Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik.2 Berbagai penyebab fraktur diantaranya cidera atau benturan, faktor
patologik,dan yang lainnya karena faktor beban. Selain itu fraktur akan bertambah
dengan adanya komplikasi yang berlanjut diantaranya syok, sindrom emboli
lemak, sindrom kompartement, kerusakan arteri, infeksi, dan avaskuler nekrosis.
Komplikasi lain dalam waktu yang lama akan terjadi mal union, delayed union,
non union atau bahkan perdarahan.2 Berbagai tindakan bisa dilakukan di
antaranya rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi. Meskipun demikian
masalah pasien fraktur tidak bisa berhenti sampai itu saja dan akan berlanjut
sampai tindakan setelah atau post operasi.
Fraktur patella cukup jarang terjadi, angka kejadiannya mencapai 1 % dari
semua fraktur yang ada. Kejadian tertinggi terutama ditemukan pada usia 20
sampai 50 tahun dimana laki-laki 2 kali lebih sering mengalami fraktur patella
dari pada perempuan. Lokasi os patella yang berada pada daerah subkutan
membuat rentan terhadap cedera. Fraktur dapat terjadi akibat dari gaya tekan seperti
pukulan langsung, kekuatan dari tarikan mendadak seperti yang terjadi dengan
hyperflexi lutut, atau karena keduanya. Berbagai pola fraktur yang terjadi,
tergantung
pada
mekanisme
cederanya.
Berdasarkan
pola
frakturnya,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Patella
Patella yang merupakan jenis tulang sesamoid terletak pada segmen
inferior dari tendon m. quadriceps femoris pada permukaan ateroinferior. Pinggir
atas, lateral dan medial merupakan tempat perlekatan berbagai bagian
m.quadriceps femoris. Patella dicegah bergeser ke lateral selama kontraksi m.
quadriceps femoris oleh serabut-serabut horizontal bawah m. vastul medialis dan
oleh besarnya ukuran condylus lateralis femoris. Ukuran kira-kira 5 cm, berbentuk
segitiga, berada didalam tendo (bertumbuh di dalam tendo) m.quadriceps femoris.
Dalam keadaan otot relaksasi, maka patella dapat digerakkan ke samping, sedikit
ke cranial dan ke caudal. Mempunyai facies anterior dari facies articularis; facies
articularis lateralis bentuknyalebih besar daripada facies articularis medialis.
Margo superior atau basis patellae berada di bagian proximal dan apex patellae
berada di bagian distal. Margo medialis dan margo lateralis bertemu membentuk
apex patellae. 4
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik.2
2)
3)
4)
2.2.2
Etiologi
Etiologi fraktur
yang
dimaksud
adalah peristiwa
yang
dapat
a) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik
terjadinya kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil,
maka tulang akan patah tepat di tempat terjadinya benturan. Patah tulang
demikian sering bersifat terbuka, dengan garis patah melintang atau
miring.
b) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat
yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam hantaran vektor kekerasan. Contoh
patah tulang karena kekerasan tidak langsung adalah bila seorang jatuh
dari ketinggian dengan tumit kaki terlebih dahulu. Yang patah selain
tulang tumit, terjadi pula patah tulang pada tibia dan kemungkinan pula
patah tulang paha dan tulang belakang. Demikian pula bila jatuh dengan
telapak tangan sebagai penyangga, dapat menyebabkan patah pada
pergelangan tangan dan tulang lengan bawah.
c) Kekerasan akibat tarikan otot
Kekerasan tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan patah
tulang. Patah tulang akibat tarikan otot biasanya jarang terjadi.
Contohnya patah tulang akibat tarikan otot adalah patah tulang patella
dan olekranom, karena otot triseps dan biseps mendadak berkontraksi.
2. Peristiwa Patologis
a) Kelelahan atau stres fraktur
Fraktur ini terjadi pada orang yang yang melakukan aktivitas
berulangulang pada suatu daerah tulang atau menambah tingkat
aktivitas yang lebih berat dari biasanya. Tulang akan mengalami
perubahan struktural akibat pengulangan tekanan pada tempat yang sama,
atau peningkatan beban secara tibatiba pada suatu daerah tulang maka
akan terjadi retak tulang.
b) Kelemahan tulang
tulang
baru
imatur
yang
disebut
callus.
Bekuan
fibrin
3.
pertumbuhan, bagian ini relatif lemah sehingga strain pada sendi dapat
berakibat pemisahan fisis pada anak anak. Fraktur fisis dapat terjadi akibat
jatuh atau cedera traksi. Fraktur fisis juga kebanyakan terjadi karena
kecelakaan lalu lintas atau pada saat aktivitas olahraga. Klasifikasi yang paling
banyak digunakan untuk cedera atau fraktur fisis adalah klasifikasi fraktur
menurut Salter Harris:
1) Tipe I: fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng
pertumbuhan, prognosis sangat baik setelah dilakukan reduksi tertutup.
2) Tipe II: fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul melalui
tulang metafisis , prognosis juga sangat baik denga reduksi tertutup.
3) Tipe III: fraktur longitudinal melalui permukaan artikularis dan epifisis
dan kemudian secara transversal melalui sisi metafisis dari lempeng
pertumbuhan. Prognosis cukup baik meskipun hanya dengan reduksi
anatomi.
4) Tipe IV: fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan
dan terjadi melalui tulang metafisis. Reduksi terbuka biasanya penting
dan mempunyai resiko gangguan pertumbuhan lanjut yang lebih besar.
5) Tipe V: cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens dari
gangguan pertumbuhan lanjut adalah tinggi.
2.2.5
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
Penatalaksanan
Konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani
Rekognisi
Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk
menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat
fraktur tungkai akan terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan bentuk
yang nyata dapat menentukan diskontinuitas integritas rangka.
mungkin
untuk
mencegah
jaringan
lunak
kehilangan
10
Pembentukan hematom
Fraktur merobek pembuluh darah dalam medula, korteks dan
periosteum sehingga timbul hematom.
Organisasi
Dalam 24 jam, kapiler dan fibroblas mulai tumbuh ke dalam
hematom disertai dengan infiltrasi sel sel peradangan. Dengan
demikian, daerah bekuan darah diubah menjadi jaringan granulasi
fibroblastik vaskular.
11
Kalus sementara
Pada sekitar hari ketujuh, timbul pulau pulau kartilago dan jaringan
osteoid dalam jaringan granulasi ini. Kartilago mungkin timbul dari
metaplasia fibroblas dan jaringan osteoid ditentukan oleh osteoblas
yang tumbuh ke dalam dari ujung tulang. Jaringan osteoid, dalam
bentuk spikula ireguler dan trabekula, mengalami mineralisasi
membentuk kalus sementara. Tulang baru yang tidak teratur ini
terbentuk dengan cepat dan kalus sementara sebagian besar lengkap
pada sekitar hari kedua puluh lima.
Kalus definitif
Kalus sementara yang tak teratur secara bertahap akan diganti oleh
tulang yang teratur dengan susunan havers kalus definitif.
Remodeling
Kontur normal dari tulang disusun kembali melalui proses
remodeling akibat pembentukan tulang osteoblastik maupun resorpsi
osteoklastik. Keadaaan terjadi secara relatif lambat dalam periode
waktu yang berbeda tetapi akhirnya semua kalus yang berlebihan
dipindahkan, dan gambaran serta struktur semula dari tulang
tersusun kembali.
12
13
14
Pencegahan Primer
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari
terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam
melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan
dengan cara hati hati, memperhatikan pedoman keselamatan dengan
memakai alat pelindung diri.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akibat akibat
yang lebih serius dari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan
pertama yang tepat dan terampil pada penderita. Mengangkat penderita
dengan posisi yang benar agar tidak memperparah bagian tubuh yang
terkena fraktur untuk selanjutnya dilakukan pengobatan. Pemeriksaan
15
klinis dilakukan untuk melihat bentuk dan keparahan tulang yang patah.
Pemeriksaan dengan foto radiologis sangat membantu untuk mengetahui
bagian tulang yang patah yang tidak terlihat dari luar. Pengobatan yang
dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian dengan gips atau dengan fiksasi
internal maupun eksternal.
-
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk
mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan
tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi
kecacatan. Pengobatan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis dan
beratnya fraktur dengan tindakan operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi
medis diupayakan untuk mengembalikan fungsi tubuh untuk dapat kembali
melakukan mobilisasi seperti biasanya. Penderita fraktur yang telah
mendapat pengobatan atau tindakan operatif, memerlukan latihan
fungsional perlahan untuk mengembalikan fungsi gerakan dari tulang yang
patah. Upaya rehabilitasi dengan mempertahankan dan memperbaiki
fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain
meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol
ansietas dan nyeri, latihan dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktivitas
hidup sehari-hari, dan melakukan aktivitas ringan secara bertahap.
2.3
Fraktur Patella
Fraktur patella adalah gangguan integritas tulang yang ditandai dengan
16
dikarenakan tekanan
yang
2.4
Fraktur patella 17
2.3.1 Etiologi
Fraktur patella terjadi karena otot kuadriseps berkonteraksi dengan hebat,
misalnya pada saat menekuk dengan keras. Penyebab lainnya adalah klien jatuh
dan mengenai langsung tulang patella.18
2.3.2 Patofisiologi
Trauma langsung
Disebabkan karena penderita jatuh dengan posisi lutut pleksi dimana patella
terbentur dengan lantai. Karena diatas patella terdapat subkutis dan kutis,
sehingga dengan benturan tersebut tulang patela mudah patah. Biasanya jenis
patahnya stelata, dan biasanya jenis patah ini medial dan lateral quardlisep
expansion tidak ikut robek, hal ini meyebabkan masih dapat melakukan
ekstensi lutut melawan grafitasi
Trauma tak langsung
Karena tarikan yang sangat kuat dan otot kuat risep yang membentuk
musculotendineous melekat pada patella, sering terjadi pada penderita yang
17
jatuh dengan tungkai bawah menyentuh tanah terlebih dahulu dan otot kuat
risep konteraksi secara keras untuk mempertahankan kesetabilan lutut.
Biasanya garis patahnya transversal avulse ujung atas atau ujung bawah dan
patella
Pemeriksaan Penunjang
1) Foto rontgen
-
Penatalaksanaan
Pengobatan fraktur patela biasanya dengan reduksi terbuka dan fiksasi
interna pada patella. Fiksasi interna yang paling efektif ialah dengan benang
kawat melingkari patela dikombinasi dengan kawat berbentuk angka delapan.
Pengobatan fraktur patela comminutiva yang terdapat haemorthrosis, dilakukan
aspirasi haemorthrosis, diikuti pemakaian :
18
Non operatif
-
Operatif
-
19
20
21
22
BAB III
PEMBAHASAN
4.1
23
mekanisme robek
- Pada trauma direct dimana patahnya comminutiva medial dan
lateral, quadrisep expansion masih utuh sehingga penderita masih
dapat melakukan extensi lutut
Pemeriksaan Klinik
-
24
25
Riwayat asma.
26
tromethamine
menyebabkan
gangguan
atau
Resiko perdarahan
Ketorolac
tromethamine
menghambat
fungsi
trombosit,
Reaksi hipersensitivitas
Dalam pemberian Ketorolac tromethamine bias terjadi reaksi
hypersensitivitas dari hanya sekedar spasme bronkus hingga
shock anafilaktik, sehigga dalam pemberian Ketorolac
tromethamine harus diberikan dosis awal yang rendah.
3. Ranitidin 2X50 mg
Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang
menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan
mengurangi
sekresi
asam
lambung.
Kadar
tersebut
bertahan
selama
68
jam.
27
Efek samping:
- Sakit kepala
- Susunan saraf pusat, jarang terjadi: malaise, pusing,
mengantuk, insomnia, vertigo, agitasi, depresi, halusinasi.
- Kardiovaskular,
jarang
dilaporkan:
aritmia
seperti
28
29
pada
penggunaan
jangka
panjang.
30
angioneurotik
herediter.Perdarahan
abnormal
sesudah
Kontraindikasi:
Penderita perdarahan subaraknoid dan penderita dengan riwayat
tromboembolik. Penderita dengan kelainan pada penglihatan warna.
Penderita
yang
hipersensitif
terhadap
asam
traneksamat.
Efek Samping:
Dengan injeksi intravena yang cepat dapat menyebabkan pusing dan
hipotensi. Untuk menghindari hal tersebut maka pemberian dapat
dilakukan dengan kecepatan tidak lebih dari 1 mL/menit.
6. Gentamisin
Sifat fisikokimia: Serbuk agak keputih-putihan. Larut baik dalam
air, tidak larut dalam alkohol, aseton, kloroform, eter dan benzen.
Farmakologi: Didistribusikan melalui plesenta;Volume distribusi
meningkat pada odem, asites dan menurun pada dehidrasi. ;Neonatus
: 0,4- 0,6 per kg BB,;Anak 0,3 -0,35 /kg BB.;Dewasa 0,2-0,3 /kg
BB;Protein binding : < 30 %;Waktu paruh eliminasi : ;Infant : umur
< 1 minggu 3-11,5 jam. 1 minggu -6 bulan 3-3,5 jam.;Dewasa ; 1,5-3
jam.;Pasien dengan gangguan ginjal 36-70 jam;Kadar puncak
31
indikasi:
Hipersensitif
terhadap
Gentamisin
dan
Aminoglikosida lain
Efek samping: > 10%;- Susunan syaraf pusat : Neurotosisitas
(vertigo, ataxia) ;- Neuromuskuler dan skeletal : Gait instability;Otic : Ototoksisitas (auditory), Ototoksisitas (vestibular);- Ginjal :
Nefrotoksik
meningkatkan
klirens
kreatinin)
;1%-10%;-
Cardiovaskuler : Edeme;- Kulit : rash, gatal, kemerahan;< 1%;Agranulositosis ;- Reaksi alergi;- Dyspnea;- Granulocytopenia;Fotosensitif;- Pseudomotor Cerebral;- Trombositopeni
Interaksi makanan: Harus dipertimbangkan terhadap diet makanan
yang mengandung Calcium, magnesium , potassium
Interaksi obat: Penisilin, Sefalosporin, Amfoterisin B, Diuretik
dapat meningkatkan efek nefrotoksik, efek potensiasi dengan
neuromuscular blocking agent
Pengaruh kehamilan: Factor risiko : C
Pengaruh menyusui: Dieksresi melalui ASI dalam jumlah kecil
Parameter monitoring: Analisis urin, jumlah urin yang keluar
BUN, serum kreatinin, pemantauan pendengaran untuk pemakaian >
dari 2 minggu. Beberapa derivat Penisilin dapat mempercepat
degradasi aminoglikosida secara in-vitro
Bentuk sediaan: Krem, Topical Sebagai Sulfat 0,1 % (15 g, 30
g);Infus, Sebagai Sulfat (Premixed in NS) 40 mg (50 ml); 60 mg (50
ml, 100 ml); 70 mg (50 ml); 80 mg (50 ml, 100 ml);90 mg (100 ml);
100 mg (50 ml, 100 ml); 120 mg (100 ml);Larutan Injeksi, Sebagai
Sulfat 10 mg/ml (6 ml, 8 ml,10 ml) Vial;Larutan Injeksi, Sebagai
Sulfat 40 mg/ml (2 ml, 20 ml) (Dapat Mengandung Metabisulfit)
;Larutan Injeksi, Pediatrik Sebagai Sulfat 10 mg/ml (2 ml) (Dapat
mengandung Metabisulfit) ;Larutan Injeksi, Pediatrik Sebagai Sulfat
(Preservative Free) : 10 mg/ml (2 ml);Saleb Mata Sebagai Sulfat
32
tetanus
yang
beredar
dalam
darah
penderita.
Dosis:
-
33
b) Intravena
-
Non Farmakologis
Tujuan dari penatalaksanaan fraktur terbuka adalah:
1. Jangka pendek
dialami pasien
2. Jangka panjang
mencegah
tejadinya
deformitas
dan
kecacatan
3. Cara
bertahap.
34
BAB IV
KESIMPULAN
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Price., et al. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed
6. Jakarta: EGC
2. Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
3.
36
37