DISUSUN OLEH
DISETUJUI OLEH
Volume
Produ
Nama Produk
k
02
FITNEURIN
Bentuk
Produk
1 ml
Larutan
II.
FORMULASI
Aneurin HCl
25mg/ ml
BAB III
MONOGRAFI
1. Aneurin Hydrochloride
Waktu
Pengolahan
I.
R/
Kemasan
Ampul
19.00 22.00
Pemerian :
Serbuk putih atau tidak berwarna atu kristal putih atau serbuk
kristal putih. ( Martindale ed 29,hal 1277 )
Kelarutan :
Thiamin HCL larut dalam 1:1 bagian air ( Martindale ed 29,
hal 1277 )
Titik leleh / titik lebur : 248oC
Dosis lazim : 10 mg-100mg (FI ed III hal 991)
Daftar obat keras : sediaan injeksi
OTT
: terhadap oksidator, reduktor, karbonat
( Martindale ed 29,hal 1277 )
pH
: 2.8 3.4 ( Martindale ed 29,hal 1277 )
Stabilisator : HCL 0.1 N ( Martindale ed 29,hal 1277 )
Tonisitas
: Kelengkapan : tb = 0,139 ; C = 2,5
( Merck Index ed 8 hal 1277 )
Perhitungan Tonisitas Larutan
W = (0,52 - tb x C) / 0,576
W = (0,52 0,139 x 2,5) / 0,576
W= 0,2995 % (Hipotonis)
Untuk membuat larutan isotonis maka ditambahkan NaCl
0,2995 %
2. Natrii Choridum
BM : 58,44
Kelarutan: larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P, sukar larut
dalam etanol (95%)P.(Farmakope Indonesia III, hal 403-404)
4. Acidum Hydrochloridum
Rumus molekul : HCl
Bobot molekul : 36,46
BAB IV
ASPEK FARMAKOLOGI
ADME
Aneurin HCL
Farmakologi:
Vitamin B1 (thiamin) berperan sebagai ko-enzim pada dekarboksilasi
asam a-keto dan berperan dalam metabolisme karbohidrat. Vitamin B6
(pyridoxine) dalam tubuh berubah menjadi Piridoksin fosfat dan Piridoksamin
fosfat yang dapat membantu dalam metabolisme protein dan asam
Peringatan perhatian:
Hati-hati diberikan pada penderita Parkinson yang mendapat terapi
levodopa, karena vitamin B6 menonaktifkan levodopa. Hati-hati bila
diberikan pada penderita epilepsi yang sedang mendapat obat epilepsi, karena
dosis tinggi asam folat dapat mengubah fungsi obat tersebut.Tidak boleh
melebihi dosis yang dicantumkan. Sebaiknya tidak diberikan pada pasien
yang sedang mendapat terapi levodopa.
Efek samping :
Penggunaan vitamin B6 dalam dosis besar dan jangka panjang dapat
menyebabkan sindroma neuropati. Penggunaan yang berlebihan dapat
menimbulkan mual, muntah dan sakit kepala.
BAB V
Perhitungan dan Penimbangan
Formula:
Aneurin Hydrochloridum
25 mg
Natrii Chloridum
2,995 mg
ad 1 ml
Perhitungan Tonisitas :
Zat
Tb
Aneurin HCL
0,139
2,5
Tonisitas :
W=
W=
0,52tb . c
0,576
0.52(0,139.2,5)
0,576
= 0,2995 %
Tonisitas sebenarnya :
0.9% - 0,2995 % = 0,6005 %
Penimbangan
Satuan dasar
1ml
25 mg
2,995 mg
Bahan
Aneurin HCl
NaCl
Volume produksi
7 ampul / 15 ml
375 mg
44,85 mg
Alat
Sterilisasi
Waktu
Beaker Gelas
Oven 170o C
30
Corong &
Otoklaf 115-116o C
30
Ampul
Oven 170o C
30
Kaca Arloji
Api Langsung
20
Spatel Logam
Api Langsung
20
Batang
Api Langsung
20
Kertas Saring
Pengaduk
No.
1
Pengolahan
Di Didihkan 25 ml aqua pro injeksi (a.p.i) dalam beaker gelas
2
3
4
6
7
8
9
10
selama 10 menit.
Dilarutkan Aneurin HCl dalam sebagian aqua pro injeksi (no.1)
Dilakutkan NaCl dalam sebagian aqua pro injeksi (no.1)
Kedua campuran tersebut dicampurkan (no.2 dan no.3 )
Ditambahkan a.p.i ad 12 ml, kemudian cek pH
Ditambahkan HCl 0,1 N sebanyak 3,5 ml
Larutan ditambahkan a.p.i ad 15,9 ml
Larutan disaring dan filtrat pertama dibuang.
Larutan kemudian diisikan kedalam 7 ampul @1,1 ml, pengisian
11
12
JENIS EVALUASI
1. EVALUASI FISIKA
a) Penetapan pH (FI IV,1039-1040)
b) Bahan partikulat dalam injeksi
(FI IV,981-984)
c) Penetapan volume injeksi dalam
wadah (FI IV,1044)
d) Uji keseragaman sediaan
(FI IV,990-1001)
e) Uji kejernihan (FI IV,998)
f) Uji kebocoran
HASIL EVALUASI
pH awal = 6,5
pH akhir = 4
Berwarna jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
jernih
1 ampul yang bocor
2. EVALUASI BIOLOGI
a) Uji Efektivitas Sterilitas
Antimikroba (FI IV,858-855)
b) Uji Sterilitas (FI IV,855-863)
c) Uji Endotoksin Bakteri
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(FI IV,905-907)
d) Uji pirogen (FI IV,908-909)
e) Uji kandungan zat antimikroba
(FI IV,939-942)
f) UJI potensi antibiotik (FI IV,891899)
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jenis evaluasi
Penampilan fisik
Jumlah sediaan
Kejernihan
Brosur
Kemasan
Kebocoran ampul
Etiket
Keseragaman volume
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Penilaian
5 ampul
jernih
Terlampir
Terlampir
2 ampul
Terlampir
Seragam
BAB VIII
PEMBAHASAN
Pada praktikum formulasi sediaan steril kali ini, di buat sediaan injeksi
Aneurin Hcl atau disebut juga Vitamin B1, kekuatan sediaan pada Aneurin ini adalah
25 mg / ml. Dengan volume tiap ampul sebanyak 1,1 mL. Aneurin Hcl atau Thiamini
HCl merupakan senyawa dengan bentuk hablur atau serbuk hablur, berwarna putih,
berbau khas lemah, dan mudah larut dalam air, larut dalam gliserin, sukar larut dalam
etanol, tidak larut dalam eter dan benzen ( FI ed IV hal 784). Senyawa Aneurin HCl
sudah memiliki sifat yang mudah larut dalam air sehingga yang digunakan adalah
garam HCl nya dan tidak perlu diganti dengan bentuk yang lain.
Sediaan injeksi didefinisikan sebagai sediaan steril berupa larutan, emulsi,
suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu
sebelum digunakan secara parenteral. Aneurin HCl merupakan senyawa yang mudah
larut dalam air, maka sediaan injeksi yang dibuat berbentuk larutan.
Formula sediaan injeksi yang akan dibuat terdiri dari Aneurin HCl dengan
konsentrasi 25 mg / mL, NaCl secukupnya dan Aqua pro injeksi sampai volume 1,1
mL. Aneurin HCl bertindak sebagai zat aktif. NaCl berfungsi sebagai pengatur
tonisitas, karena salah satu syarat sediaan injeksi adalah harus isotonis yang artinya
memiliki konsentrasi yang sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah.
Selain itu sediaan injeksi juga harus memenuhi persyaratan isoosmotik yaitu
memiliki tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose serum darah. Untuk
mencapai keadaan yang isotonis dan isoosmotik, suatu larutan harus ekivalen dengan
larutan NaCl 0,9 % yang notabene ekivalen dengan tonisitas sel darah dan tekanan
osmosenya ekivalen dengan osmose serum darah. Aqua Pro Injeksi berfungsi sebagai
pelarut dalam sediaan injeksi yang akan dibuat. Aqua pro injeksi dipilih sebagai
pelarut karena Aqua pro injeksi sudah steril. Aqua pro injeksi dibuat dengan
memenuhi persyaratan untuk menjadi pelarut dalam sediaan injeksi antara lain
berbentuk cairan jernih, steril, bebas pirogen, tidak berbau, tidak berwarna, tidak
berasa serta tidak mengandung logam berat dan zat pereduksi, dengan pH di kisaran
5,0-7,0.
