Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Protein adalah segolongan besar senyawa organik yang dijumpai dalam
semua makhluk hidup yang tersusun dari beberapa asam amino yang dihubungkan
dengan ikatan peptida. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama
sel hewan atau manusia. Protein merupakan zat yang berguna bagi kebutuhan
manusia. Protein memiliki fungsi yang sangat peting bagi kehidupan manusia yaitu
untuk membangun sel tubuh baru dan mengganti sel yang telah rusak. Pengukuran
kadar peotein suatu bahan sangat diperlukan karena kandungan protein yang dimiliki
setiap bahan makanan berbeda-beda (Poedjiadi, 1994).
Pengukuran kadar protein dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer
UVVIS. Pada dasarnya analisis kuantitatif/kualitatif dengan spektrofotometer
berprinsip kerja reaksi antara radiasi elektromaknetik dengan elektro bahan. Karena
memiliki fungsi sebagai gelombang sekaligus sebagai materi, radiasi elektromagnetik
menjadi bermanfaat. Sebagai gelombang radiasi elektromagnetik mempunyai
panjang gelombang tertentu yang membuatnya dapat member warna yang terlihat.
Sebagai materi, gelombang elektromagnetik mempunyai energi yang dapat
berinteraksi dengan bahan. Kadar protein yang terkandung dalam setiap bahan
berbeda-beda. Karena itu, pengukuran kadar protein suatu bahan sangat diperlukan.
Untuk dapat menghitng kadar protein, maka diperlukan spektrofotometer dengan
cara penembakan sampel. Untuk itulah maka pada praktikum kali ini dilakukan
percobaan untuk menentukan kadar protein dari berbagai sampel.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara
penentuan kadar protein dalam suatu sampel dengan menggunakan metode Lowry.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan kadar protein dalam
suatu sampel melalui metode Lowry dengan menggunakan spektrofotometer 20 D+.
1.3 Prinsip Percobaan
Reaksi antara Cu2+ dengan ikatan peptida dan reduksi asam fosfomolibdat
dan asam fosfotungstat oleh tirosin dan triftofan (merupakan residu protein) dan akan
menghasilkan warna biru. Intensitas warna diukur pada panjang gelombang
maksimum dengan spektrofotometer 20 D+.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kata protein berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau
utama. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau
manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang
terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan
pertumbuhan tubuh (Poedjiadi, 1994).
Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses
kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu
protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Disamping itu hemoglobin yang ada di
dalam butir-butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut
oksigen dari paru-paru keseluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein.
Demikian pula zat-zat yang berperan untuk melawan bakteri penyakit atau yang
disebut antigen, juga suatu protein (Poedjiadi, 1994).
Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau
tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang
berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein
adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan juga
buah-buahan (Poedjiadi, 1994).
Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Hewan
yang makan tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani. Disamping
digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai
sumber energi apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat dan lemak. komposisi ratarata unsur kimia yang terdapat dalam protein ialah : karbon 50%, hidrogen 7%,

oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 0-3%, dan fosfor 3%. Dengan berpedoman
pada kadar nitrogen sebesar 16%, dapat dilakukan penentuan kandungan protein
dalam suatu bahan makanan. Unsur nitrogen ditentukan secara kuantitatif, misalnya
dengan cara kjeldahl, yaitu dengan cara destruksi dengan asam pekat (Poedjiadi,
1994).
Monomer pembentuk protein, asam amino, juga mempunyai peranan penting
dalam metabolisme sel hidup. Peranan tersebut adalah : sebagai substrat untuk
sintesis protein, pemasok nitrogen untuk sintesis senyawa yang mengandung nitrogen
lain, dan sumber energi bila dikatabolisme. Asam amino lain meskipun penyusun
molekul protein, tetapi mempunyai peranan penting dalam proses metabolisme dalam
sel. Beberapa contoh misalnya adalah : asam gamma-aminobutirat yang penting
sebagai senyawa antara sintesis arginin dan siklus urea, dan lain-lain (Toha, 2001).
Tubuh manusia memiliki ribuan protein yang berbeda, yang semuanya
diperlukan untuk tetap hidup dan sehat. Asam amino adalah blok bangunan protein.
Ada 20 asam amino yang berbeda di alam. Semua asam amino termasuk lima bagian
dasar: pusat atom karbon, atom hidrogen, gugus amino (NH 2), gugus karboksil
(COOH), kelompok R atau rantai samping (Sridianti, 2012).
Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut
organik non polar seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda
dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik
maupun aromatik yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut
dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Poedjiadi, 1994).
Terdapat dua jenis asam amino, berdasarkan kemampuan tubuh dalam
sintesisnya, yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino
esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis didalam tubuh, tetapi

