Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

A DENGAN HEPATOMA
DI RUANG ANTHURIUM
RSD dr. SOEBANDI JEMBER

oleh
Irma Zuhrotul Laily Masa, S. Kep.
NIM 102311101033

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
A. Konsep teori
1. Pengertian

Hepatoma atau karsinoma hepatoseluler merupakan tumor ganas primer


pada hati yang berasal dari sel-sel hepatosit dan paling sering ditemukan
daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma maligna,
fibrosarkoma, dang hemangioendotelio (Misnadiarly, 2007).
2. Etiologi
Timbulnya karsinoma hepatoseluler disebabkan oleh:
a. Infeksi kronik virus hepatitis B (HBV)
b. Infeksi kronis virus hepatitis C (HCV)
c. Bahan-bahan hepatokarsinogenik
Alfatoksin
Alkohol
Penggunaan steroid anabolik
Defisiensi 1-antitripsin
Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (hemochromatosi)
Kontak dengan racun kimia tertentu (misalnya: vinil, klorida, arsen)
3. Patofisiologi
Kanker hati terjadi akibat kerusakan pada sel-sel parenkim hati yang biasa
secara langsung disebabkan oleh primer penyakit hati atau secara tidak
langsung oleh obstruksi aliran empedu atau gangguan sirkulasi hepatik yang
menyebabkan disfungsi hati. Sel parenkim hati akan bereaksi tehadap unsurunsur yang paling toksik melalui penggantian glikogen dengan lipid
sehingga terjadi infiltrasi lemak dengan atau tanpa nekrosis atau kematian
sel. Keadaan ini sering disertai dengan infiltrasi sel radang dan pertumbuhan
jaringan fibrosis. Regenerasi sel dapat terjadi jika proses perjalanan
penyakit tidak terlampau toksik bagi sel-sel hati, sehingga terjadi pengecilan
dan fibrosis selanjutnya akan menjadi kanker hati.
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada karsinoma hepatoseluler adalah sebagai berikut
a. Nyeri abdomen
b. Ikterus/ jaundice
c. Edema pada tubuh
d. Asites
e. Anoreksia dan anemia
f.
Malaise
g. Kehilangan kekuatan
h. Distensi perut
i.
Paraneoplastic syndrome: hipoglikemia, erythrocytosis,
hipercalcemia, dan diare
5. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi akibat karsinoma hepatoseluler adalah sebagai


berikut
a. Hipertensi
b. Hiperbilirubinemia
c. Ensefalopati hepatika, terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan
oleh akumulasi amonia serta metabolik toksin
d. Kerusakan jaringan parenkim hati yang meluas akan menyebabkan
sirosis hepatis
6. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
a.
Laboratorium
Darah lengkap; SGOT, SGPT, LDH, CPK, Alfa fetoprotein 500 mg/dl,
HbsAg positif dalam serum, peningkatan kalium, kalsium dan alkaline
fosfatase.
b. Radiologi
Ultrasonografi (USG): USG hitam putih (grey scale) yang sederhana
(conventional) hati yang normal tampak warna ke-abuan dan tekstur
merata (homogen). Bila ada kanker langsung dapat terlihat jelas
berupa benjolan (nodul) berwarna kehitaman, atau berwarna
kehitaman campur keputihan dan jumlahnya bervariasi pada tiap
pasien bisa satu, dua atau lebih atau banyak sekali dan merata pada
seluruh hati, ataukah satu nodule yang besar dan berkapsul atau tidak
berkapsul. Sayangnya USG conventional hanya dapat memperlihatkan
benjolan kanker hatidiameter 2-3 cm saja. Bila USG conventional ini
dilengkapi dengan perangkat lunak harmonik sistem bisa mendeteksi
benjolan kanker diameter 1-2 cm, namun nilai akurasi ketepatan
diagnosanya hanya 60%.
CT-Scan: dapat menilai seluruh segmen hati dalam satu potongan
gambar.
Magnetic Resonance Imaging (MRI): menggunakan gelombang
magnet tanpa adanya Sinar X.
Positron Emission Tomography (PET): merupakan alat pendiagnosis
kanker menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal sebagai
flourine18 atau Fluorodeoxyglucose (FGD) yang mampu
mendiagnosa kanker dengan cepat dan dalam stadium dini. PET dapat
menetapkan tingkat atau stadium kanker hati sehingga tindakan lanjut
penanganan kanker ini serta pengobatannya menjadi lebih mudah. Di
samping itu juga dapat melihat metastase (penyebaran).
c. Biopsi
Biopsi digunakan untuk melihat adanya resiko sel-sel tumor akan
bermigrasi disepanjang bekas biopsi.