Selain persyaratan sterilitas, isotonisitas, dan isoosmotik, suatu sediaan injeksi
harus memenuhi persyaratan isohidris. Isohidris berarti sediaan injeksi yang akan
disuntikkan harus memiliki pH yang sama dengan pH fisiologis tubuh manusia yaitu
sekitar 7,4. Sehingga untuk menjaga pH sediaan injeksi seringkali ditambahkan dapar
agar pH larutan tetap. Farmakope Indonesia menyebutkan bahwa pH untuk sediaan
injeksi Aneurin HCl adalah 2,5 4,5. Hal ini karena aktivitas fisiologi maksimal
Aneurini HCl dapat tercapai pada rentang pH 3 4 . Sehingga untuk injeksi Aneurin
HCl dilakukan usaha euhidris, atau usaha pendekatan pH larutan suatu zat secara
teknis kearah pH fisiologis tubuh. Euhidris dapat dilakukan untuk zat zat yang tidak
stabil dalam pH fisiologis tubuh, atau zat yang memiliki aktivitas fisiologi yang lebih
baik pada pH yang bukan pH fisiologis tubuh. Larutan injeksi yang kami buat
memiliki pH 6,5, untuk mencapai pH dengan rentang 2,5 4,5 dilakukan
penambahan larutan HCl 0,1 N sebanyak 3,5 ml. Hasil akhir pH larutan injeksi
Aneurin HCl yang dibuat adalah 4.
Metode sterilisasi yang digunakan adalan Terminal sterilization atau sterilisasi di
akhir proses, sehingga dalam pengerjaannya dilakukan dengan tehnik aseptik, dan
digunakan bahan serta alat yang steril. Proses pengisian larutan injeksi ke dalam
ampul dilakukan didalam Laminar Air Flow untuk mencegah bakteri atau virus
masuk kedalam ampul saat proses pengisian. Sterilisasi dilakukan dengan metode
autoklaf pada suhu 121 dengan tekanan 1 atm, sema 15 menit.
Pada percobaan ini dibuat 7 ampul dengan volume masing masing ampulnya
1mL, namun pada pembuatannya larutan yang dibuat dilebihkan jumlahnya untuk
mengantisipasi terjadinya tumpahan saat pengisian. Perhitungan volume larutan yang
dibuat, dihitung dengan menggunakan persamaan untuk ampul = (n+2) c +6mL ,
dimana n adalah jumlah sediaan yang diminta, dan c adalah volume sediaan yang
telah dilebihkan volumenya sesuai anjuran FI ed IV. Volume yang dimasukkan pada
setiap ampul tidaklah 1 mL namun 1,1 mL volume ini berdasarkan anjuran
penimbangan dan volume yang tercantum dalam FI ed IV hal 1044. Hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi larutan yang tertinggal pada ampul pada saat pengambilan
cairan. Jika ampul diisi tepat 1 mL di khawatirkan volume cairan yang diambil
tidaklah tepat 1 mL sehingga akan berpengaruh pada dosis yang diberikan. Setelah itu
Aqua for injeksi didihkan selama 5 menit dengan menggunakan spirtus tujuaanya
untuk menghilangkan CO2 agar tidak mempengaruhi kestabilan larutan.
Pada praktikum kali ini dilakukan uji kebocoran, uji kebocoran yang
dilakukan adalah metode konvensional. Metode ini dilakukan dengan memanaskan
ampul yang telah dibuat dalam posisi terbalik pada otoklaf dengan suhu 121C
Selama 15 menit. Pada uji kebocoran ini ampul ditekan oleh suhu yang berada di
otoklaf. Setelah 15 menit ampul dikeluarkan dan diamati apakah ada ampul yang
mengalami kebocoran, ampul yang mengalami kebocoran jumlah volume pada ampul
akan berkurang dan bisa juga bertambah. Dari hasil percobaan , dari 7 ampul yang
dibuat ternyata 1 ampul mengalami kebocoran dan 6 ampul lainnya dalam kondisi
baik.
BAB IX
KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini telah dibuat sediaan injeksi Thiamin HCl dengan
kekuatan sediaan 25 mg/mL, dengan volume tiap ampul adalah 1,1 mL. Injeksi yang
dibuat berbentuk larutan bening, dengan pH 4. Dari 7 ampul yang dibuat 1 ampul
mengalami kebocoran, dan 6 ampul dalam kondisi baik.
BAB X
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen
POM.1995.FARMAKOPE
INDONESIA
EDISI
IV.Jakarta
zat tambahan ,
daftar