Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


HERNIA INGUINALIS

OLEH
NI PUTU WIDYA SANTIKA DEWI, S.Kep
14.901.0963

PROGRAM STUDI NERS (PROFESI)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
DENPASAR
2015

LAPORAN PENDAHULAN
HERNIA INGUINALIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari perut
atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus melewati
beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma, atau melewati
struktur lainnya di di rongga abdominal.(Donna Ignatavicius, 1999).
Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan, sebuah peritoneal
kantung, dan yang mendasarinya visera, seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya.
Hernia kongenital disebabkan oleh penutupan struktural cacat atau yang berhubungan dengan
melemahnya otot-otot normal. Menimbulkan faktor termasuk pembedahan; mendadak
peningkatan tekanan intra-abdomen, yang mungkin terjadi selama angkat berat atau batuk batuk dan lebih bertahap dan berkepanjangan peningkatan tekanan intra-abdomen yang
berhubungan dengan kehamilan, obesitas, atau asites.(LeMone, 2000).

2. Insidensi Kasus
Insiden hernia menduduki peringkat ke lima besar yang terjadi di Amerika Serikat
pada tahun 2007 sekitar 700.000 operasi hernia yang dilakukan tiap tahunnya. Hernia
Inguinalis di sisi kanan adalah tipe hernia yang paling banyak dijumpai pria dan
wanita, sekitar 25% pria dan 2% wanita mengalami hernia inguinalis. Angka kejadian
Hernia inguinalis lateralis di Amerika dapat di mungkinkan dapat terjadi karena
anomali congenital atau karena sebab di dapat. Berbagai faktor penyebab berperan
pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui oleh kantong isi hernia (Bahtiar. 2007).
3. Penyebab
penyebab hernia inguinalis adalah :
1) Kelemahan otot dinding abdomen.
1. Kelemahan jaringan
2. Adanya daerah yang luas diligamen inguinal
3. Trauma
2) Peningkatan tekanan intra abdominal.
a. Obesitas
b. Mengangkat benda berat
c. Mengejan Konstipasi
d. Kehamilan
e. Batuk kronik
f. Hipertropi prostate
4. Patofisiologi

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan


seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar
atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga
akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami
kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan
ganggren.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya
penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang
kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi
anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan
kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis
inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat
mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis
tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering
menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen
(Bruner & Sudarth, 2001).

5.

Pathway

PPeningkatan intra abdomen


-batuk
-bersin-bersin
-mengejan
Mengangkat benda berat

Kelemah otot dinding abdomen


-Trauma
-obesitas
-kehamilan
-kelainan kongenital saat pada
abdomen sejak perkembangan janin

dinding

Isi rongga abdomen melewati dinding


inguinal

Isi rongga abdomen melewati annulus


inguinal

Masuk kekanal inguinal

Masuk kekanal inguinal

Masuk keskrotum terjadi penonjolan keluar

kantung yang terdapat dalam perut mengalami


kelemahan
HERNIA INGUINALIS
Pembedahan
Insisi Bedah

Mual

Resiko

Nafsu makan

infeksi

menurun
Ketidakseimbangan

Terputusnya
jaringan saraf

Terputusnya

Kurang

jaringan saraf

informasi
tentang

Kerusakan
spasme otot

ansietas

nutrisi kurang
dari kebutuhan

pembedahan

Kerusakan
mobilitas

Nyeri Akut

fisik

6. Gejala Klinis
1) Penonjolan di daerah inguinal
2) Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi
3) Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan
distensi abdomen

4)
5)
6)
7)
8)
9)

Terdengar bising usus pada benjolan


Kembung
Perubahan pola eliminasi BAB
Gelisah
Dehidrasi
Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien berdiri

atau mendorong.
7. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi : tampak benjolan di pelipatan paha atau srotum yang membesar.
Diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotom, labia dalam
posisi berdiri atau berbaring, pasien diminta mengedan atau batuk
2) Palpasi : teraba massa pada pelipatan paha atau scrotum
3) Auskultasi : pada keadaan obstruksi yang sedang terjadi bising usus terdengar
keras, sering dan nada tinggi,setelah itu peristaltik terhenti, bising usus tidak
terdengar/hilang
8. Penanganan
1) konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat
dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Celana penyangga.
d. Istirahat baring.
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen,
antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah
sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan
mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman
beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2) Pembedahan (Operatif)
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka
dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong
hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan
menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus
dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.
9. Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus

2) Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi


(peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000
18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.
10. Komplikasi
1) Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali
2) Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis
3) Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan
obstipasi
4) Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Data yang diperoleh atau dikali tergantung pada tempat terjadinya, beratnya, apakah
akut atau kronik, pengaruh terhadap struktur di sekelilingnya dan banyaknya akar
syaraf yang terkompresi.
a. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: > atropi otot , gangguan dalam berjalan
riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
b. Eliminasi
Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia atau
retensi urine.
c. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya
paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
d. Neuro sensori
Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia, nyeri
tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku, semakin
memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
f. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.