diperoleh dari luar misalnya melalui makanan (lisin, leusin, isoleusin, treonin,
metionin, valin, fenilalanin, histidin, dan arginin). Asam amino non esensial adalah
asam amino yang dapat disintesis didalam tubuh melalui perombakan senyawa lain
(Venesia, 2012).
Klasifikasi asam amino dapat dilakukan berdasarkan rantai samping (gugus
R) dan sifat kelarutannya didalam air. Berdasarkan kelarutan didalam air dibagi atas
asam amino hidrofobik dan hidrofilik (klasifikasi dapat dilihat pada bagian struktur
asam amino) (Venesia, 2012).
Asam amino non polar memiliki gugus R alifatik terdidri dari (Glisin, alanin,
valin, leusin, isoleusin dan prolin). Asam amino polar memiliki gugus R yang tidak
bermuatan, terdiri dari (Serin, treonin, sistein, metionin, asparagin, glutamin). Asam
amino dengan gugus R aromatik terdiri dari (Fenilalanin, tirosin dan triptofan). Asam
amino dengan gugus R yang bermuatan positif terdiri dari (Lisin, arginin, dan
histidin). Asam amino dengan gugus R yang bermuatan negatif terdiri dari (Aspartat
dan glutamat) (Nuringtyas, 2011).
Molekul asam amino dikatakan mempunyai konfigurasi L, jika gugus NH 2
terdapat disebelah kiri atom karbon . Bila posisi gugus NH 2 disebelah kanan,
molekul asam amino itumempunyai konfigurasi D. Hal ini seperti pada konfigurasi
D-gliserida yang mempunyai gugus OH disebelah kanan atom karbon asimetrik.
Dalam hal ini gugus COOH pada molekul asam amino ditempatkan disebelah atas
seperti posisi gugus COH pada molekul gliseraldehida. Asam-asam amino yang
terdapat pada protein umumnya mempunyai konfigurasi L (Poedjiadi, 1994).
Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara
5000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan
menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam

molekul protein. Asam-asam amino ini terikat satu dengan yang lain oleh ikatan
peptida. Protein mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH dan pelarut organik
(Poedjiadi, 1994).
Melalui suatu proses tertentu sejumlah besar molekul asam amino dapat
membentuk suatu senyawa yang memiliki banyak ikatan peptida. Molekul senyawa
ini merupakan suatu molekul besar atau makromolekul yang terdiri dari banyak
molekul asam aminodan karenanya disebut polipeptidaprotein adalah salah satu
makromolekul yang terdiri dari sejumlah besar asam amino (Poedjiadi, 1994).
Suatu peptida yang mempunyai dua buah ikatan atau lebih dapat bereaksi
dengan ion Cu2+ dalam suasana basa dan membentuk suatu senyawa kompleks yang
berwarna biru ungu. Reaksi ini dikenal dengan nama reaksi biuret.disamping itu
gugus karboksil pada asam amino dapat dilepaskan dengan proses dekarboksilasi dan
menghasilkan suatu amina. Gugus amino pada asam amino dapat bereaksi dengan
asam nitritdan melepaskan gas nitrogen yang dapat diukur volumenya. Van Slyke
menggunakan reaksi ini untuk menentukan gugus amino bebas pada asam amino,
pepetida maupn protein (Poedjiadi, 1994).
Alam menyediakan banyak polipeptida. Terdapat dua jenis polipeptida di
alam, yaitu polipeptida non protein dan polipeptida protein. Polipeptida non protein
adalah polipeptida polipeptida yang tersusun dari berbagai asam amino termasuk
asam amino bukan penyusun protein. Sebaliknya polipeptida protein hanya disusun
oleh 20 jenis asam amino penyusun protein (Toha, 2001).
Beberapa contoh polipeptida non protein yang terdapat di alam dengan fungsi
fisiologis khas adalah sebagai berikut : karnosin adalah beta alanin-L-histidin, suatu
peptida paling kecil yang terdapat dalam jaringan otot vertebrata. Anserin adalah beta
alanin-M3-metil-L-histidin juga terdapat dalam jaringan otot vertebrata termasuk

manusia. Kedua peptida terkecil ini diduga berperan dalam menentukan pH sel otot
(Toha, 2001).
Glutation merupakan tripeptida gamma glutamil-sistemia-glisin yang umum
terdapat dalam hewan, bakteri dan tumbuhan. Fungsi glutation diantaranya adalah
pengangkut asam amino melintas membran: melindungi protein dari bahan
berbahaya, mempertahankan atom besi hemoglobin dalam keadaan tereduksi.
Polipeptida non protein lain adalah oksitosin dan vasopresin merupakan hormon
peptida yang masing-masing berfungsi memacu kontraksi otot rahim wanita hamil
dan pengeluaran air susu pada wanita menyusui serta membersihkan pengaruh
antidiuretika yang kuat dengan memacu reabsorbsi air oleh ginjal (Toha, 2001).
Polipeptida non protein lain adalah angiotensin, yaitu dekapeptida yang
memiliki aktivitas prekursor. Terdapat dua macam angiotensin yaitu I dan II masingmasing berfungsi meningkatkan tekanan darah, dan memacu kelenjar pituitari untuk
meningkatkan sekresi vasopresin. Somatostatin juga merupakan hormon peptida non
protein yang dihasilkan oleh pankreas dan hipotalamus. Somatostatin pankreas
berfungsi mengendalikan pelepasan insulin dan glukagon. Sedangkan somatostatin
hipotalamus dan berfungsi menghambat produksi hormon pertumbuhan manusia.
Sementara itu, golongan polipeptida protein dijumpai dalam jumlah banyak di alam.
Karena banyaknya jumlah protein dengan komposisi, urutan asam ammonium, dan
struktur tiga dimensi (Toha, 2001).

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan


Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu: BSA (Bovine Serum
Albumin) 1 mg/ml, Lowry A, Lowry B (Na2CO3 2% dalam NaOH 0,1 N 25 mL,
larutan Na.K.Tartrat 2% 0,25 mL dan larutan CuSO4.5H2O 1% 0,25 mL), tissue roll,
larutan sampel, kertas label dan akuades.
3.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain: Rak tabung
reaksi, tabung reaksi, gelas kimia 100 mL, gelas ukur 100 mL, pipet ukur 0,2 mL,
pipet ukur 0,5 mL, pipet ukur 1 mL, pipet ukur 5 mL, pipet ukur 0,2 mL, pipet ukur
25 mL, buret 50 mL, statif dan klem, pipet tetes, bulb, dan spektrofotometer
(spektronik 20 D+).
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pembuatan Larutan Induk
Dalam percobaan ini tidak ada pembuatan larutan induk, karena larutan
induk BSA telah tersedia di laboratorium.
3.3.1 Pembuatan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan cara melakukan pengenceran terhadap larutan
induk BSA. Terlebih dahulu dihitung banyaknya volume yang ingin dipipet dan
volume yang ingin ditambahkan yang telah diketahui konsentrasinya dan volume
totalnya. Setelah diketahui disediakan 6 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.
Kemudian dengan menggunakan pipet skala 0,2 mL, larutan induk dipipet sesuai

