tahap yaitu :
a.
Purperium dini
Purperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah di perbolehkan berdiri dan
berjalan jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh melakukan
hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.
b. Purperium Intermedial
Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat alat genetalia yang
lamanya 6 8 minggu.
c. Remote Purperium
Remote purperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu minggu, bulanan bahkan tahunan.
3. Involusi
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.
a. Proses involusi uterus
Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira kira 2 cm di
bawah umbilicus dengan bagian pundus bersandar pada promontoriu saklaris. Pada saat
ini besar uterus kira kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu
dengan berat 1000 gram.
b. Perubahan perubahan normal pada uterus selama post partus
Pada persalinan normal dan post sectio caesaria setelah plasenta lahir konsistensi
uterus secara berangsur - angsur menjadi kecil sehingga akhirnya kembali sebelum hamil,
tetapi pada post operasi sectio caesaria mungkin akan terjadi perlambatan akibat dari
adanya luka operasi pada uterus.
Tabel 2.1
Perubahan uterus masa nifas
Involusi
Tinggi
Berat
Diameter
Palpasi
uteri
Plasenta
fundus uteri
Setingi
uterus
1000 gr
uterus
12,5 cm
cervik
Lembut/
lahir
7 hari
pusat
Pertengahan 500 gr
7,5 cm
lunak
2 cm
( minggu 1)
pusat
350 gr
5 cm
1 cm
60 gr
2,5 cm
menyempit
14
dan
shympisis
hari Tidak
(minggu 2)
6 minggu
teraba
Normal
b. Vulva
Pada pasien post section caessarea juga terdapat lochea. Lochea adalah eksresi
cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua dan
nekrotik dari dalam uterus (Eny Retna Ambarwati, 2009: 78).
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan yaitu :
1) Lochea rubra/ merah (kruenta)
Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ke empat masa post partum.
Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi drah segar.
2) Lochea Sanguilenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung hari ke
empat dan ke tujuh post partum.
3) Lochea Serosa
Lochea serosa berwarna kuning kecoklatan karna mengandung serum, lekosit dan
robekan / laserasi plasenta. Muncul ada hari ke tujuh sampai hari ke empat belas post
partum.
4) Lochea Alba
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir,servik dan serabut
jaringan yang mati. Lochea alba biasanya berlangsung selama dua sampai enam
minggu post partum.
4. Perineum
Pada pasien post sectio caesarea tidak akan ada perubahan atau perlukaan.
a.
Sistem pencernaan
Pada sistem pencernaan, bising usus terdengar samar atau tidak jelas karena
terjadi penurunan peristaltik usus dua sampai tiga hari bisa disebabkan karena
efek dari anastesi, diet cair atau obat-obatan analgetik selama persalinan.
b.
c.
-
Sistem perkemihan
Kateter mungkin terpasang pada pasien post sectio caessarea, urin jernih,
pembentukan urin oleh ginjal meningkat sehingga terjadi dieresis
Sistem musculoskeletal
Dinding perut dan peritoneum
Pembesaran uterus dan persendian, tetapi biasanya akan pulih kembali dalam
waktu 6 sampai 8 minggu setelah persalinan
Pada pasien post operasi sectio caessarea selain menjadi kendur juga terdapat
merupakan
kegiatan
yang
menyenangkan
bagi
ibu
sekaligus memberikan manfaat yang tidak terhingga pada anak (Yuliarti, 2010).
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi dan pengeluaran
(Perinasia, 2004).
2. FISIOLOGI LAKTASI
Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, refleks prolaktin dan
refleks aliran timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.
a. Refleks prolaktin
Dalam puting susu terdapat banyak ujung sensoris. Bila ini dirangsang,
timbul impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis
bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon
inilah yang berperan dalam produksi ASI di tingkat alveoli. Dengan demikian
mudah dipahami bahwa makin sering rangsangan penyusuan makin banyak
pula produksi ASI.
b. Refleks aliran (let down reflex)
Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar
hipofisis depan,
tetapi
juga
kelenjar
hipofisis
bagian
belakang,
yang
mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos
yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar.
Makin sering
menyusui,
pengosongan
alveolus
dan
saluran
makin
baik
Supaya
puting
mencapai
bagian
belakang
palatum,
maka
sebagaian besar areola harus tertangkap mulut bayi. Dengan demikian, maka
sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan antara gusi, lidah,
dan palatum, sehingga ASI terperas keluar.
c. Refleks menelan
Bila mulut bayi terisi ASI, ia akan menelannya (Perinasia,2004).
3. POSISI DAN PELEKATAN MENYUSUI
Cara menyusui ada tiga macam, yaitu :
a. Cara menyusui dengan cara duduk
1) Ibu duduk tegak, tetapi santai. Usahakan ibu duduk di kursi tanpa sandaran tangan.
Kursi dengan sandaran tangan akan mengganggu gerak ibu saat menyusui. Pada saat
duduk, kaki ibu mencapai lantai atau tidak tergantung.
2) Pada saat ibu memangku bayinya, lengan yang menopang tubuh bayi perlu diganjal
bantal agar tidak lelah menahan bayi. Bayi pun dapat tidur dengan nyaman.
3) Tangan penopang selalu menopang punggung dan leher bayi, sedangkan telapak
tangan menahan bokong bayi. Letakkan bantal penahan lengan di antara tangan
penopang dan paha ibu.
4) Tangan lain yang tidak menopang tubuh bayi membantu mengeluarkan ASI ke mulut
bayi. Caranya, jari tangan dan ibu jari menjepit payudara. Usahakan mulut bayi
masuk sampai mencapai lingkaran pangkal puting (daerah lingkaran cokelat).
5) Jika menyusui baru berlangsung 2-3 menit, tetapi payudara terasa masih tagang,
padahal bayi tampak malas atau mengantuk, sebaiknya bayi dibangunkan dan disusui
kembali ASI masih cukup banyak.
6) Sadari bahwa menyusui merupakan kesempatan yang paling baik dalam memberi
bayi kesempatan berada di dekat ibunya walaupun sewaktu bekerja ibu terpaksa
berpisah dengan bayinya.
7) Jika selama menyusui (5-10 menit) payudara sudah tidak tegang, susui bayi dengan
payudara yang lain sampai bayi kenyang dan tertidur.
8) Untuk mengeluarkan udara yang masuk ke dalam lambung bayi, yakni udara yang
terisap pada saat menyusui, sandarkan dada bayi ke dada ibu sampai kepalanya di atas
bahu ibu, kemudian urut atau tepuk punggungnya secara perlahan selama dua menit
sehingga bayi dapat bersendawa.
9) Setelah bayi kenyang disusui, tidurkanlah dengan posisi miring. Jika terjadi muntah,
muntahnya tidak masuk ke jalan napas.
b. Cara menyusui sambil berbaring
1) Ibu berbaring miring dan punggung diganjal bantal.
2) Usahakan lengan sebelah payudara yang mengarah ke mulut bayi dapat menopang tubuh
bayi, mulai dari leher, punggung, dan bokongnya. Jadi, kedudukan bayi tetap berbaring
sambil ditopang lengan ibunya.
3) Leher bayi terletak di persendian lengan ibunya. Punggung bayi di lengan bawah ibu,
sedangkan bokongnya ditopang dengan telapak tangan ibu. Dengan demikian, mulut bayi
dapat diatur agar dapat mencapai putung payudara ibu.
4) Tangan ibu yang bebas membantu memasukkan puting susu ke mulut bayi sambil telapak
tangan menahan payudara agar tidak menutup hidung bayi. Jari telunjuk dan jari tengah
membantu mengeluarkan ASI dengan cara menjepit payudara.
5) Jangan menyusui menggunakan dot sebelum cara menyusui ini bisa dilakukan dengan
baik (Saminem, 2009).
c. Cara menyusui football Hold
1) Pastikan ibu menggunakan kursi atau bangku dengan bantalan yang nyaman. Ibu
dapat menambahkan bantal untuk menopang punggungnya atau di bawah bayinya
agar bayi lebih mudah diposisikan untuk menyususui.
2) Hindari posisi membungkuk selama menyusui. Posisi seperti ini membuat ibu tegang,
dan akhirnya dapat menderita sakit punggung.
3) Gendong bayi seperti membawa bola, arahkan bayi mendekat ke bagaian samping
tubuh ibu. Ibu yang dalam masa pemulihan dari bedah sesar sering memilih posisi ini
karena dapat mempertahankan bayi dekat abdomen ibu.
4) Pastikan kepala bayi tertopang dengan baik, dan bayi seperti duduk, karena kepala
posisinya lebih tinggi dari abdomennya. Dengan posisi ini, bayi dapat lebih mudah
bersendawa.
5) Arahkan puting ke tengah-tengah dan bayi akan melekatkan mulutnya. Ketika puting
berada di tengah, ibu dapat mengubah arah puting dengan cara menekan ibu jari agar
bergerak ke arah atas atau menekan jari lainnya agar mengarah ke bawah.
6) Ketika posisi mulut bayi terhadap payudara sudah benar, bibir
bawah
7) Setelah bayi mengisap dengan baik, payudara tidak perlu disangga lagi
Tanda-tanda pelekatan bayi yang baik saat menyusui antara lain :
a.
b.
c.
d.
melengkung ke luar.
e. Bayi mengisap kuat
dan
dalam
secara
perlahan
dan
kadang-kadang
disertai dengan berhenti sesaat (jeda) yang menandakan bahwa dalam mulutnya
penuh ASI, dan hal ini merupakan kesempatan bayi untuk menelan ASI.
f. Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu. Puting susu tidak terasa sakit atau
lecet.
Tanda bayi puas setelah menyusu :
a. Bayi tertidur nyenyak
b. Bayi melepas sendiri puting susu ibunya (Depkes RI, 2009).
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada menetekkan bayi :
1) Susuilah bayi segera setelah lahir
2) Berilah bayi ASI saja pada bulan pertama dan kedua
3) Ibu yang menyusui sebaiknya makan makanan yang bergizi tinggi dan
minum kurang lebih 8-12 gelas perhari
4) Ibu harus istirahat yang cukup
5) Susuilah bayi dengan santai dan penuh kasih saying
6) Jagalah kebersihan, gunakan pakaian yang longgar dan tidak kaku, serta gunakan BH
khusus untuk menyusui (Djitowiyono, dkk, 2010).
c. Ibu duduk atau berbaring dengan santai. Bila duduk, lebih baik menggunakan kursi
yang rendah (agar kaki tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi.
d. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu (kepala bayi tidak boleh menengadah dan bokong bayi disokong
dengan telapak tangan).
e. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang lain di depan.
f. Perut bayi menempel pada badan ibu dan kepala bayi menghadap payudara tidak
hanya membelokkan kepala bayi).
g. Telinga dan lengan bayi terletak pada suatu garis lurus.
h. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
i. Payudara dipegang dengan dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di bawah.
Jangan menekan puting susu atau areola saja.
j. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (reflex rooting) dengan cara menyentuh
sisi mulut bayi dengan jari. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dan puting serta areola payudara dimasukkan ke mulut
bayi.
k. Usahakan sebagaian besar areola payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga
puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar
dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola payudara. Posisi yang
salah, yaitu bila bayi hanya mengisap pada puting susu saja, yang akan
mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet.
l. Setelah bayi mulai mengisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi
(Bahiyatun, 2009).
bersendawa.
c. Baringkan bayi dengan posisi kepala bersandar miring di atas pangkuan atau matras.
Miringkan kepala bayi dan topang dengan tangan. Tepuk atau gosok perlahan
punggung bayi sampai ia bersendawa (Kelly, 2010).
psikis
mendasari
ibu
dan
pendukungnya
untuk
menyusui
dan
cara
menyusui,
memberi
pengertian,
membesarkan hati, menyayangi, dan memberi pertolongan fisik agar ibu dapat
menyusui bayinya. Pemberi dukungan dapat berasal dari mana saja, mulai dari
keluarga, suami, teman, teman dekat, tenaga kesehatan, sampai lingkungan hidup.
b. Faktor tenaga kesehatan
Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan dapat membangkitkan rasa
percaya diri ibu untuk membuat keputusan menyusui bayinya. Informasi
tentang perawatan
payudara
selama
masa
kehamilan,
lama
menyusui,
Faktor demografi
Faktor demografi terbagi menjadi dua, yaitu faktor sosiodemografi dan
faktor biomedik.
Yang
termasuk
faktor
sosiodemografi
diantaranya
usia,
Gejala :
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui oleh bayi, karena
kalang payudara lebih menonjol, puting lebih datar dan sulit diisap oleh bayi,kulit pada
payudara Nampak lebih mengkilap, ibu merasa demam, dan payudara terasa nyeri. Oleh karena
itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI harus diperas dengan tangan atau pompa terlebih dahulu
agar payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusu.
Penatalaksanaan :
1.
2.
Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan mengurangi rasa
nyeri. Bisa dilakukan selang-seling dengan kompres panas untuk melancarkan pembuluh darah.
3.
Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk melancarkan
2.
Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi.
2.
3.
Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga
terbentuklah sumbatan.
Gejala :
1.
Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan lunak pada perabaan.
2.
Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak yang
terlokalisir.
Penatalaksanaan :
1.
Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat dilakukan masase serta kompres panas
2.
Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan
Pencegahan :
1.
aliran ASI.
2.
3.
2.
Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.
3.
Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi.
Gejala :
1.
2.
3.
4.
Panas badan.
5. Abses payudara
Merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis.
Gejala :
1.
2.
Benjolan lebih lunak karena berisi nanah, sehingga perlu diinsisi untuk mengeluarkan
nanah tersebut.
Penatalaksanaan :
1.
2.
3.
4.
5.
Rujuk.
6.
Pengeluaran nanah dan pemberian antibiotic bila abses bertambah. Bila terjadi abses,
Hidung tertutup lendir atau ingus, karena pilek, sehingga sulit bernafas.
b)
c)
Terlambat mulainya menyusu ketika berada di rumah sakit, karena tidak dirawat gabung.
d)
e)
f)
g)
Cara mengatasi :
a)
b)
Bila mulut bayi sakit karena moniliasis atau stomatitis diberi pengobatan.
c)
Ibu diberikan kesempatan untuk merawat bayinya sendiri, sehingga lebih hangat dan dekat
d)
e)
f)
Bila ASI memancar terlalu deras sebelum menyusui, kemudian bayi disusui dengan cara
2)
3)
Pencegahan :
1)
2)
3)
4)
Diperlukan kesabaran.
5)
Ibu melakukan perawatan payudara post-natal secara benar, sistematis dan teratur
(Fitramaya, 2008).
Sistem Respirasi
Sistem Cardiovaskuler
Selama masa kehamilan dan persalinan sistem cardiovaskuler banyak mengalami perubahan
antara lain :
a. Cardiak Output
Penurunan cardiac output menyebabkan bradikardi (50-70x/menit) pada hari pertama setelah
persalinan. Bila frekuensi denyut nadi cepat mengindikasikan adanya perdarahan,
kecemasan, kelelahan, infeksi penyakit jantung, dapat terjadi hipotensi orthostatik dengan
penurunan tekanan systolic kurang lebih 20 mmHg yang merupakan kompensasi pertahanan
tubuh untuk menurunkan resistensi vaskuler sebagai akibat peningkatan tekanan vena.
Biasanya ini terjadi beberapa saat setelah persalinan, dan saat pertama kali melakukan
mobilisasi (ambulasi). Bila terjadi penurunan secara drastic merupakan indikasi terjadinya
perdarahan uteri.
peningkatan lebih dari 30 % dalam 6 jam pertama, maka hal ini mengindikasikan adanya
infeksi.
Jumlah darah yang hilang selam persalinan sekitar 400-500 ml. Pada klien post partum
dengan seksio sesarea kehilangan darah biasanya lebih banyak dibanding persalinan normal
(600-800 cc).
3.
Sistem Gastrointestinal
Pada klien dengan post partum seksio sesarea biasanya mengalami penurunan tonus otot dan
motilitas traktus gastrointestinal dalam beberapa waktu. Pemulihan kontraksi dan motilitas
otot tergantung atau dipengaruhi oleh penggunaan analgetik dan anesthesia yang digunakan,
serta mobilitas klien. Sehingga berpengaruh pada pengosongan usus. Secara spontan
mungkin terhambat hingga 2-3 hari. Selain itu klien akan merasa pahit pada mulut karena
dipuasakan atau merasa mual karena pengaruh anesthesia umum. Sebagai akibatnya klien
akan mengalami gangguan pemenuhan asupan nutrisi serta gangguan eliminasi BAB. Klien
dengan spinal anesthesia tidak perlu puasa sebelumnya.
4.
Sistem Endokrin
a. Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic Gonadotropin
(HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7
postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum
b.
Hormon pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu
2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan
LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
5.
Sistem Perkemihan
6.
Sistem Pencernaan
a. Nafsu Makan
Ibu biasanya setelah melahirkan diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan ringan dan
setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu
merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang
biasa dikonsumsi disertai konsumsi camilan yang sering-sering ditemukan.
b.
Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anesthesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu
melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses
persalinan dan pada awal masa pascapartum, ibu biasanya merasakan nyeri diperinium
akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid. Kebiasaan buang air besar yang teratur perlu
dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.
7.
Sistem Persarafan
Sistem persarafan pada klien post partum biasanya tidak mengalami gangguan kecuali ada
komplikasi akibat dari pemberian anesthesia spinal atau penusukan pada anesthesi epidural
dapat menimbulkan komplikasi penurunan sensasi pada ekstremitas bawah. Klien dengan
spinal anesthesia perlu tidur flat selama 24 jam pertama. Kesadaran biasanya
10. Sistem Integumen
secara
sempurna
terjadi
pada
6-8
minggu
setelah
persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat
besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara
waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan.
12.
a. Suhu Badan
Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit (37,5C 38C) sebagai akibat
kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal
suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya
pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI.
Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus
genitalis atau sistem lain.
b.
Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya
denyut nadi itu akan lebih cepat.
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan
karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya
preeklampsi postpartum.
13.
Perubahan Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor
pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma
akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel
darah putih dapat mencapai 15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari
pertama dari masa postpartum.
Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000 atau 30000 tanpa adanya
kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah hemoglobine,
hematokrit dan erytrosyt akan sangat bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai
akibat dari volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.
Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira
selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan
peningkatan hematokrit dan hemoglobine pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali
normal dalam 4-5 minggu postpartum.
14.
Dinding Abdomen
Strie abdominal tidak bisa dilenyapkan sama sekali akan tetapi mereka bisa berubah menjadi
garis-garis
yang
halus
berwarna
putih
perak
(Varney,
2004:255).
Ketika miometrium berkontraksi dan berektrasi setelah kelahiran dan beberapa hari
sesudahnya, peritonium yang membungkus sebagian besar uterus dibentuk menjadi lipatanlipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendor daripada
kondisi tidak hamil, dan mereka memerlukan waktu cukup lama untuk kembali dari
peregangan dan pengendoran yang telah dialaminya selama kehamilan tersebut.
15.
Seorang wanita akan kehilangan berat badannya sekitar 5 kg pada saat melahirkan.
Kehilangan ini berhubungan dengan berat bayi, placenta dan cairan ketuban. Pada minggu
pertama post partum seorang wanita akan kehilangan berat badannya sebesar 2 kg akibat
kehilangan cairan (Varney, 2004:255).
16. Varises
Varises di tungkai dan di sekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada wanita hamil.
Varises, bahkan varises vulva yang jarang dijumpai, akan mengecil dengan cepat setelah
bayi lahir. Operasi varises tidak dipertimbangkan selama masa hamil. Regresi total atau
mendekati total diharapkan terjadi setelah melahirkan (Varney, 2004:156).
ADAPTASI PSIKOLOGIS POST PARTUM (REVA RUBIN)
a.
Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama samapi hari
kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurant tidur, seperti mudah
tersinggung. Hal ini memebuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.
Komunikasi yang baik sangat diperlukan pad fase ini
b.
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bay, selain itu
perasaannya sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurangb hati-hati.
Pada saat ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupkan kesempatan yang baik untuk
menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya
diri.
c.
Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10
hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini
F. ADAPTASI KELUARGA
Ketika kelahiran telah dekat, klien mengalami kegembiraan dengan kelahiran bayi. Perasaan
emosi yang tinggi menurun dengan cepat setelah kelahiran bayi, terjadi perubahan psikologis
yang cukup kompleks. Kondisi psikologis ibu dipengaruhi pula oleh respon anggota keluarga
terhadap kelahiran bayi, sehingga seluruh keluarga, perlu mempersiapkan diri secara psikologis
dalam
menerima
kehadiran
anggota
keluarga
baru
a. Adaptasi parental
Proses menjadi orangtua terjadi sejak masa konsepsi. Selama periode prenatal, ibu merupakan
bagian pertama yang memberikan lingkungan untuk berkembang dan tumbuh sebelum anak
lahir. Proses menjadi orangtua tidak mudah dan sering menimbulkan konflik dan krisis
komunikasi karena ketergantungan penuh bayi pada orangtua. Untuk menjadi orangtua
diperlukan komponen yaitu :
1)
kemampuan kognitif dan motorik, merupakan komponen pertama dari respon menjadi
2)
Kemampuan kognitif dan afektif merupakan komponen psikologis dalam perawatan bayi.
b.
Fase maternal
Tiga fase yang terjadi pada ibu post partum yang disebut Rubin Maternal Phases yaitu :
1) Taking in (periode ketergantungan)
Fase ini terjadi antara satu sampai tiga hari setelah persalinan dimana ibu berfokus pada diri
sendiri, bersikap pasif dan tergantungan secara emosional ibu berusaha untuk mengintegrasikan
pengalaman persalinan dalam kehidupannya.
Fase ini antara dua sampai empat minggu setelah persalinan dimana ibu mulai menerima peran
barunya yaitu sebagai ibu dari bayi yang baru lahir. Ibu melepas bayangan persalinan dengan
harapan yang tidak terpenuhi serta mapu menerima kenyataan.
2. Adaptasi ayah
Kemampuan ayah dalam beradaptasi dengna kelahiran bayi dipengaruhi oleh keterlibatan ayah
selama kehamilan, partisipasi saat persalinan, struktur keluarga, identifikasi jenis kelamin,
tingkat
kemampuan
dalam
penampilan
dan
latar
belakang
cultural
Ayah mungkin menjadi anggota keluarga yang terlupakan, terutama bila hal ini merupakan anak
yang pertama. Sebelum bayi tiba di rumah, ia merupakan bagian terbesar dari keluarganya yang
terdiri dari dua orang. Aktivitas siang hari dimana mudah disesuaikan dengan pasangannya
malam hari tanpa gangguan. Kini rumah menjadi tidak terkendali, makan menjadi tidak
terjadwal, tidur mengalami gangguan dan hubungan seksual untuk sementara ditangguhkan.
Ayah harus dilibatkan dalam perwatan anak dan pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan berbagai
tanggung jawab seperti ini, mereka menjadi bagian dari pengalaman mengasuh anak. Sebagai
akibat, pasangan menjadi lebih dekat.
Sebagai ayah baru, peran ayah tidak kurang rumitnya dibandingkan peran istri. Tentu sang ayah
tidak mengandung si bayi selam 9 bulan, tetapi harus membuat penyesuaian secara fisik dan
emosi ketika waktu persalinan semakin dekat dan persiapan untuk bayi menjadi penting sekali.