(Doenges, 1999, hal 320 321).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan intervensi
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terputusnya jaringan saraf
akibat proses pembedahan
b. Koping individu tidak efektif (ansietas) sehubungan dengan kurangnya
pengetahuan pasien tentang proses pembedahan
c. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan terputusnya jaringan saraf dan
kerusakan spasme otot.
d. resiko infeksi berhubungan dengan proses insisi/ bedah
e. resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
muntah, mual, gangguan peristaltic usus.

3. Rencana Tindakan Keperawatan


No
1

Diagnosa

Tujuan dan
Kriteria Hasil
Perawatan
Gangguan rasa Setelah diberikan Asuhan
nyaman

(nyeri) Keperawatan di harapkan

berhubungan

nyeri pasien berkurang

dengan

dengan kriteria hasil :


- Nyeri pasien

terputusnya
jaringan
akibat

saraf
proses

pembedahan

berkurang dan
terkontrol
- Skala pasien < 3
- Diharapkan nyeri
pasien berkurang
dalm 3 hari

Intervensi
a. Kaji adanya keluhan nyeri,

Rasional
a. Membantu menentukan pilihan

catat lokasi lamanya

intervensi dan memberikan dasar untuk

serangan, faktor pencetus

perbandingan dan evaluasi terhadap

atau yang memperberat


b. Pertahankan tirah baring

therapy.
b. Tirah baring dalam posisi yang nyaman

selama fase akut letakkan

memungkinkan pasien untuk

pasien pada posisi semi

menurunkan spasme otot menurunkan

fowler dengan tulang spinal,

penekanan pada bagian tubuh tertentu

pinggang dan lutut dalam

dan memfasilitasi terjadinya reduksi dari

keadaan fleksi, posisi

tonjolan discus.

terlentang dengan atau tanpa


meninggikan kepala 10-30
derajat pada posisi lateral
c. Batasi aktivitas selama fase

c. Menurunkan gaya gravitasi dan gerak


yang dapat menghilangkan spasme otot

akut sesuai dengan

dan menurunkan edema dan tekanan

kebutuhan

pada struktur sekitar discus

d. Instruksikan pada pasien


untuk melakukan teknik
relaksasi atau visualisasi

intervertebralis.
d. memfokuskan perhatian klien
membantu menurunkan tegangan otot
dan meningkatkan proses penyembuhan.

Nama
/TT

e. Kolaborasi dalam pemberian

e. Kolaborasi dalam pemberian therapy

therapy analgesik
2

resiko

infeksi

Setelah

dilakukan a. bersihkan lingkungan setelah a. untuk mencegah timbulnya kuman

berhubungan

asuhan

dengan proses

diharapkan luka pasien

insisi/ bedah

tidak mengalami infeksi


pada

keperawatan

lukanya

dengan

kriteria hasil :
- Klien tidak bebas

dipakai pasien
b. Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan

mencegah
-

timbulnya infeksi
Menunjukkan
prilaku hidup sehat

c. Monitor WBC

Setelah

perubahan nutrisi

asuhan

kurang dari

diharapkan nutrisi pasien

kebutuhan tubuh

terpenuhi dengan kriteria

yang

hasil :
- pasien mau

berhubungan

keperawatan

b. meminimalisir terjadinya infeksi


c. Dapat digunakan untuk menunjang data
apabila dicurigai ada infeksi.

d. Ajarkan pasien dan keluarga


pasien cara menghindari
terjadinya infeksi.

d. sebagai bekal di rumah agar pasien dan


keluarga bisa mempertahankan agar luka
pasien tidak terjadi infeksi.

e. Berikan perawatan kulit


pada daerah di sekitar luka

insisi
dilakukan a. Tentukan kebutuhan kalori

Resiko

pasien.

keperawatan

dari tanda-tanda
infeksi
Pasien dapat

penyakit yang dapat menginfeksi luka

e. untuk menjaga kebersihan sekitar luka


dan area luka.
a. Mencukupi kalori sesuai kebutuhan,

harian yang adekuat,

memudahkan menentukan intervensi

kolaborasi dengan ahli gizi.

yang sesuai dan mempercepat proses


penyembuhan.

b. Jelaskan pentingnya nutrisi


yang adekuat, negosiasikan

b. Klien dapat mengontrol masukan

dengan muntah,
mual, gangguan
peristaltic usus

menghabiskan 1

dengan klien tujuan masukan

nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan,

porsi makanan
pasien tidak

untuk setiap kali makan dan

yang digunakan sebagai cadangan

makan makanan kecil

energi yang untuk beraktivitas.

mengalami mual
muntah lagi

c. Timbang berat badan dan


pantau hasil laboratorium

c. Dapat digunakan untuk memudahkan


melakukan intervensi yang akurat dan

d. Anjukan klien untuk


menjaga kebersihan mulut

sesuai dengan kondisi klien.


d. Meningkatkan nafsu makan dan

secara teratur pantau klien

memberi kenyamanan dalam

dalam melakukan personal

mengkonsumsi makanan sehingga

hygiene.

kebutuhan kalori terpenuhi.

e. Atur rencana perawatan


untuk mengurangi atau
menghilangkan

e. Menentukan intervensi yang sesuai


meningkatkan masukan oral.

ketidaknyamanan yang dapat


menyebabkan mual, muntah,
dan mengurangi nafsu
4

Kerusakan

Setelah dilakukan asuhan

makan .
a. Berikan tindakan

a. Tergantung pada bagian tubuh yang

mobilitas fisik keperawatan diharapkan

pengamanan sesuai indikasi

terkena atau jenis prosedur yang kurang

sehubungan

dengan situasi yang spesifik

hati-hati akan meningkatkan kerusakan

mobilitas

fisik

pasien

dengan

tidak

mengalami

terputusnya

kerusakan dengan kriteria

jaringan saraf hasil :


- Pasien dapat
dan kerusakan
melakukan
spasme otot
aktivitas secara
-

mandiri
Pasien dapat
memenuhi
kebutuhan ADL

spinal.
b. Catat respon emosi atau
perilaku pada saat

b. Immobilitas tang dipaksakan dapat


memperbesar kegelisahan, peka

immobilisasi, berikan

terhadap rangsang.

aktivitas yang disesuaikan


dengan pasien
c. Bantu pasien dalam
melakukan aktivitas

c. Keterbatasan aktivitas tergantung pada


kondisi tang khusus tetapi biasanya

ambulasi progresif.

secara mandiri

berkembang dengan lambat sesuai


toleransi.

d. Ikuti aktivitas atau prosedur


dengan periode istirahat

d. Meningkatkan penyembuhan dan


membentuk kekuatan otot.

e. Berikan atau Bantu pasien


untuk melakukan latihan

e. Memperkuat otot abdomen dan fleksor

rentang gerak aktif, pasif

tulang belakang, memperbaiki


mekanika tubuh.

Koping

Setelah dilakukan asuhan

a. Kaji tingkat ansietas

a.

Mengidentifik

individu tidak keperawatan di harapkan

klien, tentukan

asi keterampilan untuk mengatasi

efektif

pasien tidak mengalami

bagaimana pasien

keadaannya sekarang.

(ansietas)

ansietas dengan kriteria

menangani masalahnya

sehubungan

hasil :

sebelumnya dan

dengan

kurangnya

melaporkan

pengetahuan
pasien tentang
proses
pembedahan

Tampak rileks dan

sekarang
b. berikan informasi yang

ansietas berkurang.
Mengkaji situasi

b.

akurat

n pasien untuk membuat keputusan yang


didasarkan pad pengetahuannya.

terbaru dengan
c. berikan kesempatan pada

akurat
mendemonstrasika
n ketrampilan

Memungkinka

klien untuk
mengungkapkan masalah

c.

Kebanyakan
pasien mengalami permasalahan yang
perlu diungkapkan dan diberi respon.

yang dihadapinya

pemecahan
masalah.
-

d. Catat perilaku dari orang

d. Orang terdekat mungkin secara tidak

terdekat atau keluarga

sadar memungkinkan pasien untuk

yang meningkatkan

mempertahankan ketergantungannya.

peran sakit pasien

4. Implementasi
Sesuai dengan intervensi
5. Evaluasi
Dx 1 : Nyeri hilang dan terkontrol, mengungkapkan metode yang memberi
Penghilangan
Dx 2 : Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang.
Dx 3 : Mengungkapkan pemahaman tentang situasi atau faktor resiko dan
aturan pengobatan individual.
Dx 4 : Klien bebas dari tanda-tanda infeksi, pasien dapat mencegah timbulnya
infeksi, menunjukkan prilaku hidup sehat
Dx 5 : Masukan oral meningkat, Menjelaskan faktor penyebab apabila
diketahui

DAFTAR PUSTAKA
Amin & Hardhi (2014) Aplikasi Auhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA. Jilid 1. Yogyakarta:Mediaction
Carpenito L. J. ( 2000 ) Diagnosa keperawatam Edisi 6. Jakarta : EGC
Capernito L. J. ( 2007 ) Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 10, Jakarta : EGC
Doenges M. E. ( 1999 ) Rencana asuhan keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC
R. Sjamsuhidayat Wim de Jong ( 1996 ), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai