Anda di halaman 1dari 11

ACARA V

REAKSI REDOKS DAN SEL ELEKTROKIMIA


A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mengetahui berbagai macam reaksi redoks.
b. Mengetahui reaksi yang terjadi pada anoda dan katoda dengan cara elektrolisis.
2. Waktu Praktikum
Jumat, 16 Mei 2014
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Reaksi redoks adalah reaksi yang ditandai dengan adanya perubahan bilangan
oksidasi pereaksi setelah menjadi hasil reaksi. Dalam reaksi redoks ada zat yang
mengalami oksidasi dan ada zat yang mengalami reduksi. Zat yang dapat mengoksidasi
zat lain disebut oksidator dan zat yang dapat mereduksi zat lain disebut reduktor.
Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam reaksi redoks ada yang menerima dan melepas
elektron. Jadi, ada kesetaraan antara elektron yang dilepas dengan elektron yang diterima
oleh reduktor dan oksidator. Jumlah oksidator yang dapat menerima satu mol elektron
disebut satu ekivalen oksidator, sedangkan jumlah reduktor yang dapat menerima satu mol
elektron disebut satu ekivalen reduktor (Sumardjo, 2009 : 117).
Elektrolisis merupaka proses untuk menjalankan reaksi kimia dalam arah yang
tidak spontan dengan menggunakan arus listrik. Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia
dimana arus listrik dari sumber eksternal digunakan untuk menjalankan reaksi yang tak
spontan. Sel elektrolisis konstruksinya berbeda dengan sel galvani atau sel volta. Secara
spesifik, kedua elektroda massanya terdapat dalam bagian yang sama, massanya hanya
satu elektrolit dan konsentrasi, serta tekanan jauh dari standar (Purba, 2007 : 387).
Elektrolisis terjadi jika reaksi oksidasi. Reduksi diimbas oleh arus listrik. Contoh
umum reaksi elektrolisis adalah penguraian air menjadi gas hidrogen dan gas oksigen.
Reaksi ini membutuhkan arus listrik. Jika mengalirkan arus listrik ke dalam larutan, reaksi
dapat menjadi spontan. Penguraian untuk membentuk gas hidrogen dan gas oksigen bukan
merupakan reaksi spontan, tetapi arus listrik dapat dipakai untuk mengahasilkan energi
yang dibutuhkan. Reaksi-reaksi ini biasanya melibatkan larutan cair suatu senyawa ionik
yang terdisosiasi menjadi ion-ion. Senyawa yang digunakan juga dapat merupakan larutan
48

padat (lelehan) suatu senyawa ionik. Arus di dalam zat elektrolit mengalir melalui ion-ion
dan bukan melalui elektrolit (Bresnick, 2002 : 104).
Melemahnya ikatan-ikatan logam disebabkan oleh tereduksinya ion hidrogen
dalam larutan, sehingga molekul hidrogen yang terbentuk diabsorpsi oleh logam,
sehingga mengakibatkan laju korosi naik. Begitu juga pada perendaman 6 hari, pada
berbagai variasi konsentrasi larutan inhibitor yang diberikan terlihat adanya indikasi
pengurangan laju korosi sebelum dan setelah dilapisi larutan inhibitor. Laju korosi pada
perendaman 6 hari lebih besar dari pada perendaman 3 hari, ini karena semakin lama
waktu perendaman, semakin besar juga ion yang teroksidasi, sehingga mengakibatkan
laju korosinya besar (Ludiana, 2012).
Besarnya rapat arus, waktu dan jarak elektroda akan mempengaruhi kecepatan dan
efisiensi terjadinya pembentukan flok. Sehingga dengan adanya perubahan ketiga variabel
tersebut akan mempengaruhi berlangsungnya proses elektrokoagulasi terhadapa air
limbah. Maka mengetahui sifat perubahan dan ketiga variabel tersebut menjadi perlu agar
proses elektrokoagulasi dapat berlangsung secara efektif dan efisien konsentrasi awal
COD sebesar 317,53 mg/l. Dapat diketahui bahwa efek yang paling berpengaruh terhadap
elektrokoagulasi adalah rapat arus, waktu, jarak dan interaksi waktu-jarak karena
mempunyai harga yang besar, dengan konsentrasi awal COD sebesar 317,53 mg/l. Dengan
ketentuan perubahan hasil setelah mengalami proses elektrokoagulasi di dapat efisiensi
perubahan konsentrasi COD terbesar yaitu pada Run ke-2 (Prabowo, 2012).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat alat Praktikum
a. Bunsen
b. Corong 60 mm
c. Dongkrak
d. Elektroda
e. Gelas ukur 25 mL
f. Klem
g. Korek api
h. Penggaris
i. Penjepit kayu
j. Pipa U
k. Pipet tetes
l. Power supply
m. Rak tabung reaksi
n. Spatula
o. Stopwatch
p. Tabung reaksi
q. Tiang statif
49

2. Bahan bahan Praktikum


a. Aquades
b. Bubuk MnO2 (Mangan dioksida)
c. Larutan CHCl3 (Kloroform)
d. Larutan CuSO4 0,5 M (Tembaga (II) sulfat)
e. Larutan FeCl3 0,1 M
f. Larutan Fenolftalein
g. Larutan H2O2 0,1 M
h. Larutan H2SO4 1 M (Asam sulfat)
i. Larutan Kanji 1%
j. Larutan KI 0,1 M (Kalium iodida)
k. Larutan ZnSO4 0,5 M
l. Logam Cu
m. Logam Zn
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Beberapa reaksi redoks
a. Dimasukkan 2 ml larutan CuSO4 ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan
1 butir logam Zn. Dibiarkan beberapa menit dan dicatat apa yang terjadi.
b. Diamsukkan 2 ml larutan ZnSO4 ke dalam tabung reaksi, kemudian dimasukkan
logam Cu. Dicatat apa yang terjadi.
c. Reaksi disproposionasi, dimasukkan 10 tetes H2O2 0,1 M ke dalam tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan 1 sendok bubuk MnO2, diamati dan dicatat apa yang
terjadi.
d. Dimasukkan 5 tetes H2O2 ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 5 tetes
H2SO4 1 M, 10 tetes KI 0,1 M dan 1 tetes larutan kanji. Diamati dan dicatat apa
yang terjadi.
e. Dimasukkan 5 tetes FeCl3 0,1 M ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan
10 tetes H2SO4 1 M dan 10 tetes KI 0,1 M. Dipanaskan sebentar dan ditambahkan
1 tetes larutan kanji. Diamati dan dicatat apa yang terjadi.
2. Elektrolisis KI
a. Dimasukkan larutan KI 0,1 M ke dalam tabung (pipa U) sampai 2cm dari mulut
tabung.
b. Dipasang elektroda dan dihubungkan dengan sumber arus 6 volt selama 5 menit.
c. Dicatat perubahan yang terjadi pada anoda dan katoda.
d. Diambil 2 ml larutan dari ruang katoda lalu ditambahkan beberapa tetes (3 tetes)
larutan indikator fenolftalein dan 2 ml larutan FeCl 3 0,1 M. Dicatat peristiwa yang
terjadi.
e. Diambil 2 ml larutan dari ruang anoda dan ditambahkan 1 ml larutan CHCl 3
kemudian dikocok. Diperhatikan lapisan CHCl3 yang terbentuk.
E. HASIL PENGAMATAN
50

No
1

Prosedur Percobaan
a. 2ml CuSO4 0,5 M + Zn

Hasil Pengamatan
Warna awal Cu : biru muda
Warna awal Zn : Silver
Setelah penambahan Zn warna
larutan menjadi bening. Warna Zn
dalam larutan CuSO4 hitam dan

2ml ZnSO4 0,5 M + Cu

melebur
Warna awal ZnSO4 : bening
Warna awal Cu : merah kecoklatan
Setelah penambahan Cu tidak

b. 10 tetes H2O2 0,1 M + MnO2

terjadi perubahan warna.


Warna awal H2O2 bening.
Warna awal MnO2 : hitam.
Setelah pencampuran MnO2 warna
larutan berubah menjadi hitam.

c. 5 tetes H2O2 0,1 M + 5 tetes

Warna awal H2O2 : bening.

H2SO4 1 M + 10 tetes KI 0,1

Warna awal H2SO4 : bening.

M + 1 tetes larutan kanji

Warna awal KI : bening.


Setelah ditambah larutan kanji,
terjadi perubahan menjadi berwarna

d. 5 tetes FeCl3 0,1 M + 10 tetes

coklat.
Warna awal FeCl3 : Kuning.

H2SO4 1 M + 10 tetes KI

Warna awal H2O2 : putih.

0,41 M

Warna awal H2SO4 : bening.

Dipanaskan.

FeCl3 + H2SO4 berubah warna

Ditambahkan 1 tetes larutan kanji.

menjadi kuning bening.


Ditambahkan dengan 10 tetes KI
berubah warna menjadi kuning.
Setelah dipanaskan berubah
menjadi cokelat muda. Setelah
ditambahkan larutan kanji terjadi
perubahan warna menjadi hitam.
51

Elektrolisis larutan KI
a. Larutan KI 0,25 M
dimasukkan ke dalam
tabung U

Pada katoda warna KI ada

sampai 2 cm dari mulut tabung.

gelembung-gelembung gas.

b. dihubungkan dengan sumber arus

Warnanya tetap bening


Pada anoda tidak ada gelembung.

listrik 6V selama 5menit.

Warna KI Kuning.

c. 2 ml Larutan pada
katoda + larutan
indicator fenolftalein
+

2 ml FeCl3 0,1 M.
d. 2 ml Larutan pada

anoda + 1 ml larutan CHCl3, dikocok,


diperhatikan lapisan CHCl3

Warna awal : bening


+ indicator pp = warna larutan ungu
muda
+ FeCl3 : orang pekat.
warna awal : bening.
+ larutan CHCl3 : CHCl3 tidak
menyatu, melainkan jatuh ke dasar
tabung.

F. ANALISIS DATA
1. Beberapa reaksi Redoks
a. Reaksi antara larutan CuSO4 0,5 M dan logam Zn
CuSO4(aq) + Zn(s)
ZnSO4(aq) + Cu(s)
Reduksi : Cu2+(aq) + 2eOksidasi : Zn

Cu(s)

Zn2+ + 2e-

Cu2+(aq) + Zn(s)

Cu(s) + Zn2+(aq)

, Eo = +0,34 V
, E = +0,761 V
, Eo = +1,101 V

E0 sel bernilai positif artinya reaksi berlangsung spontan.


b.

Reaksi antara larutan ZnSO4 0,5 M dan logam Cu


ZnSO4(aq) + Cu(s)
Zn2+(aq) + SO42-(aq)

ZnSO4(aq)

Reduksi : Zn2+(aq) + 2eOksidasi : Cu(s)

Zn(s)

, Eo = -0,761 V

Cu2+(aq) + 2e-

, Eo = -0,340 V

Zn2+(aq) + Cu(s)

Zn(s) + Cu2+(aq)

, E = -1,101 V

Eo bernilai negatif berarti reaksi berlangsung tidak spontan.


52

c.

Reaksi Disproporsionasi H2O2 ditambahkan MnO2 sebagai katalis


2H2O2(aq)

MnO2

O2(g) + 2H2O(l)

Reduksi : H2O2(aq) + 2H+ + 2eOksidasi : H2O2(aq)

2H2O(l)

, Eo = +1,77 V

O2(g) + 2H+(aq) + 2e-

, Eo = - 0,68 V

O2(g) + 2H+

2H2O2(aq)

, Eo = +1,09 V

E0 sel bernilai positif berarti reaksi berlangsung spontan.


d. Reaksi antara H2O2 dan larutan KI dengan H2SO4 sebagai katalis dan larutan
amilum (kanji) sebagai indikator
H2O2(aq) + 2KI(aq)

H2SO4(aq)

2K+(aq) + I2-(s) + 2H2O(l) + O2(g)

indikator kanji

Reduksi : H2O2(aq) + 2H+ + 2e


Oksidasi : 2I-(aq)

2H2O(e)

I2(s) + 2e-

H2O2(aq) + 2H+(aq) + 2I-(aq)

, Eo = +1,77 V
, Eo = - 0,530 V

I2(s) + 2H2O(l) +O2(g) , Eo = +1,24V

E0 sel bernilai positif artinya reaksi berlangsung spontan.


e. Reaksi antara larutan FeCl3 dan larutan KI dengan H2SO4 sebagai katalis dan
larutan kanji (amilum) sebagai indikator
2FeCl3(aq) + 6KI(aq)

H2SO4(aq)

2Fe2+(aq) + 3I2(s)+ 6KCl(aq)

amilum, indikator

Reduksi : 2Fe3+(aq) + 2eOksidasi : 2I-(aq)

2Fe2+(aq)
I2(s) + 2e-

2Fe3+(aq) + 2I-(aq)

, Eo = +0,77 V
, Eo = -0,530 V

2Fe2+(aq) + I2(s)

, Eo = +0,240 V

Eo sel bernilai positif artinya reaksi berlangsung spontan.

2. Elektrolisis Larutan KI
a. Reaksi elektrolisis KI
KI(aq)
K+(aq) + I-(aq)
Reduksi : 2H2O + 2e-

2OH-(aq) + H2(aq)

, E = +0,828 V
53

Oksidasi : 2I-(aq)

I2(s) + 2e-

2H2O(l) + 2I-(aq)

2OH-(aq)+H2(aq)+I2

, Eo = -0,530 V
, E = +0,298 V

b. Reaksi pada ruang katoda + indikator PP + larutan FeCl3


3OH-(aq) + FeCl3(aq) + PP

Fe(OH)3(aq) + 3Cl-(aq)

c. Reaksi pada ruang anoda + larutan CHCl3


CHCl3(aq) + I2(s)

3.

Gambar Alat

Keterangan :
a. Tiang statif
b. Pipa U
c. Larutan KI
d. Katoda (Elektrode negatif)
e. Klem
f. Anoda (Elektrode positif)
g. Power supply
h. Dongkrak
i. Kabel
G. PEMBAHASAN
54

Pada praktikum kali ini terdapat dua tujuan, yaitu untuk mengetahui berbagai
macam reaksi redoks dan untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada anoda dan katoda
dengan cara elektrolisis KI. Reaksi redoks adalah sutu reaksi yang ditandai dengan adanya
perubahan bilangan oksidasi pada saat reaksi berubah menjadi hasil reaksi. Reaksi redoks
terdiri dari reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi oksidasi merupakan reaksi
peningkatan atau kenaikan bilangan oksidasi dari reaktan menjadi produk. Reaksi reduksi
adalah reaksi penurunan bilangan oksidasi pada reaktan menjadi produk. Elektrokimia
adalah reaksi redoks yang berkaitan arus listrik. Elektrokimia dibagi menjadi 2, yaitu sel
galvani atau sel volta merupakan reaksi perubahan energi kimia menjadi energi listrik.
Dan sel elektrolisis merupakan reaksi perubahan energi listrik menjadi energi kimia.
Pada percobban pertama, yaitu berbagai reaksi redoks. Pada percobaan pertama ini
dilakukan beberapa percobaan. Yang pertama penambahan logam Zn ke dalam CuSO 4.
Warna awal CuSO4 yang berwarna biru berubah menjadi bening setelah dimasukkan
logam Zn. Logam Zn yang awalnya berwarna silver berubah menjadi warna abu yang
kemudian berubah menjadi warna merah bata dan hitam. Keduanya tidak larut serta logam
Zn mengelupas dan menghasilkan endapan di dasar tabung reaksi, hal ini menunjukkan
adanya proses korosi pada logam Zn. Pada dinding tabung juga terasa panas. Panas ini
merupakan hasil reaksi eksoterm. Karena danya kenaikan suhu ini, maka reaksi dikatakan
reaksi spontan. Dapat kita lihat pada analisis data bahwa E sel bernilai positif yang
merupakan ciri dari reaksi spontan. Kemudian percobaan selanjutnya, logam Cu
direaksikan dengan larutan ZnSO4. Reaksi ini merupakan kebalikan dari reaksi pada
percobaan sebelumnya. Warna awal ZnSO4 adalah bening dan warna yang coklat
kemerahan. Setelah direaksikan, warna larutan tetap bening. Hal ini disebabkan karena
tidak terjadi reaksi antara Cu dan ZnSO 4. Dari data didapat E sel yang bernilai negatif
yang artinya reaksi yang terjadi tidak spontan.
Percobaan berikutnya ialah reaksi disproposionasi. Reaksi disproposionasi
merupakan reaksi dimana zat mengalami reduksi dan oksidasi sekaligus. Larutan H 2O2
awalnya berwarna bening, dan warna awal MnO2 ialah hitam. Pada percobaan MnO2
berfungsi sebagai katalis. Ketika H2O2 dicampur dengan MnO2 larutan berubah menjadi
hitam. Hal ini disebabkan karena H2O2 mengalami reaksi disproposionasi atau autoredoks,
dan karena MnO2 bertindak sebagai katalis, yang mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi.
Percobaan selanjutnya larutan H2O2 dicampurkan denganlarutan H2SO4, larutan KI
dan larutan kanji. Warna awal H2O2 bening begitu pula dengan H2SO4, sehingga ketika
dicampurkan warna larutan tetap bening. Setelah ditambahkan larutan KI, larutan berubah
55

warna menjadi kuning, dan kemudian ditambahkan 1 tetes larutan kanji, larutan berubah
warna menjadi coklat. Perubahan warna yang terjadi disebabkan karena adanya
pergeseran kesetimbangan dan terdapat endapan. Larutan kanji pada percobaan ini
berfungsi sebagai indikator anorganik yaitu untuk menguji kepekaan terhadap iodin.
Percobaan selanjutnya yaitu reaksi antara FeCl3 0,1 M, H2SO4 1 M dan larutan KI
0,1 M. Warna awal FeCl3 adalah kuning. Setelah larutan FeCl3 dan H2SO4 dicampur
warna larutan menjadi kuning bening. Kemudian ditambahkan larutan KI warna larutan
menjadi kuning. Hal ini dikarenakan iodium yang befungsi sebagai indikatornya sendiri.
Setelah dipanaskan, larutan berubah kembali menjadi hitam. Perubahan warna ini
diakibatkan karena larutan kanji yang menyebabkan terjadinya perubahan warna karena
larutan kanji mengandung ion-ion tertentu yang dapat merubah warna. Dari analisis data
didapat E sel yang bernilai positif yang menandakan bahwa reaksi pada percobaan
iolisases rn sebagai pris dapat diartni berlangsung secara spontan.
Percobaan kedua yaitu elektrolisis KI, dimana elektrolisis dapat diartikan sebagai
proses reaksi kimia yang terjadi pada elektroda yang tercelup dalam elektrolit ketika
tegangan diterapkan terhadap elektroda tersebut. Larutan KI dimasukkan ke dalam tabung
U dan dialiri listrik. Elektroda yang digunakan pada percobaan ini adalah elektroda inert
(tidak bereaksi). Setelah dialiri listrik, pada ruang anoda yang awalnya bening berubah
menjadi kuning, sedangkan pada ruang katoda warna larutan tetap bening, namun terdapat
gelembung-gelembung kecil disekitar elektroda. Hal ini dapat terjadi karena pada ruang
anoda terbentuk I2 dari proses penguraian 2I- dan pada ruang katoda terbentuk hidrogen.
Pada elektrolisis KI, KI terurai menjadi kation dan anion. Pada kation terdapat K + dan
pada anion terdapat I-. Selanjutnya diambil larutan dari ruang katoda dan anoda. Larutan
dari katoda ditambahkan larutan indikator fenolftalein warna larutan menjadi merah muda
pekat. Hal ini menunjukkan bahwa larutan tersebut bersifat basa. Kemudian ditambahkan
kembali larutan FeCl3 0,1 M dan warna larutan berubah menjadi orange pekat. Hal ini
diakibatkan karena penambahan FeCl3 bertujuan untuk menguji OH- pada katoda.
Selanjutnya larutan yang diambil dari ruang anoda ditambahkan CHCl 3 (kloroform),
larutan yang awalnya berwarna kuning berubah menjadi kuning bening dan larutan CHCl 3
memisah dan terdapat di bawah larutan dari ruang anoda. Hal ini disebabkan karena berat
molekul CHCl3 lebih besar daripada berat molekul larutan dari ruang anoda. Selain itu
disebabkan karena CHCl3 adalah larutan polar dan larutan dari ruang anoda bersifat non
polar, sehingga menyebabkan kedua larutan tidak dapat menyatu.

56

H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Reaksi redoks adalah reaksi yang menyebabkan perubahan bilangan oksidasi. Pada
reaksi ini, anoda mengalami oksidasi sedangkan pada katoda mengalami reduksi.
Beberapa reaksi redoks yaitu reaksi oksidasi adalah reaksi penambahan atau
pengikatan oksigen oleh suatu unsur atau senyawa, reaksi reduksi adalah reaksi
pelepasan oksigen oleh suatu zat , dan reaksi disproposionasi adalah reaksi dimana
suatu zat dapat mengalami reaksi oksidasi dan reaksi reduksi sekaligus.
2. Pada elektrolisis KI terbentuk gas hidrogen di katoda dan iodin di anoda. Larutan
disekitar katoda bersifat basa. Ketika dialiri arus listrik, terbentuk gelembunggelembung kecil pada katoda sedangkan di anoda mengeluarkan cairan berwarna
kuning.

DAFTAR PUSTAKA
Bresnick, Stephen. 2002. Intisari Kimia Umum. Jakarta : Hipokrates.

57

Ludiana, Yonna. 2012. Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Ekstrak Daun Teh (Camelia
Sintetis) terhadap Laju Korosi Baja Karbon Schedule 40 Grade B ERW. Andalas :
Universitas Andalas.
Prabowo, dkk. 2012. Jurnal Pengolahan Limbah Cair yang Mengandung Minyak dengan
Proses Elektrokoagulasi dengan Elektroda Besi. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Purba, Michael. 2007. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata Fakultas Biosekta. Jakarta : EGC.

58

Anda mungkin juga menyukai