dengan volume yang telah dihitung masing-masing dengan konsentrasinya. Lalu


ditambahkan akuades dengan volume yang telah dihitung.
3.3.2

Pembuatan Reagen Lowry


Pada pembuatan pereaksi Lowry A yaitu dengan pencampuran antara follin

dengan akuades dengan perbandingan 1 : 1, digunakan follin sebanyak 2 mL dan


akuades 2 mL. Kemudian dengan menggunakan pipet skala 5 mL, follin dan akuades
dipipet lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia 10 mL. Lalu larutan dihomogenkan.
Pembuatan Lowry B dilakukan dengan mencampurkan Na 2CO3 dalam
NaOH 0,1 N, larutan CuSO4.5H2O 1 %, dan larutan Na-K-Tartrat 2 % dengan
perbandingan 100 : 1 : 1. Diambil larutan Na2CO3 dalam NaOH 0,1 N sebanyak 25
mL, ditambahkan dengan 0,25 mL larutan CuSO 4.5H2O 1 % dan ditambahkan lagi
dengan 0,25 mL Na-K-Tartrat 2 %, lalu dihomogenkan.
3.3.4

Preparasi Sampel
Disiapkan tabung reaksi yang telah diisi 0,02 mL larutan sampel. Kemudian

dilarutkan dengan akuades hingga 2 mL. Setelah itu dihomogenkan.


3.3.5 Penentuan Kadar Protein
Disediakan 6 buah tabung reaksi yang telah berisi 2 mL larutan standar pada
konsentrasi berturut-turut 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 dan 0 ,12 mg/mL, 1 buah tabung
reaksi yang diisi blanko sebanyak 2 mL dan 1 buah tabung reaksi yang diisi 2 mL
larutan sampel, masing-masing ditambah dengan 2,75 mL reagen Lowry B,
kemudian dikocok dan didiamkan selama 5 menit. Setelah itu ditambah lagi dengan
0,25 mL larutan Lowry A, dikocok dan didiamkan pada suhu kamar selama 30 menit.
Lalu diukur absorbansinya dengan spektrofotometer 20 D+ pada panjang gelombang
maksimum tertentu (ditentukan terlebih dahulu).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan


4.1.1

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum


kadar protein dapat dilakukan dengan berbagai metode bergantung pada jenis

sampel dan ketersediaan alat serta bahan (pereaksi). Metode yang umum digunakan
adalah metode Kjeldahl, Lowry dan Biuret. Pada percobaan ini yang digunakan
adalah metode Lowry. Prinsip metode Lowry adalah reaksi antara Cu 2+ dengan ikatan
peptida dan reduksi asam fosfomolibdat asam fosfotungstat oleh tirosin dan triptofan
(merupakan residu protein) akan menghasilkan warna biru. Dalam metode Lowry ini
dilakukan beberapa hal yaitu membuat pereaksi, pembuatan kurva standar, penyiapan
sampel, dan penetapan sampel.
Untuk menentukan kadar protein dalam sampel cair digunakan larutan
standar dan blanko (akuades) sebagai pembanding. Larutan induk yang digunakan
adalah BSA (Bovine Serum Albumin) yang mempunyai konsentrasi 1 mg/mL.
Larutan standar yang digunakan dibuat dari larutan induk yang diencerkan dengan
akuades pada berbagai konsentrasi yaitu 0,02 mg/mL; 0,04 mg/mL; 0,06 mg/mL;
0,08 mg/mL; 0,1 mg/mL; dan 0,12 mg/mL.
Sebelum sampel ditambahkan pereaksi, maka terebih dahulu diadakan
preparasi sampel yaitu dipipet sebanyak 0,02 mL dan ditambahkan akuades sebanyak
5,9 mL sehingga volumenya menjadi 6 mL. Larutan tersebut kemudian dipipet lagi
sebanyak 1 mL dan ditambahkan akuades hingga volumenya mencapai 2 mL. Faktor
pengenceran yang digunakan pada preparasi sampel adalah 120 kali.

Blanko, larutan standar, dan sampel selanjutnya ditambahkan dengan


pereaksi Lowry yaitu Lowry A dan Lowry B. Reagen Lowry A dibuat dengan
menggunakan

follin

clocalteus

yang

diencerkan

dengan

akuades

dengan

perbandingan 1:1. Reagen ini terdiri dari fosfotungstat-fosfomolibdat yang berperan


memberikan warna biru pada protein yang intensitasnya bergantung pada konsentrasi
protein yang bersangkutan dalam suasana alkalis. Lowry A berperan sebagai pereaksi
utama yang akan tereduksi dalam suasana alkalis dengan membentuk kompleks
dengan protein. Sedangkan Lowry B terdiri atas Na2CO3 2% dalam NaOH 0,1 N, NaK-tartrat 2%, dan CuSO4.5H2O. Dalam hal ini, Na-K-tartrat bertindak mencegah
terjadinya pengendapan kupri oksida yang terdapat dalam reagen. Sedangkan Na2CO3
sebagai garam yang mengkondisikan reaksi dalam suasana alkalis bersama NaOH, di
mana reaksi hanya akan terjadi dalam suasana alkalis. Adapun penggunaan
CuSO4.5H2O dalam percobaan ini ialah mereduksi fosfotungstat-fosfomolibdat. Pada
masing-masing tabung reaksi yang berisi larutan sampel, larutan standar dan blanko
ditambahkan dengan larutan Lowry B, dikocok dan didiamkan selama 10 menit.
Larutan Lowry B dimasukkan terlebih dulu agar larutan CuSO4 siap untuk mereduksi
asam fosfotungstat-fosfomolibdat yang terdapat pada Lowry A. Setelah itu,
dimasukkan larutan Lowry A dan didiamkan selama 30 menit agar reaksi berjalan
sempurna dan warna yang timbul semakin baik. Asam fosfotungstat-fosfomolibdat
yang terdapat dalam larutan Lowry A inilah yang memberikan warna biru. Setelah
penambahan tersebut, semua larutan kemudian diukur absorbannya dengan
menggunakan spektrofotometer (spektronik 20 D+ ).
Pengukuran pada spektronik ini terlebih
gelombang maksimumnya.

dahulu ditentukan panjang

Tabel 1. Data Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum pada [C] = 0,02
mg/mL
No.

Panjang gelombang ()

Absorban (A)

610

0,044

620

0,057

630

0,055

Grafik 1. Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Setelah didapatkan panjang gelombang maksimum, dengan menggunakan


panjang gelombang ini kita dapat menentukan kadar protein pada masing-masing
konsentrasi dengan menggunakan spektrofotometer. Sehingga didapatkan data di
bawah ini.

Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Protein


Konsentrasi
Absorbansi
(ppm)
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
Sampel
Blanko

-0,009
0,009
0,057
0,065
0,097
0,073
0,041
0

Grafik 2. Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Protein

Keterangan:
y = absorbansi sampel = 0,041
x = konsentrasi sampel = 0,0616

Dari grafik di atas, didapatkan persamaan y = 0,974x - 0,019.


Dimana: y = ax + b
y = 0,974x - 0,019
0,041= 0,974x - 0,019

x = 0,0616
maka kadar protein = x . Fp
= 0,0616 x 100

= 6,16 mg/mL

4.2 Reaksi
O

NH2 CH

NH

CH

O
NH

CH

NH2 CH

NH

CH

OH

O
NH

CH

ONa +

NH

CH

O
C

OH

O
CH

NH

H3PO4(MoO3)13

C
O

Cu2+

HO

CuSO4

NH2 CH

+ NaOH

CH

NH2

R
O
H2N CHC OH
CH2

H2O

O
H2N CHC OH
CH

H3(PMo13O40)
+

atau
H2(PMo13O40)

OH
O

4.3 Pembahasan
Dari rumus yang tertera di atas (y = 0,041) dengan y adalah absorban, x adalah
konsentrasi, dari rumus ini maka bisa dihitung konsentrasi sampel yang sudah kita
ketahui nilai absorbannya. Sedangkan untuk menghitung kadar protein dalam sampel

tersebut adalah dengan mengalikan nilai konsentrasi dengan faktor pengenceran,


yaitu sebesar 100 kali. Hasil akhir dari perhitungan tersebut adalah nilai kadar dari
protein.
Dari perhitungan dengan memperhatikan grafik absorban terhadap
konsentrasi maka diperoleh kadar protein 6,16 mg/mL. Hasil ini tidak sesuai dengan
apa yang sebenarnya karena larutan sampel mempunyai nilai absorban yang berada
diluar dari absorban deret standar.

Hal ini dikarenakan beberapa kesalahan

diantaranya pembuatan reagen Lowry yang tidak sesuai, atau karena pengambilan
volume dari setiap bahan yang kurang pas karena dibutuhkan ketelitian tingkat tinggi
mengingat volume yang digunakan berada dalam skala cukup kecil atau mungkin
cara pengencaran sample yang kurang tepat. Sebenarnya untuk memperoleh kadar
protein yang akurat maka harus mengulang prosedur pengukuran kadar protein
sample tetapi karena keterbatasan waktu dan bahan maka prosedur tersebut tidak
diulangi.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan bahwa
kadar konsentrasi protein sampel adalah sebesar 6,16 mg/mL.
5.2 Saran
5.2.1 saran untuk laboratorium
Sebaiknya alat-alat dilaboratorium ditambah agar dalam praktikum praktikan
tidak membuang waktu saling tunggu untuk bergantian menggunakan alat.
5.2.2 saran untuk percobaan
Sebaiknya pada percobaan ini dilakukan juga penentuan kadar protein dengan
menggunakan metode Biuret, agar dapat dibandingkan hasilnya.
5.2.3 saran untuk asisten
Sebaiknya asisten lebih tegas dalam praktikum, dan menjelaskan semua
konsep yang dibutuhkan oleh praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Nuringtyas Tri Rini, 2011, Asam-Asam Amino dan Protein, (online), http://www.elisa
1.ugm.ac.id/files/asam%20amino%20protein.ppt, diakses pada tanggal 01
maret 2014.
Poedjiadi A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Pres, Jakarta.
Sridianti,
2012,
Pengrtian
dan
Struktur
asam
amino,
(online),
http://www.sridianti.com/pengertian-asam-amino-dan-struktur.html, diakses
pada tanggal 01 maret 2014.
Toha Abdul Hamid A., 2001, Metabolisme Biomolekul, Alfabeta, Bandung.
Venesia Jeane, 2012, Klasifikasi Asam Amino, (online), http://www.jeane
0905.blogspot.com/2012/08 klasifikasi-asam-amino-8713.html. diakses pada
tanggal 01 maret 2014.

LAPORAN PRAKTIKUM

PENENTUAN KADAR PROTEIN

NAMA

: HANUNG ROHANI

NIM

: H311 12 001

KELOMPOK

: I SATU)

HARI/ TGL. PERC.

