Oleh :
Nama
NIM
Kelompok
Rombongan
Asisten
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehilangan hasil sekitar 25-30% telah dilaporkan pada tanaman tomat akibat
serangan virus ini. Gen protein selubung (gen CP) yang ditemukan memproduksi
resistensi lebih dari 90% pada tanaman tomat terhadap TMV dan TMV. Integrasi gen
CP di genetik tomat dilakukan melalui Agrobacterium dimediasi transformasi untuk
membuat resistensi virus. Gen CP tersebut tidak berdampak negatif terhadap hasil
buah (Arfan et al., 2014).
Robert Koch dan Jacob Henle menemukan metode pertama yang digunakan
untuk menetapkan etiologi dari penyakit menular. Kemudian pada tahun-tahun awal
penemuan Postulat Koch-Henle menjabat ilmu pada mikrobiologi dan memberikan
konsistensi eksperimental untuk penyelidikan hubungan kausal. Dalam beberapa
kali, konsep sebab-akibat Koch-Henle telah digunakan oleh eksperimentalis. Hal
tersebut memperluas investigasi ilmu-ilmu dan
(-)
2.
kekuningan
Daun bercak coklat,
(+)
3.
kekuningan
Daun hijau bercak
( -)
4.
coklat
Daun hijau
(+)
5.
kekuningan, bercak
coklat, daerah
(+)
bercak kuning,
6.
kecoklatan
Daun bercak
(-)
coklat ,kekuningan
daun lebar
5. Daun hijau segar
6. Daun hijau tua
Keterangan:
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
B. Pembahasan
Postulat Koch merupakan metode pembuktian bahwa suatu patogen
menyebabkan beberapa penyakit pada tanaman maupun hewan. Syarat atau tahapan
suatu patogen (virus maupun mikroorganisme lain) dapat dikatakan sebagai
penyebab suatu infeksi penyakit disebutkan dalam Postulat Koch, antara lain: (1)
patogen harus menyertai penyakit dengan gejala tertentu, (2) patogen harus dapat
diisolasi dari tumbuhan atau hewan yang sakit dengan syarat terpisah dari
kontaminan, memperbanyak diri dalam inang perkembangbiakan, dapat dimurnikan
secara fisiko kimia, serta dapat diidentifikasi sifat-sifatnya yang hakiki, (3) apabila
diinokulasikan ke dalam tumbuhan inang yang sehat, harus dapat menghasilkan
kembali penyakit serupa dengan gejala yang sama pula, (4) patogen yang sama harus
dapat ditunjukkan ada di dalam tumbuhan percobaan dan harus dapat diisolasikan
kembali (Akin, 2006).
Virus tumbuhan menggunakan sel tumbuhan sebagai sel inang yang sebagian
besar merupakan virus RNA. Virus memproduksi protein dan merakit komponenkomponen lainnya secara spontan. Penyebaran virus melalui sistem vaskuler dan
dapat menyebabkan beberapa perubahan sel seperti pembentukkan inklusi bodi dan
degenerasi kloroplas. Virus tumbuhan tidak memiliki alat penetrasi pada sel inang,
sehingga cara penularannya agak berbeda dengan virus hewan dan bakteriofag
(Pelczar et al, 2006). Pengendalian virus tanaman sukar dilakukan karena virus
mudah tersebar melalui beberapa media seperti bahan tanaman yang diperbanyak
secara vegetatif, biji, dan serangga vektor. Selain itu banyak virus tanaman yang
memiliki kisaran inang yang sangat luas, baik pada tanaman monokotil maupun
dikotil (Linlin et al., 2010). Penularan virus pada tanaman dapat melalui perbanyakan
vegetatif (okulasi, sambungan/stek, rhizom, umbi), secara mekanis/pelukaan dengan
sap yang menempel pada alat pertanian dan tangan (pada PVX dan TMV), vektor
serangga, nematoda, akarina, jamur, tumbuhan tingkat tinggi bersifat parasit
(cendawan), serta benih dan benang sari. Benih terinfeksi merupakan sumber penting
penularan dan penyebaran virus di lapang, karena dari benih terinfeksi akan
dihasilkan tanaman muda sakit dan karena tersebar secara acak di lapang maka benih
berfungsi sebagai sumber inokulum yang efisien (Saleh, 2003).
Virus tanaman ditularkan dari sel inang satu ke sel inang lain melalui biji atau
umbi-umbian, arthropoda, nematoda, vektor jamur, atau plasmodiophorid. Meskipun
mutu, bersih dari ekses lingkungan seperti polutan dan minimnya kontaminan, serta
hilangnya gangguan fisik baik oleh angin maupun hewan.
Praktikum Postulat Koch ini menggunakan tanaman kacang panjang sehat
yang dilukai daunnya kemudian diusapkan sap hasil ekstrak tanaman yang diduga
terkena virus. Tujuan tanaman dilukai daunnya adalah karena infeksi virus tumbuhan
salah satunya harus dengan perlukaan, sebagaimana menurut Akin (2006) sifat khas
infeksi virus tumbuhan adalah tidak adanya alat penetrasi sehingga apabila virus
tumbuhan akan menginfeksi inangnya harus melalui mekanis atau dengan perlukaan.
Berdasarkan pengamatan Postulat Koch yang dilakukan pada tanaman kacang
panjang kelompok 6, didapatkan hasil bahwa tanaman kontrol tidak menunjukkan
gejala yang sama antara gejala awal dengan ciri-ciri setelah diinkubasi. Seluruh
kelompok dari rombongan II juga didapatkan hasil yang sama tidak ada tanaman
yang menunjukkan ciri-ciri awal setelah di inkubasi, di beberapa kelompok terdapat
serangga.
menunjukkan beberapa gejala bukan disebabkan virus yang ada di dalam sap,
mungkin saja karena virus berbeda yang dibawa oleh vektor misalnya serangga yang
menyerang tanaman. Kesulitan penentuan ini merupakan kekurangan metode
Postulat Koch (Inglis, 2007).
Daun perlakuan dari kelompok 6 didapatkan hasil pada gejala awal yaitu
daun terdapat bercak coklat dan kekuningan dan hasil postulasi didapatkan daun
mengalami klorosis dan layu, hal ini berarti intepretasinya negatif karena tidak
menunjukkan gejala awal. Kelompok 1, 3 juga didapatkan hasil yang negatif karena
hasil postulasi tidak menunjukkan gejala awal. Kelompok 2, 4 dan 5 menunjukkan
hasil positif ditunjukkan dengan timbulnya gejala yang sama dengan tanaman sakit
yang dijadikan sap, berarti partikel virus yang diduga berada dalam sap tanaman
sakit berhasil menginfeksi daun sehat pada tanaman perlakuan dan merupakan virus
yang sama. Menurut Pracaya (2007), bahwa tanaman yang telah diinokulasikan virus
dari tanaman sakit akan menimbulkan gejala sistemik apabila keduanya paling tidak
berada dalam famili yang sama, dalam hal ini Leguminosae. Alasan penggunaan
kacang panjang dari famili Leguminosae selain mudah didapat dan dipelihara, laju
pertumbuhannya cukup cepat serta mudah dalam membuat pelukaan yang
memudahkan penularan virus (Agrios, 1996). Menurut Akin (2006), gejala dapat
setempat (lesional) atau meluas (habital, sistemik). Gejala dapat dibedakan yaitu
gejala primer dan sekunder. Gejala primer terjadi pada bagian yang terserang oleh
penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang terjadi di tempat lain dari
tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian yang menunjukkan gejala primer.
Virus pada daun 1 yang dijadikan sap diduga merupakan Cowpea Aphid
Borne Virus (CABMV) pada tanaman kacang panjang. Penyakit ini merupakan
penyakit yang paling banyak dijumpai pada tanaman kacang panjang. Vektor
pembawa virusnya adalah aphid. Kerugian yang ditimbulkan pada kacang panjang
ialah pertumbuhan dan hasil polong yang tidak normal. Penampakan visual tanaman
kacang panjang yang tertular CABMV ialah tulang daun berwarna kuning, sehingga
daun terlihat menguning atau berwarna belang hijau pucat dan keriput atau terjadi
perubahan bentuk daun. Sedangkan virus pada daun 2 diduga merupakan Downy
Mildew Virus (Penospora manshurica). Gejala yang ditimbulkan adalah pada
permukaan daun timbul bercak warna putih, umumnya bulat dengan batas yang jelas,
berukuran 1-2 mm. Kadang-kadang bercak menyatu membentuk bercak lebih lebar
yang selanjutnya dapat menyebabkan bentuk daun abnormal dan kaku.
Gejala penyakit virus pada tanaman dibagi menjadi dua yaitu gejala eksternal
dan gejala internal. Gejala eksternal berupa gejala lokal dan gejala sistemik. Gejala
lokal merupakan gejala yang hanya terbatas pada situs infeksi primer dan dalam
virologi dikenal dengan istilah bercak lokal.Bercak lokal dapat berupa klorosis
karena hilang atau berkurangnya klorofil atau nekrosis karena terjadi kematian sel
tanaman inang. Contohnya pada daun Chenopodium amaranticolor yang terinfeksi
PStV. Gejala sistemik terjadi apabila virus yang diinokulasi pada tanaman inang tidak
hanya terbatas pada situs infeksi primer, tetapi menyebar ke bagian lain dan
menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Gejala infeksi ini secara umum disebut
gejala sistemik. Tanaman dikatakan bantut apabila ukuran tanaman yang terinfeksi
lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman normal. Contohnya pada tomat yang
terinfeksi TSWV. Bentuk daun akan menimbulkan perubahan sitologi sel tanaman,
seperti bentuk dan ukuran kloroplas, penggumpalan kloroplas, berkurangnya jumlah
klorofil total daun, serta terjadinya penumpukan karbohidrat pada daun. (Akin,
2006).
