Anda di halaman 1dari 28

Alhamdulillah, sampai detik ini Tuhan masih saja mengajak

kami untuk tidak terlalu sepaneng dalam menjalani hidup,


atau dengan bahasa lain, Tuhan sedang bercanda dengan
ke-meski-an; meski banyak nya kerikil dalam penulisan
yang ditemukan di sana sini, meski selalu berpetak-umpet
dengan deadline dan meski harus memacu waktu yang semakin mepet dengan ujian, namun Tuhan selalu memberikan kehumorisan dan candaan di dalamnya. Bagaimana
tidak? Bulan April yang sudah masuk dalam batas
penghujung, jadwal-jadwal ujian yang sudah banyak
terpampang di sudut-sudut ruangan kelas, menandakan
bahwa ujian tinggal menghitung jari, dan seharusnya para
mahasiswa sudah belajar dengan khusuk dan tenang. Sedangkan di sini kami-para kru-secara otomatis harus mencoba mengakrabi ke-meski-an itu agar dapur redaksi untuk
bulan April tetap mengepul. Lagi lagi Tuhan sedang bercanda. Benar, dalam keterdesakannya waktu dan kalutnya
pikiran yang was-was dengan ujian, buletin prestasi edisimepet ujian-kali ini dapat terbit dengan tema Komunikasi
Dagelan. Hadirnya tema ini bukan disebabkan karena banyaknya halangan *ke-meski-an+ yang mendera kami, sehingga buletin ini dapat dan tetap terbit diwaktu-waktu yang
sangat krusial dan-katakanlah-ekstrem, yang pada akhirnya
muncul anggapan: Prestasi sedang mendagel. Namun lebih
kepada tanggapan atau komentar-komentar masyarakat
terutama kaum mahasiswa yang mengeluh ketika melihat
pemberitaan mengenai badan pemerintah yang menggundahkan. Kegundahan itu bisa terlihat dari bagaimana pola
komunikasi yang terjalin antara elit pemerintah dengan elit
pejabat yang lain, antara satu instansi dengan lembaga organisasi lain, semisal konflik KPK-Polri. Banyaknya kegundahan yang diekspresikan oleh masyarakat atas pemerintah,
akhirnya melebar sampai Masisir sendiri; antara Atdik
dengan Masisir. Sehingga di sini akan timbul pertanyaan,
bagaimana pola komunikasi antara pemerintah dan
rakyatnya, dan Atdik dengan anak-anaknya? Kegundahan
inilah yang akan kami singgung. Selamat membaca!*+

Memang Lucu
Mahfudz Wasim

Sore itu di teras masjid Al-Azhar, secara


kebetulan sepasang kekasih dari Malaysia
duduk tak jauh dari tempatku. Mereka
berkomunikasi dengan asyik dan romantis,
membuatku merasa iri. Iri bukan karena
pribadiku, melainkan aku teringat dengan
beberapa kejadian terkait komunikasi yang
sampai hari ini masih belum selesai. Ya, lucu
memang. Aku terbayang betapa lucunya
komunikasi yang terjadi di Indonesia, mulai
dari berita adanya gubernur tandingan di
Jakarta sampai keputusan lucu dari presiden
yang berujung pada judul KPK versus POLRI.
Komunikasi
antara
pembesar
negara
tergambar sangat lucu, karena mereka seakanakan bermain dagelan dalam suatu negara.
Lihat saja bagaimana FPI (Front Pembela Islam)
yang kemarin sempat mengangkat gubernur
tandingan buat Ahok. Lha wong sudah jelas
undang-undangnya kalau seorang gubernur
yang belum selesai masa jabatannya tetapi
dengan sengaja mengundurkan diri karena ada
tugas lain, maka wakil gubernur diangkat
menjadi gubernur. Bagaimana bisa itu
dipermasalahkan?
Dan ketika masalah ini sudah selesai, tiba-tiba
muncul dagelan lagi. Beberapa bulan setelah
pengangkatan Jokowi sebagai presiden, secara
mengejutkan Jokowi membuat keputusan yang
membuat rakyat kaget. Pengajuan Budi
Gunawan sebagai Kapolri menggemparkan
jagat tanah air. Pasalnya Budi sendiri
ditetapkan KPK sebagai tersangka korupsi,
karena gendutnya rekening yang dimilikinya.
Jokowi yang tetap kukuh mengajukan Budi
Gunawan membuat situasi tambah lucu, sebab
terlihat KPK dan Jokowi seolah sedang bermain
tarik tambang. Entah apa maksud dari
permainan itu. Walaupun akhirnya kedua
dagelan di atas dapat berhenti, tapi
kedewasaan para pemegang kekuasaan
agaknya perlu dipertanyakan.
Ternyata tidak berhenti di situ, lagi-lagi
komunikasi dagelan para lakon negara kembali
terulang. Baru kemarin sore Ahok dan DPRD

DKI
Jakarta
bermain
kucing-kucingan.
Komunikasi lucu dua kubu pelayan rakyat ini
masih terlihat asyik sampai sekarang. Ahok
menuduh RAPBD 2015 palsu dan berisi dana
siluman, sedang DPRD tidak terima dengan
sikap Ahok yang menurut mereka tidak
beretiket. Padahal mereka menanggapinya
dengan umpatan-umpatan pula, kurang lucu
bagaimana, betapa hal lain yang dengan sangat bercanda disisipkan para anggota DPRD
untuk menanggapi tuduhan Ahok.
Selain dagelan para lakon pemerintah di
Indonesia, di Masisir juga tak mau kalah. Entah
orang Indonesia hobi dagel atau bagaimana.
Komunikasi yang terjadi antara Atdik dengan
Masisir agaknya terlihat lucu juga. Atdik
sekarang ini ternyata sangat perhatian betul
terhadap pendidikan Masisir. Tentunya hal itu
sangatlah baik, namun perhatian besar
terhadap segi akademis ternyata masih
membuat sebagian besar Masisir bingung dan
tertawa. Bingung karena memikirkan apakah
Atdik tidak mengetahui keberagaman masiisrterutama dari segi ekonomi? Dan juga tertawa,
karena apakah Masisir belum dewasa untuk
sadar akan pentingnya sisi akademis seperti
apa yang dipikirkan Atdik? Lantas, bagaimana
pula sistem interaksi dan komunikasi yang
dibangun oleh Atdik dengan Masisir?
Berangkat dari gonjang-ganjing realita dagelan
inilah buletin PRESTSI mencoba membuka
tabir
realita
komunikasi
dagelan.
Bagaimanakah bentuk komunikasi yang baik
itu? Serta, seperti apakah esensi dari
komunikasi itu? Entah yang terjadi pada
pemerintahan di Indonesia ataupun di lingkungan Masisir. Selamat berdagel ria! *+

Komunikasi Dagelan: Antara Idealitas dan Realitas Sosial


Nashifuddin Luthfi

Komunikasi diibaratkan sebagai jantung dinamika dalam berorganisasi patut diperhatikan


kembali akhir-akhir ini. Karena fungsinya yang
bisa memberikan satu kesepahaman dalam
mendamaikan perbedaan dan pengontrol keseimbangan sosial leleh oleh kepentingan politis
atau pun kepentingan pribadi. Terlihat akhirakhir ini, dalam setiap lembaga institusi dan
pelaku
organisasi
memendam
agenda
kepentingan yang beragam. Sehingga berdampak dalam membangkitkan sifat enggan dan
acuh tak acuh atas problem yang lain pada satu
sisi, dan juga menimbulkan kesenjangan perpekstif negatif pada diri masing-masing pelaku
organisasi atau objek organisasi sebagai hal
yang paling benar. Pada gilirannya, disfungsi
visi-misi pada lembaga dan ketidaksepahaman
atas maksud dari organisasi melahirkan komunikasi yang mandul: tiada perubahan dinamika
dan kesadaran kolektif di struktur sosial, lembaga masyarakat dan istitusi masyarakat
(pemerintah dan lembaga-lembaganya). Maka
tidak salah, pernah ada anggapan kalau rapat
DPR seperti anak TK pada zaman presiden Abdurrahman Wahid.
Memerhatikan kembali fungsi universal komunikasi seperti penjelasan di atas, berarti juga
membantu menjaga stabilitas sosial dan
pemerintahnya. Sehingga satu kesepahaman
visi-misi dalam payung tanggungjawab dan
keadilan sosial bisa menjadi kesadaran kolektif
sebagai tujuan bersama-sama untuk membangun dan memajukan suatu bangsa dan
masyarakat secara umum dan masyarakat agama secara khusus. Oleh sebab itu, catatan terhadap kenyataan rapat DPR seperti anak TK
dan peristiwa KPK versus KAPOLRI, ATDIK versus Mahasiswa, Al-Azhar dengan Mahasiswanya, ISIS dengan Negara Islam dan komunitas
Islam, Pimred Prestsi dengan Krunya, menjadi
catatan penting agar upaya merajut ulang
komunikasi berat sebelah dan tiada keseimbangan pada setiap fungsi sosialnya terealisasikan dalam membangun dinamika yang lebih

bergairah. Dan catatan ini, kedepannya, bisa


menjadi bahan penggerak dan motivasi positif
kepada masyarakat dan pengamat sosial untuk
bersama-sama membantu membangun keadilan sosial untuk seluruh rakyat.
Atas pentingnya makna fungsi komunikasi ini,
potret komunikasi dagelan dihadirkan oleh
buletin Prestsi untuk memberikan refleksi
sejenak kepada pembaca atas peristiwa yang
terjadi akhir-akhir ini. Seolah-olah tema komunikasi dagelan adalah bentuk kepedulian intelektual dan moral untuk menjaga proses regenerasi bisa terkendali dengan seimbang. Sehingga kata dagelan bisa selalu mengingatkan kepada pelaku komunitas dan lembaga atas
tanggungjawab yang diberikan kepada mereka.
Dalam artian bahwa mereka tidak boleh menyelipkan kepentingan individu di atas
kepentingan bersama. Kemudian dengan sewenang-wenangnya melanggar batas etika bersama yang telah menjadi kesepakatan sosial
dan sistem lembaga. Lalu membeli jalur yuridis
untuk melegitimasi kesewenang-wenangnya
sebagai kebenaran tunggal yang tidak bisa diubah, kecuali oleh atasannya sendiri. Tapi harus
tetap menjaga keseimbangan dalam membangun kemaslahatan di masyarakat: baik dan
buruknya secara bersamaan.
Kemudiaan, pertanyaan yang lahir dari wacana
di atas adalah akan dibawa kemanakah janji
primodial dan tanggungjawab jabatannya dalam menjaga rakyat? Dan dimanakah
kedudukan sebenarnya rakyat di mata pejabat?
Teman, lawan, objek, proyek, ataukan
kepentingan bersama? Jika kemudian jawabannya adalah teman, di manakah peran dan
fungsinya dalam menjalankan amanah dari
rakyat untuk mengentaskan kemiskinan dan
problem pendidikan? Jika jawabannya lawan,
kenapa harus dan membentuk kesepakatan
sistem demokrasi untuk mendapatkan suara
rakyat sebagai pengesahan hak kepemerintahan, bukankah itu menganggap rakyat sebagai
kawan? Jika jawabannya objek dan proyek,

masihkan rakyat dihargai sebagai manusia bahwa negara dan agama bukanlah kepentingan
individu yang hanya dimiliki oleh penguasa?
Jika jawabannya adalah kepentingan bersama,
kenapa transparasi sangat sulit didapatkan
oleh rakyat agar bisa bahu-membahu mengontrol dan memajukan laju pemerintah dalam
membangun negara, atau penggawai dalam
membantu mengembangkan produksi bersama?
Jawaban di atas tergantung atas sudut pandang yang dihadirkan oleh pembaca atas
komunikasi yang ia terima dalam membaca
rakyat dan pemerintah, mahasiswa dengan
penguasa, mahasiswa dengan universitas,
manusia dan agamanya, kru buletin Prestsi
dengan pimred. Jika komunikasi yang bermula
dari dibangun sesuai batas tanggungjawab dan
etika, resiprokal kepedulian dengan semangat
positif dan saling memberi keuntungan senantiasa terjaga bersama-sama tanpa niat
mencederai. Akan tetapi jika tidak sesuai,
kesenjangan dinamika akan selalu muncul dan
stagnasi pemikiran atau pun kreatifitas mati
dalam arti fungsi, bukan praktek. Oleh karena
itu, komunikasi dagelan mengingatkan kepada
seluruh elemen di masyarakat untuk peduli
pada fungsi komunikasi, baik kultur ataupun
formal.
Tanpa menyematkan istilah dagelan di sini,
istilah komunikasi hanya akan dipahami sebagai media dan kebebasan pers yang sempit.
Sehingga pola komunikasi kultur dan formal
dalam mengemban tanggungjawab dan etika
antar institusi dengan rakyatnya tidak masuk
kategori komunikasi, kecuali dijembatani
dengan media. Agar komunikasi tidak hanya
terbatas pada pers, tapi lebih luas pengandaiannya, sehingga mampu memotret kejadian
-kejadian di setiap wilayah di benua di dunia ini
tanpa menggunakan kebebasan pers sebagai
sudut pandang. Akan tapi menyorot kejadian
nampak apa adanya sebagai bentuk kesadaran
kritis masyarakat atas dunianya. Sehingga
istilah dagelan hadir sebagai nalar kritis
masyarakat dalam menghadirkan kembali semangat pembaharuan terhadap kenyataan

yang buram oleh kepentingan sepihak menjadi


kepentingan bersama.
Dengan niat positif ini, bukan berarti komunikasi dagelan adalah istilah tanpa makna dan
ilmiah, tapi komunikasi dagelan adalah istilah
yang lahir dari ambiguitas kenyataan. Kenyataan yang diproduksi dari kesewenanganwenangan pejabat atas hak-nya di pemerintahan atau pun status yang lain. Penghadiran
pengandaian di atas sebagai standar makna
otoritatif untuk mengatakan tegas bahwa
ketimpangan sosial yang ada di masyarakat
atau pun negara atau pun komunitas adalah
bagian dari komunikasi dagelan yang ada. Karena kesadaran bertanggungjawab atas penyampaian maksud dan teguran serta jabatan
tidak menjadi pertimbangan yang mendalam
dalam mengambil keputusan. Sehingga ketimpangan sosial menjadi sebuah keharusan yang
harus terjadi atau tidak bisa dihindari. Lalu,
berproses dan mengendap dalam pribadi generasi menjadi kenyataan yang dibenarkan dalam kamus tradisi turun temurun.
Agar laporan kenyataan atas komunikasi dagelan bukanlah sebuah tuduhan dan intervensi
miring, maka, mari bersama-sama merenungi
kembali etika berkomunikasi dalam wacana
membangun kesadaran berkomunikasi yang
positif. Jangan membiarkan tradisi negatif
menjadi pembenaran oleh generasi selanjutnya dalam menjaga stabilitas sosial dari
kerapuhan komitmen dan pertanggungjawaban tidak adil. Jika tidak, komunikasi dagelan
akan selalu mengingatkan efek negatif dan
tuduhan keji kepada pelaku sosial, terutama
mereka yang bertanggungjawab pada wilayah
besar (pemerintahan) agar tidak semena-mena
atas jabatannya. Dengan penegasan kembali di
atas menunjukan pola bahwa komunikasi
dagelan yang telah mentradisi akhir-akhir ini
dan menjamur di setiap lembaga sosial, terutama di Indonesia adalah fakta yang perlu
dikembalikan ke jalur positif. Maka jangan disalahkan atau dijual-belikan dengan kekuatan
hukum penguasa terhadap reaksi dan intervensi rakyat kepada pemerintah atau pun penjabatnya Selengkapnya hal.26

Celoteh Sebagai Pola Komunikasi Pejabat


Zulfah Nur Alimah

Memahami adalah cara manusia membangun


kehidupan. Sebagai makhluk sosial, manusia
dalam transkip sejarahnya selalu melakukan
komunikasi; bertukar ide, pandangan dan
berita.
Dalam
kehidupan
bersosial,
berkomunikasi begitu urgen guna membangun
wilayah kesepahaman dan pemakluman. Tapi
kemudian, apakah dengan komunikasi, pesan
yang dimaksudkan selalu dipahami secara
benar? Jika melihat cekcok dan adu mulut yang
pelik antara para pejabat negara Indonesia,
maka jawabannya sudah sangat jelas sekali:
tidak. Karenanya, agar pemahaman terjalin
dengan baik, komunikasi pun perlu diberi
embel-embel; komunikasi yang baik, bukan
sekedar komunikasi. Di sana ada etika, yang
tak hanya perlu dihafal dengan otak, tapi juga
dipahami dengan jiwa.
Pertanyaan pun muncul: kenapa pejabat
negara disebut-disebut, bahkan tak segansegan, dijadikan sebuah cerminan dari
komunikasi yang gagal? Pertama, para pejabat
adalah wakil dari rakyat dalam mengemudikan
setir negara. Jika negara diibaratkan sebuah
bus, maka sang supir harus berkomunikasi
secara baik dengan supir-supir bus lain, agar
bus yang dikemudinya dapat berjalan mulus
tanpa harus terjadi benturan dan tabrakan.
Kedua, rakyat tidaklah asal memilih wakilnya.
Mereka yang terpilih menjadi wakil adalah
mereka yang dianggap berprestasi dengan
pengalaman etos kerja dan pengalaman
akademisnya. Dengan keunggulan prestasi ini,
menjadi 'lucu' beberapa fenomena yang ada
akhir-akhir ini, sebut saja Ahok dengan
Abraham Lunggana atau lebih dikenal dengan
Haji Lulung dan kasus Polri vs KPK, ataupun
seorang polisi yang berteriak-teriak kepada
supir bus TransJakarta.
Sebelum kita mengkaji sikap dan cara
berkomunikasi para pejabat ini, mungkin
baiknya kita paparkan secara singkat beberapa
fenomena tersebut.
Cekcok yang terjadi antara Ahok dan haji
Lulung, yang merupakan anggota wakil ketua

DPDR DKI, banyak mendapat sorotan dari


masyarakat. Menarik, bahwa kedua orang ini
sama-sama pejabat negara dan sama-sama
ceplas-ceplos. Misalnya saja, Ahok yang
meminta Haji Lulung membawa psikiater
dalam rapat angket. Kemudian, hal ini dijawab
oleh Haji Lulung, "ya udah, kalau memang dia
(Ahok) maunya kita ngundang psikiater, entar
kita undang deh, haha." Keduanya sering saling
sindir. Ketika Ahok meramalkan bahwa Jakarta
akan tetap banjir sampai hari kiamat, jika
warga masih tinggal di bantaran kali.
Pernyataan pedas ini pun ditanggapi oleh Haji
Lulung, "kalau pemimpinnya sudah pesimis
begini, mundur saja."
Kasus Polri vs KPK 2015 ini bermula ketika
presiden Joko Widodo memilih Budi Gunawan
sebagai calon kepala kepolisian RI. Namun
beberapa hari kemudian, KPK menetapkan
calon Presiden ini sebagai tersangka terkait
kasus Tipikor. Tidak berhenti di sini. Setelah
kejadian itu, Abraham Samad, ketua KPK,
dihantam isu yang tak sedap. Sebuah foto
dirinya terlihat bermesraan dengan Elvira
Devinamira dan wakil KPK, Bambang
Widjojanto, ditangkap oleh Mabes Polri
dengan tudingan mendalangi kesaksian palsu
dalam
sengketa
Pilkada
Kotawaringin,
Kalimantan Tengah, 2010 silam.
Pada 27 Maret, sebuah video heboh beredar.
Dalam video itu, seorang polisi memarahi supir
bus
TransJakarta
yang
menyerempet
pengendara sepeda motor. Para penumpang
yang tak terima, karena melihat bahwa
pengendara motor itu yang salah dengan
memasuki jalur bus, membela sang supir. Sang
polisi pun mengumpati penumpang dengan
kata-kata kasar dan penuh emosi.
Beberapa fenomena tersebut sudah cukup
menggambarkan bagaimana 'lucu'-nya pola
berkomunikasi beberapa para pejabat kita.
Sebuah pola yang tidak menggambarkan
karakter wong gede dengan pengalaman etos
kerja dan akademisnya. Justru sebaliknya, pola
itu mengandung anasir kekanak-kanakan.

Sikap ceplas-ceplos tanpa filter, tidak mau


kalah dan salah, suka menuding kesalahan
kepada teman dan juga emosi yang tak
terkontrol adalah sikap-sikap yang dilakukan
oleh anak kecil dan sikap-sikap itu dimaklumi
bagi mereka. Karena mereka adalah anak-anak
yang belum banyak belajar, belum banyak
mengerti dan sedang berproses. Ibarat buah,
maka anak-anak adalah buah yang masih
muda. Buah itu perlu dijaga, dirawat hingga
nantinya menjadi matang dan dapat
memberikan rasa manis kepada setiap lisan
yang mencicipinya.
Pernyataan 'seharusnya dan sepantasnya
pejabat bla bla bla' bukanlah hal yang relevan
dibahas. Ia hanyalah gagasan-gagasan idealis
yang jamak diketahui dan diangguki setiap
kepala. Karenanya, kita akan menganalisa
dengan berangkat dari kata 'kenapa'. Kenapa
para pejabat itu berkomunikasi dengan pola
kekanak-kanakan?
Setelah rezim Soeharto runtuh, lisan-lisan yang
selama tiga puluh dua tahun dibungkam, mulai
berbicara. Kemajuan teknologi dan informasi
yang begitu pesat, membuat lisan-lisan itu tak
hanya berbicara, tapi berceloteh siang dan
malam seperti yang dilakukan anak kecil. Di
bawah payung demokrasi, semua celotehan ini
dibenarkan atas asas kebebasaan. Kita bisa
lihat, semua lapisan masyarakat dari berbagai
profesi dan umur, berani berbicara tentang
apapun, termasuk berbicara tentang orang
nomor satu, bapak Presiden. Bagaimanapun,
para pejabat tetaplah manusia dengan tabiat
pengaruh
dan
keterpengaruhannya.
Karenanya, kita lihat beberapa pejabat ini juga
ikut berceloteh. Mungkin blak-blakan, tanpa
filter dan juga tak ter-rem merupakan
konsekuensi psikologis yang tak terhindar dari
asas kebebasan ini.
Tapi lagi-lagi, berceloteh yang dilakukan oleh
orang dewasa, terlebih pejabat negara ini,
tidaklah dapat dimaklumi. Celotehan itu
bersifat guyonan, tidak serius dan tak
berwibawa. Pejabat memiliki tugas berat yang
serius; mewakili rakyat membawa negara ke
masa depan yang lebih baik. Masa depan yang
lebih baik tidak dapat diraih dengan guyonan.

Ia butuh kecekatan dan ketegasan. Ketika para


pejabat sibuk berceloteh, terlebih hanya
celotehan yang sarat akan kepentingan dan
kekuasaan, mereka telah mengabaikan
kepentingan rakyat. Perseteruan-perseteruan
para pejabat selalu bergulir panjang. Mereka
disibukkan oleh perseteruan. Dan rakyat hanya
bisa menunggu dan menyaksikan perseteruan
kekanak-kanakan itu. Atau sesekali berdemo
yang sering tak membuahkan hasil.
Terkadang beberapa pejabat ini memiliki
pandangan progresif atau sekedar ingin
membenahi beberapa kekeliruan. Namun, niat
mulia ini tak terpahami secara benar, karena ia
disampaikan dengan komunikasi yang tidak
baik; penuh sarkasme, emosi, kasar dan pedas.
Ketika kita hendak memberikan hadiah kepada
seorang teman, tapi kita memberikannya
secara kasar. Apakah teman kita itu, sudi
menerima hadiah kita? Tentu dia akan
membuang keras-keras hadiah itu di
hadapanmu. Begitulah ketika kebaikan yang
kita maksudkan, tidak dikomunikasikan dengan
baik. Maka, di sinilah urgensitas etika.
Batasan-batasan etika akan mengontrol pola
komunikasi sehingga pesan-pesan yang
dimaksudkan terpahami secara benar dan baik.
Komunikasi baik bukan berarti adanya
pemahaman dan ide pemikiran yang sama, tapi
ia
merupakan
usaha
untuk
mengharmonisasikan perbedaan, sehingga ada
sikap saling mengerti dan saling berlapang
dada. Etika tidak hanya susunan huruf materil
yang mudah dihafal dan didengungdengungkan. Seperti halnya ketika wakil ketua
DPRD Jakarta, Muhammad Taufik, menyatakan
bahwa Ahok telah melanggar pasal 67 UU
Nomer 32 Tahun 2004 yang berisi tentang etika
dan norma seorang kepala daerah dan wakil
daerah. Lebih dalam, etika harus dipahami oleh
jiwa, sehingga terbangun sebuah kesadaran,
bahwa rakyat sudah banyak yang kelaparan
dan sudah tak sanggup mendengar para
pejabat yang tak kunjung selesai berceloteh.

Ideologi Rancu Negara Islam


Nanang Fahlevi

Polemik ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria)


tampak masih menjadi perdebatan hangat di
dunia internasional. Tujuan utama gerakan ini,
yakni dengan dalih menciptakan negara Islam
juga menuai protes. Pendirian negara Islam
berdasar khilafah islamiyah yang terus
digencarkan, mendorong mereka untuk terus
memerangi non-muslim. Tata undang-undang
syariat Islam yang ditujukan, ingin mengajak
umat dunia untuk bernegara seperti pada
masa dinasti khalifah. Tak heran, jika golongan
yang tergabung dalam organisasi ini cukup
banyak karena dengan doktrin status negara
musti bertendensi al-Quran dan Hadis dan
bahwa sistem bernegara ketika zaman nabi
dan sahabat, menerapkan syariat Islam.
ISIL atau ISIS, serta dalam akronim arab DAESH
(al-Dawlah al-Islmyah f al-Irq wa-al-Shm)
ini mulai digerakkan oleh loyalis Osama bin
Laden pada 1999. Abu Musab al-Zarqowi,
seorang Islamis radikal ketika itu, membangun
gerakan jihad di Jordania yang kemudian
diketahui migrasi ke Irak dengan menamakan
jaringan al-Qaeda Irak. Tujuannya adalah
pemberontakan kepada pemerintah Irak saat
itu setelah peristiwa 11/9 untuk mencipkatan
pemerintahan baru. Sehingga setelah tahun
2006 Musab tewas digantikan penerusnya Abu
Abdullah al-Rashid al-Baghdadi dan Abu Ayyub
al-Masri dengan jaringan ISI (Islamic State of
Iraq) yang kemudian tewas dalam operasi
Amerika ke Irak tahun 2010. Kemudian gerakan
ini dipimpin oleh Abu Bakr al-Baghdadi. Pada
April 2013, Abu Bakr melakukan ekspansi ke
Syiria untuk kemudian melebarkan sayap
jaringan ini dan mengadopsi nama dari
jaringan sebelumnya menjadi Islamic State of
Iraq and al-Sham. Di wilayah inilah, pergerakan
mulai dilakukan secara
besar-besaran.
Sehingga pada Juni 2014 dideklarasikan (IS)
Islamic State sampai sekarang.

penjajah, bukan kelompok Islam yang


seharusnya lebih bisa berkomunikasi damai.
Pengamat terorisme Agus Maftuh Abegebriel
mengatakan, tingkat bahayanya jelas lebih
besar dari al-Qaeda, bahkan model perjuangan
ISIS sudah sangat berbeda dari gerakangerakan radikal yang selama ini ada. Umumnya
radikalisme bekerja tanpa batasan atau
memiliki paham khalifah global. Sebaliknya,
ISIS sudah jelas-jelas memiliki tujuan yakni
membentuk dan menguasai suatu negara.
Yakni, jika dikatakan ISIS berkarya untuk kekhalifahan, hal itu sudah jauh melenceng dari
tujuan. Berdasar epistomologis politik, Islam
State seharusnya tanpa batasan, dan ISIS
ternyata menunjukkan jalan berfikir yang rancu
ada sebuah batas yang diinginkan.
Jelas bahwa pemurnian kembali kepada jalan
Muhammad bukan lagi basis utama
pergerakan mereka. Islam dan Muhammad
dijadikan sebagai kedok, sebagai stimulus
kekuasaan. ISIS sengaja membungkus gerakan
kemerdekaan mereka dengan simbolisme
keagamaan. Berbeda dengan al-Qaeda yang
juga ingin memperjuangkan khilafah, namun
ISIS lebih memperjuangkan berdirinya sebuah
negara atau dengan kata lain, ISIS merupakan
sekumpulan pemberontak yang kemudian
menjual
ideologi
menjadi
kekuatan
internasional. Pendirian daulah islamiyah yang
sering digunakan sebagai doktrin pengikutnya
justru hanya sebagai kedok politisasi mereka.
Tujuan sebenarnya ialah ingin menguasai kursi
pemerintahan.

Pergerakan juga sudah merambah untuk


mempersenjatakan anggotanya dengan dana
yang mereka galang. Pertama, ingin
menunjukkan kekuatan militan mereka yang
barangkali dengan dipersenjatai lengkap, lebih
mudah dalam mempertahankan invasi mereka.
Kedua,
tentang
mempertontonkan
Banyak kalangan menyatakan gerakan sporadis pembunuhan sadis dan masal yang banyak
jaringan ini tidak dapat ditolerir. Lebih diunggah di media sosial hanyalah sikap protes
dianggap sebagai kelompok teroris atau dan arogansi kepada pemerintah. Sebab itulah

banyak menyita perhatian internasional untuk ISIS dapat dikatakan berjualan ideologi Islam,
bagaimana melakukan strategi penumpasan IS. Islam radikal yang menjurus kepada faksi
politik Islam. Embrio politik Islam ini selain
Bahkan
thecanadiancharger.com
melalui
merambah ke Malaysia juga sampai ke
kutipan Dr. Muhammad Al-Masry mengatakan,
masyarakat Indonesia. Ketika dipupuk, dengan
tentara teroris Negara Islam teridentifikasi dari
mudah akan berkembang dan tumbuh besar.
kalangan asing atau Barat, terutama tentu
Penulis katakan, orang abangan akan mudah
umat Islam. Tetapi jumlah non-muslim dengan
disulut dengan ideologi semacam ini, bukan
pengalaman militer lebih baik yang telah
seorang muslim yang memiliki intelektualitas
banyak mengisi jajaran tinggi dan penting.
pemahaman kompleks tentang Islam.
Salah satunya terdapat seorang mantan
perwira tentara Inggris yang telah tergabung Di Indonesia atau di manapun, pemerintah
dengan pasukan IS. Sedikit khalayak setempat seharusnya tegas dan harus serius
mengetahui informasi terkait hal ini. Bahwa memberikan informasi yang benar untuk
ternyata tentara IS diciptakan empat tahun lalu meluruskan. Ini adalah skema struktural yang
oleh AS untuk menggulingkan rezim diktator diatur oleh sebuah negara tertentu. Seseorang
Suriah/Syiria Bashar Assad.
yang tertarik masuk ISIS umumnya disebabkan
faktor finansial. Sebab ISIS menjanjikan uang
Beberapa juga telah megetahui bahwa Turki,
yang jauh lebih besar apabila bergabung. Sekali
terutama di Turki Utara yang tepat berada di
lagi ini hanyalah strategi politik yang goal-nya
perbatasan Suriah, mayoritas dikuasai oleh
adalah entitas kekuasaan sebuah negara. Tidak
pemerintah dari kalangan Muslim bersaudara
tahu apakah memang benar-benar wujud
(Muslim Brotherhood). Sebagai anggota NATO,
negara Islam atau hanya mengincar ladang
ternyata di Turki Utara ini telah lama dijadikan
potensial untuk sebuah kekayaan.
aksi perekrutan anggota, sebagai markas
intelejensi, pelatihan angkat senjata dan
melengkapi jumlah persenjataan untuk
kepentingan AS. Dikarenakan di Irak, Lebanon
dan Yordania, yang berada pada berbatasan
Suriah, dianggap AS tidak sebagai kawasan
yang strategis untuk melancarkan kegiatan ini.
Kemungkinan disebabkan kawasan tiga negara
tersebut tidak masuk dalam lingkaran
organisasi keamanan dunia bentukan AS.
Sedangkan untuk hal pendanaan, Qatar lah
yang bersedia menyediakan biaya operasional
aksi ini.
Imbas dari aksi struktural ini, banyak warga
negara yang mayoritas beragama Islam andil
dalam aksi ini dengan iming-iming urusan
finansial akan tercukupi. Pada 6 Maret 2015,
Deputi Inspektur Jenderal Polisi Malaysia
mengatakan dalam New Straits Times, "dengan
bantuan lembaga penegak internasional, kami
telah mengidentifikasi lebih dari 60 warga
Malaysia yang telah bergabung IS militan di
Suriah." Dia menambahkan bahwa setiap
orang Malaysia yang terlibat akan ditangkap
dan diselidiki kemudian akan dideportasi.

Belajar dari Semar: Reinterpretasi Sisi Klise Intropeksi Menuju Sintesa


Outropeksi
Ms. Arifin

Sebuah pertunjukan yang dimulai dengan


hadirnya sosok bertubuh gembul; dengan
tangan kanan ke depan seraya menunjuk dan
tangan kiri melingkar ke belakang; dengan
rambut jambul yang nyentrik dan gaul; dengan
raut muka yang tampak sudah lanjut usia;
dengan, sebenarnya, bias antara gender lelaki
dan perempuan. Ialah Semar, salah satu tokoh
wayang
yang
termasuk
punakawan,
bersanding dengan tiga tokoh anaknya:
Gareng, Bagong dan Petruk.
Punakawan sering diidentikkan dengan
pertunjukan humor atau dagelan. Kehadiran
mereka seolah ingin menghapus perilaku
pemikiran (mainstream) banyak orang bahwa
wayang Jawa hanya berisi cerita serius dan
menegangkan (read: perang, pembunuhan
dst.) seperti epos Ramayana dan Mahabarata.
Punakawan, meskipun identik dengan dagelan,
memliki sisi filosofis yang humanis, sisi
kebijaksanaan hidup yang sarat makna dan
hikmah. Komunikasi dagelan yang bergulir di
antara mereka, dengan menidak sikap
keseriusan, agaknya tidak terlalu muluk-muluk
jika dijadikan batu loncatan dan transformasi
nilai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Indonesia, khususnya, dan seluruh peradaban
manusia, umumnya.
Sebut saja Semar. Tokoh paling tua dalam
Punakawan ini mencirikan simbol yang artistik,
estetik dan sekaligus moralistik. Lihat saja
perawakannya. Tangan kanan ke depan sambil
menunjuk menandakan sebuah tekad yang
bulat untuk melakukan sesuatu dengan fokus
dan terarah. Tangan kiri ke belakang
menandakan kerendahan hati dan seolah ingin
menyembunyikan hal yang tidak pantas
dihadirkan di tengah khalayak. Gendernya
yang bias, antara lelaki dan perempuan,
mencirikan suatu bentuk pengabaian gender
berkenaan dengan kearifan seseorang, artinya
ia tak hendak mewartakan suatu paham
rasisme dan atau yang sejenisnya. Matanya
yang sipit menunjukkan ketelitiannya dalam
membaca sesuatu, situasi dan kondisi.

10

Matanya pula yang selalu akhirnya menangis


setelah mulut dan raut mukanya tampak
tertawa dan riang-gembira. Rambut jambulnya
yang seperti bayi menandai kesucian jiwanya
dan kelembutan hatinya.
Dari gestur dan perawakan Semar yang
diinterpretasi oleh banyak orang, termasuk di
atas, mewacanakan suatu nilai: Semar patut
menjadi contoh representatif terhadap
karakter ideal seorang manusia. Di sini letak
geneologis dari transformasi nilai kearifan lokal
yang coba diaktualkan, terlebih untuk
membaca keadaan sosial baru-baru ini.
Sehingga Transformasi nilai dari jalinan
komunikasi dagelan ala Punakawan di atas bisa
dimulai dari beberapa sampel kecil. Salah
satunya: nilai klise intropeksi akan dibawa ke
ranah yang lebih tinggi berupa outropeksi. Kita
akan melihat bentuk transformasi tersebut
lewat re-interpretasi terhadap tokoh Semar
dan ragam komuniskasinya dengan tokoh
Punakawan lainnya.
Semar dan Problematika OutropeksiSebuah
Pamungkas
Ragam interpretasi tentang perawakan Semar,
salah satunya interpretasi di atas, mencoba
untuk digiring ke arah intropeksi dan
outropeksi. Dari problematika pembacaan
terhadap yang-imajinasi sampai pembicaraan
terhadap yang-realitas, dapat ditarik sebuah
sintesa: bahwa Semar, dalam konteks ini, perlu
dihadirkan untuk menengahi permasalahan.
Realitas kekinian memang menghendaki solusi,
bukan problem. Setelah diuraikan mengenai
banyak problem, teori introspeksi (muhasabah)
menjadi mentah dan mental. Kelainan
komunikasi seperti yang telah diuraikan di atas,
tidak bisa hanya diobati dengan intropeksi (in
artinya dari dalam: melihat ke dalam diri) tapi
harus melibatkan kosakata baru dalam bahasa
Indonesia, yakni outropeksi (out artinya ke
luar: melihat ke luar diri).
Menurut Roman Krznaric, pemikir Inggris, yang
juga dikutip oleh M. Aan Mansyur dalam

esainya
yang
berjudul
Bertualang
Mengguakan Sepatu Orwell (dimuat di Koran
Tempo Makassar dan Kompasiana.com), abad
ke-21 bukan saatnya intropeksi tapi sudah
waktunya outropeksi. Sudah saatnya orang
melihat keluar dirinya dan mengabaikan
egoisme: status pribadi, kekayaan, dan
pangkat. Salah satu cara untuk mencapai tahap
outropeksi adalah perkataan Krznaric sendiri
dalam bukunya The Wonderbox: Curios
Histories of How to Live: Empati adalah seni
hidup yang menjadi ciri utama abad
outropeksi.
Dalam hal ini, kita perlu, bahkan sangat perlu,
melibatkan pola komunikasi Semar. Akselerasi
akan tokoh Semar memproduksi lebih banyak
keunikan komunikasi: bahwa komunikasi,
hubungan antar-manusia, dapat terjalin
dengan seimbang jika mengindahkan tiga
unsur. Pertama, kepedulian atau empati.
Kedua, unggah-ungguh atau sopan-santun.
Ketiga, sikap toleransi. Ketiga sikap ini, jika
berlaku dengan semestinya, tidak akan
memunculkan cress dan keterjarakan yang
jauh antara kedua pihak (komunikator dan
objek
komunikasi)
dan
juga
akan
meminimalisir konflik yang terjadi. Berikut
adalah penjelasan mengenai ketiga unsur
tersebut:
Pertama, kepedulian atau empati. Semar
sangatlah peduli dengan ketiga anaknya. Ia
memberi tanggung-jawab dan hak secara
bersamaan. Hak mereka adalah untuk
aktualisasi diri di tubuh masyarakat dan
tanggung-jawab mereka adalah menjaga
hubungan mereka dengan orang lain (the
others). Sikap Semar semacam ini, juga
mencirikan
sikap
outropeksi;
dengan
menetralisir keegoisan diri dan menanjakkan
kepedulian kepada liyan (dalam hal ini anakanaknya).
Kedua, unggah-ungguh atau sopan-santun.
Tentu contoh yang paling dekat adalah kasus
Ahok dan DPRD. Sekali lagi, menyitir pendapat
Gus Mus, pola komunikasi Ahok sangatlah
memalukan dan jauh dari etika dan sopansantun. Dalam pada itu, sesungguhnya yang
demikian mencirikan suatu sikap yang alih-alih

11

outropeksi, dekat dengan intropeksi pun masih


belum. Semar telah mengajari anak-anaknya
untuk unggah-ungguh dalam bertindak
maupun berucap. Meskipun pola komunikasi
mereka adalah dagelan, tapi mereka sungguh
tak bermaksud untuk menyakiti dan
merendahkan lawan-bicara.
Ketiga, sikap toleransi. Salah satu ciri orang
yang berwibawa laiknya Semar adalah sikap
toleransinya yang tinggi. Kelebihan yang
dimilikinya tidak lantas membuatnya lupa
darat. Kedudukannya yang tinggi sebagai
titisan Dewa tidak membuatnya angkuh.
Tercermin dari perawakannya yang tetap
sederhana, Semar tidak lain adalah tinjauan
representatif bagi mereka yang masih
mengagungkan sikap in-toleransi. Tidak lain,
membaca teladan ketiga ini, contoh yang
paling dekat adalah ISIS. Kesenjangan ideologi
yang mereka ciptakan seolah memaksa
mereka untuk bersikap semau mereka dengan
mengabaikan sikap toleransi antar umat
beragama. Basis kekuatan yang mereka miliki
memaksa mereka untuk menindas yangseberang,
yang-tak-sependapat.
Pola
komunikasi ISIS yang demikian tak lagi
menemui ujung relevansinya. Mereka harus
lebih banyak belajar lagi kepada Semar dan
perlu mengenal kosakata outropeksi.
**
Syahdan, saya membayangkan tokoh Semar
bertemu secara dramatis dengan tokoh PK
(film India tentang makhluk dari planet ruang
angkasa) dalam satu kesempatan dan mereka
berjabat tangan. Semar tersenyum manis dan
seolah tanpa berdosa, si PK mengambil semua
informasi dan kebijakan dan kebajikan yang
telah membentuk sosok Semar menjadi
sedemikian rupa. Alhasil, saya membayangkan,
si PK tidak hanya mempertanyakan
komonukasi teologis yang mendasari semua
agama, tapi ia juga mengomentari, secara
jenaka dan kocak tapi juga kritis, apa yang
tengah terjadi di Iraq dan Syria, di Indonesia,
dan di Masisir secara menyeluruh. Mari kita
membuat film baru dan kita beri tajuk: Semar
Vis--vis PK. Tabik!**

Potret Pola Komunikasi Elit Pemerintah; Wujud Komunikasi Dagelan


Wais al Qarni

Sebagian orang atau mungkin anda yang


sekarang membaca tulisan ini, akan bertanyatanyajika itu kata yang paling santun untuk
tidak mengatakan mencibirtentang pemilihan
diksi dalam judul tulisan ini. Judul yang tercipta
ini tidaklah seperti orang yang dapat memasuki
sebuah rumah, tanpa ia harus membuka pintunya terlebih dahulu, atau bisa dikatakan sebagai sesuatu yang tak berpenyebab dan tak
berproses. Atau mungkin anda akan menganggap bahwa pemilihan judul ini adalah sebentuk
diksi yangdengan meminjam kamus anak pop
lebay bahkan lebih condong kepada bentuk
evokatif yang tentu saja beraroma negatif,
sehingga menyebabkan hadirnya pemikiran
akan sesuatu yang terlihat pincang sebelah.
Namun begitu-lah adanya, dan jika boleh sedikit pemembelaan bahwa hadirnya judul ini
bukan tanpa sebab ataupun kenakalan imajinasi penulis, tapi ia bermula dari sebuah perbincangan tentang gerak pola komunikasi sosialpolitik yang detik ini sedang menggoyang para
elit pejabat pemerintahan. Keadaan itu bisa
kita lihat dari gaduhnya insiden penangkapan
yang melibatkan Bambang Widjojanto1, selaku
wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) yang oleh Zainal Arifin Mochtar (Ketua
Pusat Kajian Anti-Korupsi Universitas Gadjah
Mada), dianggap sebagai suatu kejanggalan
dan hanya sebentuk aksi balas dendam atas
ditetapkannya mantan Cakapolri Komjen Pol
Budi Gunawan sebagai tersangka kasus korupsi
oleh KPK2. Keterlihatan kondisi yang seperti ini,
tidak hanya menyenggol perilaku dua instasi
besar yang menjadi blueprint hukum dalam
pemerintahan, tapi juga menyentuh Sekretaris
Kabinet (Seskab) sebagai badan eksekutif
pemerintah, tentang gegernya penerbitan Perpres No. 39/2015, terkait usulan kenaikan uang
muka mobil pejabat Negara, menjadikan nama
Andi Widjayanto semakin dikenal dalam ruang
publik karena kelalaiannya3.
Layaknya drama dalam sinetron, kondisi semacam ini dapat dipastikan kerap menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan dan hadirnya rasa

12

ketidakmungkinan (pertanyaan dan rasa ketidakmungkinan itu biasanya mewujud dan diekspresikan dalam bentuk gerakan, semisal, unjuk rasa massal, demo berhari-hari, atau melalui ekspresi yang lebih halus semodel tulisan,
dengan menulis surat terbuka di koran-koran
atau majalah). Karena pada dasarnya tujuan
awal terbentuknya badan publik di pemerintahan adalah agar terciptanya nuansa kondusif
dalam suatu tatanan Negara. Secara sederhana, keadaan kondusif di sini tidak selalu diartikan sebagai kondisi yang dipandang linear
dan jauh dari masalah; perbedaan yang intens,
friksi antar pejabat dan fanatik sekte yang
mengikat dan berjarak, namun lebih kepada
bagaimana menjalankan pemerintahan sesuai
dengan tata-aturan yang sudah di tetapkan.
Oleh karena itu secara otomatis, sudah menjadi kemestian bagi para pelaku politik
(stakeholder) untuk mencopot atribut apapunketika itu menyangkut kemaslahatan publikdengan tetap menggigit erat prinsip-prinsip
yang berpijak pada kaidah sebagai (badan) elit
politik, ataupun norma-norma sebagai manusia. Maka dengan begitu, wacana atau isu-isu
tentang stakeholder yang tak becus menjalankan tugas-tugas kenegaraan, dan telah menimbulkan keberjarakan antara rakyat dan elit
pejabat akan dapat terkikis.
Karenanya, dengan melihat kesengkarutan
pada apa yang kerap disebut sebagai gerak
birokrasi dalam pembahasan kemaslahatan
publik, di sini penulis akan mencoba membahas dan sedikit bersinggungan, tentang pola
komunikasi yang masih menumbuh sehat baik
pada elit pejabat pemerintahan maupun stakeholder yang rakus kekuasaan, yang saat ini terus menerus terpampang di ruang-ruang publik,
tengah menjelaskan bahwa betapa buruk dan
tidak jujurnya pola komunikasi yang terjalin
dipemerintahan.
Dagelan dan Paradoks Komunikasi
Sebelum beranjak mengenai gerak perilaku elit
pejabat dalam memainkan peranannya sebagai

pemegang kekuasaan, yang terlihat berjarak


sebagaimana penulis katakan sebelumnya,
barangkali perlu adanya sebuah pembacaan
ulang tentang pengertian komunikasi dagelan,
yang sepertinya terkesan terlalu memaksa.
Secara sekilas memang terlihat disimetris
*tidak mempunyai relasi+ dan menggelitik ketika menyandingkan kata komunikasi dengan
dagelan, namun ketika menelisik kembali arti
makna antara keduanya, akan kita temukan
kesinambungan makna dan keadaan saling
mendukung antara keduanya, terkait kondisi
yang sedang mendera pemerintah, termasuk
para pejabat elitnya.
Menurut Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al
Barry dalam Kamus Ilmiahnya, kata
komunikasi diartikan sebagai: adanya
perhubungan; pengkabaran dan terjadinya
hubungan timbal-balik antar sesama manusia4.
Sedangkan dalam KBBI, dagelan dipandang
sebagai sesuatu yang lucu; lawakan, humor
dan bersifat jenaka. Dari dua pengertian ini,
ketika komunikasi disketsakan dalam bentuk
perhubungan atau pengkabaran yang ditandai
dengan adanya hukum timbal balik, sedangkan
dagelan lebih dimaknai dengan sesuatu yang
bersifat jenaka atau humor, maka dari keduanyasejauh pemahaman penulisdapat dipahami sebagai: prosestindakanpen-transmisian informasi atau usaha untuk mencapai sebuah informasi antara satu individu terhadap
individu lain dengan tidak atau tanpa
keseriusan. Sifat ketidakseriusan ini yang
akhirnya dinilai sebagai sesuatu yang tidak
tepat, dan harus tidak ada dalam perilaku para
elit pejabat (pelaku politik). Maka di sini akan
hadir semacam kekhawatiran (alarmist), ketika
perilaku itu diandaikan sebagai wujud yang
paling orisinil dari sebuah tabiat, sehingga
munculnya suara: sebuah (amanah) tugas
atau kinerja akan lebih dianggapnya sebagai
suatu mainan, ketimbang mengindahkannya
dengan sadar akan tanggung-jawabnya sebagai seorang panutan5.

satu (model) solusi dalam mengatasi permasalahan. Hanya terkadang, mulus dan lancarnya
suatu permasalahan tidak melulu didasarkan
pada bentuk pengintensifan suatu kerja, tapi
selalu diiringi dengan upaya-upaya membangun pola komunikasi yang baik. Jika
demikian, apakah lantas tidak ada komunikasi
di sini ketika para elit pejabat pemerintah memainkan peranannya? Komunikasi di sini tidak
berbentuk bagaimana suatu tugas (proyek
kinerja) itu dikomunikasikan melalui kata-kata
yang dieja antar elit pejabat, tapi dapat dipahami dengan: apa yang lebih dari sekedar katakata ketika sebuah komunikasi itu tidak
berdampak pada hasil yang dapat dinikmati.
Dari alur pemikiran seperti ini, Herbert Paul
Grice memberi tanda merah terkait pola komunikasi di atas, bahwa tidak segalanya kata yang
dikatakan menjadi bukti langsung untuk
pemaknaan sejumlah pernyataan, karena banyak faktor yang menentukan sebagai bukti,
terlepas dari apakah isinya benar atau tidak6.

Barangkali di sini kita menyaksikan sebuah


paradoks. Pada awalnya komunikasi itu dibentuk sebagai komprador (alat mekanis) yang
bisa diandalkan, terhadap kinerja atau tugas
antar elit pejabat agar lebih baik, namun berakhir dalam bentuk sebuah kinerja yang
menghasilkan nilai lebih. Dalam hal ini penting
untuk memahami kinerja yang muncul dan
berekspresi dengan wajah jaringan relasionalnya, sebagaimana relasi antara transmisi informasi dan kebenaran yang disarankan Bateson.
Pada analisisnya, Bateson meletakkan sejarah,
ekonomi, politik dan pengalaman pribadi sebagai suatu jaringan relasional, yang
kesemuanya itu saling bersengkarut dan tak
bisa direduksi menjadi sesuatu yang khusus.
Terkait relasi informasi, Bateson memandang
bahwa informasi merupakan suatu yang bergerak pada perbedaan, sedang penerima informasi sejatinya adalah penerimaan perbedaan
itu. Karenanya, kebenaran hanya suatu kebetulan antara yang kita diskripsikan dan yang kita
gambarkan, dan kebenaran ini tidak akan
7
Berawal dari pengertian yang semacam ini, pernah kita temukan .
muara terbentuknya eskalasi kinerja yang baik Dengan memahami bentuk pola komunikasi
dalam suatu pemerintahan, merupakan salah

13

seperti ini yang kaitannya dengan kinerja


para elit pejabat, maka sangat natural ketika
banyak orang ataupun media-media yang
mencatat kondisi semacam ini8, sebagai sebuah lawakan atau guyonan yang dipertunjukan mereka secara gratis. Karena bagi
mereka berkomunikasi bukan lagi sebuah hubungan interaksi yang di dalamnya terjadi pertukaran informasi, atau yang sarat dengan ideide independen, namun cenderung sedikit
radikal: seberapa esensial pertukaran informasi itu, sehingga acara pertukaran informasi di
sini lebih diartikannya sebagai persepsi yang
mengarah pada perbedaan, sedang menurut
Bateson, persepsi itu sendiri merupakan bagian dari berinteraksi. Akhirnya karena akibat
perbedaan arah itu, kita dapat menyaksikan
betapa paripurnanya kedagelan yang mereka
tunjukan: bagaimana mungkin anggota DPR
yang posisinya sebagai badan publik mendukung seorang Komjen Pol Budi Gunawan
yang sudah ditetapkan tersangka dalam kasus
Tipikor oleh KPKsebagai Kapolri.
Demikianlah bagaimana ketidak-jujuran dan
tak terjalinnya sebuah pola komunikasi pada
perilaku pejabat elit pemerintah. Dimana
keberjarakan terlihat sangat menganga antar
elit pejabat; satu sisi sebuah komunikasi diartikannya (elit pejabat) sebagai kemestian
dalam berinteraksi demi terbinanya suatu
gerak kinerja yang sehat antar badan publik,
namun di lain sisi komunikasi lebih dilihatnya
dengan seberapa besar manfaat yang mereka terima. Sehingga sesuatu yang disadari sedari awal sebagai bentuk kemaslahatan bersama, diakhiri dengan keuntungan atas nama
kelompok atau sesama. Dalam kebingungan ini
rakyat lah yang menjadi korban.Transparansi Sebagai Kontrol Komunikasi
Publik
Ketika melihat paparan di muka, bagaimana
arah sebuah kehendaksejauh kehendak di sini
dipahami sebagai perilaku dan kebijakan para
elit pejabat maupun pelaku politikitu selalu
saling terikat dengan apa yang dikenal dengan
gerak relasi. Tentu banyak interaksi dan per-

14

tukaran ide-ide yang terjadi di dalamnya. Dari


terjadinya interaksi dan pertukaran ide
(persepsi) ini, menjadikan orientasi gerak perilaku elit pejabat sangat terlihat jelas dalam
mencemari pola berkomunikasi. Tentu saja,
tanpa dibuatnya tulisan ini, kondisi ini sudah
dapat dibaca, bahwa pola komunikasi yang
terbentuk tidak seperti apa yang semestinya.
Walaupun secara pemahaman awam, kondisi
dipermukaan itu terlihat seperti wajar-wajar
saja; banyaknya badan publik yang seolah-olah
membicarakan kondisi rakyat; mengikuti rapatrapat yang diselenggarakan pemerintah; membuat kegiatan-kegiatan karitatif dengan diliput
media, seperti gerakan amal ke daerah-daerah.
Namun tanpa disadari pola komunikasi ini sarat akan persepsi yang berbeda dan dua arah,
sehingga ujung-ujungnya masyarakat ditarik
paksa untuk keluar dari pola pikir kritis.
Tidak salah ketika dalam berkomunikasi itu
terdapat persepsi yang berbeda dan dua arah.
Sebab sudah menjadi sebuah kemestian dalam
diri manusia, bahwa tindakan atau sebuah
perilaku itu terbentuk dari pergumulan suatu
ide-ide, dan dalam keterbentukannya ide-ide
itu tidak ada yang seragam- dan ini seharusnya
sudah menjadi kesadaran sejak awal. Namun
ketika melihat arah persepsi dan bentuk pola
komunikasi yang terjadi dalam pemerintahan,
sebagaimana yang dicerminkan oleh sebagian
badan publik, ada rasa saling tutup-menutup
dan ketidak-jujuran yang terjalin di sana.
Gejala perbedaan arah semacam ini dapat terendus dari bagaimana kinerja badan publik
yang selalu tertutup dari masyarakat; bahwa
masyarakat tidak boleh mengetahui apa dan
bagaimana proses suatu badan publik dalam
mengagas suatu proyek dalam pemerintahan;
bahwa masyarakat tidak akan paham tentang
apa yang terjadi di dalam. Ketika hadirnya
keberjarakan di sini antara rakyat dan pejabatnya, maka langkah ataupun landasan awal
dalam mencermati pola komunikasi yang terjadi, agar dapat menghilangkan-setidaknya
mencegah-batas seperti apa yang terjadi, adalah dengan adanya keterbukaan baik rakyat
dengan pejabatnya begitu juga sebaliknya.

Keterbukaan dan transparansi di sini sangat


penting dan bersifat urgen dalam membentuk
suatu pola komunikasi yang baik pada suatu
kinerja. Keterbukaan seperti ini seharusnya
dimiliki oleh para elit pejabat dalam
pemerintahan. Karena selain elit pejabat adalah badan publik yang mewakili aspirasi rakyat,
mereka juga merupakan penggerak dalam
membangun kesadaran pribadi masyarakat
dalam bernegara. Bahwa rakyat juga memiliki
hak-hak yang sama ketika itu menyangkut kemaslahatan bersama, hak-hak yang terberi
selama ia menjadi warga negara Indonesia;
hak-hak dalam pembangunan, ekonomi, politik, dan beragama. Sehingga di sini masyarakat
tidak lagi menjadi patung dalam sebuah ruangan, yang hanya bisa diam dan seolah-olah
keberadaannya tidak lagi dianggap, tapi juga
adanya kontribusi dan rasa keantusiasan untuk
berpartisipasi yang terdorong di masingmasing individu masyarakat. Akhirnya keberjarakan yang terlihat pincang antara masyarakat dan elit pejabat tidak lagi begitu benggang
dan pola komunikasi yang terbentuk secara
horizontal bisa terbidani secara sehat dalam
membangun komunikasi publik yang transparan.

peranannya dalam suatu instansi pemerintah,


bahwa sebagai badan publik yang suara
rakyatnya terwakilkan di dalamnya, haruslah
mengoptimalkan sebuah kinerja baik itu dari
sisi administratif maupun secara teknis. Dan
ketika sudah masuk dalam proses pengoptimalan, langkah yang harus diperhatikan adalah
menghadirkan bentuk kerja yang transparansi
dan tidak saling menutupi. Karena dengan
adanya keterbukaan dan saling memahami
antara masyarakat dan elit pejabatnya, maka
akan terciptanya suatu interaksi yang lugas
dan intens, sehingga pola komunikasi yang
terbentuk pada akhirnya akan mewujud menjadi sebentuk komunikasi yang akan membawa
masyarakat kepada kemandirian individu dalam bernegara. Dan wacana yang disebut sebagai dagelanakan secara perlahan dapat
terkikis lalu hilang diganti dengan kesadaran
bertanggungjawab dan berkomitmen atas
amanah yang diembannya. Sehingga cita-cita
membawa negara maju bukan sekedar mimpi
di siang bolong!

Epilog

Pada akhirnya memang tidak mudah untuk


merubah sesuatu kepada yang semestinya,
karena bagi penulis kondisi ini bukanlah sesuatu realitas menjadi tapi sesuatu yang bersiklus. Dan perbincangan penulis dengan
seorang kawan, mengenai bagaimana pola
komunikasi yang saat ini mengguncang elit
pejabat itu ternyata tidak usai. Namun dari
beberapa pemaparan tadi, akan dapat dipahami bahwa beberapa kasus yang menimpa
beberapa elit pejabat dan instansi pemerintah
merupakan suatu kegegeran yang tidak hanya
sekali atau dua kali terjadi. Kegaduhan yang
terlampau sering terjadi ini akibat tidak
tercerminnya rasa tanggung jawab dari para
elit pejabat atas apa yang menjadi tanggung
jawab mereka sebagai badan publik. Maka di
sini para elit pejabat penting untuk memahami

15

Penangkapan yang dilangsungkan oleh personel Bareskrim Polri ini terjadi


saat Bambang Widjajanto akan mengantarkan anaknya berangkat sekolah.
Dalam kasus ini Bambang Widjajanto dituduh atas pemalsuannya terkait
keterangan dalam penanganan sengketa Pilkada Kotawaringin Barat, Kalimantan
Tengah
pada
tahun
2010
silam.
Lihat:
http://
news.detik.com/2015/01/23/polisi-tangkap-bw-bersama-anaknya
Kejanggalan itu terlihat ketika tudahan yang dilekatkan kepada Bambang
sudah terlampau lama dan terkesan mengada-ada, karena kejadian itu sejak
tahun 2010, dan ini merupakan modus antara cicak versus buaya yang kembali terulang. Lihat: http://news.detik.com/2015/01/23/wakil-ketua-kpkditangkap-ketua-pukat-ugm-ini-modus-terulang-cicak-vs-buaya?
3

http://nasional.kompas.com/2015/04/06/
Soal.Perpres.Tunjangan.Mobil.Pejabat.Seskab.akui.lalai
4

Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arkola,


Surabaya, 1994, hal. 356
5

Menjalankan tugas memang bukan sesuatu yang mudah, ketika di mainkan,


maka di situ ada sesuatu yang dikorbankan dan peng-gergaji-an. Lengkapnya
lihat: wawancara Khofifah Indar Parawansa dalam Majalah AKTUAL , edisi
9|21 Agst-4 Sept 2013, hal. 90-97
6

Menjadi sebuah problem di sini ketika komunikasi tidak hanya diartikan


sebagai kata-kata dalam wahana pemikiran, namun lebih kepada sebuah
tindakan. Lengakapnya lihat: Simon Blackburn, Kamus Filsafat, diterjemahkan
oleh Yudi Santoso, S.Fil., Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet I, 2013, hal. I65 dan
377
7
Kazuo Shimogaki, Kiri Islam; Antara Modernisme dan Postmodernisme, judul
asli: Between Modernity and Postmodernity, diterjemahkan oleh M. Imam Aziz
dan M. Jadud Maula, LKIS, Yogyakarta, cet. V, 2001, hal. 28-30
8

Salah satu contoh media yang memuat dan menjadikannya grand tema
adalah koran: Inilah Koran; Dari Bandung untuk Indonesia. Koran Inilah Koran
sudah menerbitkan dua kali dengan judul yang berbeda. Pertama: edisi 342,
tahun I, 24 Oktober 2012, dengan judul, Dagelan Demokrat. Kedua: edisi 126
tahun, tahun II, 21 Maret 2013, dengan judul, Ada Dagelan di Sidang MK.

Ada Ayam Jantan di KSW


Sitta Ala Arkham*

Selama satu tahun terakhir ini wajah kswmesir.org selalu menghiasi dinding facebook grupgrup berbagi maupun pusat informasi yang ada
di Masisir. Hampir setiap hari tak kurang dari
dua postingan hadir ketengah-tengah Masisir.
Mulai dari berita kriminalitas, kampus, Masisir,
opini serta karikatur.
Hal ini didasarkan karena kswmesir.org untuk
tahun ini diposisikan sebagai corong informasi
nomor satu dari KSW Mesir. Serta diharapkan
menjadi jalan komunikasi yang lebih luas ke
khalayak Masisir.
Cikal bakal berdirinya memang sudah ada sejak
sejak 2007 lalu. KSW di bawah kepemimpinan
Hartono Muntohar melihat akan pentingnya
komunikasi melalui dunia maya. Adalah
kswmesir.com website pertama yang dimiliki
oleh KSW Mesir. Dibangun oleh Nasrul Zaki
Fahmi sebagai webmaster dan Infokom
(bagian yang mengurusi website) waktu itu.
Namun keberadaan embrio ini tidak bertahan
lama, hanya tiga bulanan saja keberadaan
kswmesir.com bisa dirasakan. Hal ini tidak bisa
dipungkiri keberadaan sumber daya manusia
yang minim menjadi penyebab mandeknya
arus informasi dan komunikasi KSW melalui
website.

Pada masa kepemimpinan Abdullah Munif


2010/2011 dibantu Islahudin Almubarok
mengembangkan website kswmesir.com lebih
besar. Pada masa ini Islahudin membuat tim
reporter, kurang lebih lima orang tergabung
dalam tim reporter website, segala kelengkapan jurnalistik pun dibuat. Perjalanan web
KSW bisa dibilang sudah sesuai treknya. Namun revolusi Mesir 2011 menjadikan jalan
kesuksesan website KSW sedikit terhenti.
Selain itu web KSW pada akhir-akhir kepengurusan sering diretas oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Kswmesir.com menjadi tidak
karuan bentuknya atas tindakan hacker.

Fatchul Machasin sebagai ketua menggantikan


Munif turut mengambil peran penting dalam
mengembangkan website KSW. Dimulai
dengan mengganti alamat web menjadi
kswmesir.org, hal ini perlu dilakukan melihat
alamat sebelumnya kswmesir.com tidak dapat
diakses. Setiap DP dimintai satu reporter untuk
selalu menuliskan berita acara kegiatan KSW.
Hal baik di tahun sebelumnya tetap dilanjutkan
pada periode ini. Seperti pembentukan reporter, co-card reporter, serta hal lainnya. Pemberitaan mulai beragam dari acara KSW sendiri
maupun dari almamater juga dimintai kontribusi tulisan. Ayam jantan dari KSW memasuki
Jalan terjal kedua membangun "raja informasi" masa remaja dan siap untuk berkokok pada
kembali digalakkan. Melalui tangan dingin Sai- masa ini.
ful Amar ketua KSW 2008/2009 menghidupkan
Peran kswmesir.org dalam menginformasikan
kembali embrio yang mati. Namun,
kegiatan KSW masih tetap terjaga hingga akhir
keberadaan sumber daya manusia lagi-lagi
kepengurusan 2011/2012. Nakhoda KSW
menjadi pertaruhan keberlangsungan website.
dilanjutkan M. Yusuf Nur Hasan berpasangan
Melihat kembang-kempisnya website, diada- dengan M. Nanang Fahlevi, perjalanan ayam
kanlah pelatihan untuk mengatasi krisis SDM di jantan muda KSW mengalami perubahan.
mana dua tahun terakhir menjadi penyebab Ayam jantan yang sudah siap berkokok ini
mandeknya arus informasi. Pelatihan yang mengalami sedikit infeksi. Kepengurusan kudiadakan masih seputar bagaimana membuat rang harmonis berdampak ke kswmesir.org
berita dan website. Suyatno Ja'far Sodiq ketua sampai
akhirnya
terjadi
stagnanisasi.
KSW 2009/2010 pencetus ide tersebut. Tapi Keberadaan website KSW memang ada namun
masih tidak adanya folllow up setelah pelati- perannya seperti tiada.
han web ini.
Roda organisari berganti kepemimpinan dari

16

M. Yusuf Nur Hasan dilimpahkan ke M. Rosyad


Sudrajad, ketua KSW 2013/2014 ini mendaulat
Safieqni Hananta sebagai juru bantu untuk
mengobati infeksi kswmesir.org di tahun sebelumnya.

juk pada kswmesir.org. Saat ada tindak kriminal, kswmesir.org paling update dalam memberitakan, saat ada isu hangat kswmesir.org
paling berani dalam bersuara. Selain update
dan berani, web KSW juga memainkan peran
sebagai kontrol pemerintahan dan penyamDi pertengahan periode infeksi ini bisa sedikit
bung lidah masyarakat.
terobati, momen Jawa Cup X menjadi titik balik
kesembuhan
web
KSW.
Adalah
ja- Beberapa judul pemberitaan yang hangat diwacup10.kswmesir.org. Web ini diakui atau perbincangkan di Masisir;
tidak merupakan titik balik kesembuhan web
1. Masisir Serempak Serang Atdik KBRI Kairo
KSW.
2. PPMI Pelit Soal Visa Kolektif
Mengambil momen RPA (Rapat Permusyawaratan Anggota) dijadikan jalan menuju ke- 3. Lima Kesalahan Wihdah Tahun Ini
bangkitan dibantu Sitta Ala Arkham (ketua
4. Semar Dipenjara : Aku Minta Tolong Siapa
RPA waktu itu). Membuat tulisan-tulisan seputar pencalonan ketua KSW periode 2014/2015, 5. 5 Buah dan Sayur Elit di Indonesia Murah
poling, opini warga serta berbagai hal dil- Tapi di Mesir
akukan untuk menyembuhkan infeksi dan me6. Antropologi Budaya, Nyi Roro Kidul, dan
nyemarakkan pencalonan ketua KSW. Terbukti
Masisir (1)
dengan adanya pemberitaan melalui web ini
acara RPA menjadi lebih semarak dan ramai. 7. Kemacetan Baru di Hayy Tsamin dan Hayy
Era ayam jantan berkokok hadir diakhir-akhir Asyir
kepemimpinan.
8. Mahasiswa Indonesia Dibekap, Dipukuli, dan
Dirampok
Ayam jantan berkokok lebih kencang
Setiap harinya dua tulisan dicoba disajikan ke
khalayak umum, dengan target viewer 100.000
sampai agustus 2015 nanti. Para kru berusaha
menjadikan ayam jantan ini bisa berkokok
lebih kencang. Akhir-akhir ini program
LAUNDRY 1 Le, Mau? dilakukan sebagai
Mengusung Go Masisir sebagai jargon
usaha mengenalkan ayam jantan dari KSW
pengembangan website, berbagai langkah
Mesir, corong informasinya KSW ke khalayak
strategis dilakukan. Dimulai dengan melengkaumum.
pi keperluan jurnalistik, bahkan berkembang
Selain memberikan laundry seharga 1 le ke
ke perihal marketing.
khalayak umum, program ini bertujuan untuk
Sampai saat ini kru website sendiri tak kurang
mengenalkan kata-kata LAUNDRY sebagai
dari 20-an orang bergabung, mulai dari reportmotto kswmesir.org, LAUNDRY yang berarti;
er, kartunis, pewawancara, marketing, kontributor dan manajemen sendiri. Konten yang L : Lengkap, A : Akurat, U : Update, N : Netral,
disajikan kepada khalayak Masisir pun sangat D : Danger, R : Ramah,Y : Your Best and Closest
beragam; seputar Masisir, lipsus, karikatur, Friend
opini, seputar KSW, buletin online, tips-tips
Jadi, LAUNDRY 1 Le, Mau?
bermanfaat dan berbagai hal.
Di bawah Ulin-Pandi periode 2014/2015 ini,
perubahan dan inovasi dengan cepat dilakukan. Menunjuk Lukman Hakim dan Zuhal
Qobili sebagai pengelola web adalah pilihan
tepat dalam memberikan tanggungjawab.

Di era ini industri media KSW sangat berkem- *Sekretaris DP-KSW Periode 2014-2015
bang, jika Masisir ditanya mengenai berita
yang beredar, maka salah satunya akan meru-

17

Harun Syaifullah;
Saya tidak melihat itu [komunikasi] sebagai dagelan ya,
artinya bahasa saya beda.

Beberapa waktu belakangan ini, fenomena


dunia Internasional, nasional bahkan sampai
Masisir mengangetkan banyak pihak. Konflik
ISIS, perkelahian KPK-Polri, sampai relasi
Maisir dengan KBRI Kairo-Mesir, hal ini sebagai
Misal. Hemat kami, pada keadaan semacam itu
sedang terjadi kebuntuan komunikasi. Bahkan
bisa kita bilang, sedang eksis parade
komunikasi dagelan di permukaan.
Guna menajamkan sembari kita mengerti lebih
lanjut formula komunikasi yang baik, semerta
kita ingin menghadirkan komunikasi sebagai
piranti solusi bukan menyulut kontroversi.
Maka, kami, Buletin PRESTSI *Izza Nafsiyah,
Wais Al Qorni, Muna Niamy, Indira, Ronny G.
Brahmanto, dan ditemani oleh ketua KSW,
Ahmad Ulinuha+ melakukan wawancara
langsung dengan Bapak Harun Syaifullah.
Beliau adalah sekretaris III Fungsi Penerangan,
Sosial dan Budaya di KBRI Kairo-Mesir.
Wawancara ini fokus dan mengulas komunikasi
jangan sampai menjadi komunikasi dagelan.
[PRESTSI] Menurut Bapak seperti apa
komunikasi massa yang baik itu?
[Bapak Harun] Menurut saya, komunikasi atau
pekerjaan yang paling bagus adalah yang bisa
menyampaikan pesan sesuai yang diinginkan.
Artinya dalam konteks pemerintah, komunikasi
yang baik adalah yang bisa menyampaikan
pesan-kebijakan pemerintah yang bisa
dipahami, dimengerti dan bisa membuat
sinergi yang baik antara pemerintah dan
masyarakat.
[PRESTSI] Banyak yang nampak ke permukaan menjadi hal-hal yang lucu untuk
kalangan awam. Seperti yang disebutkan
misalkan kebijakan pemerintahan Jokowi
terkini dengan lebih mempertimbangkan
penguatan makro dan mikro ekonomi dari
pada mempertimbangkan aspek sosial dan
politik. Lebih-lebih kebijakannya kurang
dikomunikasikan dengan baik. Menurut

18

bapak hal ini fenomena apa?


[Bapak Harun] Masalahnya kalau negara
demokrasi seperti Indonesia memang tidak ada
lagi driving public opinion. Atau bagaimana
cara untuk mengontrol serta memegang isu
untuk memobilisasi isu terhadap masyarakat
itu tidak bisa dikuasai oleh satu institusi dalam
satu aspek saja. Tetapi media itu punya peran
yang penting *dalam hal ini+, itulah bedanya
negara yang sudah demokrasi dengan yang
belum.
Teman-teman mengikuti apa yang terjadi di
dunia, dan sudah biasa terjadi perbedaan
antara satu surat kabar dengan yang lainnya.
Sekarang tinggal bagaimana perbedaan itu bisa
meng-edukasi masyarakat. Masyarakat bisa
disajikan berbagai macam bacaan, dengan
banyaknya bacaan mereka akan berpikir sumber mana yang paling tepat. Nah, itu tujuan
bagaimana kebebasan media bisa mengedukasi masyarakat, bukan sebaliknya bikin
tambah bingung. Kalau kita punya lima bacaan
terhadap satu fakta itu menolong kita
terutama
dalam
menarik
kesimpulan,
dibanding kita hanya punya satu atau dua
bacaan untuk satu fakta.
[PRESTSI] Kalau yang hadir dan terpahami
oleh khalayak malah menjadi terbalik:
banyaknya perspektif akhirnya malah bukan
mencerdaskan, tetapi membuat orang
semakin bingung dan bertanya-tanya;
bagaimana
menemukan
kunci
utama
informasi itu. Hal ini yang kurang tepat
medianya
atau
proses
pemahaman
masyarakat yang belum sampai?
[Bapak Harun] Kalau saya, *suatu+ media itukan bisa kita bilang tidak bisa bebas dari
kepentingan. Artinya, jika kita mengatakan
media sebagai entitas korporasi dia nggak
bebas kepentingan, ya ada kepentingan
korporasi. Ya ada kepentingan afiliasi.
Sehingga, jika kita membaca koran A misalnya

kita tahu bahwa koran A ini miliknya si A,


afiliasinya ke-ini *menunjuk salah satu
kepentingan+. Interesnya ke-ini. Ya sudah
isunya pasti dia akan pro terhadap isu-isu
tertentu dan kontra terhadap isu-isu tertentu.
Teman-teman membaca Kompas, kemudian
setelah itu, baca Viva News. Kemudian setelah
itu, baca Media Indonesia kemudian baca
Detik, akan bisa menyimpulkan proses
overlapping menyampaikan gagasan itu. Speed
-nya itu berbeda-beda, dan kelihatan
penekannnya terhadap satu isu itu beda-beda.
Justru itu yang bisa membuat masyarakat
pinter. Kalau yang bingung itu yang nggak mau
baca, cuma mendengarkan orang di warung
kopi tapi dia nggak pernah baca; nggak pernah
mengikuti prosesnya. Dan itu nggak cuma di
Indonesia, bahkan di dunia international
sekalipun.
[PRESTSI] Bagaimana relasi Media dengan
Pemerintah
menurut
Bapak
selaku
Pensosbud?
[Bapak Harun] Pemerintah-kan tugasnya
melaksanakan kebijakan-pemerintah dengan
cara sederhana, mudah, dan akhirnya
ditangkap oleh masyarakat dengan gampang.
Jadi orang tahu misalkan subsidi BBM sekarang
dicabut, tetapi orang tahu nggak sih latar
belakang kenapa dicabut? Berapa besar sih
sebenarnya subsidi itu dengan APBN? Nah, itu
kan harus dilihat. Tugasnya berat memang:
meyakinkan sesuatu terhadap masyarakat. Dan
itu
tantangannya.
Artinya,
bagaimana
pemerintah meyakinkan kebijakan yang sulit
bahwa ini lho pilihan rasional yang saya ambil.
[PRESTSI]
Komunikasi
secara
global,
terutama dunia politik, kok yang nampak
sampai kita mirip-mirip dagelan. Ya, bahkan,
bisa kita sebut mereka sedang memparodikan
komunikasi dagelan. Bagaimana kita harus
menyikapi fenomena ini?
[Bapak Harun] Saya tidak melihat itu sebagai
dagelan ya, artinya bahasa saya beda. Saya
nggak terburu-buru men-judge itu sebagai
sebuah dagelan. Karena hampir semua negara
yang memiliki kultur demokrasi sama.
Saya pernah tinggal di Australia dan mengikuti
perdebatan di parlemen mengenai satu isu di

19

Australia. Kadang-kadang *terjadi+ hal-hal yang


bodoh gitu. Contoh, masalah Indonesia. Ada
orang Australia yang nggak memahami
Indonesia secara utuh, sehingga pandangan
mengenai Indonesia menjadi negatif. Tapi ada
juga sebaliknya. Waktu itu lagi rame-rame-nya
hubungan Indonesia-Australia. Tensi politiknya
lagi hot. Artinya, negara maju sekelas Australiapun sama. Medianya bisa bermacam-macam,
ada yang pro ada yang kontra. Masing-masing
punya perspektif. Masing-masing punya ahli;
masing-masing punya argumen; dan itu biasa.
Mereka debat, gitu. Jadi, kita nggak boleh seketika men-judge Ah, ini dagelan. Nggak. Ya
ini proses. Lama-kelamaan kita akan anggap ini
normal.
[PRESTSI]
Kalau menurut perspektif
pemerintahan di sini tentang fenomena Timur
-Tengah kira-kira menurut Bapak bagaimana?
Baik secara politik, agama, maupun stabilitas
nasional.
[Bapak Harun] Ini pendapat pribadi, ya. Ini
disclaimer dulu. Terlepas dari jabatan saya di
KBRI. Saya mengikuti isu ini sudah sejak lama.
Kompleks, ya. Salah satunya Timur Tengah
memiliki wilayah aspek geo-strategis yang
sangat penting. Di sini tempat sumber minyak,
ada juga tempat transit. Timur-tengah, dulu
pernah jadi tempat lahirnya sebuah peradaban
yang besar. Artinya, orang-orangnya punya
modalitas. Tapi juga rentan. Karena isunya
macam-macam ya. Kalau di Yaman ada isu
sunni-syiah yang sedang dipakai. Di Irak juga
ada isu sunni-syiah, ISIS yang dianggap Sunni
dan pemerintah Irak yang dianggap syiah.
Terus di negara-negara seperti Mesir dan
Tunisia, perdebatannya antar kelompok islamis
dan nasionalis. Jadi memang sangat kompleks.
Tapi sejauh ini, kita lihat, Mesir masih cukup
baik. Artinya secara tradisional, Mesir
mempunyai kemampuan menjaga stabilitas
yang jauh lebih baik dibandingkan negaranegara seperti Libya atau Yaman.
[PRESTSI] Ada yang bilang, perang terjadi
karena ada kebuntuan komunikasi. Menurut
Bapak, apakah fenomena yang lucu-lucu di
Timur-tengah ini adalah bagian dari...
Selengkapnya hal.27

Kongsi Komunikasi Politik; Perspektif Sineas


Judul Film

: Argo

Sutradara

: Ben Affleck

Pemain

: Ben Affleck, Bryan Cranston, Alan Arkin,


John Goodman, dll

Tahun Rilis

: 2012

Durasi

: 120 menit

Berangkat
dari
kisah
nyata
tentang
penyanderaan warga AS saat revolusi Iran,
Argo berhasil menyajikan potret kompleks
hubungan Iran-AS. Film yang dihasilkan dengan
sinematografi
yang
apik
ini
dapat
mengkomunikasikan kejadian yang terjadi di
Iran pasca digulingkannya Shah Reza Pahlevi
dari kedudukannya. Menceritakan tentang
kemarahan kelompok revolusi Iran terhadap
Amerika Serikat yang memberi suaka
perlindungan kepada Shah
Kisah ini dimulai dari demonstrasi besarbesaran pada tanggal 4 november 1979 yang
berhasil mengambil alih kedutaan besar AS di
Teheran. Mereka menuntut pemerintahan AS
memulangkan Shah Reza untuk diadili dan
dibunuh.
Demonstran revolusi menuding kedutaan AS
telah menjalankan aktivitas mata-mata. Oleh
karena itu, dalam aksi pengambil-alihan
kedutaan besar AS, mereka menyandera
kurang lebih lima puluh diplomat AS. Namun,
bersamaan dengan hal itu enam staf berhasil
keluar dari kedutaan besar AS dan
bersembunyi di kediaman Ken Taylor, seorang
duta besar Kanada di Iran.
Tony Mendez, seorang agen CIA yang terlibat
dalam usaha penyelamatan sandra harus
memutar otak untuk bisa menyelamatkan
mereka dari Iran hidup-hidup. Tony Mendez
merencanakan ide unik namun beresiko tinggi
yaitu menyamar sebagai kru film Hollywood
asal Kanada untuk menyelundupkan keenam
staf tersebut. Dan misi menuju Iran adalah
untuk mengambil setting eksotis pembuatan

20

film fiksi ilmiahnya berjudul Argo.


Tony Mendez dan atasannya Jeck ODonnel
bekerjasama dengan John Chambers seorang
penata rias Hollywood dan produser film Lester
Siegel untuk mendirikan sebuah studio film
palsu, dan mempublikasikan film Argo sebagai
film fiksi ilmiah. Dengan cara ini film Argo
berhasil
mendapat
persetujuan
dari
kementrian kebudayaan Iran.
Seperti pada awal ketika Tony Mendez
menawarkan gagasan pembuatan film palsu ini
kepada para pejabat CIA. Saat bertemu dengan
keenam staf kedutaan besar AS tersebut Tony
Mendez tidak begitu saja dipercaya. Mereka
ragu dengan stateginya. Namun, Tony Mendez
berhasil meyakinkan keenam staf tersebut.
merekapun dilatih untuk menyamar menjadi
bagian dari tim produksi film. Upaya bisa
melewati penjagaan ketat di bandara, mereka
mengubah gaya berdandan dan menghafal
semua informasi palsu yang diberikan. Termasuk nama palsu, pekerjaan, semua yang terkait
dengan identitas paspor mereka dan seluk
beluk skenario film Argo. Meskipun dalam
perlindungan duta besar Kanada, mereka tidak
bisa membuang-buang waktu seiring makin
memanasnya kondisi revolusi Iran.
Namun, pada hari sebelum keberangkatan,
Tony mendapat kabar yang mengejutkan.
Penugasan misinya dibatalkan oleh pemerintah
AS. Mereka takut jika keenam staf tersebut
tertangkap dengan agen CIA dengan kedok
pembuatan film maka Amerika akan tercoreng.
Tetapi
pada
menit
terakhir
jadwal
pemberangkatan, Tony Mendez memberitahu

atasannya Jeck ODonnel untuk tetap


melanjutkan misinya. Hal ini memaksa Jeck
ODonnel mendapatkan izin untuk misi
tersebut dan memperoleh tiket penerbangan.

Saat mereka sudah berada di pesawat, pihak


Iran menyadari bahwa mereka adalah staf
kedutaan yang berhasil lolos, tentara
revolusipun mengejar dan menembaki
pesawat mereka. Tetapi pesawat berhasil
Tiba di bandara, mereka melewati beberapa
meninggalkan bandara dengan selamat.
pos pemeriksaan calon penumpang pesawat
disertai ketegangan. Pada pos terakhir, timbul Krisis penyanderaan Iran berakhir pada 20
kecurigaan dari seorang tentara Iran. Hingga Januari 1981. Semua sandera menghabiskan
Tony Mendez dan enam stafnya harus 444 hari dari dalam tahanan. Argo
menunggu di sebuah ruangan untuk mengungkapkan bagaimana komunikasi politik
diintrogasi. Keenam staf tersebut terus dan model kerjasama internasional antar
mencoba meyakinkan pihak Iran bahwa tujuan pemerintah yang kuat. Keterlibatan CIA juga
kedatangan
mereka
adalah
untuk membantu
kedutaan
Kanada
untuk
memproduksi sebuah film. Tony mendez juga mengeluarkan 6 warga AS yang terjebak di
mencoba meyakinkan dengan memberikan Iran.
nomor studio film palsu pada pihak Iran. Saat
Film ini benar-benar layak ditonton, terbukti
pihak Iran menghubungi nomor yang
dengan tiga penghargaan piala Oscar yang
diberikan oleh Tony, John Chambers dan
telah diraih yaitu sebagai film skenario
Siegel mengonfirmasi kebenaran pembuatan
adaptasi terbaik, film terbaik dan penyunting
film tersebut. Akhirnya tentara tersebut
terbaik. Argo juga masuk dalam nominasi
membiarkan mereka pergi.
ajang Academy Awards ke-86.

21

Sepak Bola Kehidupan


Indira Rizqi Ardiani

Hidup dan kehidupan adalah hal yang


sepantasnya kita maknai dengan penuh
hikmah. Karena waktu yang menjadi umur kita
hanya bermakna dengan kualitas karya dan
amal yang kita hasilkan. Selain itu Tuhan tidak
akan menganugrahkan kehidupan untuk
sesuatu yang tidak berarti.

bertanding dengan sesungguhnya


mencapai kebahagian.

demi

Dalam permainan sepak bola yang berjumlah


11 pemain per tim ini dimulai dengan
ditandainya bunyi peluit. Dan saat itulah
pertandingan dimulai. Hal ini bisa diibaratkan
dengan awal kehidupan kita, dimana kita akan

Setiap pemain sepak bola tentunya berharap


menjadi pemain terbaik, yanag mana menjadi
pemain terbaik bukan hanya dengan proses
yang instan, akan ada perjuangan dan
pengorbanan. Dalam hidup, untuk menjadi

Pertandingan ini diadakan di rumput bundar.


Dimana dalam kehidupan adalah dunia untuk
kita melakukan aktfitas. Karena Allah
menurunkan titah-Nya untuk berpacu dan
berlomba dalam medan kehidupan, mengayuh
Untuk mencapai tujuan hidup seseorang akan derap langkah untuk pijakan kaki melewati hari
mengartikannya dalam konteks yang berbeda. -hari.
Karena setiap orang adalah makhluk
Saat memainkan olahraga yang berada di
individualism yang membedakan satu dengan
induk organisasi FIFA ini, tentu para pemain
yang lain. Tidak terkecuali akan berbeda dalam
disiapkan dengan trik-trik cerdas dalam
memegang pinsip untuk menyambung hidup
formulasi strategi mengatasi lawan untuk
dan terus berdiri di atas kerasnya kehidupan.
mempersembahkan kemenangan. Di dalamnya
Orang Yunani yang pada saat itu memiliki mereka
akan
melewati
pilihan-pilihan
kebebasan dalam berkarya mencetak orang- dilematis yang memaksa untuk tegas
orang hebat seperti Aristoteles, Socrates dan mengambil satu pilihan dan merelakan pilihan
Plato, yang memberikan pengaruh besar yang lain, dalam hidup pun sama. Kita akan
dalam memperkenalkan filsafat dalam ilmu dihadapkan dengan banyak pilihan. Bahagia
pengetahuan.
atau sedih, cinta atau benci, sehat atau sakit,
rajin atau malas, sukses atau gagal, mencoba
Sebagian orang akan menjadikan filosofi hidup
atau mengabaikan. Maka paksakan diri kita
sebagai juru kunci kehidupan. Karena setiap
untuk
memilih
satu
tujuan
dengan
orang akan mencari tujuan hidup agar bisa
menentukan sudut pandang sepositif mungkin.
menjalani hidup dengan benar. Tidak salah
Dan tentunya kita harus memiliki prinsipmengkaitkan prinsip dengan banyak cabang
prinsip hidup yang kita pegang teguh untuk
yang bisa dikaitkan dengan kehidupan.
bisa melewati batu pijakan yang terjal. Agar
Berangkat dari menjadi suporter yang
tetap bertahan dalam kerasnya hidup. Apapun
menamakan diri Semar Mendem dalam liga
yang terjadi.
Jawa
Cup
kemarin,
tidak
hanya
mengantarkanku untuk duduk manis dan Untuk mencapai kemenangan tentunya tim
bersorak menyuntikan semangat untuk para tersebut membutuhkan seorang pelatih. yang
pemain
kesayangan
dan
kebanggan; mana salah satu key performance indicator
Walisongo FC tentunya. Tapi lebih banyak seorang pelatih adalah mengantarkan timnya
membungkamku untuk mencari satu per satu untuk mencapai kemenangan, ini sama dengan
filosofi yang bisa diambil dari permainan yang orang tua dan guru-guru kita dalam
memiliki nama lain the beautiful game yang kehidupan. Mereka dengan kekuatan dan
dimulai pada waktu Dinasti Han sejak abad ke- kepedulian penuh mengantar kita menjadi
2 dan ke-3 sebelum masehi di Cina ini.
seorang yang berhasil mencapai kesuksesan.

22

yang terbaik adalah berikhtiar semampu kita


yang senantiasa tanpa lelah mengawal kita
untuk bisa menghasilkan yang terbaik. Karena
orang yang bahagia tidak selalu memiliki halhal terbaik. Mereka hanya menjadi yang
terbaik dari setiap hal yang hadir dalam
hidupnya dari usaha-usaha terbaik pula.

dan dijadikan khalifah di bumi ini tidak dengan


kesempurnaan, yang ada adalah berusaha
mendekati kesempurnaan.

Gol yang dicetak menjadi skor pertandingan.


Dan itulah misi utama dalam permainan. Misi
yang ada dalam list target adalah tujuan hidup
kita. Apapun yang bisa kita lakukan, maka
Dalam permainan yang secara umum hanya lakukanlah dengan segenap kemampuan yang
penjaga gawang saja yang berhak menyentuh Tuhan berikan pada kita.
bola dengan tangan ini memiliki peraturanSeperti yang telah di sebutkan, manusia tidak
peraturan permainan itu sendiri, dan diawasi
diciptakan dengan sempurna. Mengeluh
oleh seorang wasit yang dalam kehidupan
adalah bagian kecil dari manusia yang akan
adalah seorang hakim, karena pada dasarnya
merayu gagahnya perjuangan. Bagai sebatang
kehidupan manusia di dalam pergaulan
lilin yang menghisap gelombang besar. Dalam
masyarakat diliputi oleh norma-norma. Untuk
permainan ini pun sama, ketika kta mengeluh
memberikan petunjuk pada manusia untuk
hanya akan ada lelah yang tercipta juga jauh
tidak melakukan tindakan yang kiranya
dari kemenangan tentunya.
membahayakan bagi orang lain atau sebaliknya
sebagai petunjuk untuk melakukan sesuatu Terakhir dan yang terpenting dalam permainan
ini adalah waktu. Lama permainan dalam sepak
yang bisa membahagiakan orang lain.
bola ini adalah 90 menit. Menyia-nyiakan
Teman satu tim kita adalah kawan untuk
waktu dalam permainan ini akan menjadi hal
berjuang menyelesaikan misi kemenangan,
yang tidak diinginkan. Begitu juga dalam
karena
bisa
dikatakan,
sedikit-banyak
kehidupan, hidup kita hanya sekali. Jika kita
kehidupan kita bergantung pada partner hidup
menyia-nyiakan waktu yang Tuhan berikan
kita. Di setiap pertandingan akan ada
maka akan banyak sesuatu yang fatal. Karena
pelanggaran, sama halnya dengan manusia.
waktu adalah hidup. Maka hidup adalah sejauh
Karena tidak ada gading yang tak retak.
mana kita menghargai waktu.
Kesalahan adalah suatu kewajaran, kita ada

23

Untuknya, Satu Hati


Mahfudz Putra At-Taufiqi

Rahma, kamu ngapain malam-malam masih sibuk di kamar


mandi? sergap Bella yang menemukan sosok Rahma masih
sibuk dengan ember, mukanya pucat, ia terlihat letih.
Nggak papa Bel, hanya nyuci sedikit aja! jawabnya lirih.
Mukamu pucat banget, pasti kamu kecapean seharian belum
istirahat. Tidur dulu, gih! Besok kamu harus sekolah. Bella
menyarankan agar Rahma istirahat sebentar. Namun Rahma
menolak.
Nggak Bel, makasih. Sebentar lagi pasti selesai.
Rahma, ini sudah larut malam. Sebentar lagi pukul 02.00,
bada Subuh kamu juga harus bantuin ndalem.
Nggak papa Bella. Aku baik-baik aja.
Bella yang merasa kesal kemudian memutuskan untuk
membantu menyelesaikan tugas Rahma. Karena Bella tak rela
melihat sahabatnya malam hari harus disibukkan dengan
pekerjaan.
Aku bantu jemur baju, ya? tawar Bella meski sudah terlihat
kelelahan. Jarum jam sudah menunjuk angka 03.30 mungkin
sebentar lagi qiraah Subuh akan bergema.
Ndak usah Bel, kamu istirahat aja. Kamu sudah capek.
Kalau besok kamu ngantuk, siapa yang ngajarin aku? Rahma menolak tawaran itu. Ia tahu sahabatnya sudah terlalu
lelah. Akhirnya Bella bersedia duduk di teras dan hanya
sekedar menemani Rahma menjemur pakaian. Matanya sayu,
kantuk, terus membuat Bella hampir terjatuh.
Bel, seseorang mendatangi tempat duduk Bella dan membuyarkan kantuknya.
Gus Azam. Mata Bella terbelalak kaget mendapati sosok
yang ada di hadapannya. Gus Azam, orang yang selama ini
telah mengisi hari-hari Bella dengan penuh warna. Dia putra
bungsu kyai Jafarpesantren Ar-Rahmahpesantren di
mana Bella menimba ilmu.
Kamu ngapain duduk sendirian di teras malam-malam
begini? selidik Azam.
Nemenin orang jemur pakaian. Kasihan kalau sendiri.
jawabnya. Bella lalu menceritakan semua tentang kehidupan
Rahma yang penuh dengan perjuangan karena harus membiayai pendidikannya sendiri. Karena kondisi keuangan
keluarganya di desa tidak memungkinkan Rahma untuk
mendapat pendidikan formal lebih tinggi dari sekolah dasar.
Kasihan dia. Balas Azam dengan lesu. Seketika air mata
Bella meleleh. Tangannya berusaha menyeka.
Semoga dia diberi kesuksesan dan kesabaran dari yang
Maha Kuasa. Bella menghadap ke langit sembari memanjatkan doa teruntuk sahabatnya, Rahma.
Selama satu bulan Bella berusaha menemani Rahma belajar
tidak pernah sia-sia hingga akhirnya kini ia menindapatkan
beasiswa. Tak apalah jika ia harus kehilangan beasiswa madrasah selama itu terbaik buat Rahma. Rahma pantas
mendapatkan beasiswa ini atas segala usaha yang telah dik-

24

erahkannya. Mungkin ini kali pertama seorang Bella tidak


menjadi pusat perhatian siswa Ar-Rahmah. Tapi ini terbaik
untuk sahabatnya. Ia tidak membutuhkan apa-apa lagi selain
itu, terlebih sekedar ketenaran.
***
Satu bulan berlalu
Rahma, kamu gak bisa seenaknya gitu! Kamu boleh merebut
beasiswaku, tapi bukan berarti kamu bisa mengambil perhatian Azam dariku! Tiba-tiba, seseorang datang mengejutkan Rahma yang masih terlihat serius membereskan dapur.
Bella yang datang, Bella juga yang membentak-bentak seperti
kesurupan setan. Baru kali ini Bella memuntahkan amarahnya pada seseorang yang tak lain adalah Rahma, sahabatnya sendiri. Padahal Bella adalah seorang yang dianugerahi kecantikan fisik dan keanggunan dalam setiap tutur
katanya. Namun entah mengapa siang itu, sepulang sekolah
amarahnya sudah tak terkendali lagi. Tersirat dari raut
wajahnya sebuah kegelisahan, mungkin setelah tadi pagi
melihat Gus Azam dan Rahma berduaan di belakang madrasah. Rahma terlihat gugup dengan tanda tanya yang terus
menyergap.
Ada apa, Bella? Maksud kamu apa? jawabnya masih terlihat bingung.
Gak usah pura-pura bloon! Sekali dalam seumur hidupku,
aku marah dengan orang atas keegoisannya. Maksud kamu
apa, Rahma? Dulu kau sudah merebut beasiswaku, sekarang
kau mau mengambil Azam juga dariku. Jahat!
Bella, tenangin diri kamu dulu. Kita bicarakan baik-baik.
Gak perlu baik-baik. Ini sudah lebih dari baik. Sebelumnya
aku gak percaya dengan gosip murahan tentang kedekatanmu dengan Azam, ternyata apa yang selama ini kudengar
benar. Baru saja aku melihat kalian bertemu di belakang
sekolah. Gak tahu diri! Bella membentak lagi. Mukanya
memerah. Emosinya sudah tak terkontrol lagi hingga
tubuhnya jatuh terkulai tak sadarkan diri. Gangguan
pernafasannya kambuh setelah berada di puncak amarah
siang itu. Rahma tambah kebingungan.
***
Bella masih terbaring lemah di rumah sakit, kondisinya
masih belum stabil. Sore itu, hanya Rahma yang masih setia
menunggu. Menunggu di samping tubuh Bella sampai
keadaan Bella benar-benar membaik. Air matanya masih
terus membasahi pipi. Merasa bersalah karena Bella pingsan
setelah memarahi dirinya. Hingga larut malam, Rahma masih
setia di dekat Bella.
Pukul 22.30 Rahma tertidur lelap di samping tempat pembargan Bella. Ia tampak lelah. Kala itu, mata Bella sudah mulai
berkedip dengan sempurna, meski masih terasa berat. Keinginan kuat Bella untuk segera melihat kembali anugerah dunia
membuat gairah semangatnya bertambah. Dilihatnya sebuah

buku tebal tepat di sebelah Rahma yang sudah terjaga, ingin


rasanya untuk meraih. Segeralah ia majukan satu tangannya
untuk memungut buku tersebut.
Rahmawati, tertera nama itu di halaman pertama. Buku
tersebut milik Rahma. Bella jadi penasaran dengan isi buku
yang ada di genggaman tangannya. Dibukanya lembar demi
lembar hinga Bella temukan sebuah lukisan indah di salah
satu lembar terakhir. Bella kenal betul dengan raut wajah
yang dilukiskan. Lukisan itu terlihat nyata seperti yang
sesungguhnya. Bachtiar Multazam dituliskan sebuah nama
di bawah lukisan wajah eloknya.
Jadi benar, kalau selama ini Rahma menaruh hati pada
Azam? gumam Bella penuh tanda tanya. Tanpa ia sadari,
setetes air terjatuh dari kedua mata cantiknya. Dibaliknya
lembar berikut, catatan Rahma terakhir yang baru saja ditulisnya tadi pagi. Curahan hati Rahma setelah bertemu
dengan Azam. Rahma benar-benar cinta pada Azam. Namun
Rahma selalu meyakinkan dirinya bahwa cinta Azam hanya
untuk Bella.
Kembali Bella menutup buku itu, segera mengembalikan ke
tempat semula. Tangannya mengelus-elus kepala Rahma.
Lagi-lagi air matanya meleleh.
***
Tiga hari yang lalu, Bella ngotot meminta Gus Azam untuk
memutuskan hubungan mereka. Hanya ada satu alasan yang
diandalkannya; tidak ada lagi kecocokan antara kedua hati
mereka. Azam merasa alasan itu kurang rasio karena mereka
tidak pernah bertengkar sebelumnya. Dan juga, Bella selalu
memperlihatkan hal itu secara sengaja pada Rahma bahwa ia
sudah tidak bersama Azam.
Kamu berubah Bella. Kamu udah gak kayak Bella yang ku
kenal dulu. Kamu jadi aneh. Apa ada yang salah dengan
tingkahku? Aku minta maaf jika itu benar adanya. Aku
manusia biasa. Rahma merengek di hadapan Bella.
Rahma, harus berapa kali juga aku jelasin ke kamu. Aku
masih tetap sama sebagai Bella yang kau kenal. Apanya yang
beda? Aku dan Azam putus itu sama sekali tak ada hubungannya dengan urusan kita. Sudahlah mungkin di antara
kita tak lagi ada kecocokan. Mata Bella berkaca-kaca. Sayu.
Segera ia usap air mata yang hampir berjatuhan.
***
Zam, aku pingin ngasih sesuatu ke kamu! Suara Bella
dengan lantang mengajak Azam ke suatu tempat.
Kau mau bawa aku ke mana? selidik Azam, penasaran.
Suatu tempat yang kau pasti tak akan pernah bisa melupakannya. jawab Bella meyakinkannya.
Iya, tapi ke mana? Jangan bilang kalau kau mau mempertemukanku dengan Rahma lalu menyuruhku melakukan hal
sesuka hatimu! Azam berpesan pada Bella.
Jangan ke-PD-an deh!
Setelah sampai di sebuah sungai, Bella menghentikan
langkahnya. Bella mengambil sebuah kotak yang sengaja
telah ditempatkannya di antara bebatuan sungai yang
tenang. Dibukanya perlahan kemudian ditunjukkan ke arah
Azam. Bella mengambil sebuah rajutan yang ada di dalamnya.
Apa ini? Azam bertanya keheranan.
Ini rajutan Gus Azam, bagus, kan? Buatan Rahma, lho...
murni, tanpa campuran tangan yang lain.
Biasa. Aku jauh lebih suka jika yang kau tunjukkan itu
buatanmu! Dengan santai Azam membuang muka dari
rajutan yang dihadapkan ke arahnya. Padahal, Rahma ada di
sekitar tempat mereka. Rahma mendengar semua perbincangan mereka. Dan dengan tegar, ia berusaha menata
hatinya. Ia sadar bahwa hanya Bella yang ada di lubuk hati
Azam.
Itu Rahma yang membuat. Hargain dikit, apa salahnya?

25

Setidaknya untuk membuat orang senang.


Bella, tapi aku gak suka. Mau diapa-apain juga gak bakal
suka.
Azam, tatap mataku! Rahma sangat mencintaimu. Kenapa
tak pernah sedikit pun kau mau merespon perasaannya?
Cinta datang dari hati, bukan dipaksakan Bella.
Dia tulus Zam. Dia jauh lebih pantas bersamamu. Dia baik,
cantik dan rajin. Seperti apalagi yang kau inginkan?
Maaf Bella, hatiku sudah ada yang mengisi. Ukiran namanya terlalu dalam hingga aku sendiri tak mampu menghapusnya. Meski dia jauh, tapi aku yakin jika suatu saat nanti
cinta dia pasti akan kembali.
Siapa orang itu Zam, bilang sama aku!
Aku gak bisa ngomong sekarang. Dan aku janji, besok
tanggal 24 Agustus, aku akan memberitahukan kepadamu.
Azam bergegas pergi. Ia meninggalkan Bella sendiri. Ingin
rasanya segera menjelaskan isi hatinya pada Bella, namun itu
teramat sulit. Situasinya kurang tepat, dan dirinya sendiri
belum siap untuk mengatakan bahwa dia masih tetap
mencintai Bella; bukan yang lain, bukan juga Rahma.
***
Tiba saatnya waktu yang dijanjikan Azam. Janji untuk memberitahukan perasaan hatinya. Pagi itu, jantungnya berdegup
kencang. Aneh. Tak seperti hari-hari biasa. Mungkin ini
sebuah tantangan dalam hidupnya. Ia akan menemui Bella di
dapur kemudian mengajaknya di ruang makan dan menyerahkan sebuah bingkisan rapi lengkap dengan pita cantik
berwarna merah; warna favorit Bella.
Bella mana, Mbak? tanya Azam yang terlihat rapi pada
Rahma yang pada saat itu berada di dapur sendirian. Sejenak
Rahma terdiam. Tak ada suara yang ia keluarkan. Mulutnya
terasa kelu, terkunci dalam kebisuan. Tapi Azam masih terus
menanyakan hal yang sama. Azam semakin penasaran
dengan sikap Rahma, bahkan ia sempat terkejut melihat
Rahma menitikkan air mata.
Kenapa kamu diam? Azam kembali bertanya. Ini untuk
yang keempat kalinya, namun Rahma belum juga kuasa
melontarkan jawaban. Diam. Suasana hening. Azam semakin
dibuatnya bertanya-tanya.
Ke-kemar-rin, aku main ke rumah Bella, dia hanya menitipkan sebuah surat untukmu. Rahma mengambil sebuah
amplop dari atas almari besar di dalam dapur, kemudian
menyerahkannya pada Gus Azam dengan terbata-bata.
Bahkan ia tak sanggup menatap wajah Gus Azam yang
tampak gelisah.
Diambilnya amplop dari tangan Rahma dan lalu dibuka
perlahan. Tak seperti biasanya Bella menitipkan surat pada
Rahma. Tidak seperti biasa juga surat itu datang ketika ia
berada di rumah. Ada apa?
***
Tidak panjang lebar Bella menyusun kalimat terakhir untuk
Gus Azam. Ia hanya ingin Gus Azam mengerti, akan
perasaannya selama ini. Perasaan yang harus ia relakan
teruntuk sahabatnya, Rahma. Gus Azam membaca surat itu
dengan tangan gemetar. Air matanya terus meleleh. Tak
sanggup tangannya menyeka. Bella telah tiada, tepat pada
hari ulang tahunnya ke 17 pukul 06.45 WIB. Kepergiannya
memberikan luka teramat dalam baginya. Meski hanya satu
setengah tahun ia merasakan kebahagiaan di istana cinta nan
megah bersama Bella, namun telah banyak pelajaran yang ia
dapatkan. Bella tidak hanya sosok kekasih dalam hatinya,
tapi juga motivator dalam belajarnya. Banyak sekali yang
telah dihadirkan sosok Bella dalam hidupnya. Dalam hati ia
selalu berjanji, untuk bisa menjadi bintang di hati Bella, tidak
hanya saat Bella di dunia, namun juga di akhirat kelak. Satu
Hati untuk Bella.

(Sambungan halaman 04, Komunikasi Dagelan; Antara Idealitas dan Realitas)


ketika rakyat berusaha untuk menjadi bagian kontrolisasi kepemerintahan republik. Karena rakyat
punya hak sebagai pengontrol dinamika negara untuk menjaga nilai kebangsaan agar tidak perjualbelikan
se-enaknya dengan kepentingan. Tapi, mari bersama-sama menampaki jalur kepentingan bersama dalam
menjaga stabilitas sosial.
Maka dari sini, menjaga fungsi komunikasi adalah menjaga jantung dinamika sosial lebih segar dan bersemangat. Manusia tidak boleh acuh tak acuh atas peristiwa disekitarnya, begitu juga mereka yang menjabat
sebagai orang penting, tidak boleh mendistorsi tanggungjawab bersama sebagai hak individual. Tidak juga
merasa paling benar karena mempunyai argumentasi yang logis serta tidak juga mengesampingkan
perasaan komunal atas ketidak-becusan rakyat untuk berpikir rasional, tapi membantu dan mengarahkan
dalam bentuk praktikal yang terarah. Karena fungsi komunikasi adalah membentuk kesepahaman dan
kesepakatan atas keperbedaan yang menjalar sebagai realitas. Sehingga berbedaan tidak untuk diperpanjang kesalahpahaman tapi disikapi bijaksana dalam rangka menjaga kebersamaan dan rasa kemanusiaan sebagai batas etika kolektif.
(Sambungan halaman 18, Wawancara Bapak Harun Syaifullah )
kebuntuan komunikasi antar kubu, atau karena memang ada ego para elit negara setempat yang tak
tersalurkan?
[Bapak Harun] Ya, perang itu sebenarnya jalan terakhir setelah diplomasi nggak ketemu. Gitu, kan?
Mungkin iya, karena sebenarnya orang-orang yang bertikai itu bermasalah ketika itu menjadi aspirasi
politik, inilah yang membuat sunni dan syiah jadi amat berseberangan. Karena hal itu dianggap segalagalanya. Ya sama-lah, ketika kita lihat status temen-temen pada saat pemilu presiden di Indonesia. Itu
sudah seperti isu surga-neraka-kan?
Artinya apa? Kalau sudah isu dalam kepentingan pendek seperti itu, cara berpikir orang sudah nggak tajam,
nggak dalam. Orang-orang nggak melihat bahwa pemilu presiden hanyalah sebuah cara untuk memilih
pemimpin, tapi sudah dianggap sebagai wah, surga-neraka gitu, kan?
Nah, sama dengan yang terjadi di Timur-tengah. Artinya, jika dilihat-lihat Yaman, Saudi, itu kan sebenarnya
saudara. Tapi karena sudah masuk pada pandangan politik, afiliasi politik yang berbeda, jadi bisa seperti
sekarang ini: perang.
[PRESTSI] Kalau konteks Masisir menurut bapak komunikasinya sudah berjalan pada tahap nilai
berapa?
[Bapak Harun+ Ya, saya lihat sudah bagus ya.KBRI sama mahasiswa tidak ada masalah kok. Kalau saya lihat
dari sisi perspektif saya pribadi itu sudah bagus. Banyak media, ada media kekeluargaan, ada media
Terobosan, Informatika. Ada PPMIjuga. Cuma harus dibedakan ya. Ini kan in-depthjournalistic ya. Kegiatankegiatan temen-temen ini-kan dalam rangka bukan semata-semata jurnalistik. Tapi juga *proses+ belajar.
Beda dengan mereka yang sekarang sudah jadi wartawan, memang mereka cari uang ya. Ini-kan belajar.
Ya, memang dalam proses itu ada suatu yang mungkin lancar dan tidak. Itu-kan normal.
[PRESTSI]Menurut Bapak, semisal, secara komunikasi dalam perspektif kemahasiswaan maupun
pemerintahan, harusnya, ada stabilitas komunikasi yang seperti apa? Untuk menghindari penafsiran
yang terlihat lucu, atau malah jadi bahan ketawa-ketawaan.
[Bapak Harun+ Ya, kalau saya lihat nature-nya, kan temen-temen mahasiswa itu kan anak-anak muda, yang
energinya lagi banyak-banyaknya, jangan-kan di Mesir, di Indonesia pun namanya mahasiswa itu ya sama.
Banyak ide-idenya *dan+ kegiatan-kegiatannya itu-kan selalu punya pesan gitu. Dan kalau temen-temen
merasa itu baik, terus *saja+ menyalurkan kreativitas *dan kegiatannya+. Ya, silahkan. Ya, cuma saran saya,
ya tadi, ada defakasi isu-lah.
[PRESTSI]Terakhir, Bapak sebagai Pensosbud kira-kira ada program-program apa yang bisa direlasikan
dengan mahasiswa? Dalam artian, agar ada semacam perluasan wilayah, tidak Atdik melulu.
[Bapak Harun]Kalau saya-kan, saya tetep bilang bahwa kalau temen-temen mau magang, buat tementemen yang aktif di jurnalis, di dunia jurnalistik, kalau mau magang di koran-koran Mesir atau di harianharian Mesir, yang terkenal misalkan, Misr el-Youm, Akhbar el-Youm terus Youm el-Sabi silahkan! Kami
akan bantu nanti temen-temen dikasih belajar mengenai bagaimana dunia jurnalistik. Tantangan ini
terbuka, ya, kan? Saya sudah bilang begini 5 bulan yang lalu, Alhamdulillah, belum ada tuh, yang datang ke
saya: Pak,saya mau magang pak di Youm el-Sabigitu!Nggak tahu masalahnya apa itu. Tapi saya siap
fasilitasi ke sana.Dan itu, menurut saya, sudah paling kongkrit.*+

26

Catatan Pojok

[Tanpa] Kartini
Fadhilah R.*
Sebagian orang beranggapan ada saat-saat
tertentu yang perlu diabadikan. Momen yang
berharga diulang secara periodik dalam jeda
paling standar untuk sebuah peringatan; setiap
tahun. Tidak tepat rasanya menyebutnya sebagian orang, nyatanya semua orang mengamini
tradisi ini. Mungkin semua budaya, semua
bangsa, sebatas yang penulis tahu. Mulai dari
yang paling historis sampai yang paling bercanda. Hari kemerdekaan, hari raya agama, hari
lahir seorang pahlawan, hari kelahiran setiap
orang, hari ulang tahun pernikahan, hari pertama kali bertemu seorang teman, hari pertama kali memasak, hari pertama jadian
dengan seseorang dan hari-hari peringatan hal
-hal pertama yang lebih konyol lainnya. Mungkin terkesan agak kasar untuk merasa tidak
senang, apalagi secara subektif, akan trendtrend orang-orang pada umumnya tersebut.
Sudah barang tentu mengkritisi sesuatu adalah
pembelajaran, tapi bijaksanakah bila itu merupakan hari peringatan yang telah ditetapkan
para pendahulu? Meski tentu, agak lucu untuk
mempertanyakannya. Jangankan mempermasalahkan penentuan hari besar yang naif,
orang-orang sudah dengan bebas dan latahnya
menghina pemimpinnya terang-terangan di
berbagai media. Media online khususnya,
mereka merasa lebih aman bersembunyi di
balik sebuah akun media sosial. Tidak cukup
penting apa yang mereka permasalahkan, tapi
menomorduakan etika? Menyedihkan. Tanpa
dasar, tanpa informasi yang akurat, tanpa nyali
dan tanpa pertimbangan. Mungkin sejatinya
media sosial merusak konsep komunikasi yang
baik antar manusia. Lantas bagaimana komunikasi yang baik? Tentu kebanyakan dari kita
dapat merasakannya tanpa harus mempelajarinya. Masalahnya, buruknya komunikasi
dalam media sosial yang membuat siapa saja
dapat berkata apa saja dan tetap berpikir
semuanya baik-baik saja adalah trend semata.
Yang terus diikuti, dan akan terus diikuti sampai ada trend yang lebih payah lagi. Bukannya
semacam
informasi
yang
diusahakan

27

ketepatannya atau setidaknya sekedar curahan hati masing-masing yang tidak berlebihan.
***
April. Mencari-cari momen yang tepat di bulan
ini selain hari lahir Kartini ternyata tidak mudah. Akan sangat canggung mengetahui bahwa
di masa Kartini, setidaknya ada dua wanita
tangguh lainnya yang tidak banyak diketahui
kecuali sengaja mencari tahu. Dewi Sartika dan
Rohana Kudus. Untuk ukuran pengaruh,
bahkan lebih besar dibanding Kartini yang
pikiran majunya hanya tertuang pada suratsurat dan sebuah sekolah di dekat kantor suaminya sebagai Bupati Rembang. Dewi Sartika
membangun sekolah wanita pertama (Sakola
Istri) pada tahun 1904 di Bandung dan terus
berkembang
hingga
menjadi
inspirasi
berdirinya sekolah-sekolah wanita lainnya
sampai keluar Bandung bahkan di luar Pulau
Jawa. Terlebih Rohana Kudus yang juga membangun sekolah di kampung halamannya di
Padang, bahkan ia tercatat sebagai jurnalis
wanita pertama di Indonesia. Lagi-lagi ini
bukan mengesampingkan apa yang diperjuangkan Kartini dan menafikkan itu nyata,
seandainya iya pun masih bisa dibantah
dengan kenyataan bahwa Kartini meninggal di
usia muda dan belum memaksimalkan perjuangannya dibanding dua pahlawan wanita
lainnya yang berjuang hingga usia tua. Ini
mungkin merupakan salah satu kekurangan
dari trend mengabadikan momen tertentu,
sedikit agak fatal untuk skala nasional.
Maka April kali ini, kita intropeksi laku komunikasi kita tanpa Kartini. Tanpa beliau yang
telah lama tiada dan meninggalkan jejak di
kalender-kalender. Kita masih ada sekarang
dan belum tentu meninggalkan jejak historis.
Memperbaiki tiap sisi kehidupan adalah bijaksana. Tidak hanya sebagai Masisir, tapi juga
sebagai manusia seutuhnya untuk menghormati pada siapa saja yang bahkan bukan
manusia sekalipun.
*Seorang Perenung

Anda mungkin juga menyukai