dibandingkan dengan panjang jalan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota Bogor
(626.651 Km). Adapun jaringan pelayanan angkutan umum di dalam wilayah Kota
Bogor terdiri dari:
10 trayek Angkutan (Perkotaan) Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) dengan jumlah
armada 4.426 unit,
ANGKUTAN KOTA
2.
dasarnya
pemberlakuan
terjadi
under
demand
c.
BAGI PEMILIK
BAGI MASYARAKAT
UMUM
3.
03 Oktober
Nomor :
2005 yang
Nomor:
a.
Pada tahun 2007 dibantu oleh Ditjend. Perhubungan Darat sebanyak 10 bus yang dioperasikan
pada koridor-1 Terminal Bubulak Terminal Baranangsiang/Cidangiang via Jl. KH. Sholeh
Iskandar dan di launching pada tanggal 3 Juni 2007 dengan nama TRANS PAKUAN dan
pada tahun 2010 mendapat tambahan sebanyak 20 bus yang dioperasikan pada koridor-2
Terminal Baranangsiang/Cidangiang Ciawi.
No
Koridor
Pelayanan
Asal - Tujuan
Keterangan
Koridor 1
operasional
Koridor 2
Cidangiang - Harjasari
operasional
Koridor 3
Cidangiang - Bellanova
operasional
Koridor 4
tahap sosialisasi
Koridor 5
(perencanaan target
operasional
Koridor 6
perencanaan
Koridor 7
perencanaan
Pelayanan bus Trans Pakuan diharapkan sebagai icon angkutan umum di Kota Bogor. Misalnya jika
sebelumnya operator angkutan kota (ANGKOT) dibayar sesuai setoran, maka Trans Pakuan mengganti dengan
system gaji bulanan, dengan konsekuensi operator harus menjalankan standar operasional prosedur (SOP)
yang sudah ditentukan dan sekaligus sebagai bentuk pelayanan public dengan memberikan kepastian waktu
pelayanan dengan penerapan time table (jadual perjalanan).
b.
3) Shelter
Kondisi dan kelayakan dari ruang tunggu (shelter) calon pengguna jasa Trans
Pakuan belum seperti yg diharapkan dalam hal menjamin keamanan dan
N
O
JUMLAH SHELTER
PADA KORIDOR
BANGUNAN
I
II
III
Jmlh
PERMANEN
( Tertutup
)
15
32
PERMANEN
( Terbuka
)
16
32
SEMI PERMANEN
11
11
PORTABLE
13
32
46
40
47
89
JUMLAH
4) Sarana
Keseluruhan armada yang beroperasi melayani 3 koridor adalah bus bantuan Ditjend.
Perhubungan Darat pada tahun 2007 (10 bus) dan 2009 (20 bus) dengan kondisi saat ini
memerlukan pembiayaan pemeliharaan dan perawatan yang tinggi. Dari Business Plan
PD. Jasa Transportasi Kota Bogor sebagai operator bus Trans Pakuan belum Nampak
akan
melakukan
peremajaan
untuk
peningkatan
EKSTERIOR LAMA
EKSTERIOR BARU
pelayanan,
terlebih
untuk
5) Fasilitas
Lalu
Lintas
operasional
umum
massal
Control
System
terkoneksi
dibangun
Transport
Public
Information
optimal
operasionalnya).
dalam
c.
mulai Mei
Koridor -1
410,368
Koridor -2
Koridor -3
Jml Pnp / Th
410,368
824,472 1,087,154
2013
s/d Agustus
982,676
917,871
1,296,106
15,388
11,881
2,380
21,615
77,740
110,830
177,718
181,732
824,472 1,102,542
1,072,297
1,031,081
1,495,439
965,960
784,228
Meskipun belum mampu mengembangkan koridor layanan dan menambah jumlah bus untuk
memenuhi permintaan jasa angkutan, dari 3 koridor pelayanan BTS Trans Pakuan setiap
tahunnya menunjukkan peningkatan penumpang terangkut, dan secara signifikan tampak
pada rata-rata penumpang terangkut Per-hari.
Perkotaan AKDP, yang berkaitan dengan; Jaringan Trayek, Rasionalisasi Jumlah Kendaraan,
Pembatasan Perpanjangan Izin, Perubahan Manajemen Angkutan Umum.
Rasionalisasi jumlah kendaraan, khususnya pada Koridor BTS Trans Pakuan dilakukan:
1.
Penghapusan angkutan BEMO sebanyak 155 kendaraan dan saat ini tidak ada satupun yang
beroperasi kembali.
2.
Realisasi Pencabutan Izin Usaha & Izin Trayek Angkutan Kota (ANGKOT) terhadap kendaraan
yang tidak memperpanjang izinnya dan sebanyak 94 kendaraan.
3.
4.
Pengalihan kendaraan ANGKOT dari trayek padat ke trayek lain &/atau trayek pengembangan.
4.
melalui
pengaturan
dan
batasan-batasan
yang
dimungkinkan.
Becak sebagai alat transportasi non motorized, jika ditata dan pengemudinya memiliki
kesadaran untuk tertib di jalan akan mendukungdan menunjang sistem transportasi
perkotaan yang berkelanjutan (sustainable urban transport). Dan melalui Peraturan Walikota
Bogor Nomor 15 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Angkutan Becak di Kota Bogor,
dilakukan Pengaturan Pembatasan Penertiban operasional becak.
5.
tingkat
daerah
(local
Local
Penggunaan Bio Diesel Fuel (BDF) berupa campuran dari Minyak Jelantah selain menjadi bagian
program Green City melalui pengurangan emisi gas buang kendaraan dari Bahan Bakar Minyak
(BBM) adalah sebagai upaya menciptakan udara bersih (sehingga warga masyarakat akan
lebih nyaman berada di luar rumah untuk berinteraksi). Selain hal tersebut, minimalisasi
penggunaan minyak jelantah dimasyarakat adalah sebagai upaya pengurangan dampak
lanjutan terhadap kesehatan masyarakat, karena minyak jelantah mengandung unsur
carsinogen yang dapat menyebabkan penyakit kanker.
Pada tanggal 13 November 2007 dilakukan launching penggunaan Bio Diesel Fuel (BDF)
berupa campuran dari Minyak Jelantah dengan rata-rata campuran 20 % BDF dan secara
signifikan setiap tahun penggunaannya terus mengalami peningkatan, meskipun dalam
pengadaan dan pengepulan minyak jelantah mengalami kendala dan minimnya anggaran.