Di satu pihak, sang ayah ungkin merasa seolah-olah tidak ada hubungan dengan persalinan tetapi
pada sisi lain ini adalah bayinya juga.
Ketika bayi akhirnya lahir, sang ayah mungkin merasa sangat lega dan juga gembira serta gugup.
Sewaktu menyaksikan kelahiran bayi, perasaan komitmen dan cinta membanjir ke permukaan
menghilangkan kekhwatiran bahwa sang ayah tidak akan pernah mempunyai keterikatan dengan
bayinya. Sang ayah juga merasakan penghargan yang besar dan cinta kepada istri lebih dari pada
sebelumnya. Pada waktu yang sama, merenungkan tanggung jawab untuk merawat baka ini
salam 20 tahun ke depan dapat membuat sang ayah lemah.
Pendekatan terbaik adalah menjadi ayah yang seaktif mungkin. Misalnya, saat istrinya
melahirkan di rumah sakit, ayah mungkin di tempatkan di dalam ruang rawat gabung sampai
waktunya membawa pulang bayi ke rumah. Ini akan membantu ayah merasa tidak seperti
penonton tetapi lebih sebagai peserta aktif. Ayah akan mengenal bayinya dari permulaaan juga
memungkinkan
ayah
berbagi
pengalaman
emonsional
dengan
istirnya.
Begitu seluruh keluarga berada di rumah, sang ayah dapat dan harus membantu memakaikan
popok, memandikan dan membuat senang bayi. Kebalikan dengan sterotype kuno, pekerjaan ini
bukanlah pekerjaan eksklusif wanita.
Tidak ada alasan mengapa seorang ayah tidak mampu melaksanakan pekerjaan sehari-hari
mengurus rumah dan anak sebaik ibu. Umumnya ayah yang bersedia mengurus rumah tangga
hanya untuk menyenangkan istrinya saja. Alangkah baiknya jika pekerjaan ini dikerjakan dengan
perasaan bahwa sudah selayaknya menerima tanggung jawab di dalam rumah yaitu merawat
anak dan rumah tangga sehari-hari.
3. Adaptasi sibling
Biasanya kelahiran adik atau bayi dapat menjadi suatu perubahan pada sibling atau saudara, anak
pertama
lebih
ingin
mempertahankan
dirinya
lebih
tinggi
dari
adik
barunya.
Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan anak adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu
sendiri merupkan waktu ideal bagi anak-anak untuk memahami darimana bayi berasal dan
bagaimana bayi itu dilahirkan.
Anak mungkin memiliki reaksi campuran terhadap adik baru, bergairalah karena mendapat
teman bermain baru, takut akan ditelantarkan dan sering kecewa ketika sang adik tidak mau
segera bermain. Akan tetapi persaingan sengit yang ditakutkan oleh banya orang tua bukan tidak
dapat dihindari. Temperamen anak tertentu itu dan cara orang tua memperlakukan anak adalah
faktor kunci yang menentukan seberapa besar persaigan yang terjadi di antara saudara kandung.
Tidak mudah memang untuk menjaga keseimbangan yang tepat antara menyesuaikan diri dengan
kebutuhan bayi baru dan membantu anak yang lebih besar mengatasi perubhahn itu. Usahakan
agar anak yang lebih besar mendapat beberapa keistimewaan, mungkin dengan waktu tidur lebih
larut atau waktu khusus untuk perhatian yang tidak terbagi untuknya. Pastikan pula bahwa anak
yang lebih kecil dilindungi dari perlakuan marah dan suka memerintah dari anak yang lebih
besar, lebih kuat dan lebih pandai.
Percekcokan yang bercampur dengan permainan yang menyenangkan adalah pola yang
lazim di antara kakak dan adik. Tidak bijaksana bila kit mengharapkan seseorang anak selalu
bertindak adil menurut standar orang dewaasa. Barna gkali lebih baik mengajar semua anak
karena tidak bertengkar atau memarahi mereka semua ketika mereka berkelahi daripada
mencoba menyelidiki siapa yang benar dan siapa yang salah. Walaupun tanpa bisa dihindari
sekali waktu mungkin bertindak berlebihan, waspadalah agar seorang anak jangan selalu diberi
dukungan dengan mengorbakan anak lain.
Jika saudara kandung adalah anak prasekolah, dia akan lebih dapat lebih memahami apa
yang sedang terjadi. Dengan mempersiapkan dia selama kehamilan, orang tua dapat membantu
mengurangi kebingungan atau rasa irinya. Dia dapat memahami fakta dasar dari situasi tersebut
dan dia kemungkinan akan sangat ingin tahu tentang orang yang ingin dia ketahui ini.
Begitu bayi lahir, anak yang lebih besar mersa kehilangan orang tuanya dan marah karena bayi
akan menjadi pusat perhatian baru. Tetapi dengan memuji dia karena telah memabtu dan
bertindak seperti orang dewasa akan membuat anak tahu bahwa dia juga mempunyai peran
baru yang penting untuk dimainkan. Pastikan bahwa anak mendapatkan waktu menjadi orang
penting dan diizinkan menjadi bayi sewaktu dia merasa perlu. Selain itu sering diberikan
kesempatan agar dia tahu bahwa ada scukup ruang dan cinta kasih dalam hati orang tua untuk
mereka berdua.
Jika saudara kandung sudah memasuki usia sekolah, dia mungkin tidak lagi merasa terncam oleh
pendatang baru dalam keluarga. Bahkan kemungkinan besar dia kagum dengan proses kehamilan
dan persalinan, serta ingin sekali bertemu dengan bayi yang baru.
Pengkajian
Suhu badan biasanya meningkat sampai 388 C dianggap normal. Setelah satu hari suhu akan
Nadi: denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi hipovolemia yang
semakin berat.
c.
d.
Pernafasan: bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal.
e.
Pemeriksaan Khusus
f.
Sistem vaskuler
Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam berikutnya
Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi kongenital, idiopatik
trombositopeni purpura.
3)
Sistem Reproduksi
Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian tiap 8 jam selama 3
hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya
Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau
Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan apakah
ada jahitannya yang lepas
Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (sub
involusi)
Traktus urinarius
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau tidak, spontan dan
lain-lain
4)
5)
2.
Diagnosa
a.
b.
c.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan
d.
Resiko
infeksi
berhubungan
dengan
peningkatan
kerentanan
tubuh
terhadap
bakteripembedahan
3.
Intervensi
a.
Kriteria hasil :
Intervensi
a.
Rasional
a.
b.
b.
Motivasi untuk mobilisasi sesuai
indikasi
involusi
c.
Anjurkan
relaksasi.
penggunaaan
d.
teknik
d.
b.
Intervensi
Rasional
partum.
c.
c. Berikan
teknik
c.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan ibu dapat
memenuhi ADLnya dengan mandiri, dengan kriteria hasil :
- Ibu dapat melakukan perawatan terhadap dirinya
- Kebutuhan ADL terpenuhi
Intervensi
a.
Rasional
ibu tentang bagaimana cara melakukan benar dapat memberi contoh bagi ibu
perawatan diri
b.
b.
Beri
bantuan
sesuai
dengan
Jelaskan
kepada
pentingnya
menjaga
ibu
kondisi
c.
tentang
tubuh
Untuk
mempercepat
proses
d.
payudara.
Intervensi
a.
Rasional
pengalaman
ibu
tentang
menyusui kebutuhan
sebelumnya.
b.
saat
mengidentifikasi
ini
agar
teknik menyusui
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
KELOMPOK 5
Anggi Gusti Maulana (133110233)
(133110247)
Refiazka Yusalia
(133110256)
Rizky Alanda
(133110260)
(133110264)
Vina Burmalis
(133110267)
Kelas : II B
Dosen Pembimbing :
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2014 / 2015