7. Terapi yang dilakukan


a. Terapi radiasi
Terapi radiasi mempunyai tujuan memberikan radiasi langsung kepada
sel-sel tumor agar tidak menyebar bertambah besar, nyeri dan gangguan
rasa nyaman dapat dikurangi secara efektif dengan terapi radiasi pada
70-90% klien.
b. Kemoterapi
Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infus regional merupakan metode
yang digunakan untuk memberikan preparat anti-neoplastik kepada
pasien tumor primer dan metastasis hati untuk memberikan kemoterapi
dengan konsentrasi tinggi ke dalam hati melalui arteri hepatika yang
dipasang pompa yang dapat ditanam.
c. Drainase bilier perkutan atau drainase transhepatik
Drainase Bilier perkutan atau drainase transhepatik digunakan untuk
melakukan pintasan saluran empedu yang tersumbat oleh tumor hati,
pankreas atau saluran empedu pada pasien tumor yang tidak dapat di
operasi atau pada pasien yang dianggap beresiko. Prosedur ini
dikerjakan untuk membentuk kembali sistem drainase bilier, mengurangi
tekanan serta rasa nyeri karena penumpukan empedu akibat obstruksi,
dan meredakan gejala pruritus serta ikterus. Selama beberapa hari
setelah di pasang, kateter tersebut di buka untuk drainase eksternal.
Cairan empedu yang mengalir keluar diobservasi dengan ketat untuk
mengetahui jumlah, warna dan adanya darah serta debris.
d. Lobektomi hati
Lobektomi hati untuk penyakit kanker dapat sukses dikerjakan apabila
tumor primer hati dapat dilokalisir atau pada kasus metastasis, apabila
lokasi lokasi primernya dapat dieksisi seluruhnya dan metastasis
terbatas. Meskipun demikian, metastasis kedalam hati jarang bersifat
terbatas atau soliter. Dengan mengandalkan pada kemampuan sel-sel
hati untuk beregenerasj, sebagian dokter bedah telah melakukan
pengangkatan 90% dari organ hati dengan hasil yang baik. Meskipun
demikian, adanya sirosis akan membatasi kemampuan hati untuk
beregenerasi.
e. Transplantasi hati
Transplantasi hati meliputi pengangkatan total hati yang sakit dengan
menggantikan hati yang sehat. Pengangkatan hati yang sakit akan
menyediakan tempat bagi hati yang baru dan memungkinkan
rekonstruksi anatomis vaskuler hati serta saluran bilier mendekati
keadaan normal. Transplantasi hati ini digunakan untuk mengatai
penyakit hati stadium-terminal yang mengancam jiwa penderitanya

setelah bentuk terapi yang lain tidak mampu menanganinya.


Keberhasilan transplantasi tergantung keberhasilan terapi imunosupresi.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Demografi
Usia: biasanya menyerang dewasa dan orang tua
Jenis kelamin: empat kali lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan
Pekerjaan: dapat ditemukan pada orang dengan aktivitas yang
berlebihan
b. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, bradikardi, suhu
meningkat, pernapasan meningkat
Mata: sklera ikterus

Mulut: mukosa kering, bibir pucat


Abdomen: terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas, pembesaran
hati, asites, permukaan teraba ireguler
Kulit: gatal (pruritus), ikterus
Ekstremitas: mengalami kelemahan, edema
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan adanya
penurunan ekspansi paru, pengumpulan cairan intra-abdomen, dan asites
b. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar dan bendungan
vena porta
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipertensi portal, tekanan
osmotik koloid yang merendah akibat dari penurunan protein albumin
ditandai dengan penumpukan cairan bawah kulit, intake dan ouput tidak
seimbang
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang inadekuat sekunder terhadap anoreksia, mual, dan
muntah
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunsn aliran
darah sekunder
f.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Perencanaan Keperawatan
No.
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
1
Ketidakefektifan Setelah
pola pernapasan dilakukan
berhubungan
tindakan
dengan adanya
keperawatan
penurunan
diharapakan
ekspansi paru,
pernapasan
pengumpulan
efektif
cairan intrakembali
abdomen, dan
asites

Kriteria
Intervensi
Rasional
Hasil
Tidak
a. Pertahankan a. Posisi ini
mengeluh
Posisi semi
memungkinkan
sesak
fowler
tidak terjadinya
napas, RR b. Observasi
penekanan isi
16-24
gejala
perut terhadap
x/menit.
kardinal dan
diafragma
Tidak ada
monitor
sehingga
cuping
tanda-tanda
meningkatkan
hidung
ketidakefekt
ruangan untuk
ifan
pola
ekspansi paru
napas
yang maksimal.
c. Berikan
Disamping itu
penjelasan
posisi ini juga
tentang
mengurangi
penyebab
peningkatan
sesak
dan
volume darah
motivasi
paru sehingga
utuk
memperluas
membatasi
ruangan yang

Nyeri
akut
berhubungan
dengan
pembengkakan
hepar
dan
bendungan vena
porta

Setelah
dilakukan
tindakkan
keperawatan
diharapakan
nyeri dapat
berkurang
atau Pasien
bebas dari
nyeri

Tidak
mengeluh
nyeri
abdomen,
tidak
meringis,
nadi 7080
x/menit

aktivitas
dapat diisi oleh
d. Berikan
udara
oksigen
b. Pemantau lebih
sesuai
dini terhadap
kebutuhan
perubahan yang
e. Kolaborasi
terjadi sehingga
dengan tim
dapat diambil
medis
tindakan
(dokter)
penanganan
dalam
segera
pemberian c. Pengertian
diuretik,
klien akan
batasi
mengundang
asupan
partispasi klien
cairan, dan
dalam
punctie
mengatasi
aspirasi
permasalahan
asites
yang terjadi
d. Mencegah
hipoksia
e. untuk
mengurangi
asites dan
cairan dalam
cavum pleura
sehingga pola
nafas kembali
norma (1624x/menit)
a. Lakukan
a. Analgesik
kolaborasi
bekerja
dengan dokter
mengurangi
dalam
reseptor nyeri
pemberian
dalam
analgesik
mencapai
(perhatikan
sistim saraf
fungsi faal
sentral
hepar)
b. Dengan posisi
b. Atur posisi
miring ke sisi
klien yang
yang sehat
enak sesuai
disesuaikan
dengan
dengan gaya
keadaan
gravitasi, maka
c. Awasi respon
dengan miring
emosional
kesisi yang
klien terhadap
sehat maka

Kelebihan
volume cairan
berhubungan
dengan
hipertensi
portal, tekanan
osmotik koloid
yang merendah
akibat
dari
penurunan
protein albumin
ditandai dengan
penumpukan
cairan
bawah
kulit, intake dan
ouput
tidak
seimbang

Setelah
dilakukan
tindakkan
keperawatan
diharapakan
kelebihan
volume
cairan dapat
diatasi

volume
cairan
seimbang,
berat
badan
stabil,
tandatanda
vital
dalam
batas
normal,
tidak ada
bunti paru
tambahan,
tidak ada
edema,
tidak ada
asites,
protein,
albumin,

proses nyeri
terjadi
d. Ajarkan teknik
pengurangan
pengurangan
penekanan sisi
nyeri dengan
yang sakit
teknik
c. Keadaan
distraksi
emosional
e. Observasi
mempunyai
tanda-tanda
dampak pada
vital
kemampuan
klien untuk
menangani
nyeri
d. Teknik
distraksi
merupakan
teknik
pengalihan
perhatian
sehingga
mengurangi
emosional dan
kognitif
e. Deteksi dini
adanya
kelainan
a. Ukur
a. Menunjukkan
masukan dan
status sirkulasi,
keluaran.
terjadinya
Catat
perbaikan
keseimbanga
perpindahan
nnya timbang
cairan, dan
berat badan
respon
tiap hari dan
terhadap terapi.
catat
Keseimbangan
peningkatan
positif atau
lebih dari 0,5
peningkatan
kg/ hari
berat badan
b. Monitor
sering
tanda-tanda
menunjukkan
vital
retensi cairan
c. Auskultasi
lanjut
paru, catat
b. Peningkatan
penurunan
tekanan darah
atau tidak
biasanya
adanya bunyi
berhubungan
nafas
dengan

kalium,
dan
natrium
dalam
batas
normal

d.
e.
f.

g.

h.

tambahan,
misalnya
krekles
Ukur dan
catat lingkar
perut tiap hari
Dorong untuk
tirah baring
Monitor
albumin
serum dan
elektrolit
khusus
kalium dan
natrium
Batasi
natrium dan
cairan sesuai
indikasi
Beri obat
diuretik
sesuai
indikasi

c.

d.

e.
f.

kelebihan
cairan
Peningkatan
kongesti
pulmonal dapat
mengakibatkan
gangguan
pertukaran gas
pada paru-paru
Memantau
perubahan
pada
pembentukan
asites dan
penumpukan
cairan
Posisi
rekumben
untuk diuresis
Penurunan
albumin serum
mempengaruhi
tekanan
osmotik koloid
plasma,
mengakibatkan
pembentukan
edema.
Penurunan
aliran darah
ginjal
menyertai
peningkatan
kadar
aldosteron dan
penggunaan
diuretik untuk
menurunkan
air total tubuh,
dapat
menyebabkan
sebagai
perpindahan
atau
ketidakseimba
ngan elektrolit

g. Meminimalkan
retensi cairan
dalam area
ekstravaskuler.
Pembatasan
cairan perlu
untuk
memperbaiki/
mencegah
pengenceran
h. Mengontrol
edema dan
asites.
Menghambat
efek
aldosteron,
meningkatkan
ekskresi air,
bila terapi
dengan tirah
baring dan
pembatasan
natrium tidak
teratasi
4. Evaluasi
S : data subjektif berisi data dari pasien melalui anamnesis (wawancara)
yang merupakan ungkapan langsung
O : data objektif data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik
A : analisis dan interpretasi berdasarkan data yang terkumpul kemudian
dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diaognosis atau
masalah potensial, serta perlu tidaknya dilakukan tindakan segera.
P : perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan
termasuk asuhan mandiri, serta konseling untuk tindak lanjut.
5. Discharge Planning
a. Istirahat yang cukup
b. Diet rendah protein
c. Diet rendah garam II
d. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemberian asam amino
essensial berantai cabang dan glukosa
e. Roboansia. Vitamin B komples. Dilarang makan dan minum bahan yang
mengandung alkohol

DAFTAR PUSTAKA
Misnadiarly. 2007. Mengenal, Menanggulangi, Mencegah & Mengobati Penyakit
Hati (Liver). Edisi 1. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai