a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Walaupun hanya kecil, misalnya dengan diameter 50-100 um saja, sudah bisa menimbulkan neuralgia,
hemifacial spasm, tinnitus, ataupun vertigo.
Infeksi merupakan risiko potensial setiap prosedur operasi, dan jika infeksi terjadi, biasanya diobati dengan
antibiotik. Infeksi yang dihasilkan disebut sinusitis yang tidak merespon dengan baik terhadap antibiotik dan
mungkin memerlukan operasi tambahan untuk mengeringkan sinus. Sinusitus berpotensi dapat mengakibatkan
berbagai komplikasi, beberapa di antaranya mematikan dan memerlukan operasi segera. sinusitus komplikasi
termasuk abses otak, meningitis, abses orbit, orbital selulitis, abses epidural, empiema subdural, trombosis sinus
gua, dan osteomyeltis semua yang diketahui telah terjadi setelah pencabutan gigi bungsu dan diuraikan secara
lebih rinci di bawah ini. Selain itu, sinusitus dapat menyebabkan polip hidung dan mucoceles. (Barak, 2005)
Perubahan posisi rahang baru atau yang tidak diperkirakan pergeseran struktur rahang adalah orthognathic
operasi berikut biasa, namun dapat terjadi. Jika tidak, perawatan lebih lanjut mungkin diperlukan. (Barak, 2005)
Persistent gerakan rahang atau fungsi mengunyah atau wicara bisa terjadi setelah pembedahan orthognathic
latihan rahang khusus biasanya dapat membantu untuk memperbaiki kondisi ini. (Barak, 2005)
Nyeri TMJ atau abnormal fungsi yang terjadi dalam contoh yang jarang setelah operasi orthognathic.
Pembedahan dapat memperburuk yang sudah ada masalah sendi rahang. Jika kondisi ini terus berlangsung,
perawatan lebih lanjut mungkin diperlukan. (Barak, 2005)
Fracture mandibula, Rahang bawah bisa patah selama atau setelah mencabut gigi kebijaksanaan yang lebih
rendah. Hal ini dikenal sebagai fraktur mandibula. Penting untuk dicatat bahwa fraktur mandibula dapat terjadi
selama operasi (fraktur mandibula langsung) atau kadang-kadang dapat terjadi setelah pembedahan (fraktur
mandibula alm) yang biasanya dalam 4 minggu pertama (Barak, 2005) .Fraktur juga bisa mengenai akar gigi,
gigi tetangga, atau gigi antagonis, restorasi dan prosesus alveolaris. Semua fraktur yang dapat dihindarkan
mempunyai etiologi yang sama; yaitu tekanan yang berlebihan atau tidak terkontrol atau keduanya. Hematoma
adalah koleksi (kumpulan) dari darah diluar pembuluh darah. Hematoma terjadi karena dinding pembuluh
darah, arteri, vena atau kapiler, telah dirusak dan darah telah bocor kedalam jaringan-jaringan dimana ia tidak
pada tempatnya. Hematoma mungkin adalah kecil, dengan hanya satu titik darah atau ia dapat menjadi besar
dan menyebabkan pembengkakan yang signifikan (Pedersen, 1996).
d.
Infeksi
Menurut Iwan 2008, Pencegahan infeksi pasca bedah pada klien dengan operasi bersih terkontaminasi,
terkontaminasi, dan beberapa operasi bersih dengan penggunaan antimikroba profilaksis diakui sebagai prinsip
bedah. Pada pasien dengan operasi terkontaminasi dan operasi kotor, profilaksis bukan satu-satunya
pertimbangan. Penggunaan antimikroba di kamar operasi, bertujuan mengontrol penyebaran infeksi pada saat
pembedahan.Pada pasien dengan operasi bersih terkontaminasi, tujuan profilaksis untuk mengurangi jumlah
bakteri yang ada pada jaringan mukosa yang mungkin muncul pada daerah operasi.
Tujuan terapi antibiotik profilaksis untuk mencegah perkembangan infeksi dengan menghambat
mikroorganisme. CDC merekomendasikan parenteral antibiotik profilaksis seharusnya dimulai dalam 2 jam
sebelum operasi untuk menghasilkan efek terapi selama operasi dan tidak diberikan lebih dari 48 jam. Pada
luka operasi bersih dan bersih terkontaminasi tidak diberikan dosis tambahan post operasi karena dapat
menimbulkan resistensi bakteri terhadap antibiotik .Bernard dan Cole, Polk Lopez-Mayormembuktikan
keefektifan antibiotik profilaksis sebelum operasi dalam pencegahan infeksi post operasi elektif bersih
terkontaminasi dan antibiotik yang diberikan setelah operasi tidak mempunyai efek profilaksis (Bennet, J.V,
Brachman, P, 1992 : 688). Menurut Depkes (1993) dalam Iwan 2008 ,antibiotik profilaksis diberikan secara
sistemik harus memenuhi syarat :
Tepat dosis
Tepat indikasi (hanya untuk operasi bersih terkontaminasi, pemakaian implant dan protesis, atau operasi
dengan resiko tinggi seperti bedah vaskuler, atau bedah jantung).
Tepat cara pemberian harus diberikan secara I.V. 2 jam sebelum insisi dilakukan .
Tepat jenis (sesuai dengan mikroorganisme yang sering menjadi penyebab Infeksi Luka Operasi).
Kondisi Luka. Pada pre operasi ikut berperan dalam terjadinya infeksi.Luka terbuka karena adanya
kecelakaan maka lebih beresiko terjadinya infeksi luka operasi.
e.
Fraktur
Cara terbaik unuk menghindari fraktur disamping tekanan terkontrol adalah dengan menggunakan
gambar sinar-X sebelum melakukan pembedahan. Akar yang mengalami delaserasi atau getas atau yang dirawat
endodontic sering mengharuskan dilakukannya perubahan pada rencana pembedahan, biasanya dimulai dari
prosedur pencabutan dengan tang (close prosedure) sampai melakukan pembukaan flap. Apabila sesudah
dilakukan pencabutan dengan tang menggunakan tekanan terkontrol tidak terjadi luksasi dan dilatasi alveolus,
ini menunjukkan perlunya dilakukan pembedahan. Pengenalan adanya fraktur biasanya secara klinik dan
mudah terlihat, kecuali untuk fraktur mandibula (Pedersen, 1996)
f.
Neuralgia, dapat ditangani dengan dilakukan microvascular decompression secara benar, keluhan akan
hilang. Pada umumnya kerusakan saraf akan mengalami perbaikan secara spontan terutama saraf alveolaris
inferior karena terletak dalam kanalis mandibula sehingga ujung-ujung saraf yang rusak dapat dengan lebih
baik mendekat secara spontan (Pogrel, 1990).