: KAMIS/ 06 MARET 2014

ASISTEN

: SARTIKA

LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 11 Maret 2014


Asisten

SARTIKA

Praktikan

HANUNG ROHANI

Lampiran 1
Perhitungan dan Larutan Standar
a. Larutan Standar
Pembuatan larutan standar dilakukan dengan mengencerkan larutan
induk dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Pembuatan larutan standar ini
didasarkan pada rumus:
V1 M1 = V2 M2
1. Untuk konsentrasi 0,02 mg/mL

2. Untuk konsentrasi 0,04 mg/mL

3. Untuk konsentrasi 0,06 mg/mL

4. Untuk konsentrasi 0,08 mg/mL

5. Untuk konsentrasi 0,1 mg/mL

6. Untuk konsentrasi 0,12 ppm

LAMPIRAN II
Reaksi-reaksi
O

NH2 CH

NH

CH

O
NH

CH

NH2 CH

NH

CH

OH

O
NH

CH

ONa +

NH

CH

O
C

OH

O
CH

NH

H3PO4(MoO3)13

C
O

Cu2+

HO

CuSO4

NH2 CH

+ NaOH

CH

NH2

R
O
H2N CHC OH
CH2

H2O

O
H2N CHC OH
CH

H3(PMo13O40)
+

atau
H2(PMo13O40)

OH
O

Lampiran III
Bagan Kerja
1. Pembuatan Larutan Induk BSA 1 mg/mL
10 mg BSA
Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL
Dilarutkan dengan akuades hingga tanda garis
Dihomogenkan
Hasil
2. Pembuatan Larutan Standar
a. Larutan Standar 0,02 mg/mL
Dipipet sebanyak 0,04 mL ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan
Larutan BSA
1 mg/mL akuades sebanyak 1,96 mL
Dihomogenkan
Diberi label

b. Larutan Standar 0,04 mg/mL


Hasil
Dipipet
sebanyak 0,08 mL ke dalam tabung reaksi
Larutan BSA
1 mg/mL
Ditambahkan akuades sebanyak 1,92 mL
Dihomogenkan
Diberi label
Hasil
c. Larutan Standar 0,06 mg/mL
Larutan BSA 1 mg/mL

Hasil

Dipipet sebanyak 0,12 mL ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan akuades sebanyak 1,88 mL
Dihomogenkan
Diberi label

d. Larutan Standar 0,08 mg/mL


Dipipet
sebanyak 0,16 mL ke dalam tabung reaksi
Larutan BSA
1 mg/mL
Ditambahkan akuades sebanyak 1,84 mL
Dihomogenkan
Diberi label
HasilStandar 0,10 mg/mL
e. Larutan
Larutan BSA 1 mg/mL
Dipipet sebanyak 0,20 mL ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan akuades sebanyak 1,80 mL
Dihomogenkan
Diberi label

Hasil

f. Larutan Standar 0,12 mg/mL


Larutan BSA 1 mg/mL
Dipipet sebanyak 0,24 mL ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan akuades sebanyak 1,76 mL
Dihomogenkan
Diberi label

Hasil
3. Pembuatan Reagen Lowry
a. Pembuatan Reagen Lowry A
Ditambahkan akuades sebanyak 2 mL
Dihomogenkan
2 mL follin
Hasil
b. Pembuatan Reagen Lowry B
25 mL Na2CO3 dalam NaOH

Ditambahkan 2,5 mL CuSO4


Ditambahkan 2,5 mL K-Na-Tartrat
Dihomogenkan
Hasil

4.

Preparasi Sampel
Larutan Sampel

Dipipet 0,2 mL ke dalam tabung reaksi


Dilarutkan dengan akuades hingga 2 mL
Dihomogenkan

Hasil

5.

Preparasi Kadar Protein


2 mL blanko

2 mL larutan standar

Dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi


Ditambahkan dengan 2,75 mL larutan Lowry B
Didiamkan selama 10 menit
Ditambahkan dengan 0,25 mL larutan Lowry A
Didiamkan selama 20 menit
Diukur absorbannya dengan menggunakan
spektrofotometer 20 D+

Data

2 mL larutan sampel

Anda mungkin juga menyukai