Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Lebih dari 60 persen populasi di dunia mengalami permasalahan rambut
berketombe. Di Indonesia sendiri, angkanya lebih tinggi karena iklim tropis,
polusi, kebiasaan hidup, serta penggunaan penutup kepala seperti jilbab maupun
helm yang dapat memengaruhi permasalahan kulit kepala selaku media
pertumbuhan rambut. Gangguan kulit kepala seperti sensitif, berminyak dan
berketombe, yang mengganggu pertumbuhan rambut secara normal seringkali
terjadi. Kerontokan rambut pun menjadi permasalahan kulit kepala lebih serius.
Kesadaran untuk merawat kulit kepala memang tidak setinggi kesadaran untuk
merawat kulit wajah.
Shampo adalah salah satu sediaan semisolid yang merupakan produk
topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa
untuk memberikan efek lokal dan kadang-kadang sistemik. Sampo adalah
sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk yang cocok dan berguna
untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada rambut dan kulit
kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si
pemakai (Visvanattan, 2007).
Shampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkannya dengan
air dengan tujuan untuk melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh
untuk melindungi rambut dan membersihkan kotoran yang melekat. Namun
tidak semua sampo berupa cairan atau digunakan dengan campuran air, ada juga
sampo kering berupa serbuk yang tidak menggunakan air.
Formulasi untuk sampo harus mengandung bahan-bahan yang berfungsi
sebagai surfaktan, foaming agent dan stabilizer, opacifier, hydrotopes, viscosity
modifier, dan pengawet (Mottram, 2000).
Aloe vera (lidah buaya) adalah salah satu jenis tanaman yang
mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap diantaranya vitamin A, B 1 , B 2 ,
B 3 , B 21 ,C dan E selain itu aloe vera juga mengandung 17 asam amino salah
satunya adalah lisin yang mampu menembus kulit dengan baik dan
menyuburkan rambut. Asam amino yang terkandung dapat membantu
perkembangan sel-sel baru dimana mampu meregenerasi folikel-folikel rambut
yang menyebabkan rambut tumbuh dengan baik (Gayatri, 2011).
Dalam praktikum ini akan dibuat shampo gel, dimana shampo ini dibuat
dengan menggunakan gel dari lidah buaya (Aloe vera) serta dengan
meningkatkan viskositas dari shampo cair biasa. Shampo gel lidah buaya ini
dibuat dengan menggunakan metode beker.
I.2
Maksud Percobaan
Adapun maksud percobaan ini yaitu mengetahui cara pembuatan shampo
dengan metode tertentu.
1.3
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Dapat membuat shampo gel dari tanaman lidah buaya (Aloe vera)
menggunakan metode beker.
2. Dapat mengetahui penambahan bahan yang tepat untuk pembuatan shampo
gel dari tanaman lidah buaya (Aloe vera)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
A. Emulsi
Emulsi adalah sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika,
yang terdiri dari paling sedkit dua fase cairan yang tidak tercampur, dimana
salah satunya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan-tetesan
kecil yang berukuran 0,1-100 m yang distabilkan oleh emulgator atau
surfaktan yang cocok (Tungadi, R. 2014). Menurut Ansel (2008), emulsi
adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil
zat cair yang terdistribusi keseluruh pembawa yang tidak bercampur. Dalam
batasan emulsi, fase terdispersi dianggap sebagai fase dalam dan medium
disperse sebagai fase luar atau fase kontinu.
Komposisi dasar emulsi terdiri dari (Syamsuni, 2006):
a. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase tersispersi/ fase dalam,
yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil didalam zat cair
dalam zat cairan lain.
b. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar yaitu zat cair
dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung)
emulsi tersebut.
c. Emulgator adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untukmenstabilkan
emulsi.
Tipe-tipe emulsi terdiri dari (Lachman, 2008):
a. Minyak dalam air (M/A) jika tetesan-tetesan minyak didispersikan dalam
suatu fase air kontinu.
b. Air dalam minyak (A/M) jika minyak merupakan fase kontinu
c. Emulsi ganda (M/A/M atau A/M/A).
b.
Rasa minyak tidak enak dapat ditutupi, karena dibuat dalam sediaan
emulsi
c.
d.
Bahan-bahan yang tidak dapat disatukan (fase minyak atau fase air) dapat
disatukan dengan adanya penambahan emulgator.
Adapun kerugian dari sediaaan emulsi, yaitu emulsi kadang sulit
lampu akan
Bahwa suatu pewarna larut air akan larut dalam fase berair dari emulsi.
Sementara zat warna larut minyak akan ditarik oleh fase minyak. Jadi
ketikapengujian mikroskopik menunjukkan bahwa zat warna larut air telah
ditarik untuk fase kontinyu, uji ini diulangi menggunakan sejumlah kecil
pewarna larut minyak, pewarnaan fase kontinyu menunjukkan tipe a/m.
B. Shampo
Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala
dari segala macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel-sel yang
sudah mati dan sebagainya (Latifah, 2007). Fungsi shampo pada umumnya
digunakan dengan mencampurkan dengan air dengan tujuan sebagai berikut :
1. Melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi
rambut dan membersihkan kotoran yang melekat.
2. Meningkatkan tegangan permukaan kulit, umumnya kulit kepala sehingga
dapat meluruhkan kotoran.
Shampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk membersihkan
rambut, sehingga rambut dan kulit kepala menjadi bersih dan sedapat
mungkin lembut, mudah diatur dan berkilau (Faizatun, 2007: 1).
Formulasi untuk shampo harus mengandung bahan-bahan yang berfungsi
sebagai surfaktan, foaming agent dan stabilizer, opaficier, hydrotopes,
viskositas modifikasi dan pengawet. Bahan-bahan dalam shampo harus aman
dan mudah terdegradasi sebagaimana kosmetik perwatan tubuh lain. Setiap
bahan harus memiliki fungsi dan peran yang spesifik (Motram, 2000).
II.2
Rancangan Formula
Tiap 100 mL mengandung:
Aloe vera
20 mL
SLS
10%
Asam Stearat
1,5%
TEA
3%
HPMC
2,0%
Asam Sitrat
qs
Natrium Sitrat
qs
Gliserin
1%
Propil Paraben
0,02%
Metil Paraben
0,18%
Na2EDTA
0.1%
- Tokoferol
0,05%
Air
II.3
add
100mL
Alasan Formulasi
Pembuatan sampo ini digunakan tipe emulsi M/A, karena jika diinginkan
preparat yang mudah dihilangkan dari kulit dengan air harus dipilih suatu
emulsi minyyak dalam air seperti untuk absorbs pada kulit (Ansel, 2008).
Formulasi sediaan sampo dibuat dalam bentuk emulsi M/A karena dengan
menggunakan tipe ini minyak akan terdispersi dalam air. Dimana air lebih
dominan dari minyak sehingga air berfungsi sebagai pelarut dan sekaligus
sebagai pengatur viskositas (Mottram, 2000).
II.4.
2.
3.
TEA (Trietanolamin)
TEA digunakan sebagai bahan pengemulsi dan bahan pelarut.
Dengan konsentrasi umum dalam emulsi 2-4% dan yang digunkan dalam
formulasi ini adalah 3% (Excipient, 2009).
TEA digunakan kombinasi dengan asam lemak seperti asam stearat
sebagai zat pengemulsi (Martindale, 2002).
4.
Asam Stearat
Asam stearat disintesis dari tumbuhan untuk mengentalkan dan
menstabilkan emulsi. Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk
meningkatkan kestabilan emulsi dengan cara menurunkan tegangan antar
muka, antara fase minyak dan fase air (Balsam, 1992).
Konentrasi asam stearat yang digunakan sebagai pengemulsi adalah
1,5% (Excipient, 2009).
5.
HPMC
Hidroksi propil metil selulosa (HPMC) yang mempunyai sifat alir
pseudoplastis dapat berfungsi sebagai pengental dan penstabil busa
dengan cara gelatinasi. Struktur HPMC mengentalkan dan memperkuat
dinding sehingga memperlambat kecepatan dalam mengalir (Faizatun,
2008).
HPMC digunakan sebagai bahan pengental untuk meningkatkan
stabilitas fisik sediaan shampo dan menciptakan tahan dalam alir
6.
7.
Gliserin
Dalam formulasi topikal dan kosmetik utamanya digunakan sebagai
humektan dan emolien konsentrasi gliserin sebagai emolien yaitu 30%
dengan konsentrasi digunakan dalam formulasi adalah 1 % (Excipient 6th,
283).
9.
Na2EDTA
Dinatrium EDTA digunakan untuk mengkhelat logam-logam yang
terdapat dalam air atau bahan lain sehingga dapat mencegah
berkurangnya efektivitas surfaktan (Faizatun, 2008). Berdasarkan
mekanismenya bahan pengkhelat logam menurut Kenneth (1986) bekerja
dengan cara Berlangsungnya reaksi oksidasi seringkali diinisiasi oleh
adanya ion logam seperti Fe3+,Co3+, Ni2+, Mn3+ ion logam dapat
membentuk kompleks dengan oksigen dan kemudian membentuk radikal
peroksi. Ion logam dapat dapat bereksi dengan obatnya sendiri
membentuk radikal.
Bahan pengkhelat memiliki kekuatan antioksidan dalam bentuk
ikatan ion logam, jadi secara temodinamika dikatakan melepaskan logam
Uraian bahan
1. Aloe Vera
Nama resmi
: Lidah buaya
Nama lain
: Lidah buaya
Pemerian
: Transparan atau hampir berwarna putih , langan
Kelarutan
: Larut dalam air
Kegunaan
: Zat adiktif
Khasiat
: Meregenerasi folike-folikel rambut.
2. Sodium lauril sulfat (FI III 1979: 713; Excipient 6th 2009: 650)
Nama resmi
: Sodium lauryl sulfate
Nama lain
: Sls, sodium lauril sulfate dodecyl alcohol
hydrogen sulfate, sodium salt, dodecyl sodium
RM/BM
Pemerian
Kelarutan
Inkompatibilitas
etanol
: Tidak kompatibel dengan garam dari polivalen
ion logam , seperti aluminium, timah, seng dan
Stabilitas
Inkompatibilitas
Stabilitas
membentuk
garam
yang
kompleks,
Pemerian
Kelarutan
Inkompatibilitas
ionik
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: sebagai pengawet pada air
Konsentrasi
: 0,18%
6. Propil paraben (FI III 1979; Excipient 6th 2009)
Nama resmi
: Propyli parabenum
Nama lain
: Nipasol
Rm/Bm
: C10H12O3/180,21
Pemerian
: Serbuk hablur putih, tidak
Kelarutan
berbau,
tidak
mempunyai rasa
: Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5
bagian etanol (95%), 3 bagian aseton p, 40
bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan
Inkompatibilitas
alkali hidroksida
: Dengan bahan antimikroba dan bahan propil
paraben dikurangi dengan adanya surfaktan non
Stabilitas
ionik
: Larutan berair pada pH 3-6 dapat distabilkan
pada 20 menit
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai pengawet pada minyak
Konsentrasi
: 0,02%
7. Na2 EDTA (FI III 1979)
Nama resmi
: dinatrium Etilen Diamin Tetra asetat dihidrat
Nama lain
: dinatrium EDTA
RM/BM
: C10H19 N2 N22.08 2H20 /372,24
Pemerian
Kelarutan
aman
: larut dalam II bagian air , sukar larut dalam
etanol
(95%),
praktis
tidak
larut
dalam
metilselulosapropilen
glikol
eter,
RM/BM
Pemerian
Kelarutan
Inkompatibilitas
Stabilitas
pengoksidasi
: Stabil pada pH 3-11. Peningkatan temperatur
agen
udara kering.
: Sangat mudah larut dalam air, mudah larut
Inkompatibilitas
Stabilitas
asetat
berwarna
minyak
kental
Inkompatibilitas
kloroform
: Tidak kompatibel dengan peroksida dan ion
Stabilitas
lebih
teroksidasi
stabil
,
untuk
bebas
yang
yang
mudah
biasanya
mudah
teroksidasi,
tokoferol
bebas
yang
Kelarutan
Inkompatibilitas
lainnya
meliputi
basa,
zat
Stabilitas
pereduksi,dan oksidator
: Bahan stabil. larutan berair dapat disterilisasi
Penyimpanan
denganautoklaf.
: Dalam wadah kedap udara dalam sejuk dan
kering.
Kegunaan
: Sebagai pendapar
12. Gliserin (Dirjen Pom : 296; Rowe: 312)
Nama resmi
: Glycerollum
Nama lain
: Gliserin, Glycerol
Rm/Bm
: C3H8O3/92,09
Pemerian
: Cairan seperti sirup, jernih tidak berwarna
Kelarutan
Inkompatibilitas
Stabilitas
Penyimpanan
Kegunaan
Konsentrasi
potasium permanganat
: Stabil pada tekanan dan suhu normal
: Dalam wadah tertutup baik
: Sebagai emolien
:1%
BAB III
METODE KERJA
III.1
III.1.1 Alat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Batang pengaduk
Cawan porselin
Gelas kimia
Gelas ukur
Sendok tanduk
Sudip
Ultraturax
Waterbatch
III.1.2 Bahan:
1.
Air
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
III.2
alkohol
Aloe vera
Asam stearat
Citric acid
Gliserin
karbopol
Lap kasar
Metil paraben
Na2 EDTA
Metil paraben
Propil paraben
Sodium laurilsulfat
Tissue
TEA
Prosedur kerja
1. Karbopol didispersikan kedalam air panas (60-70o C)
2. Diaduk dengan menggunakan ultraturax dengan kecepatan 395 rpm
selama 2 menit
3. Didinginkan sampai 20-25o C
4. Masing-masing fase dipanaskan pada beker gelas yang berbeda diatas
water batch
5. Pada fase minyak dimasukkan propil paraben, asam stearat dan tokoferol pada suhu 70o C dan diaduk hingga homogen
6. Pada beker fase air dimasukkan EDTA, metil paraben, gliserin, natrium
lauril sulfat, TEA, dan aloe vera pada suhu 80oC
7. Dimasukkan fase internal (fase minyak) kedalam fase eksternal (fase air)
dengan pengadukan terus menerus hingga minyak hampir dingin
8. Kedua campuran fase tersebut dimasukan kedalam karbopol yang telah
didispersikan kedalam air
9. Dilakukan pengocokan dengan ultraturax dengan kecepatan 600 rpm
selama 2 menit
10. Dicampur hingga homogen
III.3
Perhitungan
pKa= -Log Ka
6,40 = -Log Ka
Ka = 10-6.40
= 3.98.10-7
pH
= - Log [H+]
= - Log [H+]
[H+] = 10-7
= 2,303 x c x
H +
Ka+ 2
Ka
3.98 x 1014
0,01 = 2,303 x c x ( 3.98 x 107 x 107 )
14
0,01 = 2,303 x c x
3.98 x 10
( 4.98 x 107 )
0,01 = 2,303 x c x
3.98 x 1014
24.8 x 1014
0,01
0,368
= 0,027
Garam = -0,6.asam
[garam] = 3.98 [asam]
c
= garam + asam
0,027 = 3,98 (asam) + asam
0,027 = 4,98 asam
0,027
Asam = 4.98
= 5,42.10-3
Garam = C-asam
= 0,027 x 5,42.10-3
= 0,027 x 0,00542
= 0,02158
Massa asam = BM x c asam x v
= 192,13 x 5,42.10-3 x 0,1
= 0,104 g
Massa garam= BM x c garam x v
= 214,11 x 0,02158 x 0,1
= 0,462 g
III.3.2 Perhitungan bahan
-
Aloe vera
NSL
= 20 ml
10
= 100
Asam stearat
1,5
100
x 110 ml = 1,65 g
TEA
3
100
x 110 ml = 3,3 g
Metil paraben =
0,18
100
x 110 ml = 0,198 g
Propil paraben =
0,02
100
x 110 ml = 0,022 g
Na2 EDTA
0,1
100
x 110 ml = 0,11 g
x 110 ml = 11 g
2
100
HPMC
x 110 ml = 2,2 g
Asam sitrat
Na sitrat
Gliserin
= 0,104 g
= 0,462 g
1
= 100 x 110 ml = 1,1 g
-tokoferol
= 3 ml
-
Air
= 100 ml (20 + 11 +
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
Hasil Pengujian
No
1.
2.
3.
IV.
(tipe m/a)
(tipe m/a)
Pembahasan
Shampo adalah produk perawatan rambut yang digunakan untuk
menghilangkan minyak, debu, serpihan kulit, ketombe, partikel-partikel kotor
yang berasal dari lingkungan dan kotoran lain dari rambut (Putra, 2009). Pada
praktikum teknologi sediaan semi solid ini dibuat shampo dengan zat aktif lidah
buaya (Aloe vera L). Bagian lidah buaya yang digunakan adalah gel lidah buaya
yang terdapat dalam daging daun. Gel lidah buaya yang mengandung 17 asam
amino yang berfungsi bagi tubuh ( Djubaedah, 2003). Menurut jurnal Dokter
Oz (2010) bahwa beberapa bukti menyatakan bahwa jenis asam amino L-Lisin
pada dosis 500-1000 mg) mampu menyuburkan rambut. Selain itu asam amino
dalam gel lidah buaya yang terkandung dapat membantu perkembangan sel-sel
baru dimana mampu meregenerasi folikel-folikel rambut yang menyebabkan
rambut tumbuh dengan baik dan mengangkat sel-sel yang telah mati (Gayatri,
2011).
Shampo lidah buaya ini dibuat dalam tipe minyak dalam air (m/a).
Karena dilihat dari penggunaan shampoo itu sendiri secara umum biasanya
menggunakan air, berdasarkan buku Ansel (2011) jika menginginkan preparat
yang mudah dihilangkan dari kulit dengan air maka digunakan emulsi minyak
dalam air. Selain itu tipe emulsi minyak dalam air merupakan sistem emulsi
yang paling sederhana (Voight, 1994).
Dalam formulasi
shampoo
lidah
buaya
Dalam formulasi
ini
yang
digunakan
adalah
-tokoferol.
Antioksidan
dapat
mengahalangi proses oksidasi dengan cara menetralisir radikal bebas. tokoferol merupakan antioksidan untuk perlindungan kulit, dapat memanjakan
kulit dengan memperpanjang usia sel-sel kulit (Novianty, 2008). Selanjutnya
pelarut yang digunakan dalam formulasi ini adalah air. Menurut Sari (2013) air
merupakan pelarut yang berlimpah dan murah, serta merupakan pelarut yang
semi polar baik untuk digunakan sebagai pelarut untuk berbagai produk.
Metode pembuatan shampo ini menggunakan metode beker. Menurut
buku Teknologi Liquida dan semisolid (2014), kedua fase dipisahkan dalam
beker yang berbda. Kemudian masing-masing dipanaskan pada suhu berbeda.
Untuk fase air dipanaskan pada suhu 70 C sedangkan fase minyak pada suhu
80 C. Perbedaan suhu ini dilakukan karena minyak lebih lama dingin daripada
air, sehingga jika suhu air lebih rendah dari minyak maka air akan terlebih
dahulu dingin sehingga suhunya tidak sama lagi dengan minyak (Tungadi,
2014).
Pertama-tama HPMC didispersikan ke dalam air panas yang suhunya
60-70C. Kemudian diaduk dengan ultraturax dengan kecepatan 100 rpm
selama 6 menit dan didinginkan sampai suhu 20-25C. Setelah dipanaskan fase
minyak dan fase air, dimasukkan fase minyak ke dalam fase air setelah itu
dicampur dengan ultraturax. Kemudian dimasukkan HPMC dan diaduk lagi
dengan ultraturax dengan kecepatan 600 rpm selama 2 menit sampai homogen.
Selanjutnya dilakukan evaluasi emulsi yaitu uji busa dan uji tipe emulsi
dengan menggunakan uji kelarutan warna dan uji konduktivitas. Berdasarkan
evalusi tersebut, pada uji busa shampo aloe vera menghasilkan tinggi busa yaitu
20 cm. menurut Mita (2009) persyarata tinggi busa pada umumnya yaitu
berkisar 1,3-22 cm. sehingga dari hasil yang diperoleh maka busa dari shampoo
aloe vera ini menghasilkan busa yang baik. Sedangkan pada uji tipe emulsi
kelarutan warna, dengan menggunakan metilen blue shampo aloe vera
merupakan tipe emulsi minyak dalam air. Hal ini ditandai dengan meresapnya
metilen blue hingga kebawah sediaan. Pada uji tipe emulsi dengan
konduktivitas juga dapat dibuktikan bahwa tipe emulsi shampo aloe vera
merupakan tipe minyak dalam air, hal ini dapat dibuktikan dengan menyalanya
sumber listrik saat sebuah elektroda dicelupkan kedalam emulsi. Hal ini terjadi
karena jumlah air dalam formula ini lebih banyak, dimana air merupakan
penghantar arus listrik yang lebih baik. Langkah terakhir shampo aloe vera
dikemas dalam kemasan botol yang tertutup rapat dan terlindung dari cahaya
dan diberi etiket.
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Metode yang digunakan dalam pembuatan shampo gel lidah buaya (Aloe
vera) yaitu metode beker dimana fase air dan fase minyak dipanaskan
diatas waterbatch pada beker dan suhu yang berbeda (fase air 80C, fase
minyak 70C).
2. Untuk menghasilkan shampo lidah buaya (Aloe vera) yang aman memiliki
viskositas yang baik, busa yang stabil, dan dapat mengoptimalkan kerja
detergen ditambahkan bahan seperti pengental dan penstabil busa
(contohnya
HPMC),
pengawet
(contohnya
metil
paraben),
Saran
Diharapkan bagi praktikan agar lebih hati-hati dalam menimbang dan
meracik formula sehingga dapat mencapai hasil yang diinginkan dan bagi
penanggung jawab laboratorium agar melengkapi alat dan bahan yang
dibutuhkan praktikan agar praktikum berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2003. Clear Conditioning Shampoo. Lubrizol Corporation
Ansel,H,C.2011. Pengantar Benruk Sediaan Farmasi.Jakarta: UI Press
Balsam, M. S. 1992. Cosmetics Science And Technology Second Edition. London:
Jhon Willi and Jan, Inc
Dirjen POM, 1995. Farmakope Indonesia. Jakarta: DEPKES RI
Djubaedah, E. 2003. Pengolahan Lidah Buaya Dalam Sirup. Bogor: Balai Besar
Industri Argo
Faizatun,Dkk.2008. Formulasi Shampoo Ekstrak Bungan Chamomile Dengan
Hidroksi Propel Metal Selulisa Sebagai Pengental. Jakarta: Universitas
Pancasila
Gayatri. 2011. Buku Cerdas Untuk Perempuan Aktif. Jakarta: Gugus Media
Lachman, 2008. Teori dan Praktik Farmasi Industri. Jakarta: UI Press
Mita,S,M. 2009. Pengembangan Ekstrak Etanol Kubis Asal Kabupaten Bandung
Barat Dalam Bentuk Shampoo Antiketombe Terhadap Jenis Masesezia
Furfur. Surabaya: Farmasi Universitas Padjajaran
Mottram, F.J. L. 2000. Hair Shampoos. Kluwer Academic Publishers: Printed In
Great Britain
Novianty, T. 2008. Pengaruh Formulasi. Jakarta: FMIPA UI
Oz,M. 2010. Being Beautiful. Bandung: Media Utama
Parrot, F.L. 1968. Pharmaceutical Technology. Lowd. Burgess Publishing Company