan matematis hukum kedua
termodinamika yang secara umum dapat dituliskan dengan persamaan:
S 0
Dengan demikian proses tidak terjadi apabila entropi total berkurang
DAFTAR PUSTAKA :
1.

Smith, J.M., Van Ness, H.C., and Abbott, A., (2001), Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics, 6th edition, McGraw-Hill, Boston

2.

Potter, M.C. and Somerton, C.W., (1993), Schaums Outline of Theory and
Problems of Thermodynamics for Engineers, McGraw-Hill, New York

3.

Van Ness, H.C., Understanding Thermodynamics, Dover Publications, Inc., New


York.

125

BAB 8
PRODUKSI KERJA DARI KALOR
8.1

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Mahasiswa mampu menghitung efisiensi termal berbagai macam mesin

pembangkit tenaga.
8.2. PENDAHULUAN
Dengan ditemukannya bahan bakar fosil dalam bentuk cair maupun gas dapat
diciptakan berbagai mesin penghasil kerja dengan berbagai ukuran sesuai dengan
kebutuhan. Dengan demikian dapat digunakan dimana saja dan dibawa bergerak. Pada
pembahasan sebelumnya bahan bakar diubah dulu menjadi energi panas kemudian menjadi
energi mekanik, nilai efisiensinya sangat rendah (35%). Para ahli terus melakukan
penelitian untuk dapat mendesain alat pembangkit tenaga yang mempunyai nilai efisiensi
tinggi, dengan cara tidak mengubah energi bahan baker menjadi energi panas terlebih
dahulu, dengan harapan dapat memperbaiki efisiensi. Salah satu bentuk konversi secara
langsung tersebut ialah pada sel elektrolisa, yang mengubah energi kimia menjadi energi
listrik. Kisaran efisiensi untuk sel mencapai 55-85% .
Pada produksi tenaga secara konvensional, energi molekul bahan bakar diperoleh
dengan cara pembakaran bahan bakar tersebut. Berbagai cara dan kegunaan dari alat
pembangkit tenaga ini tergantung dari bahan bakar dan cara pengubahan panas
pembakaran menjadi energi mekanik.
Pembangkit tenaga uap merupakan mesin panas berskala besar yang menggunakan
air sebagai fluida kerja yang mengalir secara tunak melalui pompa, boiler, turbin dan
kondensor dalam proses siklis.
Mesin pembakaran dalam, merupakan bentuk lain dari mesin kalor, dimana
temperatur tinggi dicapai dari hasil konversi energi kimia bahan bakar yang langsung
diubah menjadi energi dalam untuk melakukan kerja. Contoh dari mesin ini adalah mesin
Otto dan mesin turbin gas.

126

8.3 STEAM POWER PLANT


Siklus Carnot yang dijelaskan pada bab sebelumnya beroperasi secara reversibel,
terdiri atas dua langkah isotermal dan dua langkah adiabatis. Dalam proses isotermal pada
suhu tinggi TH, energi panas

QH

diserap oleh fluida kerja dalam mesin, sedang pada

proses isotermal pada suhu rendah TC, sejumlah energi panas


lingkungan. Produksi kerja yang diperoleh

W
QH

W QH QC

TC
TH

QC

dibuang ke

dan termal efisiensinya:


(8.1)

Efisiensi nilainya akan bertambah besar bila TH bertambah dan TC berkurang.


Meskipun efisiensi mesin panas pada proses irreversibel rendah, namun efisiensinya dapat
bertambah apabila temperatur penyerapan panas dinaikkan dan temperatur pembuangan
panas diturunkan.
Proses alir sederhana dimana uap dibangkitkan dalam boiler kemudian diekspansi
secara adiabatis dalam turbin menghasilkan kerja diilustrasikan pada Gambar 8.1. Aliran
steam keluar turbin masuk ke dalam kondenser kemudian dipompakan secara adiabatis
kembali ke boiler. Produksi kerja di turbin jauh lebih besar dibandingkan kerja yang
dibutuhkan oleh pompa, sehingga kerja netto yang dihasilkan sama dengan perbedaan
antara panas masuk di boiler
QC

QH

dengan energi panas yang dikeluarkan di kondenser

.
Keadaan perubahan fluida yang mengalir pada masing-masing alat dapat dilihat

pada diagram TS yang terlihat pada Gambar 8.1. Langkah 12 adalah proses penyerapan
panas secara isotermal pada temperatur TH yang ditunjukkan dengan garis mendatar pada
diagram TS (Gambar 8.2). Proses penguapan terjadi pada tekanan tetap dan dihasilkan uap
jenuh dari cair jenuh. Langkah 23 adalah proses ekspansi secara adiabatis reversibel dari
uap jenuh ke tekanan dimana temperatur air mencapai TC. Proses yang terjadi adalah
ekspansi secara isentropi, yang ditunjukkan dengan garis vertikal pada diagram TS,
sehingga dihasilkan uap basah. Langkah 34 adalah proses pembuangan panas secara
isotermal pada temperatur TC, yang ditunjukkan dengan garis mendatar disebut proses
kondensasi. Langkah 41 adalah langkah balik kembali ke keadaan semula, menghasilkan
air pada keadaan cair jenuh pada titik 1, disebut proses kompresi secara isentropi yang
ditunjukkan dengan garis vertikal pada diagram TS.

127

Q H

Q C
1

Gambar 8.1 Skematik Steam power plant sederhana

Gambar 8.2 Diagram TS untuk siklus Carnot


Siklus reversibel tersebut dapat digunakan sebagai pembanding untuk steam power
plant yang nyata. Beberapa permasalahan dihadapi di langkah 23 dan 41, antara lain
128

cairan yang keluar dari turbin mengandung cairan dalam konsentrasi tinggi, sehingga
menyebabkan korosi. Pada titik 4, kesulitan dijumpai dalam mendesain pompa yang
mampu menerima campuran cairan uap, dan air keluar pompa dalam keadaan cair jenuh
(titik1). Berdasarkan alasan tersebut maka diajukan model lain yaitu siklus Rankine
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8.3.

Gambar 8.3 Skematik rangkaian alat pada siklus Rankine


(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Rankine_cycle)

Siklus Rankine berbeda dengan siklus Carnot. Siklus Rankine terdiri atas empat
langkah sebagai berikut:

Proses 1 2 : Fluida kerja dipompa dari tekanan rendah ke tekanan tinggi. Proses
pemompaan ini berlangsung secara adiabatis reversibel (isentropi).
Karena fluida berupa cairan maka pompa hanya memerlukan
sedikit energi.

Proses 2 3 : Cairan bertekanan tinggi masuk ke boiler dan mengalami


pemanasan oleh sumber panas eksternal menjadi uap jenuh kering.

Proses 3 4 : Uap jenuh kering mengalami proses ekspansi adiabatis reversibel


(isentropis) di dalam turbin, menghasilkan tenaga. langkah ini akan
menurunkan temperatur dan tekanan dari uap, dan sebagian uapa
akan mengembun.

129

Proses 4 1 : uap basah masuk ke kondenser dan mengalami kondensasi pada


tekanan dan temperatur konstan menjadi cair jenuh. Tekanan dan
temperatur kondenser ditentukan oleh temperatur pendingin.

Rangkaian proses pada siklus Rankine ini digambarkan dalam diagram TS sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 8.4.

Gambar 8.4 Diagram TS untuk siklus Rankine


(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Rankine_cycle)
Steam power plant tidak dapat beroperasi secara reversaibel. Hal tersebut nampak
pada garis 3 4 tidak tepat vertikal, namun agak miring sehingga terjadi penambahan
entropi. Uap yang keluar turbin masih basah, namun asal kadar air tidak lebih dari 10%,
tidak menimbulkan problem yang serius.
Dengan mengabaikan energi kinetik dan potensial, maka kebutuhan panas di boiler
dan panas yang harus dikeluarkan di kondenser dapat dihitung dengan persamaan :
Q m H

dengan

m = massa fluida
H = beda entalpi antara dua keadaan ( 2 3 atau 4 1)
Efisiens termal pada steam power plant akan meningkat apabila tekanan operasi di

boiler dinaikkan, sehingga temperatur di boiler juga naik. Namun hal ini akan
meningkatkan biaya investasi pabrik, karena menghendaki alat dan material konstruksi
peralatan yang lebih mahal. Efisiensi mesin uap juga akan meningkat dengan penurunan

130

temperatur di kondenser. Namun hal in tetap dibatasi oleh temperatur media pendingin,
yang umumnya menggunakan air yang temperaturnya sangat tergantung pada iklim dan
geografi. Produksi tenaga biasanya beroperasi pada tekanan kondenser terendah yang dapat
dilakukan.
Pembangkit tenaga dari uap yang modern beroperasi berdasarkan siklus Rankine
yang dimodifikasi, yaitu dihubungkan dengan pemanas air umpan boiler. Air dari
kondenser tidak langsung dikembalikan ke boiler, namun dipanaskan terlebih dahulu
dengan uap yang keluar dari turbin. Biasanya hal ini terjadi pada beberapa tingkatan
(stage) steam sesuai dengan tingkat steam hasil ekspansi di turbin. Contoh pembangkit
tenaga uap dengan pemanasan air umpan dapat dilihat pada Gambar 8.5, sementara
diagram TS untuk proses tersebut ditampilkan pada Gambar 8.6. Adapun proses yang
terjadi adalah:

Proses 1 2 : Fluida kerja dipompa dari tekanan rendah ke tekanan tinggi. Proses
pemompaan ini berlangsung secara adiabatis reversibel (isentropi).

Proses 2 3 : Cairan bertekanan tinggi masuk ke pemanas umpan boiler (FWH =


feed water heater) bersam dengan sebagian uap keluaran dari turbin
(titik 6) dan temperaturnya naik menjadi cair jenuh.

Proses 6 3 : Sebagian uap yang keluar dari turbin langsung dipanaskan dalam
FWH bersama dengan kondensat (titik 2).

Proses 3 4 : Cairan jenuh dipompa ke tekanan lebih tinggi. Proses pemompaan


ini berlangsung secara adiabatis reversibel (isentropi).

Proses 4 5 : Cairan bertekanan tinggi masuk ke boiler dan mengalami


pemanasan oleh sumber panas eksternal menjadi uap lewat panas.

Proses 5 6 : Uap lewat panas mengalami proses ekspansi adiabatis reversibel


(isentropis) di dalam turbin, menghasilkan tenaga. Langkah ini
akan menurunkan temperatur dan tekanan dari uap. Sebagian dari
uap lewat panas ini akan dikeluarkan dari turbin.

Proses 6 7 : Sebagian uap yang masih dalam kondisi lewat panas (titik 6)
diekspansikan dari turbin (titik 6) menghasilkan tenaga. Langkah
ini juga akan menurunkan temperatur dan tekanan dari uap, dan
sebagian uap akan mengembun.

131

Proses 7 -1

: Uap basah dari turbin masuk ke kondenser dan mengalami


kondensasi pada tekanan dan temperatur konstan menjadi cair
jenuh.

Gambar 8.5 Skematik rangkaian peralatan untuk siklus Rankine dengan regenerasi

Gambar 8.6 Diagram TS untuk siklus Rankine dengan regenerasi

132

8.4 MESIN PEMBAKARAN DALAM


Pada pembangkit tenaga uap, uap merupakan zat inert yang dipanaskan dengan
pembakaran bahan bakar. Dengan cara ini dibutuhkan luas permukaan yang besar untuk
proses perpindahan panas baik di boiler maupun di kondenser. Selain itu dalam rangka
perpindahan panas terutama di boiler dibutuhkan dinding logam yang mampu bertahan
pada tekanan dan temperatur yang tinggi. Sedangkan pada mesin pembakaran dalam,
bahan bakar dibakar alam mesin itu sendiri, dan produk pembakaran merupakan fluida
kerja yang menggerakkan piston. Temperatur tinggi terjadi di dalam mesin, dan tidak
memerlukan permukaan perpindahan panas.
Pembakaran dalam pada mesin membutuhkan analisis termodinamika yang rumit.
Bahan bakar bercampur dengan udara masuk kedalam ruang bakar, dan hasil pembakaran
harus selalu dialirkan keluar. Analisis sederhana dibuat untuk membahas siklus pada operas
pembakaran, yaitu menganggap udara merupakan fluida kerja, dan proses pembakaran
adalah penambahan sejumlah energi ke dalam udara.
8.5 MESIN OTTO
Mesin pembakaran dalam seperti pada mesin mobil dan motor adalah mesin Otto.
Siklus terdiri dari empat langkah dimulai dari proses konstan selama piston bergerak keluar
silinder agar bahan bakar dan udara masuk ke dalam silinder. Langkah tersebut
digambarkan dengan garis 1 2 seperti terlihat pada Gambar 8.7. Selama langkah yang
kedua 2-3-4, semua valve ditutup karena udara dan bahan bakar akan dikompresi secara
adiabatis dengan silinder piston. Sepanjang garis 2-3 campuran bahan bakar dan udara
dinyalakan, dan proses pembakaran terjadi dengan cepat, sehingga tekanan akan naik pada
lintasan 3-4. Pada langkah ke tiga 4-5-6 dihasilkan kerja, yang diperoleh dari hasil
pembakaran yang mempunyai temperatur dan tekanan tinggi. Langkah 4-5 terjadi proses
ekspansi secara adiabatis dengan bergeraknya silinder piston, dan penambahan volum
slinder. Pada langkah 5-6 (atau 5-2) valve terbuka untuk membuang gas hasil pembakaran,
sehingga tekanan turun dengan cepat. Pada langkah ke empat 2-1, piston menekan sisa-sisa
gas hasil pembakaran dari ruang silinder.

133

Gambar 8.7 Siklus Otto ideal


(Sumber: http://wright.nasa.gov/airplane/otto.html)

Pengaruh penambahan rasio kompresi (rasio antara volum awal dan akhir
kompresi) dapat menambah efisiensi mesin, yaitu menambah kerja yang dihasilkan untuk
setiap kuantitas bahan bakar.
Siklus Otto diidealkan seperti Gambar 8.8. Siklus tersebut terdiri atas dua langkah
adiabatis dan dua langkah volume konstan. Pada langkah 3-4 sejumlah panas diserap oleh
udara pada volume konstan sehingga temperatur dan tekanan naik sebagai hasil proses
pembakaran. Selanjutnya udara diekspansi secara adiabatis reversibel (4-5), pendinginan
pada kondisi volume konstan (5-6), dan akhirnya kompresi adiabatis dan reversibel
kembali ke kondisi awal 3.
Efisiensi termal pada siklus standar udara adalah :

Ws (net ) Q 34 Q 56

Q 34
Q 34

Untuk 1 mol udara dengan kapasitas panas konstan, maka :


Q 34 C V (T4 T3 )
Q 56 C V (T6 T5 )

Substitusi ke dalam ke persamaan di atas, diperoleh:

C V (T4 T3 ) C V (T5 T6 )
C v (T4 T3 )

134

Gambar 8.8 Diagram PV untuk siklus Otto ideal


(Sumber: http://www.grc.nasa.gov/WWW/K-12/airplane/otto.html)

(T5 T6 )
(T4 T3 )

Efisiensi termal dapat juga dihubungkan dengan kompresi r V6 / V3 . Setiap T diganti


dengan PV/R dengan menganggap gas deal.
T5

P5 V5 P5 V6

R
R

T6

P6 V6
R

T4

P4 V4 P4 V3

R
R

T3

P3 V3
R

Substitusi ke persamaan untuk akan diperoleh


1

V6
V3

P5 P6
P P6

1 r 5

P
P

P
3
3
4
4

Untuk dua langkah adiabatis reversibel,

PV kons tan, maka

P4 V3 P5 V6

135

P6 V6 P3 V3

Dari persamaan di atas diperoleh:


P5
P
4
P6
P5
P6 V3

P3 V6

Dari persamaan-persamaan tersebut efisiensi menjadi:


1 r

atau

(P5 / P6 1) P6
P
1 r 6
( P4 / P3 1) P5
P3

1
1 r
r

1
1
r

(8.2)

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa efisiensi termal bertambah besar ketika rasio
kompresi bernilai rendah. Dan hal ini telah diuji dalam test lapangan.
8.6 MESIN DIESEL
Mesin Diesel berbeda dengan mesin Otto. Pada mesin diesel, temperatur akhir pada
langkah kompresi cukup tinggi sehingga pembakaran bahan bakar dapat terjadi secara
spontan tanpa bantuan percikan api dari busi. Temperatur tinggi dapat dicapai karena rasio
kompresi yang tinggi. Bahan bakar tidak diinjeksi sampai akhir tahap kompresi. Injeksi
bahan bakar dilakukan secara perlahan sehingga proses pembakaran terjadi pada tekanan
tetap. Skematik mesin Diesel disajikan pada Gambar 8.9, sementara diagram PV untuk
siklus Diesel ditampilkan pada Gambar 8.10.
Di dalam mesin Diesel, udara dikompresi secara adiabatis dengan rasio kompresi
berkisar anatar 15 sampai 20. Kompresi ini akan menaikkan temperatur udara sampai
cukup tinggi hingga bahan bakar yang diinjeksikan dapat terbakar secara spontan tanpa
adanya percikan api dari busi.