Virus tanaman akan menyerang tanaman yang spesifik. Misalnya, ubi jalar
(Ipomoea batatas) dan spesies Ipomoea terkait sering terinfeksi oleh begomoviruses
monopartite (genus Begomovirus, keluarga Geminiviridae), yang dikenal sebagai
sweepoviruses. Tidak seperti geminivirus lainnya, genom sweepoviruses telah
berkembang menjadi klon menular sampai saat ini, tetapi syarat Postulat Koch belum
terpenuhi untuk salah satu virus dalam kelompok ini. Tiga spesies baru dari
sweepoviruses baru-baru ini telah dijelaskan di Spanyol: Sweet Potato Leaf Curl
Lanzarote Virus (SPLCLaV), Sweet Potato Leaf Curl Spain Virus (SPLCSV), dan
Sweet Potato Leaf Curl Canary Virus (SPLCCaV) (Trenado et al, 2011).
Penggunaan kacang panjang karena kacang panjang merupakan tanaman
leguminosae yaitu tanaman yang dapat berasosiasi dengan bakteri pada bagian
akarnya. Kehadiran bakteri pada tanaman kacang panjang juga menyebabkan
tanaman kacang panjang akan sehat dan tidak terserang penyakit. Jadi, ketika
tanaman sakit kemungkinan besarnya karena virus yang telah diinokulasi, bukan
karena penyebab lain. Kacang panjang merupakan tanaman yang mudah
ditumbuhkan dan dapat tumbuh dalam waktu singkat. Kacang panjang juga mudah
didapatkan dan tidak perlu perawatan khusus, sehingga mudah dirawat (Akin, 2006).
Pertumbuhan tanamankacang panjang relatif cepat sehingga mudah diamati gejala
yang ditimbulkan apabila terdapat penyakit yang disebabkan oleh berbagai macam
agen penginfeksi. Penyakit yang menyerang pertanaman kacang tanah di Indonesia,
pada umumnya adalah penyakit layu bakteri, bercak daun awal, bercak daun lambat,
dan karat yang masing-masing disebabkan oleh Rolstonia solanacearum, Cercospora
arachidicola,Cercosporidium personatum, dan Puccinia arachidis. Penyakit karat
daun Puccinia arachidismerupakan penyakit yang cukup berbahaya pada pertanaman
kacang tanah. Puccinia arachidis sendiri merupakan cendawan parasit obligat yang
tidak dapat hidup sebagai secara saprofit. Virus yang menyerang kacang-kacangan
misalnya PStv dan PmoV yang dapat menimbulkan gejala bilur (blotch) pada kacang
tanah (Semangun, 1991). Penyakit yang sering ditemui pada tanaman kacang
panjang adalah penyakit mosaik. Penyakit ini merupakan dapat menurunkan kualitas
dan kuantitas produksi kacang panjang. Penyakit mosaik tersebut dapat disebabkan
oleh beberapa jenis virus, diantaranya Bean common mosaic potyvirus (BCMV) dan
Cucumbar mosaic cucumovirus (CMV) (Akin, 2006).
IV. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Postulat Koch dapat diaplikasikan terhadap penyakit virus dengan syarat: (1)
virus harus menyertai penyakit, (2) virus harus dapat diisolasi dari tumbuhan
yang sakit, (3) apabila diinokulasi ke dalam tumbuhan inang yang sehat, harus
dapat kembali menghasilkan penyakit yang serupa dan (4) virus yang sama harus
dapat ditunjukkan ada di dalam tumbuhan percobaan dan harus dapat
direinokulasi kembali.
2. Penularan virus dari tanaman sakit dapat menggunakan metode sap yang
diinokulasikan pada daun sehat yang sudah dilukai.
3. Hasil praktikum yang didapat yaitu pada tanaman kontrol semua kelompok
didapatkan hasil negatif dan pada perlakuan terhadap kacang panjang didapatkan
hasil kelompok 2, 4, 5 positif dan kelompok 1, 3, 6 didapatkan hasil negatif.
B. Saran
Sebaiknya pemeliharaan tanaman uji dilakukan lebih hati-hati agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti rusaknya tanaman.
DAFTAR REFERENSI