Anda di halaman 1dari 15

askep syok kardiogenik

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syok merupakan suatu keadaan kegawat daruratan yang ditandai dengan
kegagalan perfusi darah ke jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan
metabolisme sel. Dalam keadaan berat terjadi kerusakan sel yang tak dapat
dipulihkan kembali (syok ireversibel), oleh karena itu penting untuk mengenali
keadaan-keadaan tertentu yang dapat mengakibatkan syok, gejala dini yang
berguna untuk penegakan diagnosis yang cepat dan tepat untuk selanjutnya
dilakukan suatu penatalaksanaan yang sesuai.
satu bentuk syok yang amat berbahaya dan mengancam jiwa penderitanya
adalah syok kardiogenik. Pada syok kardiogenik ini terjadi suatu keadaan yang
diakibatkan oleh karena tidak cukupnya curah jantung untuk mempertahankan
fungsi alat-alat vital tubuh akibat disfungsi otot jantung. Hal ini merupakan suatu
keadaan gawat yang membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat, bahkan
dengan penanganan yang agresif pun angka kematiannya tetap tinggi yaitu antara
80-90%. Penanganan yang cepat dan tepat pada penderita syok kardiogenik ini
mengambil peranan penting di dalam pengelolaan/penatalaksanaan pasien guna
menyelamatkan jiwanya dari ancaman kematian.
Syok kardiogenik ini paling sering disebabkan oleh karena infark jantung akut
dan kemungkinan terjadinya pada infark akut 5-10%. Syok merupakan komplikasi
infark yang paling ditakuti karena mempunyai mortalitas yang sangat tinggi.
Walaupun akhir-akhir ini angka kematian dapat diturunkan sampai 56%
(GUSTO), syok kardiogenik masih merupakan penyebab kematian yang
terpenting pada pasien infark yang dirawat di rumah sakit.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan secara
langsung kepada klien dengan penyakit syok kardiogenik
2.

Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit syok
kardiogenik penulis dapat:

Melakukan pengkajian kepada klien dengan penyakit syok kardiogenik secara

komprehensif.
Melakukan rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang

ditemukan.
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah

dibuat.
Melaksanakan evaluasi hasil asuhan yang telah di laksanakan.
Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah diberikan dalam bentuk
makalah.

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI

Syok kardiogenik didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda hipoperfusi jaringan


yang diakibatkan oleh gagal jantung rendah preload dikoreksi. Tidak ada definisi
yang jelas dari parameter hemodinamik, akan tetapi syok kardiogenik biasanya
ditandai dengan penurunan tekanan darah (sistolik kurang dari 90 mmHg, atau
berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mmHg) dan atau penurunan
pengeluaran urin (kurang dari 0,5 ml/kg/jam) dengan laju nadi lebih dari 60 kali
per menit dengan atau tanpa adanya kongesti organ. Tidak ada batas yang jelas
antara sindrom curah jantung rendah dengan syok kerdiogenik. (www.fkuii.org)
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal
jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot
jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya,menimbulkan penurunan curah
jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung, otak,
ginjal). Derajat syok sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri. Meskipun syok
kardiogenik biasanya sering terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga
terajdi pada temponade jantung, emboli paru, kardiomiopati dan disritmia.
(Brunner & Suddarth, 2001)
Syok kardiogenik adalah dyok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak
adekuat, seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung,
manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah,
kekacauan mental, dan kegelisahan. (Kamus Kedokteran Dorland, 1998)

B. ETIOLOGI
1. Gangguan kontraktilitas miokardium.
2. Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru
dan/atau hipoperfusi iskemik

3. Infark miokard akut ( AMI)


4. Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur septum,
atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi (menimbulkan/mempercepat)
syok kardiogenik pada pasien dengan infark-infark yang lebih kecil
5. Valvular stenosis
6. Myocarditis ( inflamasi miokardium, peradangan otot jantung)
7. Cardiomyopathy ( myocardiopathy, gangguan otot jantung yang tidak diketahui
penyebabnya )
8. Trauma jantung
9. Temponade jantung akut
10. Komplikasi bedah jantung

C. MENIFESTASI KLINIS
1. Nyeri dada yang berkelanjutan, dyspnea (sesak/sulit bernafas), tampak pucat, dan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

apprehensive (anxious, discerning, gelisah, takut, cemas)


Hipoperfusi jaringan
Keadaan mental tertekan/depresi
Anggota gerak teraba dingin
Keluaran (output) urin kurang dari 30 mL/jam (oliguria).
takikardi (detak jantung yang cepat,yakni > 100x/menit)
Nadi teraba lemah dan cepat, berkisar antara 90110 kali/menit
Hipotensi : tekanan darah sistol kurang dari 80 mmHg
Diaphoresis (diaforesis, diaphoretic, berkeringat, mandi keringat, hidrosis,

perspirasi)
10. Distensi vena jugularis
11. Indeks jantung kurang dari 2,2 L/menit/m2.
12. Tekanan pulmonary artery wedge lebih dari 18 mmHg.
13. Suara nafas dapat terdengar jelas dari edem paru akut
Menurut Mubin (2008), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan :
A.
1.
2.
3.

Keluhan Pokok
Oliguri (urin < 20 mL/jam).
Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
Nyeri substernal seperti IMA.

B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Tanda Penting
Tensi turun < 80-90 mmHg
Takipneu dan dalam
Takikardi
Nadi cepat
Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru
Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar
Sianosis
Diaforesis (mandi keringat)
Ekstremitas dingin
Perubahan mental
C. Kriteria
Adanya disfungsi miokard disertai :
1. Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg.

2. Produksi urin < 20 mL/jam.


3. Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
4. Ada tanda-tanda: gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi
D. PATOFISIOLOGI
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi
gagal jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, yang
pada gilirannya menurunkan tekanan darah arteria ke organ-organ vital. Aliran
darah ke arteri koroner berkurang, sehingga asupan oksigen ke jantung menurun,
yang pada gilirannya meningkatkan iskemia dan penurunan lebih lanjut
kemampuan jantung untuk memompa, akhirnya terjadilah lingkaran setan.

Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan
lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi,
penurunan haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab.
Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung.seperti pada gagal
jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel
kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan
mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik

Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang
efektif.
E. PATHWAY
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik :
1. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi.
2. Berikan oksigen 8 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70 120 mmHg
3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus
diatasi dengan pemberian morfin.
4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.
5. Bila mungkin pasang CVP.
6. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.
Medikamentosa :
1. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri
2. ansietas, bila cemas
3. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi
4. Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit
5. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung tidak
adekuat
Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
6.

Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon IV.

7. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m


8. Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi jaringan.
Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia


dan kerusakan pola.
2. ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel
hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung.
3. Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau
peningkatan tekanan pulmonal.
4. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
5. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi
serta mengkaji potensi arteri koroner.
6. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi
ginjal, terapi diuretic.
7. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF
memperburuk PPOM.
8. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia
dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
9. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan
jantung,misalnya infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan
Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
H. KOMPLIKASI
1.

Cardiopulmonary arrest

2.

Disritmi

3.

Gagal multisistem organ

4.

Stroke

5.

Tromboemboli

BAB III
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1.

Pengkajian primer

Airway : penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan mengenai


adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara
dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas
tambahan seperti snoring.

Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan,


retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi
suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji
adanya trauma pada dada.

Circulation : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output


serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna
kulit, nadi.

Disability : nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.

2.

Pengkajian sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat
menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past illness, last meal, dan
environment). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula
ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti foto thoraks,dll.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN / PRIORITAS MASALAH


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas ditandai
dengan sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, batuk-batuk.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran
darah sekunder akibat gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri, cardiac out put
menurun, sianosis, edema (vena).
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme
reflek otot sekunder akibat gangguan viseral jantung ditandai dengan nyeri dada,
dispnea, gelisah, meringis.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan supley oksigen dan
kebutuhan (penurunan / terbatasnya curah jantung) ditandai dengan kelelahan,
kelemahan, pucat.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
NCP
N
O
.

RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA
KEPERAWA

TUJUAN

INTERVENSI

RASIONAL

1.

TAN
pola nafas tidak Setelah
1.
efektif
diberikan
berhubungan
askep selama
dengan
3x 24 jam
pertukaran gas
diharapkan
ditandai dengan pola nafas
sesak nafas,
efektif
gangguan
kriteria hasil :
frekwensi
pernafasan,
Klien tidak
batuk-batuk
sesak nafas
Frekwensi
pernafasan
normal
Tidak ada
batuk-batuk

2.

2.

Evaluasi frekwensi
1. Respon pasien berfariasi.
pernafasan dan
Kecepatan dan upaya mung
kedalaman. Catat upaya
meningkat karena nyeri, tak
pernafasan, contoh
demam, penurunan volume
adannya dispnea,
sikulasi (kehilangan darah a
penggunaan obat bantu
cairan), akumulasi secret,
nafas, pelebaran nasal
hipoksia atau distensi gaster
Penekanan pernapasan
(penurunan kecepatan) dapa
terjadi dari pengunaan
analgesik berlebihan.
Pengenalan disini dan
pengobatan ventilasi abnorm
dapat mencegah komplikasi

Auskultasi bunyi nafas. 2. Auskultasi bunyi napas


Catat area yang menurun
ditujukan untuk mengetahui
atau tidak adannya bunyi
adanya bunyi napas tambah
nafas dan adannya bunyi
nafas tambahan, contoh
krekels atau ronki

3. Kalaborasi dengan
3. Meningkatkan pengiriman
beriakan tambahan
oksigen ke paru-paru untuk
oksigen dengan kanula
kebutuhan sirkulasi,
atau masker sesuai
khususnya adanya penuruna
indikasi
gangguan ventilasi
Ketidakefektifa Setelah
1. Lihat pucat, sianosis,
1. Vasokontriksi sistemik
n ferfusi
diberikan
belang, kulit dingin, atau
diakibatkan karena penurun
jaringan perifer askep 3x24
lembab. Catat kekuatan
curah jantung mungkin
berhubungan
jam
nadi perifer.
dibuktikan oleh penurunan
dengan
diharapkan
perfusi kulit dan penurunan
Dorong
latihan
kaki
aktif
gangguan aliran perfusi
nadi.
atau
pasif,
hindari
latihan
Menurunkan statis vena,
darah sekunder
jaringan
meningkatkan aliran balik
akibat gangguan perifer efektif isometrik
vena dan menurunkan resik
vaskuler
Kriteria
hasil
:
tromboflebis.
ditandai dengan
Klien tidak
nyeri, cardiac
2. Kalaborasi
2. - Indikator perfusi
nyeri
out put
Pantau data
atau fungsi
menurun,
laboratorium,contoh
:
organ
Cardiac out put
sianosis, edema
GBA,
BUN,
creatinin,
dan
normal

(vena)

Tidak terdapat
sianosis
Tidak ada
edema (vena)

3.

Gangguan rasa
nyaman nyeri
berhubungan
dengan trauma
jaringan dan
spasme refleks
otot sekunder
akibat gangguan
viseral jantung
ditandai dengan

nyeri dada,
dispnea, gelisah,
meringis

elektrolit
Beri obat sesuai indikasi:
heparin atau natrium
warfarin (coumadin)

Setelah
1.
diberikan
askep selama
3x24 jam,
diharapkan
pasien merasa
nyaman

Pantau atau catat


1. Mengetahui tingkat nyeri ag
karekteristik nyeri, catat
dapat mengetahui perencana
laporan verbal, petunjuk
selanjutnya
non verbal dan repon
hemodinamik ( contoh:
meringis, menangis,
gelisah, berkeringat,
mengcengkram dada,
Kriteria Hasil : napas cepat, TD/frekwensi
jantung berubah)
Tidak ada
nyeri
2. Bantu melakukan teknik 2. Membantu dalam menuruna
Tidak ada
relaksasi, misalnya napas persepsi atau respon nyeri.
dispnea
dalam perlahan, perilaku
Memberikan kontrol situasi
diskraksi, visualisasi,
meningkatkan perilaku posi
bimbingan imajinasi
Klien tidak
gelisah