136

Gambar 8.9 Skematik mesin Diesel


(Sumber: http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/Hbase/thermo/diesel.html#c1)

Gambar 8.10 Diagram PV untuk siklus Diesel


(Sumber: http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/Hbase/thermo/diesel.html#c1)

Siklus ideal untuk udara dimodelkan dengan satu kompresi adiabatis yang diikuti
dengan proses pembakaran pada tekanan konstan, kemudian ekspansi adiabatis sebagai

137

langkah penghasil tenaga (power stroke) dan diakhiri dengan langkah pembuangan gas
gasil pembakaran yang berlangsung pada volume konstan. Udara segar diambil di akhir
langkah pembuangan, sebagaimana ditunjukkan dengan garis a-e-a pada Gambar 8.10.
Karena langkah kompresi dan power stroke pada siklus ideal ini merupakan proses
adiabatis, maka efisiensi dapat dihitung dari proses tekanan konstan dan volume konstan.
Energi yang masuk dan keluar dan efisiensi dapat dihitung sebagai berikut:
Q1 = CP (Tc Tb)
Q2 = CV (Ta Td)

Q1 Q 2
Q1

Efisiensi lebih umum dinyatakan dalam rasio kompresi r C = V1/V2 dan rasio
kompresi rE = V1/V3. Eficiency dapat ditulis sebagai:

C T Td
Q2
1 V a
Q1
C P Tc Tb

Untuk proses reversibel, ekspansi adiabatis reversibel (langkah cd) dan kompresi adiabatis
reversibel (langkah ab) berlaku:
Tc Vc 1 Td Vd 1

dan

Ta Va 1 Td Vd 1

Dengan mendefinisikan kompresi rasio rC = VC/VD dan rasio ekspansi rE = VB/VA, maka:
1
Tc Td
rE

1
Ta Tb
rC

Substitusi ke persamaan sebelumnya :


Tc 1 rE
1 T 1 rC
1 b

Tc Tb
1

Karena Pb = Pc, dan dari persamaan gas ideal


Pb Vb = R Tb

dan

Pc Vc = R Tc

Lebih lanjut Va = Vd maka :


Tb Vb Vb / Va rE

Tc Vc Vc / Vd rC

Maka diperoleh :
1

1 1 rE

rE rC 1 rC
1 rE rC

atau

138

(8.3)

1 rE rC
1
rE1 rC1

(8.4)

Untuk tingkat rasio kompresi sama, mesin Otto mempunyai efisiensi lebih tinggi
dibandingkan mesin Diesel. Namun mesin Diesel beroperasi pada rasio kompresi yang
tinggi, sehingga efisiensinya menjadi lebih tinggi.
8.7 MESIN TURBIN GAS
Mesin Otto dan Diesel adalah contoh penggunaan secara langsung energi pada
suhu tinggi, gas bertekanan tinggi beraksi pada piston dalam silinder, tidak ada transfer
panas dengan sumber luar. Bagaimanapun turbin lebih efisien daripada mesin
reciprocating, sehingga digabung antara mesin pembakaran dalam dengan turbin dalam
mesin turbin gas.
Turbin gas digerakkan dengan gas suhu tinggi dari ruang pembakaran, seperti
terlihat pada gambar. Udara yang masuk ditekan sampai beberapa bar sebelum dibakar.
Kompresor setrifugal dioperasikan pada poros yang sama dengan turbin, dan sebagian
kerja yang dihasilkan turbin digunakan untuk menggerakkan kompresor. Semakin tinggi
suhu gas hasil pembakaran masuk turbin semakin tinggi efisiensinya, dan semakin besar
kerja yang dihasilkan perunit bahan bakar yang dibakar. Suhu dibatasi oleh kekuatan
logam yang digunakan untuk sudu turbin, dan jauh lebih rendah dari flame temperature
bahan bakar. Udara ekses yang cukup harus disediakan untuk mempertahankan suhu
pembakaran pada level yang aman.

Gambar 8.11 Skematik mesin turbin gas

139

Idealisasi gas turbin (didasarkan pada udara disebut siklus Brayton) dapat dilihat
pada PV diagram. Langkah AB adalah kompresi adiabatis reversibel dari tekanan PA
(tekanan atmosferik) menjadi PB. Pada langkah BC panas sebesar QBC, digantikan dengan
pembakaran, ditambahkan pada tekanan konstan, menaikkan suhu udara sebelum ekspansi
isentropik menghasilkan kerja dari tekanan PC menjadi PD (tekanan atmosferik). Langkah
DA adalah proses pendinginan pada tekanan konstan yang menyempurnakan siklus
tersebut. Efisiensi termal siklus tersebut adalah:

W ( net )

Q BC

WCD WAB
Q BC

Kerja dihasilkan oleh udara yang melewati kompresor dan bila udara dianggap
sebagai gas ideal dengan kapasitas panas konstan maka:
WAB H B H A C P (TB TA )

Demikian juga panas yang ditambahkan dan proses dalam turbin;


Q BC C p (TA TB ) dan

WCD C p (TC TD )

Substitusi ke persamaan sebelumnya menjadi:


1

TD TA
TC TB

Karena langkah AB dan CD isentropik, maka hubungan suhu dan tekanan dapat
dinyatakan dengan persamaan sbb:
TB PB

TA PA

dan

( 1) /

TD PD

TC PC

( 1) /

P
A
PB

( 1) /

Dengan persamaan ini TA dan TD dapat dieliminasi sehingga:


P
1 A
PB

( 1) /

(8.5)

140

Contoh 8.1
Sebuah gas turbin dengan rasio kompresi PB/PA=6 dioperasikan dengan udara masuk
compresor pada suhu 25oC. Bila suhu maksimum yang diijinkan dalam turbin 760oC,
tentukan:
a.

Efisiensi siklus udara ideal bila =1,4

b.

Termal efisiensi siklus udara bila compresor dan turbin beroperasi secara adiabatis
tetapi irreversible dengan c = 0,83 dan e=0,86

Jawaban :
a.

Substitus langsung ke persamaan untuk efisiensi :


1 (1 / 6) (1, 41) / 1, 4 1 0,6 0,4

b.

Ireversibilitas dalam kompresor dan turbin akan menurunkan efisiensi mesin, karena
kerja neto merupakan selisih antara kerja yang dibutuhkan kompresor dan kerja yang
diproduksi turbin. Suhu udara masuk kompresor TA dan suhu udara masuk turbin TC
adalah sama untuk siklus ideal. Tetapi, suhu setelah proses kompresi irreversible TB
lebih tinggi daripapada suhu setelah kompresi isentropik TB, dan suhu setelah
ekspansi irreversibel dalam turbin TD lebih tinggi daripada suhu setelah ekspansi
isentropik TD.
Efisiensi terma mesin tersebut :

W( turb ) W( comp )
Q

Untuk kerja isentropik :


W( turb ) t Cp(TC TD ' )

W( comp )

Cp(TB 'TA )
c

Panas yang diserap untuk mensimulasi pembakaran:


Q Cp(TC TB )

Persamaan tersebut dikominasi diperoleh:

t (TC TD ' ) (1 / )(TB 'TA )


TC TB

Sebagai alternativ verja compresor dapat dinyatakan sbb:


W(comp) = CP (TB - TA)

141

Kombinasi persamaanpersamaan di atas dan hasilnya untuk mengeliminasi T B


sehingga dapat disederhanakan menjadi:

t c (TC / TA TD ' / TA ) (TB ' / TA 1)


c(TC / TA 1) (TB ' / TA 1)

Rasio TC/TA tergantung dari kondidsi yang diberikan. Rasio TB/TA berhubungan
dengan rasio tekanan Rasio TD/TA dapat dinyatakan sebagai berikut:
TD ' TC TD ' TC

TA
TA TC
TA

PA

PB

( 1) /

Subsitusi ke persamaan untuk efisiensi menjadi:

t c (TC / TA )(1 1 / ) ( 1)
c (TC / TA 1) ( 1)

P
dimana B
PA

( 1) /

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa efisiensi termal akan meningkat bila suhu
udara masuk turbin TC meningkat dan efisiensi kompresor dan turbin meningkat.
Bila harga t = 0,86 dan harga t = 0,83
Dan

TC 760 273,15

3,47
TA
25 273,15

(6) (1, 41) / 1, 4 1,67

Maka diperoleh efisiensi termal :

(0,86)(0,83)(3,47)(1 1 / 1,67) (1,67 1)


0,235
(0,83)(3,47 1) (1,67 1)

DAFTAR PUSTAKA :
1.

Smith, J.M., Van Ness, H.C., and Abbott, A., (2001), Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics, 6th edition, McGraw-Hill, Boston

2.

Potter, M.C. and Somerton, C.W., (1993), Schaums Outline of Theory and
Problems of Thermodynamics for Engineers, McGraw-Hill, New York

3.

Van Ness, H.C., Understanding Thermodynamics, Dover Publications, Inc., New


York.

142

BAB 9
REFRIGERASI
9.1

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Mahasiswa mampu menghitung koefisien unjuk kerja alat refrigerasi (refrigerator)

serta menghitung kecepatan cairan refigeran yang disirkulasi.


9.2

PENDAHULUAN
Kita mengenal refrigerasi di kehidupan sehari-hari dalam AC, kulkas, dan freezer.

Dalam skala besar refrigerasi digunakan dalam industri es, pencairan gas, dan dehidrasi
terhadap gas.
9.3

REFRIGERASI
Dalam proses refrigerasi kontinyu panas yang diserap pada suhu rendah secara

kontinyu dibuang pada suhu yang lebih tinggi. Berdasarkan hukum kedua termodinamika,
proses ini membutuhkan kerja dari luar sistem. Refrigerator ideal beroperasi berdasarkan
siklus Carnot, terdiri dari dua langkah isothermal dimana panas sebesar Qc diserap pada
suhu rendah TC dan panas sebesar QH dibuang pada suhu yang lebih tingg TH, dan dua
langkah adiabatis. Siklus tersebut membutuhkan tambahan kerja sebesar W ke dalam
sistem.
W QH QC

(9.1)

Ukuran keefektivan refrigerator adalah koefisien unjuk kerja () yang didefinisikan


sebagai berikut:

QC

(9.2)

Apabila persamaan 1 dibagi dengan QC


QH
W

1
QC
QC

T TC
T
W
H 1 H
QC
TC
TH

143

TC
TH TC

Persamaan ini hanya berlaku untuk refrigerator yang beroperasi berdasarkan siklus Carnot
(siklus ideal) dan memberikan harga koefisien unjuk kerja maksimum.
Pada umumnya refrigerator beroperasi dengan siklus kompresi uap yang terdiri dari
empat langkah. Cairan diuapkan di dalam evaporator pada tekanan dan suhu tetap. Cairan
menguap membutuhkan panas yang diserap dari lingkungannya. Uap jenuh yang
dihasilkan kemudian ditekan menggunakan kompresor sehingga suhu dan tekanannya naik.
Uap lewat panas keluar kompresor kemudian didinginkan dan diembunkan di dalam
kondensor sehingga mencair. Pada proses pengembunan, panas dilepas pada tekanan dan
suhu yang lebih tinggi. Cairan keluar kondensor dalam keadaan cair jenuh kemudian
diturunkan tekanannya ke tekanan semula dengan proses ekspansi. Selanjutnya cairan
tersebut akan diuapkan lagi dalam evaporator. Proses tersebut dapat dijelakan dengan
gambar berikut.
4

Kondensor

Kran
ekspansi

Kompresor

Evaporator
1

Gambar 9.1 Siklus proses refrigerasi

Untuk basis satu unit massa fluida, maka panas yang diserap dalam evaporator dan panas
yang dilepas dalam kondensor adalah :
Q C H 2 H1

dan

QH H3 H 4

Apabila perubahan energi kinetic dan energi potensial diabaikan maka kerja kompresor
dapat dinyatakan dengan persamaan :
W H3 H 2

Maka koefisien unjuk keranya :

144

H 2 H1
H3 H 2

Untuk merancang evaporator, kondensor, kompresor maupun kran ekspansi, kita


harus tahu jumlah kecepatan cairan refrijeran yang disirkulasi (m). Harga m dapat
ditentukan dari kecepatan panas yang diserap dalam evaporator dengan persamaan:
m

QC
H 2 H1

Contoh 9.1
Sebuah ruangan suhunya akan dipertahankan pada suhu 10 oF. Air pendingin yang tersedia
suhunya 70oF. Kapasitas refrigerasi 120.000 Btu/jam. Perbedaan suhu untuk perpindahan
panas dalam evaporator dan kondensor 10oF. Cairan refrigerant yang digunakan adalah
tetrafluoroethane (HFC-134a), data dapat diambil dari gambar G.2 (app G) buku
Termodinamika untuk Teknik Kimia karangan Smith Van Ness:
a.

Hitunglah koefisien unjuk kerja bila prosesnya mengikuti siklus Carnot?

b.

Hitunglah koefisien unjuk kerja dan kecepatan cairan yang disirkulasi bila prosesnya
mengikuti siklus kompresi uap?

Jawaban :
a.

Koefisien unjuk kerja untuk siklus Carnot :

b.

