Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan
guna pembiayaan investasi di masa datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba
sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total
sumber dana intern atau keuangan internal. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan
laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Dengan
demikian kebijakan dividen ini harus dianalisa dalam kaitannya dengan keputusan pembelanjaan
atau penentuan struktur modal secara keseluruhan.
Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang mempersoalkan sebaiknya kapan (artinya,
dalam keadaaan seperti apa) dan berapa bagian dari laba perusahaan yang dicapai dalam suatu
periode, yang didistribusikan kepada para pemegang saham dan yang ditahan didalam
perusahaan, dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai
perusahaan. Kebijakan dividen ini sangat penting artinya bagi manajer keuangan, karena
seorang manajer harus memperhatikan kepentingan perusahaan, pemegang saham, masyarakat
dan pemerintah.
Permasalahan kadang menjadi nampak rumit karena adanya alternatif pendanaan dari
luar. Sehingga dimungkinkan membagi laba sebagai dividen, dan pada saat yang sama
menerbitkan saham baru. Ataukah lebih baik tidak membagi dividen dan juga tidak menerbitkan
saham baru? Apakah cara semacam ini memang membawa dampak yang berbeda bagi
pemegang saham? Masalah lain adalah bahwa perusahaan bisa membagikan dividen bukan
dalam bentuk uang tunai tetapi dalam bentuk saham (dikenal sebagai stock dividend). Demikian
juga perusahaan bisa membagikan dana ke pemegang saham dengan cara membeli kembali
(sebagian) saham (dikenal sebagai repurchase of stocks).
Pembatasan Masalah.
Melihat dari latar belakang masalah serta memahami pembahasannya maka penulis dapat
memberikan batasan-batasan pada : Bagaimana Praktek kebijakan deviden ?
Teori Kebijakan Dividen.
Kebijakan dividen (dividen policy) adalah rencana tindakan yang harus diikuti dalam
membuat keputusan dividen. Kebijakan deviden didefinisikan sebagai kebijakan yang terkait
dengan pembayaran dividen oleh perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran dan
besarnya laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan.
Ada berbagai pendapat ahli atau teori tentang kebijakan dividen sebagai berikut :
a.
tunai atau DPR (Dividen Payout Ratio) , tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak
atau EBIT (Earning Before Interest and Tax) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut
MM, dividen adalah tidak relevan.
Pernyataan ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang lemah seperti : (1)
Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional, (2) Tidak ada biaya emisi
saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru, dan (3) Tidak ada pajak Kebijakan
investasi perusahaan tidak berubah.
Sedangkan kenyataannya : (1) Pasar modal yang sempurna sulit ditemui, (2) Biaya
emisi saham baru pasti ada, (3) Pajak pasti ada, dan (4) Kebijakan investasi perusahaan
tidak mungkin tidak berubah.
b.
Teori Dividen yang Relevan (The Bird in the Hand) dari Gordon dan Lintner.
Teori ini menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika presentase
laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai atau DPR (Dividen
Payout Ratio) rendah, karena investor lebih suka menerima dividen dari pada Perolehan
modal (Capital Gains). Investor memandang keuntungan dividen (dividend yield) lebih
pasti dari pada keuntungan capital gains (capital gains yield). Perlu diingat bahwa dilihat
dari sisi investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan adalah tingkat keuntungan yang
disyaratkan
investor
pada
saham.
Laba ditahan
adalah
keuntungan
dari dividen
( dividend yield ) ditambah keuntungan dari capital gains ( capital gains yield ).
Modigliani dan Miller menganggap bahwa argumen Gordon dan Lintner ini
merupakan suatu kesalahan ( MM menggunakan istilah The Bierd in the hand Fallacy
). Menurut MM, pada akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang
diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir
sama.
c.
Teori Perbedaan Pajak (Tax Differential Theory) dari Litzenberger dan Ramaswamy.
Teori ini menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan
capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda
pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang
lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield
rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika
pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin
terasa.
Jika manajemen percaya bahwa teori Dividen tidak relevan dari MM adalah benar,
maka perusahaan tidak perlu memperdulikan berapa besar dividen yang harus dibagi, tapi
jika mereka menganut teori Dividen yang relevan, maka mereka harus membagi seluruh
laba setelah pajak atau EAT (Earnig After Tax) dalam bentuk dividen. Dan bila manajemen
cenderung mempercayai teori perbedaan pajak ( Tax Differential Theory ), mereka harus
menahan seluruh EAT atau DPR = 0 %. Jadi ke 3 teori yang telah dibahas mewakili
kutub kutub ekstrim dari teori tentang kebijakan dividen. Sayangnya test secara empiris
belum memberikan jawaban yang pasti tentang teori mana yang paling benar.
d.
meramalkan suatu
penghasilan
yang
baik
dividen
masa
mendatang.
Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan
normal
(biasanya )
diyakini
investor
sebagai
suatu
tanda
bahwa
perusahaan
e.
Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih
menyukai suatu presentase laba yang dibayarkan atau DPR (Dividend Payout Ratio) yang
tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat
ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.
Jika ada perbedaan pajak bagi individu ( misalnya orang lanjut usia dikenai pajak
lebih ringan ) maka pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih menyukai perolehan
modal (capital gains) karena dapat menunda pembayaran pajak.
senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Sebalinya kelompok pemegang
saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang besar.
Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari Clientele ini ada. Tapi menurut MM hal
ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen kecil, demikian sebaliknya.
Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan
kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna
pembiayaan investasi di masa datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba
sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total
sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan
laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Dengan
demikian kebijakan dividen ini harus dianalisa dalam kaitannya dengan keputusan pembelanjaan
atau penentuan struktur modal secara keseluruhan.
Faktor faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen.
Ketika perusahaan membuat kebijakan dividen, maka perusahaan akan melihat sejumlah
masalah lain yang dihubungkan dengan konsep-konsep teoritis mengenai pembayaran dividen
dan penilaian perusahaan.
Faktor-faktor berikut inilah yang biasanya harus dianalisis oleh perusahaan ketika
membuat keputusan kebijakan dividen :
1)
Aturan-aturan Hukum.
Berbagai aturan hukum penting untuk membuat batasan hukum yang memungkinkan
kebijakan dividen akhir perusahaan dapat berjalan.
a.
Banyak negara bagian di AS yang melarang pembayaran dividen jika dividen ini akan
menurunkan nilai modal. Beberapa negara bagian mendefinisikan modal sebagai total nilai
nominal saham biasa. Perusahaan tidak dapat membayar dividen tunai dengan total lebih dari
total nominal saham biasa tanpa menurunkan nilai modalnya.
Sedangkan beberapa negara lainnya mendefinisikan modal tidak hanya meliputi nilai
nominal saham biasa, tetapi juga tambahan modal disetor. Dengan aturan negara semacam ini,
dividen dapat dibayar maksimum sebesar jumlah laba tahan, yaitu dari kas dengan
membebankan pengurangan ini ke akun laba ditahan.
b.
Aturan Insolvensi.
Beberapa negara bagian melarang pembayaran dividen tunai jika perusahaan mengalami
insolvensi (insolvency).
perusahaan yang melebihi aktivanya. Juga berarti ketidakmampuan perusahaan untuk membayar
para kreditornya ketika kewajibannya jatuh tempo. Oleh karena kemampuan perusahaan
membayar kewajibannya tergantung pada likuiditas bukan pada modalnya, batasan insolvensi
yang dapat disamakan (secara teknis) memberikan para kreditor
c.
2)
3)
Likuiditas.
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak keputusan dividen.
Karena dividen menunjukkan arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan keseluruhan
likuiditas perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
Perusahaan yang sedang bertumbuh dan menguntungkan mungkin saja tidak likuid karena
dananya digunakan untuk aktiva tetap dan modal kerja permanen. Oleh karena pihak manajemen
di perusahaan semacam ini biasanya ingin mempertahankan beberapa perlindungan likuiditas
agar dapat memberikan fleksibilitas keuangan dan perlindungan terhadap ketidakpastian, maka
pihak manajemen mungkin enggan untuk mempertahankan posisi ini dengan membayar dividen
dalam jumlah besar.
4)
5)
larangan dividen yang dibebankan oleh pemberi pinjaman, karena pihak manajemen tidak perlu
lagi menjustifikasi penahanan laba kepada para pemegang sahamnya. Perusahaan hanya perlu
menunjukkan batasan tersebut.
6)
Pengendalian.
Jika suatu perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang cukup besar, maka
perusahaan perlu mengumpulkan modal di kemudian hari melalui penjualan saham agar dapat
membiayai berbagai peluang investasi yang menguntungkan. Berdasarkan situasi semacam ini,
pihak yang memiliki kendali atas perusahaan dapat terdilusi jika pemegang saham mayoritas
tidak dapat memesan saham tambahan. Para pemegang saham ini mungkin lebih menginginkan
pembayaran dividen dalam jumlah rendah melakukan pendanaan investasi melalui laba ditahan.
Kebijakan semacam ini mungkin tidak akan memaksimalkan kesejahteraan seluruh pemegang
saham, tetapi tetap paling menguntungkan bagi kepentingan para pemegang saham mayoritas.
Tipe tipe Kebijakan Dividen.
a.
Kebijakan dividen dengan presentase tetap pembayaran dividen tunai (constant payout
ratio divident policy) adalah kebijakan dividen yang didasarkan dengan presentase tertentu
dari pendapatan. Rasio pembayaran dividen adalah presentase dari setiap rupiah yang dihasilkan
dibagikan kepada pemilik dalam bentuk tunai, dihitung dengan membagi dividen kas per saham
dengan laba per saham. Jumlah pembayaran dividen dengan presentase tetap dari EPS akan
mempengaruhi posisi harga saham di pasar.
Kebijakan dividen biasa atau stabil (reguler dividen policy) adalah kebijakan dividen yang
didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalam satu periode. Seringkali
kebijakan ini digunakan dengan memakai target rasio pembayaran dividen, dimana perusahaan
mencoba membayar dividen dalam persentase tertentu seperti dividen yang dinyatakan dalam
rupiah serta disesuaikan terhadap target pembayaran yang membuktikan terjadinya peningkatan
hasil.
menginformasikan bahwa perusahaan dalam keadaan baik dan lancar. Dengan kebijakan ini
pembayaran dividen persaham hampir tidak pernah turun.
c.
Kebijakan dividen rendah plus ekstra (low regular an extra dividend policy). Menurut
kebijakan ini perusahaan membayar dividen tunai secara rutin setiap periode dalam jumlah yang
tetap dan rendah, jika laba perusahaan periode yang bersangkutan sangat baik maka jumlah
pembayaran tetap tersebut akan ditambah pembayaran dividen ekstra.
Dengan jumlah
pembayaran reguler atau biasa yang tetap ini menjamin kepastian bagi pemilik saham dan arena
jumlahnya rendah, hal ini juga akan menentramkan perusahaan. Bila ada laba yang sangat
bagus perusahaan akan membayarkan ekstra dividen bagi pemegang saham. Pembayaran ekstra
ini akan disambut baik oleh pasar dan akan menaikkan harga saham.
d.
Kebijakan dividen yang fleksibel. Perusahaan menetapkan besarnya dividen payout ratio
setiap tahun disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial.
e.
Kebijakan
kesempatan-kesempatan investasi yang memenuhi persyaratan. Dividen ini untuk menahan laba
guna membelanjai kesempatan-kesempatan investasi yang memenuhi persyaratan. Dividen baru
dibayarkan, jika ada sisa laba setelah semua kesempatan investasi yang memenuhi persyaratan
dibelanjai. Hal yang mendasari kebijakan ini adalah bahwa para investor lebih senang jika
perusahaan menahan laba dan menginvestasikannya kembali daripada
Bentuk dari Kebijakan Dividen.
a.
Kemudian perusahaan menentukan stock dividen sebesar 5% maka akan ada tambahan
saham sebesar 5% x 600.000 lembar atau sebesar 30.000 lembar. Dengan demikian untuk setiap
20 lembar saham akan mendapat tambahan satu lembar saham baru. Apabila harga pasar saham
adalah Rp 10.000,- Maka setelah stock dividen neraca perusahaan akan menjadi :
Karena ada stock dividen Rp 10.000,- x 30.000 lembar = Rp 300.000.000,- ditransfer dari laba
ditahan ke dalam saham biasa dan capital surplus. Karena nilai nominalnya sama, kenaikan
jumlah lembar saham tercermin dalam kenaikan saham biasa sebesar Rp 5.000,- x 30.000 lembar
= Rp 150.000.000,- Sedangkan sisanya Rp 150.000.000,-
dimasukkan dalam capital surplus, dengan demikian modal sendiri tidak mengalami
perubahan.
Bagi investor, dengan adanya stock dividen ini maka ia tidak memperoleh apa apa kecuali
tambahan saham. Demikian juga proporsi kepemilikan juga tidak mengalami perubahan. Apabila
faktor lain tetap, maka penambahan jumlah lembar saham yang beredar akan mengakibatkan
harga pasar saham akan turun, sehingga nilai keseluruhan bagi investor tidak mengalami
perubahan.
Misalkan seorang investor semula memiliki 100 lembar saham, harga pasarnya Rp 10.000,maka nilai keseluruhan saham yang dimiliki adalah Rp 1.000.000,-. Setelah stock dividen maka
nilai pasar akan turun sebesar Rp 10.000,-(1-100/105) = Rp 476,19. Dengan demikian nilai
keseluruhan saham yang dimiliki adalah 105 x (Rp 10.000,- - Rp 476,19) = Rp 1.000.000,- Oleh
karena itu stock dividen tidak memberikan pengaruh bagi kemakmuran pemegang saham.
Bagi investor apabila memerlukan dana dapat menjual tambahan saham yang diperolehnya,
dan seolah-olah saham yang dimiliki tidak berkurang. Stock dividen baru akan meningkatkan
kemakmuran pemegang saham apabila perusahaan juga membayar dividen dalam bentuk kas.
Sehingga pemegang saham selain mendapat tambahan lembar saham juga tetap mendapatkan
cash dividen.
Tujuan perusahaan memberikan stock dividen adalah untuk menghemat kas karena ada
kesempatan investasi yang lebih menguntungkan, namun hal ini akan mengakibatkan
kekecewaan pemegang saham. Maka diperlukan informasi yang benar kepada pemegang saham,
akan adanya kesempatan investasi di masa datang. Kebijakan stock dividen yang tidak dapat
dibenarkan apabila stock dividen dipergunakan untuk mengatasi kesulitan finansial, karena
perusahaan tidak dapt memanipulasi investor yang akibatnya harga saham akan turun.
Masalahnya yang penting adalah menyangkut biaya emisi saham yang mahal sehingga stock
dividen perlu pertimbangan yang matang.
a.
Setelah stock split, maka nilai nominal saham berkurang dari Rp 5.000,- per lembar menjadi
Rp 2.500,-. Tetapi saham biasa capital surplus dan laba ditahan tidak mengalami perubahan.
Investor yang semula memiliki 100 lembar saham setelah stock split jumlah lembar saham yang
dimiliki akan menjadi 200 lembar, meskipun total nilainya tidak mengalami perubahan.
Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham kedalam nominal yang lebih kecil.
Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat melalui penurunan secara
proporsional atas nilai nominal saham. Tujuannya adalah untuk menempatkan harga pasar
saham dalam kisaran perdagangan tertentu yang lebih diminati) , sehingga (diharapkan) akan
menarik lebih banyak pembeli.
a.
karena
perusahaan memiliki kelebihan kas, dan tidak ada kesempatan investasi yang menguntungkan.
Alasan lain mungkin karena perusahaan akan melakukan penggabungan usaha dengan
perusahaan lain. Dalam kondisi tidak ada kesempatan investasi yang menguntungkan, maka
pemberian dividen atau pembelian saham tidak ada pajak dan biaya transaksi, bagi investor
akan sama saja. Dengan pembelian kembali maka jumlah lembar saham yang beredar akan
berkurang dan dividen perlembar saham akan lebih besar akhirnya harga pasar saham akan
meningkat.
Misalkan PT. X memiliki laba dan harga pasar saham sebagai berikut :
Dengan demikian yang diterima investor baik lewat pembagian dividen maupun pembelian
kembali adalah sama sebesar Rp 40,-.
Untuk melakukan pembelian kembali ini dapat dilakukan dengan dua cara. Yang pertama
perusahaan memberikan penawaran atau membeli langsung dipasar. Dengan tender penawaran
perusahaan membuat penawaran formal kepada pemegang saham untuk membeli sejumlah
sahamnya pada tingkat harga tertentu. Harga itu biasanya sedikit di atas harga pasar saat ini,
kemudian pemegang saham dapat mengumpulkan sahamnya untuk kemudian dibeli perusahaan.
Cara lain adalah dengan membeli langsung di pasar modal dalam hal ini peran pialang, broker
akan membantu. Sebagai imbalannya perusahaan memberikan fee sebesar presentase tertentu.
Sebelum perusahaan melakukan pembelian saham sebaiknya perusahaan memberikan informasi
terlebih dahulu kepada pemegang saham mengenai tujuan dan alasan diadakannya pembelian
kembali saham perusahaan.
PEMBAHASAN
Bentuk-bentuk Dividen sebagai bagian dari Kebijakan Deviden.
Nilai Stock dividend dan Stock Split bagi investor.
Secara teoritis, dividen saham atau pemecahan saham bukanlah hal yang memiliki nilai
bagi para investor. Mereka menerima kepemilikan tambahan saham biasa, tetapi porsi
kepemilikan mereka atas perusahaan tidak berubah. Harga pasar saham akan menurun secara
proporsional, hingga nilai total saham yang dimiliki tiap pemegang saham akan tetap sama.
Sebagai contoh stock dividend, diasumsikan sebagai berikut :
Sesudah adanya dividen saham sebesar 5%, harga saham akan turun menjadi Rp.4.760,
tetapi nilai total kepemilikan saham masih tetap Rp.3.000.000.000 seperti berikut :
Berdasarkan kondisi ini, dividen saham tidak mewakili hal yang bernilai bagi investor.
Mereka hanya memiliki lebih banyak lembar saham yang membuktikan tingkat kepemilikan
yang sama. Secara teoritis, dividen saham atau pemecahan saham murni merupakan perubahan
yang bersifat pelengkap saja.
Jika investor berkeinginan menjual beberapa lembar saham untuk mendapatkan
penghasilan, dividen saham/pemecahan saham akan membuatnya lebih mudah melakukan hal
tersebut. Tanpa dividen saham/pemecahan saham, pemegang saham juga dapat menjual
beberapa lembar saham yang awalnya mereka miliki untuk mendapatkan penghasilan. Dalam
situasi manapun, penjualan saham mewakili penjualan pokok sekuritas dan dikenai pajak atas
keuntungan modal. Mungkin saja investor tertentu tidak memandang penjualan saham tambahan
yang merupakan hasil dari dividen saham/pemecahan saham sebagai penjualan pokok. Bagi
mereka, dividen saham/pemecahan saham merupakan keuntungan yang rutin. Mereka dapat
menjual saham tambahan dan tetap mempertahankan kepemilikan awalnya.
Dividen
Dengan pembelian kembali, akan lebih sedikit saham yang beredar, dan laba per lembar
saham, serta pada akhirnya, dividen per saham akan naik. Akibatnya, harga per lembar saham
akan naik juga. Secara teoritis, keuntungan modal dari pembelian kembali haruslah sama dengan
dengan dividen yang seharusnya dibayar.
Anggapan bahwa pembelian kembali saham sebagai keputusan investasi bukan keputusan
pendanaan, adalah benar meskipun saham yang diperoleh kembali tidak memberikan imbal hasil
harapan seperti yang diberikan oleh investasi lainnya. Tidak ada perusahaan yang dapat bertahan
dengan hanya berinvestasi pada sahamnya sendiri. keputusan membeli kembali saham harus
melibatkan distribusi kelebihan dana ketika peluang investasi perusahaan tidaklah cukup
menaqrik untuk menjamin penggunaan dana tersebut, baik saat ini maupun di masa depan. Jadi
pembelian kembali saham tidak dapat benar-benar diperlakukan sebagai keputusan investasi
sebagaimana definisi yang diberikan, tetapi sebagai suatu jenis keputusan pendanaan yang
memiliki motivasi terkait dengan struktur modal atau kebijakan deviden
a.
1)
2)
Stock repuchase mengurangi jumlah saham yang beredar dipasar. Setelah stock repuchase
ada kemungkinan harga saham naik.
b.
1).
2).
Keuntungan stock repuchase dalam bentuk capital gains, padahal sebagian investor
menyukai dividen.
c.
1). Menghindari kenaikan dividen. Jika dividen naik terlalu tinggi dikhawatirkan di masa
mendatang perusahaan terpaksa membagi dividen yang lebih kecil ( pada masa sulit atau
banyak kebutuhan dana investasi ) yang dapat memberi petanda negatif. Stoc repuchase
merupakan alternatif yang baik untuk mendistribusikan penghasilan yang diatas normal
( extraordinary earnings ) kepada pemegang saham.
2). Dapat digunakan sebagai strategi untuk mengacau usaha pengambil alihan perusahaan
( yang biasanya dilakukan dengan cara membeli saham sebanyak b anyaknya hingga
mencapai jumlah saham mayoritas ) Stock repuchase dapat menggalkan usaha ini.
3). Mengubah struktur modal perusahaan. Misalnya, perusahaan ingin meningkatkan rasio
hutang dengan cara menggunakan hutang baru untuk membeli kembali saham yang
beredar.
4). Saham yang ditarik kembali dapat dijual kembali ke pasar jika perusahaan membutuhkan
tambahan dana.
d.
1).
2)
Setelah stock repuchase, pasar mungkin merasa bahwa risiko perusahaan meningkat
sehingga dapat menurunkan harga saham.
Read more: http://iamluckyone.blogspot.com/2011/05/kebijakan-dividen.html#ixzz2t4sV1tVk