Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dewasa ini teknologi farmasi semakin berkembang dalam berbagai hal seperti
bentuk sediaan baru untuk mengatasi keterbatasan sediaan yang terdahulu. Salah satu
bentuk sediaan yang terus dikembangkan karena memiliki keuntungan terapeutik yang
baik adalah sediaan oral lepas terkendali. Bentuk sediaan ini masih memiliki keterbatasan
terutama untuk obat yang memiliki segmen absorpsi yang sempit pada gastrointestinal
bagian atas. Hal ini disebabkan karena waktu transit obat yang relatif singkat pada
gastrointestinal bagian atas sehingga dalam waktu kurang dari enam jam sediaan lepas
terkendali telah meninggalkan gastrointestinal bagian atas. Untuk mengatasi hal ini, maka
dikembangkan suaatu sistem penghantar obat tertahan di lambung (Gastroretentive Drug
Delivery System).
Sistem penghantaran di lambung merupakan suatu sistem penghantar obat dengan
menggunakan polimer yang setelah pemberiaan secara oral, obat akan tertahan lebih lama
dalam lambung dan melepaskan obat secara terkendali dan kontinyu. Salah satu
pendekatan sistem penghantaran obat tertahan di lambung adalah sistem penghantaran
obat mengapung (floating drug delivery system). Mekanisme keterapungan terjadi karena
densitas sediaan lebih rendah dibandingkan densitas cairan lambung.
Pada sistem mengapung, obat akan diperpanjang waktu tinggalnya di lambung
melalui mekanisme keterapungan yang disebabkan oleh matriks. Matriks pada sistem
mengapung terdiri dari polimer yang dapat mengembang, seperti hidroksipropil
metilselulosa, dan kandungan zat effervescent, seperti natrium bikarbonat, asam tartrat
dan asam sitrat. Ketika kontak dengan asam lambung, karbondioksida akan dilepaskan
dan terperangkap di polimer hidrokoloid yang mengembang, sehingga menyebabkan
sediaan mengapung.
Keuntungan dari bentuk floating system adalah dapat mengontrol frekuensi
pemberian obat karena obat memiliki kemampuan mengambang kemudian mengapung di
dalam lambung untuk beberapa waktu. Sedangkan kerugian dari bentuk floating system
adalah tidak bisa untuk obat-obat yang absorbsinya kurang baik di lambung.
1.2
Tujuan Penulisan
1. Memahami Gastroretentive Drug Delivery System
2. Memahami Gastroretentive Floating System dalam sediaan farmasi.
1.3
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
mengaktifkan enzim pepsinogen yang dihasilkan oleh sel parietal yang masih dalam
bentuk zymogen menjadi pepsin. Pepsin itu sendiri berfungsi untuk mengubah protein
menjadi proteosa, polipeptida dan pepton. Pada gaster juga dihasilkan enzim pencernaan
berupa enzim lipase yang berfungsi untuk memecah Triasilgliserol (TAG) menjadi
diasilgliserol (DAG). Serta pada bayi terdapat enzim rennin yang berfungsi untuk
menggumpalkan protein susu.
2.2
dalam lambung tanpa mempengaruhi kondisi lambung dan obat dilepaskan perlahan pada
kecepatan yang diinginkan dari sistem (Anonim, 2003).
Bentuk floating system banyak diformulasi dengan menggunakan matriks matriks
hidrofilik dan dikenal dengan sebutan hydrodynamically balanced system (HBS), karena
saat polimer berhidrasi intensitasnya menurun akibat matriknya mengembang, dan dapat
menjadi gel penghalang dipermukaan bagian luar. Bentukbentuk ini diharapkan tetap
dalam keadaan mengapung selama tiga atau empat jam dalam lambung tanpa dipengaruhi
oleh laju pengosongan lambung karena densitasnya lebih rendah dari kandungan gastrik.
Hidrokoloid yang direkomendasikan untuk formulasi bentuk floating adalah cellulose
ether polymer, khususnya hydroxypropyl methylcellulose (Moes, 2003).
2.3
sebagai reservoir untuk obat yang akan dilepaskan perlahan-lahan dan dikontrol oleh
difusi melalui lapisan gel.
2. Effervescent system
Pada sistem effervescent biasanya menggunakan matriks dengan bantuan polimer
yang dapat mengembang seperti metil selulosa, kitosan, dan senyawa effervescent
seperti natrium bikarbonat, asam tartrat, dan asam sitrat. Sistem effervescent ketika
kontak dengan asam lambung maka akan membebaskan gas karbon dioksida yang
akan terperangkap di dalam senyawa hidrokoloid yang mengembang. Sehingga
menyebabkan sediaan akan mengambang. Wei et al dalam Mamoru Fukuda et al
meneliti sifat tablet mengapung yang berisi HPMC dan natrium bikarbonat. Gas
karbon dioksida dilepaskan ketika tablet yang berisi natrium bikarbonat dicelupkan ke
dalam cairan lambung buatan sehingga menyebabkan tablet mengambang.
yang mengembang seperti HPMC dan HPC tidak menunjukkan reprodusibiltas pada
pelepasan dan waktu tinggal karena pembengkakan sangat bergantung pada isi lambung
dan osmolaritas medium dan formulasi tertentu diamati akan tenggelam pada medium
disolusi setelah waktu tertentu. Lag time floating pada formulasi tersebut = 9 30 menit.
Kemampuan pembentukan gel n kekuatan gel polisakarida bervariasi dari batch ke batch
karena variasi pada panjang rantai dan tingkat substitusi dan situasi ini diperburuk pada
formulasi effervescent dengan gangguan dari struktur gel melalui evolusi CO2.
Pembentuk gel bereaksi sangat sensitif terhadap perbedaan osmolaritas media pelepasan,
dengan peningkatan pelepasan.
2.5
sitespecific dari
bagian atas saluran pencernaan adalah calon potensial untuk menjadi formulasikan
sebagai sistem penghantaran obat mengambang, sehingga memaksimalkan penyerapan
mereka. Misalnya. A secara signifikan meningkatkan bioavailabilitas bentuk sediaan
floating (42,9%) dapat dicapai sebagai dibandingkan dengan tersedia secara komersial
Lasix tablet (33,4%) dan dilapisi enterik produk Lasix panjang (29,5%)7
Gastroretentive Floating Page 7
2.6
mengejar usaha ini banyak multipleunit bentuk sediaan apung telah dirancang . Mikrosfer
memiliki kapasitas loading yang tinggi dan banyak polimer telah digunakan seperti
albumin , gelatin , pati , polymethacrylate , polyacrylamine , dan poli alkil cyanoacrylate .
Microsponges polimer Bulat juga disebut sebagai " microballoons " telah disiapkan .
Mikrosfer memiliki berongga internal yang khas struktur dan menunjukkan baik in vitro
floatability. Bentuk-bentuk sediaan yang dikecualikan dari bagian dari pyloric sfingter
jika diameter ~ 12 sampai 18 mm.
2.7
3.1
yang telah ditentukan. Bila obat berinteraksi dengan sisi reseptor, biasanya protein
membran, akan menimbulkan respon biologik. Tujuan pokok dari fase ini adalah
optimalisasi dari efek biologik
3.2
sampai di hati, hanya beberapa obat tetap dalam bentuk aktif sampai di hati. Obat-obatan
di metabolisme dengan cara oksidasi, reduksi, hidrolisis, hidrasi, konjugasi, kondensasi
atau isomerisasi, yang tujuannya supaya sisa obat mudah dibuang oleh tubuh lewat urin
dan empedu. Ginjal adalah tempat utama ekskresi/ pembuangan obat. Sedangkan sistem
billier membantu ekskresi untuk obat-obatan yang tidak di-absorbsi kembali dari sistem
pencernaan.
3.3
3.4
9. Jenis kelamin
GRT pada laki-laki yang sedang rawat jalan (3,4 0,6 jam) kurang dengan usia
mereka dan dibandingkan pada perempuan (4,6 1,2 jam), terlepas dari berat badan,
tinggi dan permukaan tubuh).
10. Usia
Orang tua, terutama yang lebih dari 70 tahun,memiliki GRT signifikan lebih panjang.
11. Postur Tubuh
GRT dapat bervariasi pada pasien rawat inap yang terlentang atau jalan tegak;
12. Pemberian Obat Bersamaan
Antikolinergik seperti atropin dan propantheline, opiat seperti kodein dan agen
prokinetic seperti metoclopramide dan cisapride;
13. Faktor Biologis
Penyakit diabetes.
3.5
Floating
(sediaan
lepas
lambat)
memiliki
beberapa
darah
Obat dihantarkan secara terkontrol
Durasi efek terapi yang diinginkan lebih panjang.
Menghantarkan obat untuk aksi lokal
Mudah diberikan dan pasien merasa lebih nyaman
2. Kekurangan
Sistem mengambang tidak cocok bagi obat-obat yang memiliki masalah
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Gastroretentive Floating System yaitu sediaan lepas terkendali oral dengan sistem
penghantaran obat tertahan di lambung yang memiliki kemampuan mengambang
kemudian mengapung dan tinggal dilambung untuk beberapa waktu serta memungkinkan
obat untuk tinggal lebih lama di saluran gastrointestinal bagian atas lalu obat dilepaskan
perlahan pada kecepatan yang dapat ditentukan.
Floating System dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam diantaranya adalah
non-effervescent system dan effervescent system. Sedangkan hal yang harus diperhatikan
dalam Gastroretentive Floating System diantaranya adalah berat jenis, ukuran, bentuk
bentuk sediaan, satu atau beberapa satuan formulasi, tempat terisi atau tidak terisi,
makanan alami, konten kalori, frekuensi makan, jenis kelamin, usia, postur tubuh,
pemberian obat bersamaan, dan faktor biologis.
Keunggulan
Gastroretentif Floating (sediaan lepas lambat) memiliki beberapa keunggulaan
dibandingkan beberapa sediaan tablet konvensional. Keunggulaan tersebut antara lain :
darah
Obat dihantarkan secara terkontrol
Durasi efek terapi yang diinginkan lebih panjang.