TC
0 459,67

5,75
TH TC (80 459,67) (0 459,67)

Refrigeran (tetrafluoroethane ) keluar evaporator keadaannya uap jenuh dan keluar


kondensor keadaannya cair jenuh sehingga enthalpy (H) pada titik 2 dan 4 bisa
dibaca dari table. Suhu uap keluar evaporator 0 oF, sehingga tekanannya 21,162 psia
(dibaca dari tabel).
H2 = 103,015 Btu/lbm

S2 = 0,22525 Btu/lbm R

Suhu keluar kondensor 80oF , sehingga tekanannya 101,37 psia


H4 = 37,978 Btu/lbm
Apabila kompresor bekerja secara adiabatic reversible maka :
S3 = S2 = 0,22525 Btu/lbm R
Entalpi pada tekanan 101,37 psia pada entropi tersebut adalah :
H3 = 117 Btu/lbm

145

Perubahan entalpinya adalah :


(H)s = H3 - H2 = 117 - 103,015 = 13,98 Btu/lbm
Apabila efisiensi kompresor 0,8 maka entalpi yang sesungguhnya adalah :
H3 H2

( H ) S 13,98

17,48Btu / lbm

0,8

Karena ekspansinya menggunakan kran maka H4 = H1. Maka harga koefisien unjuk
kerjanya menjadi :

H 2 H 4 103,015 37,978

3,72
H3 H 2
17,48

Dan kecepatan sirkulasi refrigerant :


m

9.4
9.4.1

QC
H2 H4

120.000
1845lbm / jam
103,015 37,978

PENUTUP
Tes Formatif
Sebuah refrigerator siklus kompresi uap menggunakan cairan refrigerant

tetrafluoroethan. Suhu kerja evaporator 30oF, suhu kerja kondensor 80oF, efisiensi
kompresor 80%, kapasitas refrigerasi 600 btu/det. Hitunglah koefisien unjuk kejanya dan
kecepatan cairan refrigerant yang di sirkulasi.
9.4.2

Umpan Balik
Apabila mahasiswa sudah dapat menghitung koefisien unjuk kerja refrigerator dan

kecepatan cairan yang disirkulasi dengan benar , maka mahasiswa tersebut sudah
memenuhi kompetensi dasar untuk sub pokok bahasan refrigerasi.
9.4.3

Tindak lanjut.
Apabila mahasiswa belum dapat menghitung koefisien unjuk kerja refrigerator

maupun kecepatan sirkulasi cairan, mahasiswa dapat melihat contoh soal yang ada di buku
yang disarankan.
9.4.4

Kunci Jawaban Tes Formatif

146

Refrigeran (tetrafluoroethane) keluar evaporator keadaannya uap jenuh dan keluar


kondensor keadaannya cair jenuh sehingga enthalpy (H) pada titik 2 dan 4 bisa dibaca dari
tabel. Suhu uap keluar evaporator 30oF, sehingga tekanannya 40,768 psia (dibaca dari
tabel).
H2 = 107,320 Btu/lbm

S2 = 0,22344 Btu/lbm R

Suhu keluar kondensor 80oF , sehingga tekanannya 101,37 psia


H4= 37,978 Btu/lbm
Apabila kompresor bekerja secara adiabatic reversible maka :
S3 = S2 = 0,22344 Btu/lbm R
Entalpi pada tekanan 101,37 psia pada entropi tersebut adalah :
H3 = 115 Btu/lbm
Perubahan entalpinya adalah :
(H)S = H3 - H2 = 115 - 107,320 = 7,680 Btu/lbm
Apabila efisiensi kompresor 0,8 maka entalpi yang sesungguhnya adalah :
H3 H 2

(H ) S 7,68

9,6Btu / lbm

0,8

Karena ekspansinya menggunakan kran maka H4 = H1. Maka harga koefisien unjuk
kerjanya menjadi :

H 2 H 4 107,320 37,978

7,07
H3 H2
9,8

Dan kecepatan sirkulasi refrigerant :


m

Qc
H2 H4

600
8,655lbm / det
107,320 37,978

DAFTAR PUSTAKA
1.

Smith, J.M., Van Ness, H.C., and Abbott, A., (2001), Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics, 6th edition, McGraw-Hill, Boston

2.

Potter, M.C. and Somerton, C.W., (1993), Schaums Outline of Theory and
Problems of Thermodynamics for Engineers, McGraw-Hill, New York

3.

Van Ness, H.C., Understanding Thermodynamics, Dover Publications, Inc., New


York.

147

Anda mungkin juga menyukai