Disusun oleh :
Adistasya Satria Sukoco
201310410311001
201310410311002
201310410311003
201310410311007
Helma Nadya
201310410311008
201310410311009
Putri Harlina
201310410311010
201310410311014
201310410311289
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga tersusunnya tugas makalah ini.
Dengan menyelesaikan materi II praktium Farmakologi yang berjudul MULA
KERJA, PUNCAK EFEK DAN LAMA KERJA OBAT ANALGTIK PADA PEMBERIAN
PERORAL SERTA INTRAPERITONEAL ini mahasiswa dapat mengetahui dan mampu
memahami perbedaan mula kerja, puncak efek dan lama kerja obat yang diberikan secara oral
maupun parenteral.
Dalam praktikum ini mahasiswa dapat menggunakan analgetic meter beaban geser
untuk mengetahui efek nyeri yang ditunjukkan pada uji coba hewan tikus dengan adanya
respon berupa jeritan atau menarik kaki.
Dalam penyusunan makalah ini, masih banyak kekurangan, untuk itu penyusun sangat
menghara krtik dan sran yang bersifat membangun.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini.
Tim Penulis,
2 | Page
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
Tim Penulis,.............................................................................................................. 2
BAB I...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN....................................................................................................... 4
A.
Latar Belakang.................................................................................................. 4
B.
Rumusan Masalah.............................................................................................. 5
C.
BAB II..................................................................................................................... 6
DASAR TEORI.......................................................................................................... 6
BAB III.................................................................................................................... 8
METODOLOGI PENELITIAN...................................................................................... 8
A.
BAB IV.................................................................................................................... 9
PEMBAHASAN......................................................................................................... 9
BAB V................................................................................................................... 18
KESIMPULAN........................................................................................................ 18
3 | Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakologi merupakan sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh
termasuk menentukan toksisitasnya. Jalur pemakaian obat yang meliputi secara oral,
rektal dan parenteral serta yang lainnya harus ditentukan dan ditetapkan petunjuk
tentang dosis-dosis yang dianjurkan. Hewan coba atau hewan uji adalah hewan yang
khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologic. Hewan percobaan digunakan
untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia.
Mula kerja (onset of action) adalah waktu dimana obat mulai memasuki
plasma dan berakhir sampai mencapai konsentrasi efektif minimum. Puncak efek
(peak effect) adalah proses dimana mencapai konsentrasi tertinggi dalam darah atau
plasma. Lama kerja (duration of action) adalah lamanya obat mempunyai efek
farmakologis. Beberapa obat menghasilkan efek dalam beberapa menit, tetapi yang
lain dapat memakan waktu beberapa jm atau hari. Ketiga fase tersebut dipengaruhi
oleh :
a. Absorbsi
Adalah proses dimana obat masuk kedalam tubuh (sirkulasi) dari tempat ia
diberikan, jadi tempat absorbsi bergantung pada cara pemberian obatnya
disesuaikan dengan kondisi pasien sehingga tercapai efek terapi yang diinginkan.
Absorbsi sangat mempengaruhi bioavaibilitas, hal ini bisa dilihat pada pemberian
secara intra vena dan secara oral, dimana pemberian secara intravena
bioavaibilitasnya lebih besar maksimal daripada pemberian secara oral, hal ini
dipengaruhi oleh tingkat absorbsi yang tidak lengkap dan eliminasi lintas pertama
(first pass).
b. Metabolisme
Adalah proses dimana enzim mengkatalisa perubahan kimia obat menjadi lebih
polar (metabolit) sehingga mudah diekskresikan. Hati merupakan tempat utama
metabolisme. Kebanyakan obat di inaktifkan oleh enzim-enzim hati dan kemudian
diubah atau di transformasikan oleh enzim-enzim menjadi metabolit inaktif atau
zat yang larut dalam air untuk di ekskresikan.
c. Ekskresi
Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi
empedu, feses, paru-paru, saliva, keringat dan ASI. Obat bebas yang tidak
berikatan, yang larut dalam air dan obat-obat yang tidak diubah di filtrasi oleh
ginjal. Obat-obat yang berikatan dengan protein tidak dapat di filtrasi oleh ginjal.
4 | Page
Sekali obat dilepaskan ikatannya dengan protein, maka obat menjadi bebas dan
akhirnya akan diekskresikan melalui usus.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keefektifan kerja obat pada pemberian obat melalui oral dan
intraperitoneal ?
2. Bagaimana mekanisme dari obat yang memberikan khasiat analgesik ?
3. Bagaimana perbedaan mula kerja obat (onset of action), lama kerja obat
(duration of action) dan saat obat mencapai efek yang maksimum pada pemberian
per oral dan intraperitoneal ?
C. Maksud dan Tujuan
1. Mengetahui keefektifan antara obat pemberian oral dengan pemberian
intraperitoneal.
2. Mampu menjelaskan mekanisme kerja obat analgesik.
3. Dapat menjelaskan perbedaan mula kerja obat (onset of action), lama kerja obat
(duration of action) dan saat obat mencapai efek yang maksimum pada pemberian
per oral dan intraperitoneal.
BAB II
DASAR TEORI
1. Analgetika
5 | Page
(trankulansia,
neuroleptika, anti-depresif).
(Sumber : Grnst Mutschler, Dinamika Obat, edisi kelima. 1991.)
2. Efek farmakologi obat
Merupakan fungsi obat dari konsentrasi obat ditempat kerja obat. Ada 3 fase
yang didapatkan dari hubungan waktu dan efek obat yaitu : mula kerja (onset of
action), puncak efek (peak efect), lama kerja obat ( duration of action). Ketiga fase
ditentukan oleh kecepatan absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat. Mula
kerja dimulai pada waktu obat memasuki plasma dan berakhir sampai mencpai
konsentrasi efektif minimum (MEC =Minimum Effective Consentratiton).
Puncak kerja terjadi pada saat obat mencapai konsentrasi tertinggi dalam darah
atau plasma. Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efect farmakologis. Kurva
respon-waktu mengevaluasi tiga parameter dari kerja obat : (1) mula, (2) puncak, dan
(3) lama. Perlu untuk memahami hubungan antara respon-waktu dengan pemberian
obat. Jika kadar obat dalam plasma atau serum menurun dibawah ambang atau MEC,
maka ini berarti dosis yang memadai tidak tercapai; kadar obat terlalu tinggi
menyebabkan toksisitas.
(Sumber : Joyce L. Kee dan Evelyn R. Nayes_Farmakologi_pendekatan proses
keperawatan).
3. Pemberian Enteral (oral versus parental (intraperitoneal)
a. Pemberian Oral
Sebagian besar absorbsi obat dari saluran pencernaan melalui proses transpor
pasif, absorbsi lebih mudah terjadi jika obat dalam bentuk tidak terionisasi dan
lebih lifopil. Rute ini juga paling aman, nyaman, dan murah. Kerugian oral antara
6 | Page
lain, terbatasnya absorbsi beberapa obat karena sifat-sifat fisik muntah sebagai
akibat iritasi pada mukosa saluran penceranaan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Analgesik adalah kelas obat yang dirancang untuk merinngankan nyeri tanpa
menyebabkan hilangnya kesadaran. Obat-obat yang biasanya dipakai untuk kelas obat ini
adalah ibuprofen, naproxen, dan ada juga narkotika seperti morfin dan obat-obatan narkotika
sintesis.
Nyeri adalah perasaan tidak nyaman,baik ringan maupun berat. Nyeri ini hanya dapt
dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh oranglain, serta mencakup pola
pikir, aktifitas seseorang secara langsung, dan juga perubahan hidup seseorang. Nyeri
merupakan tanda dan gejala penting yang dapat menunjukkan telah terjadinya gangguan
secara fisiologikal.
8 | Page
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial menyebabkan kerusakan jaringan.
(Perry&Potter,2005)
Mekanisme Kerja obat analgesik
Mekanisme kerja obat analgetik merupakan sebuah mekanisme fisiologis tubuh
terhadap zat-zat tertentu. Obat analgetik bekerja di dua tempat utama, yaitu di perifer dan
sentral. Golongan obat AINS bekerja diperifer dengan cara menghambat pelepasan mediator
sehingga aktifitas enzim siklooksigenase terhambat dan sintesa prostaglandin tidak terjadi.
Sedangkan analgetik opioid bekerja di sentral dengan cara menempati reseptor di kornu
dorsalis medulla spinalis sehingga terjadi penghambatan pelepasan transmitter dan
perangsangan ke saraf spinal tidak terjadi.
Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri merupakan sebuah mekanisme fisiologis tubuh. Nyeri merupakan suatu
bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri
akut disebabkan oleh stimulus noksius yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif.
Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus dan
korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan jaringan, maka sistem nosiseptif akan
bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan
yang rusak.
Untuk mengobati rasa nyeri tersebut diberikanlah obat analgesik yang dapat mengurangi
rasa nyeri. Adapun cara pemberian obat yang mempengaruhi kecepatan obat tersebut untuk
memberikan efek diantaranya per oral dan parenteral.
9 | Page
Pemberian Peroral
Obat yang diberikan melalui sistem saluran pencernaan (mulut kerongkongan
lambung usus (diabsorbsi melalui vena porta yang bermuara di hepar vena cava inferior
jantung(atrium kanan vena kanan paru-paru atrium kiri aorta) ke sirkulasi
sistemik dan diedarkan ke seluruh tubuh).
Dari sini obat tidak akan langsung menuju ke sel target namun ada pula obat yang
berjalan ketempat yang lain, akibatnya adanya efek samping atau inaktivasi obat.
Keuntungan
Relative cepat
Tidak menyakitkan
Mudah
Aman
Tidak memerlukan alat khusus /
Kerugian
Tidak bisa memberikan efek
cepat
Beberapa obat rusak di GIT
(insulin,cocaine)
Absorbsi obat bervariasi
Dapat menyebabkan gangguan
GIT
Tidak dapat dipakai pada keadaan pasien
peroral
sangat
bioavaibilitas
Per-injeksi
10 | P a g e
Kerugian
Menyakitkan
sempurna)
Tidak melalui proses pencernaan(ES
GIT kecil)
Dosis lebih akurat
Dpt diberikan pd pasien gawat &
koma
keahlian
Adapun perbedaan daerah injeksi antara intravena, intramuscular, dan subcutan,
Untuk pemberian melalui subcutan bisa dilakukan sendiri sedangkan pada intramuscular
harus diberikan oleh orang yang ahli (tenaga khusus) dikarenakan letak target yang dalam.
Per-Inhalasi
Pemberian obat melalui hidung atau mulut dimana obat dibentuk seperti partikel gas kecil
kemudian disemprotkan kedalamnya.
Keuntungan
Sangat Cepat
Kerugian
Bbrp potensial menimbulkan bahaya
tdk menyakitkan
Mudah
Ca)
Intense effects
:anasthetics
Per-Membran Mukosa
Pemberian obat melalui Mukosa sublingual, buccal, nasal, vaginal atau rektal : melalui difusi
pasif.
KEUNTUNGAN
Absorbsi cepat
KERUGIAN
taste bad / iritasi membran
Mudah
Transdermal
Pemberian obat dengan menempelkannya pada kulit atau dermal.
KEUNTUNGAN
Mudah
KERUGIAN
Berpotansi menimbulkan keracunan
pd anak2 (jk dimakan)
Tidak menyakitkan
Keuntungan
Onset Cepat
sempurna)
Tidak melalui proses pencernaan(ES
GIT kecil)
Dosis lebih akurat
Dpt diberikan pd pasien gawat &
Kerugian
Menyakitkan
Respon obat berupa ES & efek toksik
dikeluarkan
dikerjakan oleh org yang punya keahlian
12 | P a g e
koma
Dari macam-macam jenis pemberian obat diatas masing-masing dipengaruhi oleh banyak
faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan berefeknya obat, diantaranya :
Distribusi
Distribusi obat keseluruh tubuh terjadi saat obat mencapai sirkulasi. Selanjutnya obat masuk
ke jaringan untuk bekerja. Distribusi dipengaruhi oleh :
a. waktu paruh : waktu yang dibutuhkan sehingga konsentrasi obat dalam darah
berkurang setengah dari nilai awalnya.
b. Volume distribusi : volume yang menunjukkan distribusi obat. Volume distribusi yang
besar menunjukkan distribusi diseluruh cairan tubuh yang total atau konsentrasi pada
jaringan tertentu.
c. Bersihan : volume darah atau plasma darah yang dibersihkan dari obat dalam satuan
waktu.
d. Dosis obat : yang dimaksud jumlah dosis obat yang mampu mencapai sel target dan
memberikan efek. Diharapka dosis yang diberikan sesuai perhitungan dosis menurut
farmakope, tidak boleh sedikit (kadar inefektif) atau berlebih (kadar toksik).
e. Bioavaibilitas : istilah yang digunakan untuk menjelaskan proporsi obat yang diberikan
yang mencapai sirkulasi sistemik.
Eksresi
Sistem pengeluaran terakhir sisa metabolisme tubuh. Adapun sistem eksreki dalam
tubuh, ginjal, kulit, kelenjar saliva.
Metabolisme
Ialah rekasi kimia yang terjadi dalam tubuh. Organ utama sebagai tempat terjadinya
metabolisme ialah hati namun adapula lainnya yaitu membran usus halus.
Pada proses ini ada beberapa obat diantaranya yang mengalami first pass metabolism
(metabolisme yang terjadi sebelum mencapai sirkulasi sistemik) sehingga kurang efektif pada
obat untuk memberikan efek.
Gastric emptying
Yaitu pengosongan lambung. Dapat menurunkan kerja obat apabila obat diminum
bersama dengan makanan berlemak, dan minum muniman yang bersifat asam, minum obat
13 | P a g e
bersama obat yang bersifat antikolinergik, meminum obat dengan posisi berbaring ke kiri,
keadaan hypothyroidism, dan dalam keadaan stress (aktivasi simpatis).
Dapat menaikkan kerja obat apabila obat diminum dengan segelas air dingin, diminum dalam
keadaan puasa (lambung dalam keadaan kosong sehingga lebih cepat untuk obat tersebut
terabsorbsi dalam darah), meminum obat dengan berbaring miring ke kanan, dan keadaan
hyperthyroidsm.
Ion Trapping
Proses masuknya obat dalam tubuh terganggu dengan ion trapping yang terjadi dalam
lambung. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan PH antara obat dengan lambung yang berPH
asam. Apabila obat memiliki PH sama dengan lambung, molekul obat tersebut tidak terjadi
terionisasi sehingga dapat langsung masuk kedalam usus dan diabsorbsi. Sedangkan obat
dengan PH basa akan terionisasi dalam lambung dan tidak bisa masuk ke dalam usus
(tertahan) beberapa waktu untuk menyamakan kondisi Phnya selanjutnya akan bisa masuk
kedalam usus dan dapat diabsorbsi.
Prosedur Kerja
1. Cara memeberikan Obat Pada Hewan Percobaan
a. Per - Oral
Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang
dilengkapi jarum oral atau sonde oral (berujung tumpul). Hal ini untuk
meminimalisir terjadinya luka atau cedera ketika hewan uji akan diberikan sedian
uji. Sonde oral ini dimasukkan ke dalam mulut, kemudian perlahan - lahan
diluncurkan melalui langit-langit ke arah belakang sampai esophagus kemudian
masuk ke dalam lambung. Perlu diperhatikan bahwa cara peluncuran/pemasukan
sonde yang mulus disertai pengeluaran cairan sediaannya yang mudah adalah cara
pemberian yang benar. Sebaiknya sebelum memasukkan sonde oral, posisi kepala
mencit adalah menengadah dan mulutnya terbuka sedikit, sehingga sonde oral
akan masuk secara lurus ke dalam tubuh mencit. Cara pemberian yang keliru,
masuk ke dalam saluran pernafasan atau paru-paru dapat menyebabkan gangguan
pernafasan dan kematian.
b. Intraperitonial
Mencit dipegang pada kulit punggungnya sehingga kulit abdomennya tegang,
kemudian jarum disuntikkn dengan membentuk sudut 10 dengan abdomen pada
14 | P a g e
bagian tepi abdomen dan tidak terlalu ke arah kepala untuk menghindari
terkenanya kandung kemih dan hati
2. Proses pemeriksaan rasa nyeri
a. Rangsan nyeri rasa nyeri dengan tekanan
- Persiapkan alat analgesimeter, terlebih dahulu dilakukan pengaturan dengan
menentuka beban yang akan dipakai. Gunakan beban terkecil untuk
menetukan nyeri tekan normal pada semua tikus. Pegang tikus dengan posisi
tangan kiri memegang daerah kulit punggung dan tangan kanan
memposisikan salah satu kaki di alat penekan antara jari 1 dan 2. Jalankan
beban dengan menggeser beban dengan kecepatan stabil sampai tikus
merespon rasa sakit berupa jeritan dan atau menarik kaki yang ditekan.
Usahakan begitu tikus menunjukan respon nyeri, lepaskan beban sela jari
-
a. Tikus 1 (BB 117 g), pemberian obat secara per oral (antalgin tablet 500mg/tab) =
2ml
b. Tikus 2 (BB 100 g), pemberian obat secara intraperitoneal dengan dosis xylamidan
(200g/0,2ml) =
x=
200 g 0,2 ml
100 g
x 0,2 ml
200 g
100 g x
= 0,1 ml
2. Pengamatan Kontrol
Tikus dengan berat badan masing-masing diukur tingkat analgesik normalnya dengan
analgesikmeter beban geser dan didapat berat beban yang sudah bisa menyebabkan
rasa nyeri pada tikus.
Tikus 1 (BB 117 g)
a. 2 g
b. 2,5 g
c. 5,5 g
Rata-rata : 3,33 g
Tikus 2 (BB 100 g)
a. 3 g
b. 6,5 g
c. 1,5 g
Rata-rata : 3,67 g
Setelah diukur kontrolnya, masing-masing tikus di induksi dengan obat analgesik
sesuai dosis yang telah dihitung dan diberikan sesuai pemberian oral atau intraperitoneal.
Selanjutnya dibiarkan terlebih dahulu selama 5 menit. Kemudian lakukan pengamatan
setiap 5 menit selama 60 menit. Dari pengamatan, didapatkan hasil :
3. Tabel pengamatan
N
Cara dan
o.
Kelompok
1.
2.
Per Oral
Kel.1
Intraperitoneal
Kel. 1
10
15
20
25
Waktu
30 35
40
45
50
55
60
Mula Kerja (Onset of Action) adalah waktu dimana obat mulai memasuki plasma
dan berakhir sampai mencapai konsentrasi efektif minimum (MEC Minimum Effective
Concentration). Puncak Efek (Peak Effect) Puncak efek adalah proses dimana obat
16 | P a g e
mencapai konsentrasi tertinggi dalam darah atau plasma. Lama Kerja (Duration of Action)
Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efek farmakologis. Beberapa obat menghasilkan
efek dalam beberapa menit, tetapi yang lain dapat memakan waktu beberapa jam atau hari
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa cara
pemberian obat mempengaruhi kerja obat untuk memberikan efek terapeutik. Pada pemberian
obat secara per-oral didapatkan waktu timbulnya efek pertama (mula kerja / onset of action )
lebih lama (30 menit) dibandingkan dengan pemberian obat secara intraperitoneal (mula kerja
20 menit).
Hal ini disebabkan karena pada rute pemberian obat secara per-oral lebih lama dan
panjang daripada secara intraperitoneal yaitu dengan melewati saluran pencernaan dan
mengalami first pass metabolism dan mengakibatkan berkurangnya jumlah dosis obat yang
diberikan dari pemberian awalnya.
Namun pada hal ini tidak menutup kemungkinan jika pemberian obat secara
intraperitoneal lebih efektif karena pada masing-masing cara pemberian obat memiliki
keuntungan dan kerugian masing-masing.
17 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
www.slideshare.net/mobile/siscacicu/laporan-praktikum-farmakologi-vi-writhing
Fathiyah S, Fadhol, Nailis S, Nikmatul I. Buku petunjuk praktikum Farmakologi I program
studi farmasi. Malang: 10-12
Neal.M.J. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi kelima. Erlangga. Jakarta: 11-14
Grnst Mutschler, Dinamika Obat, edisi kelima. 1991
Joyce L. Kee dan Evelyn R. Nayes_Farmakologi_pendekatan proses keperawatan
Goodman and Gilman. Dasar farmakologi_Volume_I_Edisi 10
18 | P a g e