Oleh
Mohammad Adriansyah, S.Ked
04101401014
Dosen Pembimbing
dr. Fitriani,SpKK
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh
Mohammad Adriansyah, S.Ked
04101401014
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Sriwijaya, Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Moh. Hoesin Palembang periode 2 Maret 6 April 2015
dr.Fitriani, SpKK
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi ALLAH, atas rahmat dan karunia-Nya jualah, akhirnya referat
yang berjudul Karbunkel dan komplikasinya ini dapat diselesaikan dengan baik. Referat ini
ditujukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik senior di bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RS Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya penulis sampaikan kepada dr. Fitriani,
Sp.KK selaku pembimbing dalam referat ini yang telah memberikan bimbingan dan banyak
kemudahan dalam penyusunan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi kebaikan di masa yang akan datang.
Harapan penulis semoga refrat ini bisa membawa manfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis
PENDAHULUAN
Karbunkel merupakan infeksi dalam terdiri dari abses yang berinterkoneksi yang berasal
dari folikel-folikel rambut yang berdekatan.1 Karbunkel kerap kali dihubungkan dengan furunkel,
karena karbunkel merupakan sekumpulan furunkel yang membentuk kelompok cluster. Furunkel
sendiri merupakan nodul atau abses yang bersifat akut, dalam, merah, panas, dan nyeri ketika
ditekan. Baik furunkel maupun karbunkel disebabkan oleh adanya infeksi di folikel rambut oleh
bakteri dari famili staphylococcus.1,2
Karbunkel biasanya memiliki lesi inflamasi yang lebih luas, dengan dasar lesi yang lebih
dalam, dan menimbulkan nyeri hebat. Karakteristik lesi karbunkel adalah abses multiple pada
dermal dan subkutan, pustula superficial, sumbatan yang ternekrosis, dan drainase pus. Situs
tersering dari insidensi karbunkel adalah pada tengkuk leher. Walau dapat ditemui pula pada
permukaan kulit lain yang memiliki folikel rambut, khususnya yang sering mengeluarkan
keringat dan bergesekkan seperti wajah, ketiak, pantat, dan paha.1,3
Karbunkel bukanlah infeksi yang umum di populasi dewasa ini. Penyakit ini memiliki
insidensi yang rendah. Belum terdapat data spesifik yang menunjukkan prevalensi karbunkel.
Karbunkel umumnya terjadi pada pria separuh baya dan usia lanjut yang terasosiasi dengan
diabetes dan fisik yang lemah. Namun banyak pula terjadi pada anak-anak dan remaja pasca
pubertas. Selain itu orang yang memiliki sistem imun yang lemah, memiliki riwayat jerawat
kronik, ataupun masalah kulit lainnya cenderung memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk
terinfeksi dan memiliki karbunkel. Statistik Departemen Kesehatan Inggris menunjukkan bahwa
pada tahun 2002 dan 2003 terdapat sekitar 0,19% atau kurang lebih 24.525 penderita dengan
diagnosa furunkel abses kutaneus dan karbunkel.2,3,11
Walau insidensinya tergolong jarang, karbunkel dapat menimbulkan berbagai komplikasi
yang cukup membahayakan. Karbunkel dapat menyebabkan bakteremia apabila bakteri
Staphylococcus aureus yang menginfeksi masuk ke dalam darah. Yang kemudian dapat pula
menyebabkan syok septik yang bila tidak ditangani dengan baik dapat berakhir dengan kematian.
Infeksi ini dapat pula bermetastasis ke multiorgan dan mengakibatkan gangguan fungsi organ
akibat inflamasi (organ failure).3,4
DEFINISI KARBUNKEL
Karbunkel merupakan infeksi dalam terdiri dari abses yang berinterkoneksi yang berasal
dari folikel-folikel rambut yang berdekatan. Karbunkel merupakan nodul inflamasi pada
daerah folikel rambut yang lebih luas dan dasarnya lebih dalam daripada furunkel dimana
furunkel sendiri merupakan nodul atau abses yang bersifat akut, dalam, merah, panas, dan
nyeri ketika ditekan. 1
Karbunkel adalah infeksi yang dalam oleh Staphylococcus aureus pada sekelompok folikel
rambut yang berdekatan. Karbunkel merupakan gabungan beberapa furunkel
yang dibatasi oleh trabekula fibrosa yang berasal dari jaringan subkutan yang
padat. Perkembangan dari furunkel menjadi karbunkel bergantung pada status imunologis
penderita.5
ETIOPATOGENESIS KARBUNKEL
Karbunkel umumnya disebabkan oleh infeksi dari bakteri Staphylococcus aureus dari famili
staphylococcus. Bakteri ini berbentuk bulat dengan diameter 0.5-1.5 m, bergerombol
seperti anggur, tidak memiliki kapsul, nonmotil, katalase positif, dan pada perwarnaan gram
tampak berwarna ungu. Bakteri ini juga dapat menyebabkan infeksi dan penyakit serius
lainnya seperti pneumonia, meningitis, osteomielitis, dan endokarditis.1,2,3
Infeksi ini bersifat menular dan dapat menyebar ke area tubuh yang lain maupun menular ke
orang lain. Karbunkel sangat mudah tertular melalui kontak kulit ke kulit. Pada kebanyakan
kasus, karbunkel terbentik karena infeksi Staphylococcus aureus
menjadi meluas dan mendalam.6,8
kecuali
terdapat
keadaan
imunodefisiensi
(misalnya
dapat
muncul pada anak wanita dengan sindrom stafilokokal hiperimunoglobulin E atau sindrom
Job). Insidensi pada laki-laki sama dengan perempuan.2,3,7
Belum ditemukan angka pasti dari insidensi dan prevalensi penyakit ini secara luas di dunia
maupun terkhusus Indonesia. Departemen Kesehatan Inggris pada tahun 2003 mengeluarkan
data bahwa pada tahun 2002 dan 2003 terdapat hanya sekitar 0,19% atau kurang lebih
24.525 penderita dengan diagnosa furunkel abses kutaneus dan karbunkel. Dimana 54% dari
penderita tersebut berjenis kelamin laki-laki dan 46% perempuan. Sedang untuk usia, 72%
dari pasien berusia variatif antara 15-59 tahun, 6% diatas 60 tahun, dan sisanya kurang dari
15 tahun. Dari 24.525 pasien yang terdiagnosa hanya sekitar 37 orang yang dirawat inap
karena penyakit ini.11
FAKTOR RISIKO KARBUNKEL
Walaupun setiap orang termasuk orang yang sehat dapat terkena furukel atau karbunkel,
beberapa faktor ini dapat meningkatkan resiko 2,3,4,7:
1. Karier Staphylococcus aureus kronik (pada hidung, aksila, perineum, dan vagina)
2. Menderita diabetes. Pada pasien dengan diabetes terjadi gangguan fungsi leukosit
sehingga membuat tubuh sulit untuk melawan infeksi.
3. Higienitas diri yang buruk
4. Pakaian yang terlalu ketat. Penggunaan pakaian yang terlalu ketat dapat menyebabkan
iritasi pada kulit yang menyebabkan bakteri mudah masuk dan menginfeksi tubuh.
5. Kondisi kulit tertentu. Adanya kerusakkan barier protektif kulit, masalah kulit seperti
jerawat, dermatitis, scabies, atau pedukulosis membuat kulit rentan menjadi furunkel
atau karbunkel.
6. Penggunaan kortikosteroid. Hal ini terkait dengan efek kortikosteroid berupa supresi
sistem imun tubuh. Sehingga tubuh tidak dapat melindungi diri dari infeksi bakteri.
7. Defek fungsi netrofil seperti pada pasien yang mendapatkan obat kemoterapi
ataumendapat obat omeprazole.
8. Penyakit imunodefisiensi primer seperti penyakit granulomatosa kronik,
sindrom
Chediak-Higashi,
defisiensi
C3,
hiperkatabolisme
C3,
indurasi dengan beberapa sumbatan pustular diatasnya. Hal ini umumnya disertai pula
dengan nyeri, demam dan kelemahan sistemik.8
nodula berjejer sepanjang aliran limfe. Blastomikosis ditandai dengan nodula kronik dengan
multipel fistula. Akne konglobata ditandai oleh nodul-nodul merah hitam dengan
kebanyakan berada pada daerah punggung daripada wajahdan lengan.8,9
DIAGNOSTIK KARBUNKEL
Pasien datang dengan keluhan berupa pembengkakkan yang berwarna kemerahan dan nyeri.
Dari pemeriksaan didapatkan lesi tersebut terjadi pada folikel rambut. Diagnosa dapat
dipastikan bila terdapat sumbatan pustular (pustular plug) di tengah lesi.8 Pada pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan leukositosis dengan Staphylococcus aureus sebagai
penyebab utama. Pemeriksaan histologis dari karbunkel menunjukkan proses inflamasi
dengan PMN yang banyak di dermis dan lemak subkutan. Pada karbunkel, abses multiple
yang dipisahkan oleh trabekula jaringan ikat menyusup dermis dann melewati sepanjang
pinggiran folikel rambut, mencapai permukaan melalui lubang pada epidermis yang terkikis.
Diagnosa dapat d itegakkan berdasarkan gambaran klinis yang dikonfirmasi dengan
pewarnaan gram dan kultur bakteri. Pewarnaan gram akan menunjukkan sekelompok
kokus berwarna ungu (gram positif) dan kultur bakteri pada medium agar darah
domba memberikan gambarankoloni yang lebar (6-8 mm), permukaan halus,
sedikit cembung, dan warna kuning keemasan.2,8,10
PENATALAKSANAAN KARBUNKEL
Pengobatan karbunkel sama saja dengan pengobatan furunkel. Karbunkel atau furunkel
dengan selulitis disekitarnya atau yang disertai demam, harus diobati dengan antibiotik
sistemik
(lihat
tabel
1).
Untuk
infeksi
berat
atau
infeksi
pada
area
Topikal
Mupirocin 2x1
Sistemik
Dikloxacillin 250-500 mg PO 4x1 selama 5-7
hari
Amoksisilin + Asam Klavulanat (cepjalexin)
Bila lesi besar, nyeri dan fluktuasi, insisi dan drainase diperlukan. Bila infeksi terjadi
berulang atau memiliki komplikasi dengan komorbiditas, kultur dapat dilakukan. Terapi
antimikrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi berkurang dan berubah
apalagi ketika hasil kultur tersedia. Lesi yang didrainase harus ditutupi untuk mencegah
autoinokulasi dan mencuci tangan harus sering dilakukan. Pasien dengan furunkulosis atau
karbunkel berulang harus dimanajemen secara khusus (lihat tabel 2)1
1.
2.
3.
5.
6.
membantu.
Pertimbangkan hal yang bertujuan untuk mengeliminasi Staphylococcus aureus (baik
yang peka maupun resisten methicillin) dari hidung (dan kulit):
a. Penggunaan
salep
lokal
pada
vestibulum
nasalis
dapat
mengurangi
trimethoprimsulfametaxole,
siprofloksasin,
atau
minosiklin
bagi
KOMPLIKASI KARBUNKEL
Komplikasi utama pada karbunkel adalah penyebaran bakteremia dari infeksi dan
kemungkinan terjadinya rekurensi. Bakteri dari karbunkel dapat masuk kedalam aliran darah
dan berkelana menuju bagian tubuh yang lain. Manipulasi pada lesi dapat memfasilitasi
penyebaran infeksi ini melalui aliran darah. Infeksi yang menyebar, umumnya diketahui
sebagai septikemia yang dapat mengancam nyawa.4
Septikemia mulanya akan memberikan tanda dan gejala seperti menggigil, demam disertai
gelisah, denyut jantung yang cepat dan perasaan menderita sakit sangat berat. Tetapi kondisi
ini dapat dengan cepat berkembang menjadi syok yang ditandai dengan turunnya tekanan
darah dan temperatur tubuh, letargi, serta manifestasi berupa kelainan pembekuan dan
pendarahan pada kulit. Septikemia merupakan keadaan emergensi medis yang bila tidak
ditangani dengan benar, tepat, dan cepat dapat berakhir dengan kematian.4
Invasi bakteri kedalam aliran darah biasanya dapat terjadi kapan saja, tidak dapat ditebak,
menyebabkan infeksi metastasis seperti endokarditis, vertebral osteomyelitis/discitis, septik
arthritis, abses splenik, mycotic aneurysms, meningitis, abses jaringan. Frekuensi
infeksi metastasis selama bakteremia diperki rakan sekitar 31%. Manipulasi pada
lesi berbahaya dan dapat memfasilitasi penyebaran infeksi melalui aliran darah.
Untungnya, komplikasi seperti ini jarang terjadi.3,4
Infeksi metastasis seperti endokarditis merupakan akibat tersering dari bakteremia akibat
Staphylococcus aereus. Insidensi endokarditis karena Staphylococcus aereus meningkat
selama 20 tahun terakhir dan dewasa ini menjadi penyebab utama endokarditis diseluruh
dunia, terhitung sekitar 25-30% kasus.3
Lesi pada bibir dan hidung menyebabkan bakteremia melalui pembuluh vena di wajah dan
sudut bibir yang menuju sinus kavernosus. Komplikasi yang mungkin juga terjadi karena
lesi ini namun jarang terjadi adalah trombosis sinus kavernosus dapat terjadi. 1,2
Masalah serius lainnya adalah timbulnya resistensi obat pada strain Staphylococcus aereus.
Staphylococcus aereus yang resisten dengan methicillin mengalami peningkatan jumlah,
terutama didapatkan pada siswa pendidikan militer, penghuni penjara, bahkan pada anakanak. Methicillin-resistant Staphylococcus aereus (MRSA) ini sangat menular dan menyebar
dengan sangat ceoat pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan higienitas
yang rendah dimana handuk atau peralatan antiseptic lainnya digunakan bersama-sama oleh
lebih dari satu orang. Walaupun MRSA masih memiliki respon baik terhadap beberapa
antibiotik, namun karena resistensinya terhadap penisilin, MRSA cukup sulit untuk diobati.
Belum lagi ditambah kemungkinan rekurensi yang bisa menjadi komplikasi jangka panjang
yang dapat berlanjut bertahun-tahun.3.4
KESIMPULAN
Karbunkel merupakan infeksi dalam terdiri dari abses yang berinterkoneksi yang berasal dari
folikel-folikel rambut yang berdekatan. 1 Karbunkel merupakan gabungan beberapa
furunkel yang dibatasi oleh trabekula fibrosa yang berasal dari jaringan subkutan
yang padat. Perkembangan dari furunkel menjadi karbunkel bergantung pada status imunologis
penderita.5
Karbunkel disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus berbentuk bulat dengan diameter 0.51.5 m, bergerombol seperti anggur, tidak memiliki kapsul, nonmotil, katalase positif, dan pada
perwarnaan gram tampak berwarna ungu. Bakteri ini juga bertanggung jawab atas berbagai
infeksi dan penyakit lainnya seperti meningitis, pneumonia, osteomyelitis, dan endocarditis. 1,2,3
Walau insidensi dari karbunkel ini sangat jarang terjadi dan bukan merupakan penyakit yang
umum ditemui, karbunkel sangat mudah menular, bukan hanya dari satu bagian kulit ke bagian
kulit tetapi juga dari satu orang ke orang lainnya.Penularan karbunkel sangat mudah terjadi
dengan kontak antara kulit dan kulit. Begitupun dengan pakaian, peralatan mandi, sprei, dan
peralatan kulit/kebersihan lainnya yang digunakan bersamaan.1,2,3
Karbunkel dapat diobati dengan menggunakan antibiotika tropikal maupun sistemik. Baik untuk
Staphylococcus aureus yang peka dengan methacillin maupun Staphylococcus aureus yang
resisten dengan methacillin. Selain itu diperlukan juga edukasi untuk memperhatikan kebersihan
dan higienitas diri. Dibutuhkan juga kesadaran pribadi dari pasien untuk menghentikan penularan
dengan cara tidak menggunakan peralatan pribadi bersama dengan orang lain, lebih sering
mengganti baju, serta membersihkan sprei, handuk, dan peralatan mandi lainnya dengan air
panas.1
Meskipun
karbunkel
bisa
dimanajemen
baik
dengan
medikamentosa
maupun
non-
medikamentosa, sifatnya yang infeksius dan mudah menular menyebabkan berbagai komplikasi
lebih lanjut. Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah rekurensi jangka panjang
dan terus menerus. Bakteri Staphylococcus aureus yang menjadi sumber infeksi dari karbunkel
juga bisa menyebar melalui darah dan menyebabkan septikemia. Septikemia mulanya akan
memberikan tanda dan gejala seperti menggigil, demam disertai gelisah, denyut jantung yang
cepat dan perasaan menderita sakit sangat berat. Tetapi kondisi ini dapat dengan cepat
berkembang menjadi syok dan menjadi kegawatdaruratan medis yang mengancam nyawa.
Infeksi ini juga dapat bermetastasis ke organ lain dan menimbulkan berbagai infeksi seperti
osteomyelitis dan endokarditis. Selain itu apabila lesi terdapat di wajah dan bibir dapat pula
terjadi penyumbatan sinus kavernosus yang merupakan salah satu komplikasi yang mungkin
namun jarang terjadi.1,2,3,4
DAFTAR PUSTAKA
1. Craft N, Lee PK, Zipoli MT, Weinberg AN, Swartz MN, Johnson RA.
SuperficialCutaneus Infections and Pyodermas. In: Wolff K, Goldsmith LA, et
al (eds).Fitzpatricks Dermatology in General Medicine 7th ed. New York: McGraw
HillMedical, 2008; 1694-1709.
2. H u n t e r J , S a v i n J , D a h l M . C l i n i c a l D e r m a t o l o g y 3 r d e d . N e w Yor k :
B l a c k w e l l Science; 2002.
3. L o w y F D . S t a p h yl o c o c c a l I n f e c t i o n s . I n : K a s p e r D L , B r a u n w a l d E , e t
a l ( e d s ) . Harrisons Principle of Internal Medicine 16th ed. New York: McGraw Hill,
2005;814-22.
4. Mayo
clinic.
Complication
of
Boils
and
Carbuncles.
Seperti
diakses
di
Family
Physician.
2002;66(1).
Seperti
diakses
di
Seperti
diakses
di