Dosis rendah heparin


mungkin diberika secara
profilaksis pada pasien resik
tinggi dapat untuk
menurunkan resiko
trombofleblitis atau
pembentukan trombusmural
Coumadin obat pilihan untu
terapi anti koangulan jangka
panjang/pasca pulang

Klien tidak
meringis

3.
3. Kalaborasi
Berikan obat sesuai
indikasi, contoh:
analgesik, misalnya
morfin, meperidin
(demerol)

meskipun morfin IV adalah


pilihan, suntikan narkotik la
dapat dipakai fase akut atau
nyeri dada beulang yang tid
hilang dengan nitrogliserin
untuk menurunkan nyeri he
memberikan sedasi, dan
mengurangi kerja miokard.
Hindari suntikan IM dapat
menganggu indikator
diagnostik dan tidak diabsor
baik oleh jaringan kurang
perfusi

4.

Intoleransi
Setelah
1.
aktivitas
diberikan
berhubungan
askep selama
dengan ketidak
3x24 jam,
seimbangan
diharapkan
suplay oksigen
pasien dapat
dengan
melakukan
2.
kebutuhan
aktifitas
(penurunan atau dengan
terbatasnya
mandiri
curah jantung)
ditandai dengan Kriteria Hasil ;
kelelahan,
Klien tidak
kelemahan,
mudah lelah
pucat

Periksa tanda vital


1.
sebelum dan segera
setelah aktivitas,
khususnya bila pasien
menggunakan vasolidator,
diuretik, penyekat beta

Hipertensi ortostatik dapat


terjadi dengan aktivitas kare
efek obat (vasodilatasi),
perpindahan cairan, (diureti
atau pengaruh fungsi jantun

2.
Catat respon kardio
pulmonal terhadap
aktivitas, catat takikardi,
disritmia, dispnea,
berkeringat, pucat

Penurunan atau
ketidakmampuan miokardiu
untuk meningkatkan volume
sekuncup selama aktivitas,
dapat menyebabkan
peningkatan segera pada
frekwensi jantung dan
kebutuhan oksigen, juga
meningkatkan kelelahan dan
kelemahan

3.
3. Kaji presipitator atau
penyebab kelemahan,
contoh pengobatan, nyeri,
obat

Kelemahan adalah efek


samping dari beberapah oba
(beta bloker, Trakuiliser dan
sedatif). Nyeri dan program
penuh stress juga memerluk
energi dan menyebabkan
kelemahan

Klien tidak
lemas
Klien tidak
pucat

4. Evaluasi peningkatan
intoleran aktivitas

4. Dapat menunjukkan
meningkatan dekompensasi
jantung dari pada kelebihan
aktivitas

5. Pemenuhan kebutuhan
perawatan diri pasien tanpa
5. Berikn bantuan dalam
mempengaruhi stress mioka
aktivitas perawatan diri
atau kebutuhan oksigen
sesuai indikasi, selingi
berlebihan
periode aktivitas dengan
periode istirahat
6. Kalaborasi
Impelementasikan
program rehabilitasi
jantung atau aktivitas

6. Peningkatan bertahap pada


aktivitas menghindari kerja
jantung atau komsumsi
oksigen berlebihan. Pengua

dan perbaikan fungsi jantun


dibawah stress, bila disfusi
jantung tidak dapat membai
kembali

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan
mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok
serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama
penderita mengalami syok

Syok adalah gangguan sistem sirkulasi dimana sistem kardiovaskuler


(jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh
dalam jumlah yang memadai yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan
oksigenasi jaringan. Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan
berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung
atau gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau
dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi
atau infeksi)
SARAN
1. Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi
seorang perawat profesional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan gejala
ketika menemukan pasien yang mengalami syock sehingga dapat melakukan
pertolongan segera.
2. Mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency untuk melakukan
pertolongan segera kepada pasien yang mengalami syok.


DAFTAR PUSTAKA

http://sumberkeperawatan.blogshop.com/2010/07/cardiovaskuler.
http;//sumberkeperawatan.blogshop.com/
http://www.makalahkesehatan.co.cc/2010/12/syok-kardiogenik.html
http://www.syok kardiogenik.com
http://yuflihul.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-gawatdaruratpada.html

Anda mungkin juga menyukai